HOME

08 Februari, 2022

Metode Kajian Psikologi

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
 Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.

Psikologi adalah ilmu yang tergolong muda (sekitar akhir 1800an). Tetapi, orang di sepanjang sejarah telah memperhatikan masalah psikologi. Seperti filsuf Yunani terutama Plato dan Aristoteles. Setelah itu St. Augustine (354-430) dianggap tokoh besar dalam psikologi modern karena perhatiannya pada intropeksi dan keingintahuannya tentang fenomena psikologi. Descrates (1596-1650) mengajukan teori bahwa hewan adalah mesin yang dapat dipelajari sebagaimana mesin lainnya. Ia  juga memperkenalkan konsep kerja refleks. Banyak ahli filsafat terkenal lain dalam abad tujuh belas dan delapan belas—Leibnits, Hobbes, Locke, Kant, dan Hume—memberikan sumbangan dalam bidang psikologi. Pada waktu itu psikologi masih berbentuk wacana belum menjadi ilmu pengetahuan.

Dalam perkembangannya kini, psikologi memiliki beberapa perspektif/mahzab yang masing-masing memiliki sudut pandang dan karakteristiknya sendiri-sendiri. Mahzab-mahzab tersebut adalah psikoanalisa, behavioristik, danhumanistik. Dengan fenomena seperti ini, para generalist psychologist  kini sedang melakukan pengembangan ilmu psikologi ke arah yang komperehensif, meskipun secara spesialis dan praktikal pengembangan psikologi juga berkembang.

B.     Rumusan Masalah
Dari judul yang telah penulis buat, dapat dirumuskan masalah sebagai bahan pembahasan makalah ini sebagai berikut :
1.      Apa saja jenis-jenis metode kajian psikologi yang bersifat filosofis ?
2.      Apa saja jenis-jenis metode kajian psikologi yang bersifat empiris ?

C.    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.   Untuk mengetahui dan memahami dengan jelas jenis-jenis metode kajian psikologi yang bersifat filosofis
2.   Untuk mengetahui dan memahami dengan jelas jenis-jenis metode kajian psikologi yang bersifat empiris


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Metode Filosofis
Metode yang bersifat filosofis dapat dibagi menjadi tiga bagian, yakni sebagai  berikut[1] :
1.    Metode intuitif
Metode ini dapat dilakukan dengan jalan sengaja melakukan penyelidikan atau dengan tidak sengaja seperti halnya dalam pergaulan sehari-hari. Dalam keadaan yang terakhir ini, kita mengadakan evaluasi terhadap sesama, atau bisa juga kita benar-benar ingin mengetahui keadaannya dengan melalui kesan kita terhadap orang-orang yang sedang kita selidiki tersebut. Dalam hal ini, kesan pertamalah yang paling berperan dalam pengambilan kesimpulan.

Dilihat dari segi cara yang ditempuh, maka metode intuitif ini kurang memenuhi syarat. Karena itu, perlu dikombinasikan dengan metode-metode yang lain guna memperoleh kesimpulan yang dapat dipertanggung jawabkan dan dapat dipercaya kebenarannya.

2.      Metode Kontemplatif
Metode kontemplatif dilaksanakan dengan cara merenung-renungkan (Kontemplasi) terhadap objek yang diselidiki dengan mempergunakan kemampuan berpikir yang optimal.

Alat utamanya adalah pikiran yang benar-benar dalam keadaan objektif. Yaitu saat pikiran kita dalam situasi dan kondisi yang murni, tidak tercampur oleh pengaruh-pengaruh lain yang bersifat lahiriah dan biologis. Pikiran yang dalam keadaan objektif ini diperlukan agar dapat mencapai hakikat objek yang dituju.

Dewasa ini, metode kontemplatif dan juga metode intuitif tidak sepopuler metode empiris, disebabkan hasil metode itu dianggap terlalu spekulatif. Meskipun demikian, metode ini masih tetap diperlukan dalam lapangan psikologi.

3.      Metode yang Bersifat Filosofis Religius
Metode ini dilakukan dengan mempergunakan materi-materi Agama sebagai alat untuk menyelidiki pribadi manusia. Sebab, nilai-nilai yang yang terkandung dalam ajaran Agama itu merupakan kebenaran yang mutlak. Dengan kata lain, dalam menyelidiki jiwa manusia itu pihak penyelidik mempergunakan materi Agama yang terdapat dalam kitab suci sebagai norma standar dalam penilaian.

Metode ini juga tidak banyak dipergunakan dalam penyelidikan psikologi, meskipun sesungguhnya dapat digunakan terutama dalam menyelidiki kepribadian manusia.

