HOME

07 Februari, 2022

Sejarah Pendidikan Islam

 

BAB II

PEMBAHASAN 

A.  Pendidikan di Indonesia pada masa awal masuknya islam

Pendidikan Islam di Indonesia sudah berlangsung sejak masuknya Islam di Indonesia. Agama islam datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang-pedagang dari Gujarat, disiarkan secara damai tanpa paksaan, kekerasan atau perang. Dalam penyiaran islam pada tahun-tahun permulaan dilakukan oleh pemuka masyarakat yang dikenal dengan sebutan para wali. Parawali inilah yang berjasa mengembangkan agama islam, terutama di pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan wali songo. Kegiatan pendidikan Islam tersebut merupakan pengalaman dan pengetahuan yang penting bagi kelangsungan perkembangan Islam dan umat Islam,baik secara kuantitas maupun kualitas. Pendidikan Islam itu bahkan menjadi tolak ukur, bagaimana Islam dan umatnya telah memainkan perananya dalam berbagai aspek sosial, politik, budaya.

Pada tahap awal pendidikan islam dimulai dari kontak-kontak mubaligh (pendidik) dengan peserta didiknya. Setelah komunitas muslim terbentuk di suatu daerah tersebut tentu mereka membangun tempat peribadatan dalam hal ini disebut masjid. Masjid merupakan lembaga pendidikan Islam yang pertama muncul disamping tempat kediaman ulama dan mubaligh. Setelah itu muncullah lembaga-lembaga pendidikan lainnya seperti pesantren, dayah, ataupun surau. Nama-nama tersebut walaupun berbeda tetapi hakikatnya sama yakni sebagai tempat menuntut ilmu pengetahuan keagamaan. Perbedaan nama itu adalah dipengaruhi oleh perbedaan tempat. Inti dari pendidikan pada masa awal tersebut adalah ilmu-ilmu keagamaan yang dikonsentrasikan dengan membaca kitab-kitab klasik. Kitab-kitab klasik menjadi ukuran bagi tinggi rendahnya ilmu keagamaan seseorang.[1]

Sejarah Pendidikan Islam dimulai sejak agama Islam masuk ke Indonesia yang oleh sebagian ahli sejarah mengatakan bahwa awal mula masuknya di pulau Suamtera bagian utara di daerah Aceh. Artinya, sejarah pendidikan Islam sama tuanya dengan masuknya agama Islam ke Indonesia. Hal ini disebabkan karena pemeluk agama baru tersebut sudah tentu ingin mempelajari dan mengetahui lebih dalam tentang ajaran-ajaran Islam. Ingin pandai sholat, berdoa dan membaca al-Quran yang menyebabkan timbulnya proses belajar, meskipun dalam pengertian yang amat sederhana. Dari sinilah mulai timbul pendidikan Islam, dimana pada mulanya mereka belajar di rumah-rumah, langgar/surau, masjid kemudian berkembang menjadi pondok pesantren. Setelah itu baru timbul sistem madrasah yang teratur sebagaimana yang kita kenal sekarang ini.

Kendatipun pendidikan Islam dimulai sejak pertama Islam itu sendiri menancapkan dirinya di kepulauan nusantara, namun secara pasti tidak dapat diketahui bagaimana cara pendidikan pada masa permulaan Islam di Indonesia, seperti tentang buku yang dipakai, pengelolanya dan sistemnya. Yang dapat dipastikan hanyalah pendidikan Islam pada waktu itu telah ada, tetapi dalam bentuk yang sangat sederhana.

