BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan di Indonesia pada masa awal masuknya islam
Pendidikan
Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam di Indonesia. Agama
islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat, disiarkan
secara damai tanpa paksaan, kekerasan atau perang. Dalam penyiaran islam pada
tahun-tahun permulaan dilakukan oleh pemuka masyarakat yang dikenal dengan
sebutan para wali.
Parawali inilah yang berjasa
mengembangkan agama islam, terutama di pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan
wali songo.
Kegiatan pendidikan Islam tersebut
merupakan pengalaman dan pengetahuan yang penting bagi kelangsungan
perkembangan Islam dan umat Islam,baik secara kuantitas maupun kualitas.
Pendidikan Islam itu bahkan menjadi tolak ukur, bagaimana Islam dan umatnya
telah memainkan perananya dalam berbagai aspek sosial, politik, budaya.
Pada
tahap awal pendidikan islam dimulai dari kontak-kontak mubaligh (pendidik)
dengan peserta
didiknya. Setelah komunitas muslim
terbentuk di suatu daerah tersebut tentu mereka membangun tempat peribadatan
dalam hal ini disebut masjid. Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang
pertama muncul disamping tempat kediaman ulama dan mubaligh. Setelah itu
muncullah lembaga-lembaga pendidikan lainnya seperti pesantren, dayah, ataupun
surau. Nama-nama tersebut walaupun berbeda tetapi hakikatnya sama yakni sebagai
tempat menuntut ilmu pengetahuan keagamaan. Perbedaan nama itu adalah
dipengaruhi oleh perbedaan tempat. Inti dari pendidikan pada masa awal
tersebut adalah ilmu-ilmu keagamaan yang dikonsentrasikan dengan membaca
kitab-kitab klasik. Kitab-kitab klasik menjadi ukuran bagi tinggi rendahnya
ilmu keagamaan seseorang.[1]
Sejarah
Pendidikan Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke Indonesia yang oleh
sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa awal mula masuknya di pulau Suamtera
bagian utara di daerah Aceh. Artinya, sejarah pendidikan Islam sama tuanya
dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Hal ini disebabkan
karena pemeluk agama baru tersebut sudah tentu ingin mempelajari dan mengetahui
lebih dalam tentang ajaran-ajaran Islam. Ingin pandai sholat, berdoa dan
membaca al-Quran yang
menyebabkan timbulnya proses belajar,
meskipun dalam pengertian yang amat sederhana. Dari
sinilah mulai timbul pendidikan Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di
rumah-rumah, langgar/surau, masjid kemudian berkembang menjadi pondok
pesantren. Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana
yang kita kenal sekarang ini.
Kendatipun
pendidikan Islam dimulai sejak pertama Islam itu sendiri menancapkan dirinya
di kepulauan
nusantara, namun secara pasti tidak
dapat diketahui bagaimana cara pendidikan pada masa permulaan Islam di
Indonesia, seperti tentang buku yang dipakai, pengelolanya dan sistemnya. Yang
dapat dipastikan hanyalah pendidikan Islam pada waktu itu telah ada, tetapi
dalam bentuk yang sangat sederhana.
Pada
tahap awal pendidikan islam, pendidikan berlangsung secara informal. Disinilah
para Muballigh banyak berperan, yaitu dengan memberikan contoh teladan dalam
sikap hidup mereka sehari-hari. Para Muballigh itu menunjukan akhlaqul karimah, sehingga masyarakat yang menjadi tertarik
untuk memeluk agama islam dan mencontoh perilaku mereka.Didalam sejarah islam,
sejak zaman Nabi Muhammad SAW, rumah-rumah ibadah difungsikan sebagai tempat
pendidikan. Dengan demikian, masjid berfungsi sebagai tempat pendidikan adalah
merupakan suatu keharusan di kalangan masyarakat muslim. Adanya
masjid tersebut dapat pula dipastikan bahwa mereka menggunakannya untuk
melaksanakan proses pendidikan islam, dan sejak saat itu pula mulai
berlangsungnya pendidikan non formal.
