HOME

13 Februari, 2022

Pemilihan Metode, Media dan Alat Evaluasi Pembelajaran

Memiliki Wawasan dan Kreatifitas Dalam Pemilihan Metode, Media dan Alat Evaluasi Pembelajaran PAI


DAFTAR ISI

COVER............................................................................................... i

DAFTAR ISI...................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................. 1

A.    Latar Belakang............................................................................ 1

B.     Rumusan Masalah...................................................................... 5

C.    Tujuan ........................................................................................ 5


BAB II PEMBAHASAN.................................................................... 6

A.    Macam-Macam Metode Pembelajaran Pai................................. 6

B.     Media Pembelajaran Pai............................................................ 11

C.    Alat Evaluasi Pembelajaran........................................................ 15


BAB III KESIMPULAN.................................................................... 19


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Paradigma pembelajaran senantiasa mengalami perubahan.Perubahan dimaksudkan untuk perkembangan dan kemajuan pembelajaranyang dapat memberikan hasil yang lebih baik. Paradigma pembelajaran yang berkembang dan diterapkan selalu menyesuaikan dengan kondisi kekinian. Tidak berlebihan bilamana terdapat anggapan umum, bahwa pembangunan sumber daya manusia dimulai dari ruang-ruang kelas dalam lingkup pendidikan formal di sekolah. Proses pendidikan merupakan langkah nyata untuk mempersiapkan sumber daya manusia bagi kemajuan bangsa dan negara (human investment).

Salah satu cita-cita pendidikan diantaranya, proses pembelajaran dikelas mampu membentuk sumber daya manusia yang memiliki kapasitas dan kualitas yang dibutuhkan jaman, tanpa meninggalkan karakter humanis yang berkebangsaan. Melihat betapa pentingnya pembelajaran di kelas, sebagai bagian dari human investement, tentu proses pembelajaran di kelas harus memiliki kualitas yang di atas rata-rata. Penentu proses pembelajaran yang berkualitas terletak di tangan guru. Secara sederhana proses pembelajaran dikelas dapat diringkas dalam tiga tahapan utama. Ketiga tahapan tersebutantara lain: (1) persiapan; (2) pelaksanaan; dan, (3) evaluasi.

Terminologi guru berperan sebagai “fasilitator” pembelajaran, memiliki makna yang fungsional. Menjadi seorang fasilitator pembelajaran, tidak cukup dimaknai dengan memberikan bimbingan dan mendampingi pembelajar, tetapi berkaitan dengan sejauh mana guru mampu mengoptimalkan kewenangan yang dimilikinya sebagai seorang fasilitator pembelajaran. Sebenarnya sangat disadari bahwa guru, sebagai seorang pendidik memiliki kewenangan yang luas dalam mengelola pembelajaran dikelas yang diampunya. Kewenangan yang luas tersebut dapat dilihat dari peran guru yang multidimensi. Pertama, dilihat dari dimensi persiapan pembelajaran, guru berperan sebagai seorang desainer, yang memiliki kebebasan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Perencanaan pembelajaran dalam hal ini meliputi pembuatan RPP sekaligus berbagai persiapan yang dibutuhkan sebelum proses pembelajaran di kelas dilaksanakan, seperti penguasaan materi, penentuan sumber maupun media belajar, menentukan setting belajar (lingkungan yang meliputi situasi dan suasana belajar), dan lain sebagainya.

Kedua, dilihat dari dimensi pelaksanaan pembelajaran di kelas, guru memiliki peran sebagai konduktor. Dalam analogi yang sederhana, guru seolah-olah adalah seorang pemimpin orkestra musik yang banyak melibatkan banyak instrumen dan pemain musik yang beragam. “Guru sebagai konduktor” dalam hal ini adalah guru bertugas memimpin proses pembelajaran. Memimpin proses pembelajaran tidak diartikan guru mendominasi di dalamnya, tetapi guru memastikan rencana pembelajaran (learning design) benar-benar terlaksana dengan baik, dengan berbagai penyesuaian terhadap lingkungan kelas. Sebagai seorang konduktor dalam proses pembelajaran, guru harus mampu mengelola berbagai aspek yang dibutuhkan dalam situasi belajar. Termasuk kemampuan dalam mengelolasituasi yang muncul pada saat pembelajaran berlangsung, yang terkadangmenjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas. Sebagaimana tugas seorang konduktor dalam sebuah orkestra musik yang mampumenggabungkan berbagai macam instrumen musik menjadi sebuah simponi. Demikian halnya dengan pelaksanaan proses pembelajaran di kelas.