Pada tahap awal pendidikan islam, pendidikan berlangsung secara informal. Disinilah para Muballigh banyak berperan, yaitu dengan memberikan contoh teladan dalam sikap hidup mereka sehari-hari. Para Muballigh itu menunjukan akhlaqul karimah, sehingga masyarakat yang menjadi tertarik untuk memeluk agama islam dan mencontoh perilaku mereka.Didalam sejarah islam, sejak zaman Nabi Muhammad SAW, rumah-rumah ibadah difungsikan sebagai tempat pendidikan. Dengan demikian, masjid berfungsi sebagai tempat pendidikan adalah merupakan suatu keharusan di kalangan masyarakat muslim. Adanya masjid tersebut dapat pula dipastikan bahwa mereka menggunakannya untuk melaksanakan proses pendidikan islam, dan sejak saat itu pula mulai berlangsungnya pendidikan non formal.

Selain itu, penyebaran Islam juga dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaanlah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut.[2] Dan dengan demikian masyarakat atau rakyatnya memeluk agama Islam seperti yang terjadi pada beberapa kerjaaan, yaitu Kerajaan Samudra pasai, Perlak, Aceh Darussalam, dan Maluku, dan beberapa kerajaan lainnya.

 

B.  Pendidikan Pada Masa Rasulullah

Sebelum kita membahas tentang pendidikan islam pada masa Rasulullah perlu kita ketahui tentang bagaimana letak geografis dan kehidupan bangsa arab pada masa tersebut, bangsa Arab bisa dikategorikan sebagai bangsa yang Nomaden (berpindah-pindah) yang termasuk dalam rumpun bangsa Caucasoid dalam sub Ras Mediteraniean yang meliputi wilayah sekitar laut tengah, afrika utara, Armenia, Arabia dan irania.

Dalam pandangan ahli geografi, wilayah arab sangat panas sekali, hal ini disebabkan kondisi wilayah arab yang merupakan sambungan padang pasir yang luas dari barat hingga gurun sahara di Afrika hingga ke timur melewati Asia Tengah sampai gurun Ghobi di Cina. Sedangkan uap air yang akan menurunkan hujan dibawa dari laut sekitarnya tidak bisa untuk memenuhi daratan berbatu dan padang pasir. Sedangkan dari sisi mata pencaharian, penduduk  jazirah arab banyak menggembalakan kambing dan berburu. Disamping itu banyak juga berdagang dan bertani, mereka ini banyak tinggal dipesisir yang sering turun hujan. Oleh karena itu jazirah arab banyak yang sudah maju tetapi juga masih ada daerah yang miskin karena dilanda peperangan.[3]

Dari bagian atas pemakalah memaparkan sedikit mengenai peradaban bangsa Arab dahulu dan lebih lanjut lagi pembahasan mengenai pendidikan pada masa Beliau, Nabi Muhammad diutus sebagai Nabi dan Rasul yang terakhir beliau telah menjadi contoh umat manusia dalam semua segi kehidupan. Dalam dirinya telah terpatri segi-segi kehidupan yang tidak hanya menyangkut pribadi yang multi komplek, memiliki wawsan yang luas sekalipun beliau seorang yang ummi. Dalam hal pendidikan islam langkah awal yang nabi tempuh adalah menyerukan kepada keluarganya terlebih dahulu, pertama nabi serukan istrinya, khadijah untuk beriman dan menerima petunjuk Allah yang kemudian diikuti Ali Bin Abi Thalib dan Zaid Bin Haritsah ( pembantu rumah tangganya, yang menjadi anak angkatnya). Setelah itu Nabi mulai mengajak sahabat-sahabatnya yang dilakukan secara hati-hati dan tidak sembarangan. Beliau hanya mengarahkan ajakannya kepada sahabat-sahabatnya yang kuat imannya dan dari kalangan Quraisy yang berpengaruh di masyarakat, sebagai uapaya memperkokoh dakwah Rasulullah.

Setelah banyak  pengiktnya, wahyu yang pertama turun adalah surat al-A’alaq ayat 1-5, didalamnya terdapat isyarat bagi umat manusia untuk membaca, dalam arti dituntut untuk berlawanan, berpendidikan, kemudian disambung wahyu berikutnya yaitu surah al-Mudatsir. Dalam kedua wahyu tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan dalam islam terdiri dari empat macam yaitu:

1.      Pendidikan keagamaan maksudnya hendaknya membaca dengan nama Allah semata jangan mempersekutukan Allah dengan yang lain.