Selain
itu, penyebaran Islam juga dilakukan melalui hubungan
perdagangan di luar Nusantara hal ini, karena para penyebar dakwah atau
mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar
Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan
keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para
mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli,
hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya,
karena umumnya pedagang dan ahli kerajaanlah yang pertama mengadopsi agama baru
tersebut.[2]
Dan dengan demikian masyarakat atau rakyatnya memeluk agama Islam
seperti yang terjadi pada beberapa kerjaaan, yaitu Kerajaan
Samudra pasai, Perlak, Aceh Darussalam, dan Maluku, dan beberapa kerajaan
lainnya.
B.
Pendidikan Pada Masa
Rasulullah
Sebelum kita membahas tentang
pendidikan islam pada masa Rasulullah perlu kita ketahui tentang bagaimana letak
geografis dan kehidupan bangsa arab pada masa tersebut, bangsa Arab bisa
dikategorikan sebagai bangsa yang Nomaden (berpindah-pindah) yang termasuk
dalam rumpun bangsa Caucasoid dalam sub Ras Mediteraniean yang meliputi wilayah
sekitar laut tengah, afrika utara, Armenia, Arabia dan irania.
Dalam pandangan ahli
geografi, wilayah arab sangat panas sekali, hal ini disebabkan kondisi wilayah
arab yang merupakan sambungan padang pasir yang luas dari barat hingga gurun
sahara di Afrika hingga ke timur melewati Asia Tengah sampai gurun Ghobi di
Cina. Sedangkan uap air yang akan menurunkan hujan dibawa dari laut sekitarnya
tidak bisa untuk memenuhi daratan berbatu dan padang pasir. Sedangkan dari sisi
mata pencaharian, penduduk jazirah arab
banyak menggembalakan kambing dan berburu. Disamping itu banyak juga berdagang
dan bertani, mereka ini banyak tinggal dipesisir yang sering turun hujan. Oleh
karena itu jazirah arab banyak yang sudah maju tetapi juga masih ada daerah
yang miskin karena dilanda peperangan.[3]
Dari bagian atas pemakalah
memaparkan sedikit mengenai peradaban bangsa Arab dahulu dan lebih lanjut lagi
pembahasan mengenai pendidikan pada masa Beliau, Nabi Muhammad diutus sebagai
Nabi dan Rasul yang terakhir beliau telah menjadi contoh umat manusia dalam
semua segi kehidupan. Dalam dirinya telah terpatri segi-segi kehidupan yang
tidak hanya menyangkut pribadi yang multi komplek, memiliki wawsan yang luas
sekalipun beliau seorang yang ummi. Dalam hal pendidikan islam langkah
awal yang nabi tempuh adalah menyerukan kepada keluarganya terlebih dahulu,
pertama nabi serukan istrinya, khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk
Allah yang kemudian diikuti Ali Bin Abi Thalib dan Zaid Bin Haritsah ( pembantu
rumah tangganya, yang menjadi anak angkatnya). Setelah itu Nabi mulai mengajak
sahabat-sahabatnya yang dilakukan secara hati-hati dan tidak sembarangan.
Beliau hanya mengarahkan ajakannya kepada sahabat-sahabatnya yang kuat imannya
dan dari kalangan Quraisy yang berpengaruh di masyarakat, sebagai uapaya
memperkokoh dakwah Rasulullah.
Setelah banyak pengiktnya, wahyu yang pertama turun adalah
surat al-A’alaq ayat 1-5, didalamnya terdapat isyarat bagi umat manusia untuk
membaca, dalam arti dituntut untuk berlawanan, berpendidikan, kemudian
disambung wahyu berikutnya yaitu surah al-Mudatsir. Dalam kedua wahyu tersebut
dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam islam terdiri dari empat macam
yaitu:
1.