Ketiga, dimensi evaluasi. Penilaian yang ideal adalah penilaian yangmampu mencakup tiga ranah penting dalam pembentukan pengalaman belajar. Antara lain mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotor pesertadidik. Ini menjadikan penilaian tidak hanya pada penilaian pekerjaan siswa,tetapi juga penilaian terhadap kinerja siswa. Pekerjaan dan kinerja merupakan dua hal yang berbeda. Pekerjaan menunjuk pada hasil secara fisik, seperti jawaban soal, lembar kerja, laporan dan sebagainya yang bersifat fisik,sehingga penilaian terhadap pekerjaan dapat dilakukan setelah pembelajarandi kelas selesai. Berbeda dengan kinerja, penilaian kinerja peserta didikdilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam menilai kinerja peserta didik, yang menjadi indikator penilaian adalah partisipasi, performa,dan sikap peserta didik yang dapat diamati secara langsung oleh guru dan dicatat dalam lembar penilaian kinerja. Peran guru sebagai seorang evaluatorharus dijalankan secara profesional, sistematis, adil, dan terekam. Agar perantersebut terlaksana secara ideal, guru harus memberikan penilaian sebagaimana telah dirumuskan dalam desain pembelajaran. Penilaian akhir merupakan akumulasi dari pekerjaan dan kinerja.

Proses evaluasi tidak berhenti pada penilaian terhadap proses pembelajaran yang terpusat pada pekerjaan dan kinerja peserta didik saja. Evaluasi intern oleh guru terhadap keseluruhan tahapan utama pembelajaran yang diselenggarakannya pun harus dilakukan. Guru harus melakukan penilaian terhadap keseluruhan proses pembelajaran yang ia rancang dan ialaksanakan. Tujuannya agar guru menemukan kelebihan, kekurangan, maupun kendala-kendala yang dihadapi saat pelaksanaan proses pembelajaran. Guru juga perlu melakukan evaluasi diri dan memberikan tindak lanjut dari keseluruhan evaluasi yang dilakukannya, demi kemajuan kapasitasnya sebagai seorang pendidik.

Pelaksanaan pembelajaran yang meliputi tiga tahapan utama proses pembelajaran di kelas, mutlak memerlukan pertimbangan-pertimbangan dalam pemilihan metode pembelajaran yang sesuai. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat berbagai macam metode pembelajaran, antara lain: ceramah, tanya jawab, diskusi, demonstrasi,simulasi, sosiodrama, resitasi, karyawisata, dril, problem solving, dan lainnya.Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan memudahkan guru dan peserta didik dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Di sisi lain, pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan mampu memberikan pengalaman belajar pada peserta didik yang mencakup ranah kognitif, afektif,dan psikomotor.

Konsepsi student center, saat ini menjadi sebuah euforia pendidikan di Indonesia yang selama ini didominasi oleh porsi keaktifan guru daripada keaktifan siswa. Para pakar pendidikan menjadi lebih gencar dalam mensosialisasikan berbagai metode pembelajaran yang dapat menumbuhkan keaktifan siswa. Pemerhati pendidikan termasuk guru terdorong untuk menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam merancang metode-metode pembelajaran yang mampu membuat siswa aktif. Namun tidak dipungkiri pula, bahwa tuntutan ini menjadi sulit dipenuhi oleh guru manakala guru dihadapkan pada kendala-kendala baik yang bersifat internal maupun eksternal. Kendala internal berkaitan dengan kompetensi dan kemauan guruuntuk mampu mengimplementasikan metode pembelajaran yang sesuai dalam mata pelajaran yang diampunya. Kendala eksternal berkaitan dengan kondisi sekitar lingkungan belajar, apakah mendukung atau tidak untuk dapat menerapkan suatu metode pembelajaran.