2.      Pendidikan akliyah dan ilmiyah; mempelajari manusia dari segumpal darah dan kejadian alam semesta.

3.      Pendidikan akhlak dan budi pekerti ; pendidik dalam mengajarkan suatu ilmu jangan mengharapkan balasan dari orang yang menerima ilmu, tetapi harus semata mata karena Allah.

4.      Pendidikan jasmani; mementingkan kebersihan baik bersih fisik maupun psikis.

Nabi itu mengajarkan imu itu secara sembunyi-sembunyi dari mulut ke mulut kepada sahabat dan keluarganya. Setelah banyak pengikut Nabi menyediakan rumah al-Arqom bin Abil Arqom untuk tempat pertemuan dengan sahabat-sahabat, rumah al-Arqam inilah sebagai pusat pendidikan pertama. Disini Nabi mengajarkan dasar-dasar agama islam kepada sahabat, di sinilah semua aktifitas umat islam dilakukan, setelah tiga tahun Nabi berdakwah secara sembunyi-sembunyi maka turun ayat yang memerintahkan agar Nabi dakwah secara terang-terangan.

1.      Cara Nabi Menyiarkan Agama Islam

Nabi menyiarkan agama isam dengan cara yang pertama secara individu yaitu dengan memberikan penjelasan secara intern pada masing-masing individu masyarakat Arab yang diawali dari Keluarga Nabi dan terus berlanjut kepada sahabat sahabat beliau hingga berjalan selama tiga tahun. Setelah turun ayat yang menyuruh beliau untuk mendakwakan islam secara terang-terangan barulah Beliau menggunakan metode berpidato dan menyampaikan ditempat yang ramai karena isi al-Qur’an terang dan jelas, bahasanya indah dan tidak menjelekkan orang lain. Dengan demikian maka lambat laun masyarakat makkah banyak yang memeluk agama islam.

2.      Intisari pendidikan dan pengajaran Islam di Makkah

Pada waktu Rasulullah masih berada di Makkah hal yang pertama di ajarkan adalah tentang akhlak yang menerangkan tentang pokok-pokok agama islam seperti; beriman kepada Allah, Rasul, melaksanakan sholat, dan mengeluarkan zakat (belum diperinci di Makkah). Zakat pada waktu itu belum terperinci seperti sekarang zakat masih diartikan sedekah pada fakir, miskin dan anak-anak yatim dan belum menjadi kewajiban berapa besar harta yang harus dikeluarkan. Singkatnya pendidikan dan pengajaran islam pada waktu Rasulullah ketika berada di Makkah masih mencakup pada aspek keagamaan dan akhlak serta menganjurkan manusia untuk memikirkan tentang kejadian alam, dan kejadian manusia sebagai anjuran kepada pendidikan akilah ilmiah, untuk diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.

3.      Pendidikan pada masa Nabi di Madinah

Nabi dan sahabatnya mengadakan hijrah ke yastrib ( madinah) setelah sebelumnya mengadakan perjanjian dengan penduduk madinah. Nabi dan sahabatnya disambut dengan sambutan yang cukup menggembirakan. Orang madinah dengan penuh harapan atas kemampuan untuk menyelesaikan konflik dengan suku Aus dan Khajraj yang telah lama berselisih, Nabi mendirikan negara atas dasar persamaan, kebebasan dan persaudaraan. Mereka bersatu atas persemakmuran islam, dan karena kejadian ini umat umat manusia dewasa menyebutnya dengan panji madinah.[4]