Pendidikan keagamaan
maksudnya hendaknya membaca dengan nama Allah semata jangan mempersekutukan
Allah dengan yang lain.
2.
Pendidikan akliyah dan
ilmiyah; mempelajari manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.
3.
Pendidikan akhlak dan budi
pekerti ; pendidik dalam mengajarkan suatu ilmu jangan mengharapkan balasan
dari orang yang menerima ilmu, tetapi harus semata mata karena Allah.
4.
Pendidikan jasmani;
mementingkan kebersihan baik bersih fisik maupun psikis.
Nabi itu mengajarkan imu itu
secara sembunyi-sembunyi dari mulut ke mulut kepada sahabat dan keluarganya.
Setelah banyak pengikut Nabi menyediakan rumah al-Arqom bin Abil Arqom untuk
tempat pertemuan dengan sahabat-sahabat, rumah al-Arqam inilah sebagai pusat
pendidikan pertama. Disini Nabi mengajarkan dasar-dasar agama islam kepada sahabat,
di sinilah semua aktifitas umat islam dilakukan, setelah tiga tahun Nabi
berdakwah secara sembunyi-sembunyi maka turun ayat yang memerintahkan agar Nabi
dakwah secara terang-terangan.
1.
Cara Nabi Menyiarkan Agama
Islam
Nabi
menyiarkan agama isam dengan cara yang pertama secara individu yaitu dengan
memberikan penjelasan secara intern pada masing-masing individu masyarakat Arab
yang diawali dari Keluarga Nabi dan terus berlanjut kepada sahabat sahabat
beliau hingga berjalan selama tiga tahun. Setelah turun ayat yang menyuruh
beliau untuk mendakwakan islam secara terang-terangan barulah Beliau
menggunakan metode berpidato dan menyampaikan ditempat yang ramai karena isi
al-Qur’an terang dan jelas, bahasanya indah dan tidak menjelekkan orang lain.
Dengan demikian maka lambat laun masyarakat makkah banyak yang memeluk agama
islam.
2.
Intisari pendidikan dan
pengajaran Islam di Makkah
Pada
waktu Rasulullah masih berada di Makkah hal yang pertama di ajarkan adalah
tentang akhlak yang menerangkan tentang pokok-pokok agama islam seperti;
beriman kepada Allah, Rasul, melaksanakan sholat, dan mengeluarkan zakat (belum
diperinci di Makkah). Zakat pada waktu itu belum terperinci seperti sekarang
zakat masih diartikan sedekah pada fakir, miskin dan anak-anak yatim dan belum
menjadi kewajiban berapa besar harta yang harus dikeluarkan. Singkatnya
pendidikan dan pengajaran islam pada waktu Rasulullah ketika berada di Makkah
masih mencakup pada aspek keagamaan dan akhlak serta menganjurkan manusia untuk
memikirkan tentang kejadian alam, dan kejadian manusia sebagai anjuran kepada
pendidikan akilah ilmiah, untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Pendidikan pada masa Nabi di
Madinah
Nabi
dan sahabatnya mengadakan hijrah ke yastrib ( madinah) setelah sebelumnya
mengadakan perjanjian dengan penduduk madinah. Nabi dan sahabatnya disambut
dengan sambutan yang cukup menggembirakan. Orang madinah dengan penuh harapan
atas kemampuan untuk menyelesaikan konflik dengan suku Aus dan Khajraj yang
telah lama berselisih, Nabi mendirikan negara atas dasar persamaan, kebebasan
dan persaudaraan. Mereka bersatu atas persemakmuran islam, dan karena kejadian
ini umat umat manusia dewasa menyebutnya dengan panji madinah.[4]
Dalam
bidang pendidikan usaha Nabi pertama di madinah adalah mendirikan masjid. Di
samping itu juga di sediakan serambi untuk tempat tinggal orang orang miskin
yang tidak punya rumah. Di masjid inilah nabi menyelenggarakan segala
aktifitasnya yaitu membaca al-Qur’an, memberikan pendidikan dan pengajaran
islam, bermusyawarah dan lain lain. Pendidikan yang dilakukan pertama kali
adalah memperkuat persatuan kaum muslimin dan mengikis habis sisa sisa
permusuhan dan persekutuan,[5]
setelah umat islam bersatu maka kokohlah
persatuan islam, berikut intisari pendidikan Islam di Madinah ;
a.