B.     Metode Empiris
Agus Sujono menjelaskan bahwasanya metode empiris dapat dibedakan menjadi empat, diantaranya sebagai berikut : Metode Observasi, Metode Pengumpulan Bahan, Metode Eksperimen, dan Metode Klinis.[2]

1.      Metode Observasi[3]
Kata Observasi berasan dari kata to observe, yang memiliki arti meneliti atau mengamati.kemudian sebagai metode ilmiah, Sutrisno Hadi mengartikan observasi sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidi dengan sistematis.

Dengan menggunakan metode itu, peneliti mengadakan pengindraan terhadap objek yang diselidiki dengan sengaja sambil melakukan pencatatan-pencatatan terhadap gejala-gejala jiwa yang dibutuhkan dalam penyelidikan itu. Sementara untuk memperoleh data-data tentang gejala-gejala jiwa tersebut, peneliti dapat melakukan introspeksi, eksperimen, dan ekstropeksi.

a.      Introspeksi
Secara etimologi, introspeksi adalah melihat kedalam (intro), dan speksi berasal dari kata spektare yang artinya melihat. Dalam hal ini, yang dimaksud dengan metode introspeksi adalah suatu cara menyelidiki keadaan atau peristiwa jiwa yang sedang terjadi dalam dirinya sendiri. Penyelidikan terhadap diri sendiri termasuk suatu hal yang sangat sulit untuk dilakukan. Dikarenakan jiwa yang aktif harus menghentikan keaktifannya untuk membuat keaktifan yang lain.

Dismping itu, metode ini sukae mencapai segi objektivitas, karena orang sering tidak jujur dalam mengadakan penilaian terhadap dirinya sendiri, terutama dalam hal-hal yang mengandung cela. Introspeksi merupakan metode yang khas, karena manusia sendiri yang mampu mengadakan introspeksi ini, yang hanya terdapat dalam psikologi.

Menurut Wilhelm Wundt, istilah introspeksi itu kurang tepat, yang lebih tepat adalah retrospeksi (retro: kembali, dan spektare: melihat), jadi penyelidik melihat kembali peristiwa-peristiwa kejiwaan yang telah terjadi dalam dirinya sendiri. Dalam kata lain, penyelidik melakukan penelitian kembali terhadap peristiwa-peristiwa lampau yang telah dialaminya. Misalnya adalah orang hyang sedang marah. Orang yang sedang marah tidaklah mungkin pada saat yang bersamaan harus meneliti sebab-sebabnya marah. Tetapi peristiwa jiwa ini dapat diteliti setelah selesainya proses marah tersebut.

William Stern seorang psikolog Jerman mengemukakan beberapa kelemahn dari metode introspeksi :

1.    Seseorang sering tidak jujur dalam mengungkapkan hal-hal yang pernah dialaminya, terutama dalam hal-hal yang bersifat negatif pada dirinya, dan jika diungkapkan ia akan menanggung perasaan malu.

2.    Seseorang seringkali kekurangan perbendaharaan kata dalam melukiskan peristiwa-peristiwa jiwa yang sudan dan sedang dialaminya.

3.    Kerapkali sugesti dari diri sendiri maupun dari orang lain menyebabkan hasil yang tidak objektif. Prasangka, harapan, keinginan dan sebagainya memberi pengaruh langsung yang tidak kecil.

4.    Metode ini tidak dapat digunakan oleh anak-anak dan orang yang abnormal.

Disamping adanya kelemahan yang terdapat didalam metode introspeksi, metode ini juga memiliki kelebihan-kelebihan. Yang dalam garis besarnya dapat dikemukakan sebagai berikut :

1.    Metode ini merupakan metode yang khas, hanya terdapat pada manusia. Artinya, hanya manusialah yang dapat melihat apa yang sedang dialami dalam dirinya.

2.    Kadang-kadang ada beberapa hal yang terdapat pada diri seseorang yang tidak dapat diselidiki dengan menggunakan metode lain.

3.    Dengan menggunakan metode ini, seseorang dapat secara langsung menyelidiki peristiwa-peristiwa yang dialaminya, dimana orang lain tidak dapat menyelidikinya.