Dalam bidang pendidikan usaha Nabi pertama di madinah adalah mendirikan masjid. Di samping itu juga di sediakan serambi untuk tempat tinggal orang orang miskin yang tidak punya rumah. Di masjid inilah nabi menyelenggarakan segala aktifitasnya yaitu membaca al-Qur’an, memberikan pendidikan dan pengajaran islam, bermusyawarah dan lain lain. Pendidikan yang dilakukan pertama kali adalah memperkuat persatuan kaum muslimin dan mengikis habis sisa sisa permusuhan dan persekutuan,[5] setelah umat islam  bersatu maka kokohlah persatuan islam, berikut intisari pendidikan Islam di Madinah ;

a.       Pendidikan keagamaan meliputi keimanan dan ibadah.

b.      Pendidikan akhlak.

c.       Pendidikan jasmani.

d.      Syariat yang berhubungan dengan masyarakat seperti zakat dan amal sosial

4.      Pendidikan kaum wanita pada Masa Nabi

Kaum wanita perlu menuntut ilmu pengetahuan layaknya kaum laki-laki. Agama islam menyamakan antara wanita dan laki-laki tentang kewajibannya terhadap Allah, keluarga dan masyarakat umum.

Nabi menegaskan dengan sabdanya :

طلب العلم فرضة على كال مسلم ومسلمة

Artinya ; mencari ilmu wajib bagi laki-laki dan perempuan.

Pada masa Nabi, orang laki-laki bisa langsung menerima pelajaran dari khutbah Beliau. Demikian juga wanita tidak ketinggalan mendengarkan secara langsung pengajaran dari Nabi. Maka salah satu dari mereka mengusulkan agar tiap-tiap minggu sekali dalam satu hari dikhususkan untuk mereka, maka Nabi menyetujuinya. Selain bentuk tersebut, banyak kaum wanita datang langsung kepada Nabi menanyakan hal-hal yang tidak mereka ketahui terutama dalam masalah agama.

C.       Pendidikan Masa Permulaan Islam di Indonesia

Sebagaimana telah dikemukakan islam telah masuk ke indonesia awal abad ke-7 Masehi. Waktu yang diperlukan selama proses islamisasi sampai terbentuknya masyarakat islam pertama, memerlukan waktu yang cukup lama, hal itu disamping jarak yang harus ditempuh mulai dari tempat kelahiran islam dengan nusantara cukup jauh, juga pengaruh Hindu dan Budha sudah melembaga dalam kehidupan masyarakat dan mendominasi hampir seluruh aspek kehidupan, sehingga diperlukan tidak saja waktu, melainkan juga kesabaran yang tinggi serta kebijaksanaan yang tepat dalam melaksanakan pendidikan islam. Sebab kalau tidak maka akan timbul kegoncangan-kegoncangan atau gejolak yang kemungkinan besar akan menghambat proses islamisasi.

Mengingat bahwa setiap muslim mempunyai tugas untuk mengajarkan ajaran ajaran yang diterima kepada mereka yang tidak hadir dalam majlis Nabi, maka pada hakekatnya adalah setiap muslim mengemban tugas mengajar. Bahkan Nabi secara tegas memerintahkan agar umat islam giat mengajar walaupun ia hanya mampu mengajarkan satu ayat. Kelihatannya para pedagang yang datang  ke nusantara ini benar-benar berpegang kepada seruan Rasulullah tersebut. Dengan berdagang yang merupakan mata pencahariannya, mereka juga menyiarkan agama islam kepada siapa saja yang dianggap dapat diberi pelajaran. Disamping menyampaikan melalui metode bimbingan, juga didukung dengan contoh teladan dari praktek hidupnya sehari hari yang mencerminkan nilai nilai islam. Mereka bersikap sopan, ramah tamah, tulus, ikhlas amanah, peramah, jujur, adil menepati janji serta menhormati adat istiadat penduduk negeri. Dengan demikian lalu tertariklah penduduk negeri pada ajaran ajaran yang disampaikan. Setelah itu barulah mereka diajarkan mengucapkan kalimat syahadat sebagai didikan islam pertama.[6]

Disamping itu, mereka juga mengupayakan bertambahnya peserta pengajarannya, melalui hubungan perkawinan. Dengan menetap dikota-kota pusat perdaganga, mereka mengawini wanita-wanita setempat, selanjutnya isteri-isteri mereka serta para pembantu rumah tangga mereka yang menjadi inti masyarakat islam yang akan menopang pendidikan islam selanjutnya.