Pendidikan keagamaan meliputi
keimanan dan ibadah.
b.
Pendidikan akhlak.
c.
Pendidikan jasmani.
d.
Syariat yang berhubungan
dengan masyarakat seperti zakat dan amal sosial
4.
Pendidikan kaum wanita pada
Masa Nabi
Kaum
wanita perlu menuntut ilmu pengetahuan layaknya kaum laki-laki. Agama islam
menyamakan antara wanita dan laki-laki tentang kewajibannya terhadap Allah,
keluarga dan masyarakat umum.
Nabi
menegaskan dengan sabdanya :
طلب العلم فرضة على كال مسلم ومسلمة
Artinya
; mencari ilmu wajib bagi laki-laki dan perempuan.
Pada masa Nabi, orang laki-laki bisa langsung menerima
pelajaran dari khutbah Beliau. Demikian juga wanita tidak ketinggalan
mendengarkan secara langsung pengajaran dari Nabi. Maka salah satu dari mereka
mengusulkan agar tiap-tiap minggu sekali dalam satu hari dikhususkan untuk
mereka, maka Nabi menyetujuinya. Selain bentuk tersebut, banyak kaum wanita
datang langsung kepada Nabi menanyakan hal-hal yang tidak mereka ketahui
terutama dalam masalah agama.
C. Pendidikan Masa Permulaan Islam di Indonesia
Sebagaimana telah dikemukakan islam
telah masuk ke indonesia awal abad ke-7 Masehi. Waktu yang diperlukan selama
proses islamisasi sampai terbentuknya masyarakat islam pertama, memerlukan
waktu yang cukup lama, hal itu disamping jarak yang harus ditempuh mulai dari
tempat kelahiran islam dengan nusantara cukup jauh, juga pengaruh Hindu dan
Budha sudah melembaga dalam kehidupan masyarakat dan mendominasi hampir seluruh
aspek kehidupan, sehingga diperlukan tidak saja waktu, melainkan juga kesabaran
yang tinggi serta kebijaksanaan yang tepat dalam melaksanakan pendidikan islam.
Sebab kalau tidak maka akan timbul kegoncangan-kegoncangan atau gejolak yang
kemungkinan besar akan menghambat proses islamisasi.
Mengingat bahwa setiap muslim
mempunyai tugas untuk mengajarkan ajaran ajaran yang diterima kepada mereka
yang tidak hadir dalam majlis Nabi, maka pada hakekatnya adalah setiap muslim
mengemban tugas mengajar. Bahkan Nabi secara tegas memerintahkan agar umat
islam giat mengajar walaupun ia hanya mampu mengajarkan satu ayat. Kelihatannya
para pedagang yang datang ke nusantara
ini benar-benar berpegang kepada seruan Rasulullah tersebut. Dengan berdagang
yang merupakan mata pencahariannya, mereka juga menyiarkan agama islam kepada
siapa saja yang dianggap dapat diberi pelajaran. Disamping menyampaikan melalui
metode bimbingan, juga didukung dengan contoh teladan dari praktek hidupnya
sehari hari yang mencerminkan nilai nilai islam. Mereka bersikap sopan, ramah
tamah, tulus, ikhlas amanah, peramah, jujur, adil menepati janji serta
menhormati adat istiadat penduduk negeri. Dengan demikian lalu tertariklah
penduduk negeri pada ajaran ajaran yang disampaikan. Setelah itu barulah mereka
diajarkan mengucapkan kalimat syahadat sebagai didikan islam pertama.[6]
Disamping itu, mereka juga
mengupayakan bertambahnya peserta pengajarannya, melalui hubungan perkawinan.