Meskipun metode introspeksi masih banyak memiliki kelemahan, namun metode ini masih dipertahankan dalam penyelidikan psikologi. Metode ini merupakan penggabungan antara metode introspeksi dengan eksperimen. Dengan jalan eksperimen ini, diharapkan sifat subjektifitas dari metode introspeksi akan dapat diatasi. Pada metode introspeksi murni, hanya diri penyelidiklah yang menjadi objek. Sementara pada metode introspeksi eksperimen, jumlah subjeknya banyak. Dalam hal ini, semakin banyak subjek eksperimen, hasilnya akan lebih objektif dan validitas datanya juga dapat lebih dipercaya. Metode ini dipelopori oleh Oswald Kulpe, seorang psikolog Jerman yang masih murid Wilhelm Wundt.[4]

b.      Ekstropeksi
Dari segi asal katanya, ekstropeksi berarti memiliki arti yakni melihat ke luar. Dipenggal terdiri dari dua kata yakni ekstro yang berarti keluar, dan speksi dari spektare yakni melihat. Dan sebagai metode, ekstropeksi berarti mempelajari dengan sengaja dan teratur gejala-gejala jiwa orang lain dan mencoba mengambil kesimpulan dengan melihat gejala-gejala jiwa yang ditunjukkan dari mimik dan pantomik orang lain.

Penggunaan metode ini juga dimaksudkan untuk mengatasi subjektifitas yang terdapat dalam metode introspeksi. Pada ekstropeksi, subjek penyelidikan bukan dirinya sendiri melainkan orang lain. Namun demikian, sebenarnya ekstropeksi ini tidak bisa lepas dari introspeksi, sebab mustahil seseorang akan dapat menyatakan, megetahui, ataupun menyimpulkan segala sesuatu yang terjadi pada diri orang lain kalau dirinya sendiri tidak pernah mengalaminya. Orang dapat mengatakan bahwa seseorang dalam keadaan susah, gelisah, gembira, tergesah-gesah, melamun, dan sebagainya jika dia sendiri pernah mengalami hal-hal yang dialami orang tersebut.

Akan tetapi, suatu hal yang perlu diperhatikan dalam pengambilan kesimpulan analogis dari hasil ekstropeksi ini adalah bahwa gejala-gejala kejiwaan yang sama belum tentu diakibatkan oleh sebab yang sama. Misalnya dua orang yang mengeluarkan air mata, keduanya memiliki sebab masing-masing. Yang satu susah dan yang satu gembira meluap-luap. Untuk itu, setiap observer dituntut hati-hati dalam mengambil kesimpulan, karena penggunaan metode ekstropeksi ini adalah untuk melengkapi metode ekstropeksi.

Metode ekstropeksi memiliki kelemahan juga memiliki kelebihan. Adapun kelebihan yang dimiliki metode ekstropeksi :

1.   Lebih memenuhi syarat ilmiah, karena metode ini lebih bersifat objektif.

2.   Dapat digunakan dalam meyelidiki anak-anak dan orang-orang yang menyimpang keadaan jiwanya (abnormal).
Disamping memiliki kelebihan, metode ekstropeksi juga memiliki kelemahan. Diantara kelemahan-kelemahan tersebut yakni sebagai berikut  :
1.  Metode ini hanya dapat menyelidiki gejala-gejala jiwa yang tampak saja, padahal tiap-tiap orang dalam mengeluarkan buah pikiran dan perasaannya tidak sama, terutama pada orang dewasa, yang dapat mengekspresikan sikap-sikap yang tidak wajar atau yang bertentangan dengan keadaan atau situasi jiwanya.

2.   Jika orang yang diselidiki tahu, terkadang ia memberikan kesan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang ada, sehingga apa yang disimpulkan diri dari hasil ekstropeksi itu akan berbeda dengan apa yang semestinya.[5]

 

2. Metode Pengumpulan Bahan[6]
Sebagai metode ilmiah, metode ini dilakukan dengan mengolah data-data atau bahan-bahan yang diperoleh dari kumpulan daftar pertanyaan, bahan-bahan riwayat hidup dan bahan-bahan lain yang berhubungan dengan apa yang sedang diselidiki.
Bahan-bahan yang telah diperoleh ini kemudian diklasifikasikan untuk ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum. Untuk mendapatkan data tersebut dapat dilakukan dengan angket, autobiografi dan pengumpulan benda-benda hasil kerja.

a.         Metode angket
Metode angket adalah cara penyelidikan kejiwaan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan baik lisan maupun tertulis, dan dari jawaban itu dapat ditarik kesimpulan tentang kesan kejiwaannya. Ditinjau dari sudut pelaksanaannya, angket dapat dibagi menjadi dua macam :

1.      Angket langsung, yaitu bilamana pertanyaan itu dijawab langsung oleh orang yang diselidiki.

2.      Angket tak langsung, yaitu bilamana pertanyaan itu dijawab oleh orang lain.

Kemudian, bila ditinjau dari segi jenisnya, metode angket ini terdiri dari dua jenis :

1.      Angket yang dilaksanakan secara lisan (sistem wawancara), yang biasanya disebut dengan istilah interview.

2.      Angket yang dilakukan secara tertulis, yang disebut question-naire.

Dan bila ditinjau dari segi luasnya objek penyelidikan, maka angket tersebut dapat diperinci lagi menjadi dua bagian :

1.      Angket umum, yaitu angket yang objek penyelidikannya mengenai masalah-masalah yang umum saja, misalnya pertanyaan tentang nama orang tuanya, penghasilan sebulan, pendidikan terakhir dan sebagainya.