 

D.   Pendidikan Islam Pada Masa Raja-raja Islam

1.    Kerajaan Pase

Kerajaan islam yang pertama di Indonesia adalah Pase atau samudera di daerah-daerah Aceh yang berdiri pada abad 10 Masehi. Raja yang berhasil di islamkan oleh Syeikh Ismail, seorang utusan Syarif Makkah adalah Mera Silu yang kemudian bergelar Malik al-Salih. Seorang pengeliling dunia terkenal bernama ibn Batutah, sekitar tahun 1345 M pernah singgah di pase dalam perjalanan pulang pergi ke tiongkok. Ketika itu yang menjadi raja adalah putra Malik al Shalih yang bernama Malik al-Zahir.  Dalam bukunya yang berjudul “tuhfah al Nadhar fi Ghalib al Amsar”melukiskan pendidikan yang berlangsung saat itu ;

“kemudian saya pun masuk menghadap sultan. Disamping baginda saya dapati qadli Amir Rasyid, sedang para penuntut ilmu disebelah kanan dan kiri baginda.lalu saya disuruh duduk disebelah kirinya, maka raja menanyakan dari hal sultan Muhammad dan dari perjalanan saya, semuanya saya jawab. Kemudian baginda meneruskan muzakaroh ilmu fiqh madzab syafi’i, dan teruslah demikian baginda lakukan sampai waktu ashar. Setelah sholat ashar, baginda pun masuk ke sebelah rumah, disitu ditinggalkannya pakaiannya sebagai seorang fuqaha’ atau ahli fiqh, dan itu pula pakaiannya ke masjid pada hari jum’at dengan berjalan kaki. Setelah itu ditinggalkan, baginda memakai kembali pakaian resminya sebagai raja yang terbuat dari sutera dan katun”[7]

Dari apa yang dituturkan oleh ibnu Batutha tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa pendidikan islam waktu itu dilaksanakan dengan sistem khalaqa. Materi pelajaran yang diajarkan adalah madzab fiqh madzab syafi’i, dan yang bertindak sebagai pengajarannya adalah sultan sendiri. Mengingat bahwa ibnu Batutha adalah pengikut madzab hambali, maka apa yang ditulis dalam laporannya itu adalah faktual dan bukan cerita yang dibuat buat.

Dan dari pase inilah untuk selanjutnya islam menyebar ke negeri Malaka, sumatera Barat dan jawa timur.

2.    Kerajaan Perlak

Kerajaan islam yang kedua adalah perlak dengan seorang raja yang bernama Sultan Alaudin yang memerintah pada tahun 1161-1176 M. Antara pase dan perlak telah terjalin hubungan keluarga  dengan dikawinkannya puteri raja perlak kepada raja pase. Raja yang ke-6 dari kerajaan perlak ini bernama; Sultan Mahdun Alauddin Muhammad Amin. Dialah yang mendirikan perguruan tinggi islam, yaitu lembaga majlis ta’lim khusus yang dihadiri para murid yang sudah alim.[8] Cara ini mungkin mirip dengan praktek yang diterapkan dibeberapa pesantren yang melaksanakan pengajaran untuk para alumninya sebulan atau tiga bulan sekali untuk memperdalam suatu kitab.

3.    Kerajaan Malaka

Masuknya islam di malaka tatkala seorang rajanya yang bernama pramswara, berkuasa tahun 1414 M, diambil menantu dari raja pase, setelah memeluk agama islam ia diganti nama menjadi sultan iskandar syah. Dengan berpindahnya raja Hindu Budha kepada islam tersebut maka rakyatnya berbondong-bondong mengikuti jejak rajanya, dengan islamnya kerajaan malaka yang waktu itu mempunyai kedudukan sebagai pusat perdagangan di Asia Tenggara. Dengan kedudukan seperti itu, maka islam secara mudah dapat menyebar ke pulau-pulau lain yang mempunyai hubungan dengan malaka.