Dengan menetap dikota-kota pusat perdaganga, mereka mengawini wanita-wanita
setempat, selanjutnya isteri-isteri mereka serta para pembantu rumah tangga
mereka yang menjadi inti masyarakat islam yang akan menopang pendidikan islam
selanjutnya.
D.
Pendidikan Islam Pada Masa Raja-raja Islam
1.
Kerajaan Pase
Kerajaan islam yang
pertama di Indonesia adalah Pase atau samudera di daerah-daerah Aceh yang
berdiri pada abad 10 Masehi. Raja yang berhasil di islamkan oleh Syeikh Ismail,
seorang utusan Syarif Makkah adalah Mera Silu yang kemudian bergelar Malik
al-Salih. Seorang pengeliling dunia terkenal bernama ibn Batutah, sekitar tahun
1345 M pernah singgah di pase dalam perjalanan pulang pergi ke tiongkok. Ketika
itu yang menjadi raja adalah putra Malik al Shalih yang bernama Malik
al-Zahir. Dalam bukunya yang berjudul
“tuhfah al Nadhar fi Ghalib al Amsar”melukiskan pendidikan yang berlangsung
saat itu ;
“kemudian saya pun masuk menghadap sultan. Disamping baginda
saya dapati qadli Amir Rasyid, sedang para penuntut ilmu disebelah kanan dan
kiri baginda.lalu saya disuruh duduk disebelah kirinya, maka raja menanyakan
dari hal sultan Muhammad dan dari perjalanan saya, semuanya saya jawab.
Kemudian baginda meneruskan muzakaroh ilmu fiqh madzab syafi’i, dan
teruslah demikian baginda lakukan sampai waktu ashar. Setelah sholat ashar,
baginda pun masuk ke sebelah rumah, disitu ditinggalkannya pakaiannya sebagai
seorang fuqaha’ atau ahli fiqh, dan itu pula pakaiannya ke masjid pada hari
jum’at dengan berjalan kaki. Setelah itu ditinggalkan, baginda memakai kembali
pakaian resminya sebagai raja yang terbuat dari sutera dan katun”[7]
Dari apa yang
dituturkan oleh ibnu Batutha tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa
pendidikan islam waktu itu dilaksanakan dengan sistem khalaqa. Materi
pelajaran yang diajarkan adalah madzab fiqh madzab syafi’i, dan yang bertindak
sebagai pengajarannya adalah sultan sendiri. Mengingat bahwa ibnu Batutha
adalah pengikut madzab hambali, maka apa yang ditulis dalam laporannya itu
adalah faktual dan bukan cerita yang dibuat buat.
Dan dari pase inilah
untuk selanjutnya islam menyebar ke negeri Malaka, sumatera Barat dan jawa
timur.
2.
Kerajaan Perlak
Kerajaan islam yang
kedua adalah perlak dengan seorang raja yang bernama Sultan Alaudin yang
memerintah pada tahun 1161-1176 M. Antara pase dan perlak telah terjalin
hubungan keluarga dengan dikawinkannya
puteri raja perlak kepada raja pase. Raja yang ke-6 dari kerajaan perlak ini
bernama; Sultan Mahdun Alauddin Muhammad Amin. Dialah yang mendirikan perguruan
tinggi islam, yaitu lembaga majlis ta’lim khusus yang dihadiri para murid yang
sudah alim.[8] Cara ini
mungkin mirip dengan praktek yang diterapkan dibeberapa pesantren yang
melaksanakan pengajaran untuk para alumninya sebulan atau tiga bulan sekali
untuk memperdalam suatu kitab.
3.