Adanya tuntutan pendidikan di Indonesia, bahwa penyelenggaraan pembelajaran harus mampu membentuk karakter dan nilai-nilai budaya bangsa yang luhur, juga menuntut guru untuk dapat mengintegrasikan nilai-nilai tersebut dalam penyelenggaraan pembelajaran di kelas. Oleh sebab itu, pemilihan metode pembelajaran sebenarnya akan membantu guru mengimplementasikan pembelajaran yang dapat memunculkan nilai-nilailuhur tersebut. Melihat banyaknya tuntutan pelaksanaan pembelajaran yang ideal, untuk menentukan penggunaan suatu metode pembelajaran harus mempertimbangkan banyak hal. Tujuannya, agar metode pembelajaran yang dipilih dapat mencapai hasil yang hendak dicapai, memudahkan interaksi dan kegiatan belajar, memberikan pengalaman belajar bagi peserta didik secara fungsional, serta “membekas”.

Keberhasilan suatu pembelajaran dapat diraih manakala semua aspekyang berkaitan dengan pembelajaran membentuk hubungan yang sinergis, saling melengkapi, dan didukung oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya. Dukungan dari semua warga belajar tidak diperoleh begitu saja, tetapi harus dibangun melalui pola interaksi positif antara pendidik dan peserta didik. Seorang pendidik harus memiliki kepercayaan diri yang dilandasi dengan kapasitas, kualitas, dan komitmen yang kuat, sehingga mampu menumbuhkan kepercayaan peserta didik akan kemampuan pendidik sebagai seorang fasilitator pembelajaran. Guru sebagai seorang learning designer, konduktor, sekaligus evaluator harus mampu mengoptimalkan peranan-peranan fungsional tersebut agar keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran, bukan keberhasilan guru seorang, tetapi keberhasilan yang sama-sama diraih beserta peserta didik.


B.     Rumusan Masalah

1.      Bagaimana memilih metode pembelajaran PAI ?

2.      Bagaimana memilih media evaluasi pembelajaran PAI ?

3.      Bagaimana memilih alat evaluasi pembelajaran PAI ?


C.     Tujuan

1.   Untuk mengetahui metode pembelajaran PAI.

2.   Untuk mengetahui media evaluasi pembelajaran PAI.

3.   Untuk mengetahui alat evaluasi pembelajaran PAI.


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Macam – macam metode pembelajaran PAI

Dari bentuk keempat kriteria pengajaran PAI maka dapat disesuaikan apakah keempat kriteria itu termasuk dalam bidang studi Fiqih, aqidah akhlak, al-Qur’an Hadits, SKI dan mata pelajaran yang lain.

Yang mana dalam pengajaran agama dikenal beberapa metode dalam pengajaran seperti:

Metode Ceramah

Metode ceramah adalah cara penyampaian materi pendidikan melalui komunikasi satu arah yaitu dari pendidik kepada peserta didik (one way traffic comunication). Metode ini agak identik dengan tausiyah (memberi nasihat), dan khutbah.


Metode Tanya Jawab

Metode Tanya  jawab adalah dengan cara, satu pihak memberikan pertanyaan sementara piahak lainnya memberikan jawaban. Dalam pengajaran, guru dan atau peserta didik dapat memberikan pertanyaan ataupun jawaban.


Metode I’tibar

Metode I’tibar adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara mengambil pelajaran, hikmah, dan pengartian dari sebuah peristiwa dan atau kisah yang terjadi. Biasanya metode ini terkait dengan penyampaian metode Cerita atau Ceramah.


Metode Resitasi

Metode Resitasi adalah metode pendidikan dengan pemberian tugas. Biasanya metode ini terdiri dari tugas individu dan kerja kelompok. Metode ini dimaksudkan agar proses mengetahui dan memahami ilmu pengetahuan lebih efektif.


Metode Diskusi

Metode diskusi adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara bertukar pikiran, pendapat dengan menetapkan pengertian dan sikap terhadap suatu masalah. Dengan metode ini peserta didik akan mencapai titik kebenaran.


Metode Tamsiliyah

Metode tamsiliyah adalah cara memberikan perumpamaan kepada yang lebih faktual. Pendidikan dengan metode ini dapat memberikan pelajaran-pelajaran berharga dari perumpamaan-perumpamaan kepada peserta didik.