4.    Kerajaan Demak

Kerajaan islam pertama adalah demak, rajanya bernama Raden Patah bergelar sultan Alamsyah Akbar. Kerajaan ini diduga berdiri pada tahun 1478 Masehi. Penentuan tahun tersebut ditentukan berdasarkan pada jatuhnya kerajaan majapahit yang diberi tanda candra sangkala sirna hilang bertani bumi, maksudnya adalah tahun saka 1400 atau tahun 1478 M. Raden Patah adalah putra prabu kerta bumi Brawijaya V dengan puteri Cempa. Dalam perjalanannya ke Majapahit, Raden Patah menasehati adiknya Raden Timbal, agar meneruskan perjalananya ke majapahit, sementara dirinya akan nyantri dulu kepada sunan ampel. Setelah menyelesaikan masa belajarnya ia ditugasi untuk mengajarkan agama islam dengan membuka pesantren di Ghagahwangi (Glagaharum) termasuk kabupaten Jepara yang kemudian terkenal dengan nama Bintaro.

Setelah berdirinya kerajaan demak yan juga dibidani oleh wali songo maka pendidikan islam makin mantap posisinya. Secara operasional tetap dilaksanakan oleh para wali, dan searah struktural mendapat dukungan penguasa. Disamping itu walisongo adalah para penasehat sultan, sehingga terjalin hubungan yang sangat erat antara ulama dan umara dalam membangun masyarakat.[9] Adapun kiprah para wali tersebut dapat digambarkan sebagai berikut ;

a.       Sunan Ampel

Merupakan keponakan Ratu Dwarawati yang sebelumnya telah diangkat oleh raja majapahit sebagai gubernur diampel dan diberi kebebasan untuk menyabarkan agama islam selama tidak dengan paksaan, walaupun raja sendiri tidak bersedia masuk islam. Dalam waktu yang tidak terlalu lama raden rahmat telah berhasil mengislamkan hampir seluruh penduduk Ampel, yang waktu itu jumlahnya lebih kurang 3,000 kepala keluarga. Ia mempunyai pesantren Ampel Denta.

b.      Sunan Bonang

Putera sunan ampel yang mempunyai daerah binaan disekitar Tuban dan Rembang. Sebagaimana ayahhandanya, sunan bonang juga mendirikan podok  di daerah tuban untuk mendidik serta menggembleng para kader islam. Konon dialah yang menciptakan Gending Dharma setelah berusaha mengganti nama-nama hari nahas menurut kepercayaan hindu digantinya dengan nama malaikat serta para Nabi. Ada sebuah kitab yang di sebut suluk sunan bonang. Buku tersebut besar kemungkinannya adalah berisis kumpulan catatan pelajaran yang pernah diberikan sunan bonang kepada para muridnya.

c.       Sunan Giri

Tamatan pesantren ampel denta seangkatan dengan sunan bonang, keduanya pernah dikirim untuk melanjutkan belajar diluar Negeri, kemungkinan ke mekkah. Dalam perjalanan mereka bertemu Syaikh Ishak, yang akhirnya diketahui sebagai ayahnya. Dari pertemuan tersebut sunan Giri di beri segenggam tanah yang nantinya harus didirikan pesantren,  yang telah di cari terletak di Giri. Disanalah akhirnya sunan giri mendirikan pesantren Giri kedaton. Belum genap usia 3 tahun, pesanten tersebut telah terkenal keseluruh tanah jawa , bahkan sampai ke pulau-pulau lain seperti Madura, Lombok, Makassar, Kalimantan, Hitu dan ternate.