Kerajaan Malaka
Masuknya islam di
malaka tatkala seorang rajanya yang bernama pramswara, berkuasa tahun 1414 M,
diambil menantu dari raja pase, setelah memeluk agama islam ia diganti nama
menjadi sultan iskandar syah. Dengan berpindahnya raja Hindu Budha kepada islam
tersebut maka rakyatnya berbondong-bondong mengikuti jejak rajanya, dengan
islamnya kerajaan malaka yang waktu itu mempunyai kedudukan sebagai pusat
perdagangan di Asia Tenggara. Dengan kedudukan seperti itu, maka islam secara
mudah dapat menyebar ke pulau-pulau lain yang mempunyai hubungan dengan malaka.
4.
Kerajaan Demak
Kerajaan
islam pertama adalah demak, rajanya bernama Raden Patah bergelar sultan
Alamsyah Akbar. Kerajaan ini diduga berdiri pada tahun 1478 Masehi. Penentuan
tahun tersebut ditentukan berdasarkan pada jatuhnya kerajaan majapahit yang
diberi tanda candra sangkala sirna hilang bertani bumi, maksudnya adalah
tahun saka 1400 atau tahun 1478 M. Raden Patah adalah putra prabu kerta bumi
Brawijaya V dengan puteri Cempa. Dalam perjalanannya ke Majapahit, Raden Patah
menasehati adiknya Raden Timbal, agar meneruskan perjalananya ke majapahit,
sementara dirinya akan nyantri dulu kepada sunan ampel. Setelah menyelesaikan
masa belajarnya ia ditugasi untuk mengajarkan agama islam dengan membuka
pesantren di Ghagahwangi (Glagaharum) termasuk kabupaten Jepara yang kemudian
terkenal dengan nama Bintaro.
Setelah
berdirinya kerajaan demak yan juga dibidani oleh wali songo maka pendidikan
islam makin mantap posisinya. Secara operasional tetap dilaksanakan oleh para
wali, dan searah struktural mendapat dukungan penguasa. Disamping itu walisongo
adalah para penasehat sultan, sehingga terjalin hubungan yang sangat erat
antara ulama dan umara dalam membangun masyarakat.[9]
Adapun kiprah para wali tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ;
a.
Sunan Ampel
Merupakan keponakan Ratu Dwarawati yang sebelumnya telah
diangkat oleh raja majapahit sebagai gubernur diampel dan diberi kebebasan
untuk menyabarkan agama islam selama tidak dengan paksaan, walaupun raja
sendiri tidak bersedia masuk islam. Dalam waktu yang tidak terlalu lama raden
rahmat telah berhasil mengislamkan hampir seluruh penduduk Ampel, yang waktu
itu jumlahnya lebih kurang 3,000 kepala keluarga. Ia mempunyai pesantren Ampel
Denta.
b.
Sunan Bonang
Putera sunan ampel yang mempunyai daerah binaan disekitar
Tuban dan Rembang. Sebagaimana ayahhandanya, sunan bonang juga mendirikan
podok di daerah tuban untuk mendidik
serta menggembleng para kader islam. Konon dialah yang menciptakan Gending
Dharma setelah berusaha mengganti nama-nama hari nahas menurut kepercayaan
hindu digantinya dengan nama malaikat serta para Nabi. Ada sebuah kitab yang di
sebut suluk sunan bonang. Buku tersebut besar kemungkinannya adalah berisis
kumpulan catatan pelajaran yang pernah diberikan sunan bonang kepada para
muridnya.
c.
Sunan Giri
Tamatan pesantren ampel denta seangkatan dengan sunan
bonang, keduanya pernah dikirim untuk melanjutkan belajar diluar Negeri,
kemungkinan ke mekkah. Dalam perjalanan mereka bertemu Syaikh Ishak, yang
akhirnya diketahui sebagai ayahnya. Dari pertemuan tersebut sunan Giri di beri
segenggam tanah yang nantinya harus didirikan pesantren, yang telah di cari terletak di Giri.
Disanalah akhirnya sunan giri mendirikan pesantren Giri kedaton. Belum genap
usia 3 tahun, pesanten tersebut telah terkenal keseluruh tanah jawa , bahkan
sampai ke pulau-pulau lain seperti Madura, Lombok, Makassar, Kalimantan, Hitu
dan ternate.
