HOME

23 Februari, 2022

Cara Menyikapi Hadis Rasulullah SAW

Menyikapi sebuah hadis sebaiknya mengikuti langkah-langkah ulama agar tidak salah dalam memahaminya. Sesuai dengan kesepakatan ulama bahwa hadis adakalanya maqbul (di terima) dan mardud (di tolak). Hadis dari segi kuantitas terbagi dua; mutawatir dan ahad. Begitu pula dari segi matan, hadis terbagi pada tiga; shahih, hasan, dan dha‘if. Dari macam-macam hadis ini terbagi lagi pada beberapa macam hadis sesuai dengan kategori masing-masing. Hadis mutawatir sudah pasti bisa diterima berbeda dengan hadis ahad yang terjadi perbedatan antara ulama tetapi yang pasti adalah hadis ahad bisa diterima jika berkualitas sahih sanad dan matan. Seperti definisi yang dipaparkan oleh ‘Abd al-Mun‘im Salim dalam kitabnya Taisir ‘Ulum al-H}adith li al-Mubtadi’in:

الحديث الصحيح هو المسند المتصل إسناده بنقل العدل الضابط عن العدل الضابط الى منتهاه من غير شذوذ ولا علة.[1]

Hadis sahih ialah musnad yang sanadnya bersambung dengan periwayatan perawi yang ‘adil dan dhabit yang berasal dari orang-orang yang adil dan dabit sampai akhir sanad tanpa adanya kejanggalan dan cacat.

Definisi ini memunculkan beberapa syarat hadis untuk menjadi sahih sehingga bisa di terima yakni muttashil, ‘adl, dhabit, ghairu shazh, dan ghairu ‘illah. Tiga syarat yang pertama berkenaan dengan ke-shahih-an sanad sedangkan syarat dua terakhir berkenaan dengan sanad dan matan. Sebuah hadis bisa di terima dengan syarat sanad dan matannya sama-sama sahih karena sanad yang sahih tidak menjamin ke-sahih-an matan oleh karenanya kedua-duanya perlu di teliti. Langkah pertama yaitu meneliti para rawi hadis satu-persatu sehingga diketahui apakah ada rawi yang cacat sehingga mengurangi kualitas hadis atau mungkin menyebabkan hadis tersebut dha‘if. Baru kemudian meneliti matan hadis. M Syuhudi Ismail mengatakan bahwa dalam meneliti matan harus melakukan beberapa langkah di bawah ini:

1)   Meneliti matan dengan melihat kualitas sanad hadis

2)   Meneliti susunan lafal dari berbagai matan yang semakna

3)   Meneliti kandungan matan.

Poin pertama perlu dilakukan karena kualitas sanad tidak menjamin kualitas matan. Poin kedua perlu dilakukan untuk mengetahui adanya persamaan amupun perbedaan baik dari segi lafazh maupun makna. Poin ketiga adalah memahami subtansi hadis itu sendiri sehingga bisa mengetahui apakah bertentangan dengan al-Qur’an, Hadis lain, akal, fakta sejarah, atau penelitian ilmiah. Kesimpulannya adalah tidak boleh serta merta menjustifikasi hadis sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu.

Baca juga artikel yang lainya:

[1] Abu ‘Abd al-Rah}man ‘Amr ‘Abd al-Mun‘im Salim, Taisir ‘Ulum al-H}adith li al-Mubtadi’in (T.k: Dar al-D}iya’, 2000), 14. Lihat pula T}ah}}an, Taisir Must}alah}…, 30.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...