2.      Angket khusus, yaitu jika yang diselidiki terbatas pada masalah-masalah yang khusus saja, misalnya masalah agama, apakah sebabnya menganut sebuah agama, mengapa tidak menjadi orang komunis saja dan lain sebagainya.

Metode angket ini dapat mengehmat waktu, biaya dan tenaga. Namun demikian, metode ini juga tidak luput dari kelemahan. Kelemahan-kelemahan metode angket ini adalah :

1.      Kadang-kadang orang yang diselidiki itu tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, dan kalaupun mau seringkali jawabannya tidak jujur.

2.      Kadang-kadang pertanyaan yang dibuat terlalu sukar bagi yang menjawab.

3.      Kadang-kadang sejumlah angket yang disebarkan itu kembalinya dalam jumlah yang tidak sesuai dengan baiaya dan tenaga yang dikeluarkan.


Terkait dengan kelemahan-kelemahan yang telah diapaparkan diatas, maka untuk mengurangi kelemahan itu, sebaiknya angket disusun berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

1.   Penetapan pokok masalah, supaya jawaban yang diperoleh tepat.

2.   Pertanyaan-pertanyaan harus disusun secara baik, jelas, tegas, dan terbatas serta mudah dimengerti.

3.   Sebarkan angket seluas-luasnya sehingga diperoleh jawaban yang banyak.

4.  Berilah kesempatan untuk memberi jawaban yang sejelas-jelasnya, jangan diharuskan secara singkat sehingga tidak jelas.

b.      Autobiografi (Riwayat Hidup)
Metode ini dipergunakan oleh peneliti dengan jalan mempelajari riwayat hidup seseorang yang sedang diteliti, baik yang ditulis sendiri maupun yang ditulis orang lain. Metode ini, disamping mempunyai keuntungan, juga mempunyai kelemahan. Yaitu apabila orang yang membuat biografi itu sepaham atau sehaluan, maka dalam membuat biografi akan dipengaruhi oleh sudut pandangnya, lebih-lebih lagi dalam pembuatan autobiografi.

Untuk mengatasinya, dan guna memperoleh gambaran yang lebih baik, maka dapat ditempuh dengan jalan menyelidiki biografi dari bermacam-macam penulis. Dengan demikian, peneliti akan memperoleh gambaran yang lebih lengkap dan dapat dipercaya, karena data-data didapat dari sumber yang banyak.

c.       Pengumpulan Hasil Kerja
Metode ini merupakan metode penyelidikan dengan jalan mengumpulkan gambar-gambar, karangan-karangan, pekerjaan tangan, permainan-permainan, termasuk buku harian seseorang dan sebagainya.

Dengan mengumpulkan benda-benda hasil kerja ini, dan mengadakan analisis terhadapnya, maka akan dapat diketahui perkembangan alam pikiran, perasaan, dan fantasi seseorang, sekaligus pencetusan dari keadaan jiwa orang yang bersangkutan. Lebih-lebih bagi anak kecil, gambaran-gambarannya sering dijadikan indikasi yang jelas bagi penyelidik.

3. Metode Eksperimen[7]
Metode ini merupakan metode penyelidikan dengan jalan mengadakan percobaan-percobaan untuk mengetahui kejiwaan seseorang. Karena renungan-renungan mengenai jiwa diasingkan kebenarannya, maka untuk menguji kebenarannya itu dilakukan percobaan-percobaan. Metode ini biasanya dilakukan didalam laboratorium dengan mengadakan berbagai macam eksperimen.