Dengan keterangan ini dapat ditegaskan bahwa Giri adalah
pesantren yang mempunyai peranan penting pada waktu itu bahkan diceritakan
sunan giri telah berhasil menciptakan metode pengajaran melalui permainan yang
dikenal dengan nama ; lir-ilir, jelungan, jamuran, gendit-gerit, jor guls
ganti, cublak-cublak suweng. Bahkan dikabarkan sebagai pencipta gending
asmara dana dan pucung.
d.
Sunan Kudus
Merupakan menantu sunan bonang, ia terkenal dengan sebagai
ulama syari’ah dan terkenal keahliannya dibidang muamalah. Dengan keahliannya
itu ia memegang jabatan sebagai hakim tinggi dan panglima militer di Demak.
Adapun kiprah pendidikannya kurang mendapat publikasi, mungkin beliau banyak
disibukkan dengan tugas-tugas kenegaraan.
e.
Sunan Drajat
Beliau juga putra dari sunan ampel yang juga menjabat sebagai penasehat Raden Patah dalam mengurus pemerintahannya. Perhatiannya secara khusus di tujukan kepada usaha peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat. Untuk itu, tugas pokoknya mengkoordinasikan masalah zakat, infaq dan sadaqah. Ia banyak menganjurkan hidup sederhana dan terikat, baik kepada santrinya atau masyarakat secara luas.
f.
Sunan Muria
Raden prawoto yang menjadi saudara ipar dari sunan kudus,
beliau mempunyai spesialisasi dibidang tasawuf yang dikenal zuhud dan pendiam,
tetapi fatwanya dikenal cukup keras dan tajam. Sejalan dengan profesinya
sebagai sufi, ia bertempat tinggal di kaki gunung muria, suatu tempat yang
terpencil waktu itu.
g.
Sunan kalijaga
Raden Syahid ipar sunan ampel ini juga beristrikan saudara
sunan Giri. Raden syahid sejak kecil hidup dilingkungan keluarga istana
temenggung Ario Tejo, atau adipati wilwatikta di Tuban. Ia dikenal sebagai ahli
sosial yang selalu berkeiling daerah. Ia dalam mengajar selalu memanfaatkan
media wayang kulit.
h.
Sunan Gunung Jati
Ia adalah putera Maulana Ishak dengan ibu keturunan arab
Quraisy, ia terkenal sebagai politikus dan ahli militer. Setelah berhasil
meningkatkan beberapa daerah dijawa barat, ia diangkat sebagai raja muda
cirebon dan banten dibawah lindungan demak. Ketika usianya sudah mulai lanjut,
sunan gunung jati memimpin pondok pesantren di daerah cirebon.
Demikian sekilas usaha-usaha wali songo dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran islam pada zaman wali songo. Adapun
pendekatan yang digunakan pada waktu itu adalah metode ceramah secara langsung,
uswah al-Hasanah, media kesenian, dan dalam hal hal tertentu digunakan ilmu
kesaktian, yang biasa digunakan untuk menaklukkan atau menyadarkan orang-orang
yang ingin berbuat curang, tamak, atau sombong sehingga merasa sadar dan
berubah menjadi orang-orang baik.
5.
Kerajaan Mataram
Sultan Agung memerintahkan agar tiap-tiap ibu kota kabupaten di dirikan sebuah masjid agung, sebagai induk dari semua masjid daerah. Pada beberapa kabupaten juga didirikan pesantren besar lengkap dengan pondok-pondoknya sebagai tempat penampungan lulusan pendidikan yang sudah dilaksanakan di desa-desa dan pengajian kitab. Bahkan pada zaman kerta sura terdapat banyak pesantren yang dapat dijadikan sebagai tanah pendidikan, disamping itu pendidikan islam juga mempunyai organisasi yang lengkap dan teratur, mulai dari tingkat rendah dan bentuk pengajian al-Qur’an, pengajian kitab, dan pesantren besar.[10]
6.