Dengan keterangan ini dapat ditegaskan bahwa Giri adalah pesantren yang mempunyai peranan penting pada waktu itu bahkan diceritakan sunan giri telah berhasil menciptakan metode pengajaran melalui permainan yang dikenal dengan nama ; lir-ilir, jelungan, jamuran, gendit-gerit, jor guls ganti, cublak-cublak suweng. Bahkan dikabarkan sebagai pencipta gending asmara dana dan pucung.

d.      Sunan Kudus

Merupakan menantu sunan bonang, ia terkenal dengan sebagai ulama syari’ah dan terkenal keahliannya dibidang muamalah. Dengan keahliannya itu ia memegang jabatan sebagai hakim tinggi dan panglima militer di Demak. Adapun kiprah pendidikannya kurang mendapat publikasi, mungkin beliau banyak disibukkan dengan tugas-tugas kenegaraan.

e.       Sunan Drajat

Beliau juga putra dari sunan ampel yang juga menjabat sebagai penasehat Raden Patah dalam mengurus pemerintahannya. Perhatiannya secara khusus di tujukan kepada usaha peningkatan kesejahteraan sosial masyarakat. Untuk itu, tugas pokoknya mengkoordinasikan masalah zakat, infaq dan sadaqah. Ia banyak menganjurkan hidup sederhana dan terikat, baik kepada santrinya atau masyarakat secara luas.

f.       Sunan Muria

Raden prawoto yang menjadi saudara ipar dari sunan kudus, beliau mempunyai spesialisasi dibidang tasawuf yang dikenal zuhud dan pendiam, tetapi fatwanya dikenal cukup keras dan tajam. Sejalan dengan profesinya sebagai sufi, ia bertempat tinggal di kaki gunung muria, suatu tempat yang terpencil waktu itu.

g.      Sunan kalijaga

Raden Syahid ipar sunan ampel ini juga beristrikan saudara sunan Giri. Raden syahid sejak kecil hidup dilingkungan keluarga istana temenggung Ario Tejo, atau adipati wilwatikta di Tuban. Ia dikenal sebagai ahli sosial yang selalu berkeiling daerah. Ia dalam mengajar selalu memanfaatkan media wayang kulit.

h.      Sunan Gunung Jati

Ia adalah putera Maulana Ishak dengan ibu keturunan arab Quraisy, ia terkenal sebagai politikus dan ahli militer. Setelah berhasil meningkatkan beberapa daerah dijawa barat, ia diangkat sebagai raja muda cirebon dan banten dibawah lindungan demak. Ketika usianya sudah mulai lanjut, sunan gunung jati memimpin pondok pesantren di daerah cirebon.

Demikian sekilas usaha-usaha wali songo dalam menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran islam pada zaman wali songo. Adapun pendekatan yang digunakan pada waktu itu adalah metode ceramah secara langsung, uswah al-Hasanah, media kesenian, dan dalam hal hal tertentu digunakan ilmu kesaktian, yang biasa digunakan untuk menaklukkan atau menyadarkan orang-orang yang ingin berbuat curang, tamak, atau sombong sehingga merasa sadar dan berubah menjadi orang-orang baik.

5.    Kerajaan Mataram

Sultan Agung memerintahkan agar tiap-tiap ibu kota kabupaten di dirikan sebuah masjid agung, sebagai induk dari semua masjid daerah. Pada beberapa kabupaten juga didirikan pesantren besar lengkap dengan pondok-pondoknya sebagai tempat penampungan lulusan pendidikan yang sudah dilaksanakan di desa-desa dan pengajian kitab. Bahkan pada zaman kerta sura terdapat banyak pesantren yang dapat dijadikan sebagai tanah pendidikan, disamping itu pendidikan islam juga mempunyai organisasi yang lengkap dan teratur, mulai dari tingkat rendah dan bentuk pengajian al-Qur’an, pengajian kitab, dan pesantren besar.[10]