Dalam metode ini, yang perlu diperhatikan adalah hendaknya orang-orang mengadakan eksperimen harus dapat mengauasai situasi. Artinya, pihak eksperimenter itu harus dapat menimbulkan atau menghilangkan beberapa situasi sesuai dengan kehendaknya. Dengan demikian, eksperimenter akan dapat mengamati reaksi-reaksi tertentu dari orang yang sedang diperiksa. Dengan kata lain, situasi dalam eksperimen adalah memang sengaja dibuat. Empat syarat yang harus dipenuhi dalam mengadakan eksperimen :

1.    Pemeriksa harus dapat menetapkan sendiri saat timbulnya keadaan atau kejadian yang hendak dipelajarinya

2.    Pemeriksa harus mengikuti jalannya itu seteliti-telitinya dengan memusatkan seluruh perhatian kepada prosesnya

3.      Tiap-tiap pemeriksa harus dapat diulangi secukupnya, yaitu dalam keadaan yang sama, dan

4.      Pemeriksa harus menguasai syarat-syarat tersebut di atas.

Adapun kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh metode eksperimen ini adalah sebagai berikut :

1.      Dengan eksperimen, ada hal-hal yang dapat diselidiki dengan teliti dan berulang-ulang

2.      Tanpa menunggu timbulnya suatu peristiwa, orang dapat dengan cara secara teratur mengetahui sesuatu peristiwa yang sengaja ditimbulkan.

Disamping memiliki kelebihan, metode eksperimen juga memiliki kelemahan-kelemahan. Diantaranya sebagai berikut :

1.     Metode eksperimen hendaknya hanya dipakai sebagai bagian dari metode-metode lain yang lebih luas

2.   Jangan berpegang teguh pada perhitungan-perhitungan secara ilmu pasti, statis, tetapi analisa kuantitatif harus dikombinasikan dengan analisa kualitatif denagn mengingat gerak, waktu, ruang dan saling berhubungan.

Di Indonesia, test yang sering digunakan adalah scholastic achievement test, yaitu test yang biasanya digunakan dalam dunia pendidikan dan pengajaran, yang dibuat oelh guru sendiri. Test buatan guru itu ada yang berbentuk test subjektif,objektif,dan ada pula yang menggabungkan kedua bentuk tersebut.

Diantara karakteristik test subjektif adalah pertanyaan selalu dimulai dengan kata-kata jelaskan,mengapa, uraikan, terangkan, apa sebabnya, dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk pertanyaan demikian akan memberikan kemungkinan kepada penjawab untuk bercerita dan menjawab menurut sudut pandang dan analisis yang berlainan, karena itu ia disebut test subjektif. Sebuah test dikatakan reliable apabila test itu mempunyai ketepatan dan konsisten (dapat dipercaya kebenarannya). Misalnya, jika suatu test dicobakan kepada sekelompok kelas yang sama, maka test tersebut dapat disebut memiliki reliabilitas tinggi.

Baik test subjektif maupun test objektif, mempunyai segi kelemahan dan kelebihan maisng-masing. Keduanya sering dipadukan dan digunakan dalam bentuk gabungan.

4. Metode Klinis[8]
Metode yang digunakan untuk menyelidiki orang-orang yang menyimpang keadaan jiwanya (abnormal) ini disebut metode klinis, karena mula-mula timbulnya di lapangan klinis. Umunya, metode ini digunakan di rumah sakit jiwa. Dan kebanyakan yang menggunakan metode ini adalah para ahli psikologi dalam atau penyakit jiwa (psikiater) yang objeknya tidak dapat mengadakan introspeksi. Disinilah letak kelemahan dari metode ini, karena seakan-akan ada kesan bahwa objeknya terdiri dari orang-orang yang jiwanya tidak normal, sehingga hasil yang dicapainya pun kurang menggambarkan keadaan jiwa pada umumnya.
 
BAB III
PENUTUP
Cara pendekatan terhadap kejiwaan manusia dapat dilakukan secara filosofis maupun empiris. Metode yang bersifat filosofis ini dapat dibagi menjadi tiga bagian: Metode Intuitif, Metode Kontemlatif, dan Metode Religious. Dan metode empiris ada beberapa pembagian: Metode Observasi, Metode Pengumpulan Bahan, Metode Pengumpulan Hasil Kerja, Metode Studi Kasus, Metode Klinis, dan Metode Observasi Naturallistik.


DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Sarlito W, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Rajawali, 2005).

Walgito Bimo, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: CV. Andi Offset, 2015).

King Laura A, Psikologi Umum sebuah pandangan apresiatif, (Jakarta: Salemba Humanika, 2009).

 


[1]Sarlito W Sarwono, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Rajawali, 2005), 120.
[2]Ibid, 132.
[3]Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: CV. Andi Offset, 2015), 205.
[4]Laura A King, Psikologi umum sebuah pandangan apresiatif,  (Jakarta: 2009), 67.
[5]Ibid, 70.
[6]Ibid, 85.
[7]Laura A King, Psikologi umum sebuah pandangan apresiatif,  (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), 67.
[8]Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta:CV. Andi Offset, 2015), 363.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...