Kerajaan islam di Banjarmasin
Kerajaan islam di banjarmasin memegang peranan penting dalam
menyebarkan agama islam sampai ke kalimantan. Kerajaan banjarmasin dipimpin
oleh sultan Suriansyah. Sebagai kerajaan islam pertama, banjarmasin banyak
mendirikan masjid sebagai sarana pengembangan islam. Kerajaan ini ketika di
bawah oleh Sultan Tahmilillah, melahirkan ulama besar yang terkenal dengan nama
Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjary. Ia banyak mengarang kitab, dan yang paling
terkenal adalah kitab Sabil al Muhtadin. Ia diangkat sebagai mufti besar
kerajaan yang selanjutnya berjasa dalam pendirian pesantren dikampung dalam
pagar. Sekarang pesantren tersebut di kenal sebagai pesantren Dar al-Salam.
7.
Kerajaan islam di maluku
Islam masuk maluku dibawah oleh muballigh di jawa sejak
zaman sunan giri dan dari malaka. Raja maluku yang pertama masuk islam adalah
raja ternate bernama mahrun tahun 1465-1486 M. Kemudian raja maluku yang
terkenal dibidang pendidikan dan dakwah islam adalah sultan Zainal Abidin,
tahun 1486-1500 M, kerajaan ini berjasa menghambat upaya keristenisasi baik
yang dilakukan dengan portugis maupun belanda.
8.
Kerajaan di Sulawesi
Kerajaan yang pertama kali berdasarkan islam adalah kerajaan
kembar Goa Tallo tahun 1650 M dengan raja Sultan Abdullah Awwalul Islam.
Selanjutnya dibawah kekuasaan sultan Alaudin, dalam waktu dua tahun seluruh
rakyatnya telah memeluk islam. Guru yang berjasa ialah Abdul Qadir Khatib Tunggal
Talo Ri Bandung yang dari minangkabau. Ia termasuk murid sunan giri.
Di antara ulama’ besar kelahiran sulawesi adalah syeikh Maulana yusuf yang pernah belajar di Makkah pada tahun 1644 M. Ia pulang ke Indonesia dan menetap di Banten. Ketika mengajar banyak santrinya yang berasal dari makassar, dan karena memberontak Belanda, maka ia di buang ke sri lanka dan wafat di Afrika selatan.
Baca juga artikel yang lain;
- Konsep Dasar Psikologi
- Metode Kajian Psikologi
- Biografi Ibnu Thuffail
- Konsep Dasar Puasa Sunnah
- Pendidikan Wanita dalam Islam
- Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu-ilmu yang Lain
- Sejarah Pendidikan Islam
- Sejarah Perkembangan Psikologi
- Jarh wa Ta'dil
- Sosiolinguistik Amerika dan Indonesia
- Menonton Telivisi dan Pembentukan Karakter
- Budaya Membaca dan Budaya Menonton TV
[1] Prof.Dr.H.Haidar Putra Daulay,MA, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta: Kencana. 2004) hal 145-146)
[2] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),hal.135
[3] Musyrifah Sunarto, Sejarah Peradaban Islam indonesia, (Jakarta : PT.Grafindo Persada,2005)hal 8
[4] Husein Haikal, Sejarah hidup Muhammad (Jakarta: Intermasa, 1993) hal 143
[5] Ibid, hal 145
[6] Muhammad Yunus, sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakarya Agung,1989) hal 79
[7] Muhammad Yunus,sejarah pendidikan Islam di Indonesia ( Jakarta: mutiara, 1979) hal 13
[8] Tim Penyusun SPI (Jakarta: Ditbinpertais, 1986) hal 135
[9] Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan perkembangannya di Indonesia (Bandung: Al-Ma’rif,1979) hal 219
[10] Muhammad Yunus,sejarah pendidikan Islam di Indonesia, hal 220
Tidak ada komentar:
Posting Komentar