Metode Mukatabah

Metode mukatabah adalah pendidikan dengan cara korespondensi atau membuat surat-menyurat dalam berbagai tema (bahan pelajaran). Dengan metode ini hasil pengajaran yang disampaikan oleh pendidik akan lebih berkesan dan terkumpul dalam tulisan.


Metode Tafhim

Metode tafhim adalah pendidikan dengan cara memahami apa-apa yang telah diperoleh dari belajar sendiri atau dengan  guru pendidik. Dengan metode ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif mendapatkan makna secara mendalam terhadap bahan yang diterimanya.


Metode Cerita

Metode cerita adalah pendidikan dengan membacakan sebuah cerita yang mengandung pelajaran baik. Dengan metode ini peserta didik dapat menyimak kisah-kisah yang diceritakan oleh guru, kemudian mengambil pelajaran dari cerita tersebut.


Metode Uswatun Hasanah

Metode pemberitahuan contoh dan tauladan adalah pendidikan yang dilakukan dengan cara memberikan contoh-contoh yang baik (uswahtun al-hasanah) berupa prilaku nyata, khususnya ibadah dan akhlak. Contoh tauladan ini merupakan pendidikan yang mengandung nilai paradadogis tinggi bagi peserta didik[1].


Adapun tambahan metode pembelajaran di bawah ini serta langkah-langkahnya, sebagai berikut :

1. JIGSAW (MODEL TIM AHLI)

Langkah-langkah :

1.    Siswa dikelompokkan ke dalam = 4 anggota tim

2.    Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda

3.    Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan

4.    Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka

5.    Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh

6.    Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi

7.    Guru memberi evaluasi

8.    Penutup.


2. PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)

(Pembelajaran Berdasarkan Masalah)

Langkah-langkah :

1.    Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

2.    Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik, tugas, jadwal, dll.)

3.    Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

4.    Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya

5.    Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.


3. ARTIKULASI

Langkah-langkah :

1.    Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

2.    Guru menyajikan materi sebagaimana biasa

3.    Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang

4.    Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya

5.    Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya

6.    Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa

7.    Kesimpulan/penutup.


4. MIND MAPPING

Sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban

Langkah-langkah :

1.    Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai

2.    Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh siswa/sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban

3.    Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang

4.    Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban hasil diskusi

5.    Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru

6.    Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.

Berdasarkan dari penjelasan diatas jelaslah bahwa pentingnya metode dalam pendidikan. Karena dalam melakukan kegiatan belajar mengajar seorang guru menjalankan metode pembelajaran yang beraneka ragam akan membuat sarana kelas menjadi baik dan kelangsungan pembelajaran menjadi nyaman. Khususnya dalam pendidikan Islam di tingkat Sma.


B.     MEDIA PEMBELAJARAN

1.      PENGERTIAN MEDIA PEMBELAJARAN

Untuk memahami hakikat mengenai media pembelajaran maka harus kita pahami terlebih dahulu pengertiannya dalam segi bahasa. Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang berarti ‘tengah’, ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa arab, media adalah perantara (وسائل) atau pengantar pesan dari pengantar ke penerima.

Adapun berbagai pendapat dari ahli mengenai pengertian media. Menurut Santoso S. Hamidjojo, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang penyebar idea, sehingga gagasannya sampai pada penerima.

Menurut Mc Luhan, media adalah sarana yang disebut pula channel, karena pada hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu, kini dengan bentuan media batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.

Sedangkan menurut menurut Blake dengan Horalsen, media adalah saluran dimana perantara ini merupakan jalan atau alat untuk lalu lintas suatu pesan antara komunikator dengan komunikan.

Dari berbagai pengertian yang diutarakan para ahli mengenai media, dapat kita simpulkan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan. Maka selanjutnya dapat kita pahami mengenai media pembelajaran, secara umum media pembelajaran adalah alat bantu proses belajar mengajar. Segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran.