6.      Kerajaan islam di Banjarmasin

Kerajaan islam di banjarmasin memegang peranan penting dalam menyebarkan agama islam sampai ke kalimantan. Kerajaan banjarmasin dipimpin oleh sultan Suriansyah. Sebagai kerajaan islam pertama, banjarmasin banyak mendirikan masjid sebagai sarana pengembangan islam. Kerajaan ini ketika di bawah oleh Sultan Tahmilillah, melahirkan ulama besar yang terkenal dengan nama Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjary. Ia banyak mengarang kitab, dan yang paling terkenal adalah kitab Sabil al Muhtadin. Ia diangkat sebagai mufti besar kerajaan yang selanjutnya berjasa dalam pendirian pesantren dikampung dalam pagar. Sekarang pesantren tersebut di kenal sebagai pesantren Dar al-Salam.

7.      Kerajaan islam di maluku

Islam masuk maluku dibawah oleh muballigh di jawa sejak zaman sunan giri dan dari malaka. Raja maluku yang pertama masuk islam adalah raja ternate bernama mahrun tahun 1465-1486 M. Kemudian raja maluku yang terkenal dibidang pendidikan dan dakwah islam adalah sultan Zainal Abidin, tahun 1486-1500 M, kerajaan ini berjasa menghambat upaya keristenisasi baik yang dilakukan dengan portugis maupun belanda.

8.      Kerajaan di Sulawesi

Kerajaan yang pertama kali berdasarkan islam adalah kerajaan kembar Goa Tallo tahun 1650 M dengan raja Sultan Abdullah Awwalul Islam. Selanjutnya dibawah kekuasaan sultan Alaudin, dalam waktu dua tahun seluruh rakyatnya telah memeluk islam. Guru yang berjasa ialah Abdul Qadir Khatib Tunggal Talo Ri Bandung yang dari minangkabau. Ia termasuk murid sunan giri.

Di antara ulama’ besar kelahiran sulawesi adalah syeikh Maulana yusuf yang pernah belajar di Makkah pada tahun 1644 M. Ia pulang ke Indonesia dan menetap di Banten. Ketika mengajar  banyak santrinya yang berasal dari makassar, dan karena memberontak Belanda, maka ia di buang ke sri lanka dan wafat di Afrika selatan.

Baca juga artikel yang lain;

  1. Konsep Dasar Psikologi
  2. Metode Kajian Psikologi
  3. Biografi Ibnu Thuffail
  4. Konsep Dasar Puasa Sunnah
  5. Pendidikan Wanita dalam Islam
  6. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu-ilmu yang Lain
  7. Sejarah Pendidikan Islam
  8. Sejarah Perkembangan Psikologi
  9. Jarh wa Ta'dil
  10. Sosiolinguistik Amerika dan Indonesia
  11. Menonton Telivisi dan Pembentukan Karakter
  12. Budaya Membaca dan Budaya Menonton TV

[1] Prof.Dr.H.Haidar Putra Daulay,MA, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia (Jakarta: Kencana. 2004) hal 145-146)

[2] Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2000),hal.135

[3] Musyrifah Sunarto, Sejarah Peradaban Islam indonesia, (Jakarta : PT.Grafindo Persada,2005)hal 8

[4] Husein Haikal, Sejarah hidup Muhammad (Jakarta: Intermasa, 1993) hal 143

[5] Ibid, hal 145

[6] Muhammad Yunus, sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Hidakarya Agung,1989) hal 79

[7] Muhammad Yunus,sejarah pendidikan Islam di Indonesia ( Jakarta: mutiara, 1979) hal 13

[8] Tim Penyusun SPI (Jakarta: Ditbinpertais, 1986) hal 135

[9] Saifuddin Zuhri, Sejarah Kebangkitan Islam dan perkembangannya di Indonesia (Bandung: Al-Ma’rif,1979) hal 219

[10] Muhammad Yunus,sejarah pendidikan Islam di Indonesia, hal 220

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...