Media pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran yaitu penerima pesan  tersebut. Bahwa materi yang ingin di sampaikan adalah pesan pembelajarannya serta tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar mengajar. Dalam pembelajaran PAI maka media yang digunakan harus mampu menyampaikan materi pesan sehingga mencapai tujuan ataupun sasaran dari mata pelajaran PAI tersebut. Apabila media tidak dapat menjalankan sebagaimana fungsinya sebagai penyalur pesan yang diharapkan, maka media tersebut tidak efektif dalam arti tidak mampu mengkomunikasikan isi pesan yang diinginkan dan disampaikan oleh sumber kepada sasaran yang ingin dicapai.


2.      FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN

Media pembelajaran tentunya memiliki fungsi dalam penerapannya. Livie dan Lentz  mengemukakan empat fungsi media pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu fungsi atensi, fungsi efektif, fungsi kognitif, dan fungsi kmpensatoris. Masing-masing fungsi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1.   Fungsi atensi berarti media fisual merupakan merupakan inti, menarik dan mengarahkan perhatian pembelajaran unuk berkonsentrasi kepada isi pembelajaran yang  berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi pelajaran.

2.    Fungsi afektif maksudnya media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan pembelajaran ketika belajar  membaca teks bergambar. Gambar ataulambang visual akan dapat menggugah emosi dan sikap pembelajar. 

3.  Fungsi kognitif bermakna media visual mengungkapkan bahwa lambang visual memperlancar pencapaian tujuan untuk mmahami dan mendengar informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.

4.    Fungai kompensatoris artinya media visual memberikan konteks untuk memahami teks, membantu yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasi informasi dalam teks dan mengikatnya kembali.


PENGELOMPOKKAN MEDIA PEMBELAJARAN

Perkembangan media pembelajaran mengikuti arus teknologi. Berdasarkan perkembangan teknologi tersebut, maka media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu media auditif yaitu media yang hanya dapat didengar saja, atau media yang hanya memiliki unsur suara, seperti radio, tape recoder, kaset, piringan hitam dan rekaman suara. Kemudian ada media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak mengandung unsur suara. Beberapa hal yang masuk kedalam media ini adalah film slide, foto, transparansi, likisan, gambar dan berbagai bentuk bahan yang dicetak seperti media grafis dan lain sebagainya.[2] Adapun media  teknologi audio visual, merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesi-mesin mekanis dan elektronik, untuk menyampaikan pesaan-pesaan audio visual.[3] Dan yang terakhir ialah media berbasis komputer, merupakan media yang menarik, atraktif, dan interaktif. Pembelajaran melalui media komputer memberikan bekal kepada pembelajar berbagai karakter yang menjadi kekuatan dan kelemahan suatu media.


KRITERIA PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

Harus disadari bahwa setiap media memiliki kelemahan dan kelebihan. Pengetahuan tentang keunggulan dan keterbatasan media menjadi penting bagi guru dapat memperkecil kelemahan atas media yang dipilih oleh guru sekaligus dapat langsung memilih berdasarkan kriteria yang dikehendaki. Kriteria pemilihan media pembelajaran yaitu:

Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan instruksional yang telah ditetapkan baik dari segi kognitif, afektif, dan psikomotor.

Keterpaduan (validitas).Media harus tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip atau generalisasi.

Media harus praktis, luwes dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang mahal dan memakan waktu yang lama bukanlah jaminan. Sebagai media yang terbaik. Sehingga guru dapat memilih media yang ada, mudah diperoleh dan mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat digunakan dimanapun dan kapanpun dengan peralatan yang ada di lingkungan sekitarnya, dan mudah dibawa dan dipindahkan ke mana-mana.

Media harus dapat digunakan guru dengan baik dan terampil. Apapun medianya, guru harus mampu menggunakan dalam proses pembelajaran. Komputer, proyektor transparansi (OHP), proyektor slide, dan film, dan peralatan canggih lainnya tidak akan berarti apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses belajar mengajar di kelas.

Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya visual pada slide harus jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.

Media yang digunakan harus sesuai dengan taraf berfikir siswa. Media yang digunakan harus dapat menunjang dan membantu pemahaman siswa terhadap pelajaran tersebut sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

 

C.     Alat Evaluasi Pembelajaran

Pengertian Evaluasi Pembelajaran PAI

Evaluasi secara etimologi berasal dari kata “to evaluate” yang berarti “menilai”. Evaluasi pendidikan agama ialah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu pekerjaan di dalam pendidikan agama. Evaluasi adalah alat untuk mengukur ampai dimana penguasaan murid terhadap pendidikan yang telah diberikan.[4]

Yang dimaksud dengan penilaian dalam pendidikan adalah keputusan-keputusan yang diambil dalam proses pendidikan secara umum; baik mengenai perencanaan, pengelolaan, proses dan tindak lanjut pendidikan atau yang menyangkut perorangan, kelompok, maupun kelembagaan.[5]

Oleh karena itu, yang dimaksud dengan evaluasi dalam pendidikan agama Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan agama islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai islam sebagai tujuan dari pendidikan islam itu sendiri.[6] Atau lebih singkatnya yang dimaksud dengan evaluasi disini adalah evaluasi tentang proses belajar mengajar dimana guru berinteraksi dengan siswa.


Tujuan Evaluasi Pembelajaran PAI.

Tujuan evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar (termasuk belajar mengajar pendidikan agama): untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi taraf perkembangan dan kemajuan yang diperoleh muri, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetepkan dalam kurikulum. Disamping itu agar guru dapat menilai daya guna pengalaman dan kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sekaligus mempertimbangkan hasilnya serta metode mengajar dan sistem pengajaran yang dipergunakan apakah sudah sesuai dengan yang diharapkan dalam kurikulum.[7]

Tujuan evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Selain itu, program evaluasi bertujuan mengetahui siapa diantara anak didik yang cerdas dan yang lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat mengejar kekurangannya, sehingga naik tingkat, kelas maupun tamat sekolah. Sasaran evaluasi tidak hannya bertujuan mengevaluasi anak didik saja, tetapi juga bertujuan mengevaluasi pendidik, sejauh mana ia bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan pendidikan islam.[8]


Macam Evaluasi Pembelajaran PAI.

Macam-macam jenis evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar pendidikan agama di sekolah dapat dibedakan sebagai berikut:[9]

1.      Evaluasi Formatif

Evaluasi Formatif yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan satu pokok bahasan. Dengan demikian evaluasi hasil belajar jangkan pendek. Dalam pelaksanaannya di sekolah evaluasi formatif ini merupakan ulangan harian.


2.       Evaluasi Sumative

Evaluasi Sumative yaiyu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan beberapa pokok bahasan. Dengan demikian evaluasi sumative adalah evaluasi hasil belajar jangka panjang. Dalam pelaksanaannya di sekolah, kalau evaluasi formative dapat disamakan dengan ulangan harian, maka evaluasi sumative dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester.


3.      Evaluasi Placement

Jika cukup banyak calon siswa yang diterima di suatu sekolah sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk pembagian diperlukan pertimbangan khusus. Apakah anak yang baik akan disatukan di satu kelas ataukah semua kelas akan diisi dengan campuran anak baik, sedanmg dan kurang, maka deperlukan adanya informasi. Informasi yang demikian dapat diperoleh dengan cara evaluasi placement. Tes ini dilaksanakan pada awal tahun pelajaran untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswa berkaitan dengan materi yang telah disampaikan.


4.      Evaluasi Diagnostic

Evaluasi Diagnostic ialah suatu evaluasi yang berfungsi untuk mengenal latar belakang kehidupan (psikologi, phisik dan milliau) murid yang mengalami kesulitan belajar yang hasilnya dapat digunakann sebagai dasar dalam memcahkan kesulitan-kesulitan tersebut.


Alat-alat Penilaian.

Pada pelaksanaan evaluasi hasil belajar pengajaran agama, terdapat tiga bentuk alat evaluasi, yaitu: [10]

1.      Tes tertulis

Ialah tes, ujian atau ulangan, yang dialami oleh sejumlah siswa  secara serempak dan harus menjawab sejumlah pertanyaan atau soal secara tertulis dalam waktu yang sudah ditentukan. Terdapat dua jenis tes tertulis, yaitu tes esai dan Obyektive tes. Contohnya seperti lembar kerja siswa yang berupa soal pilihan ganda dan uraian.


2.      Tes Lisan

Ialah bila sejumlah siswa sorang demi seorang diuji secara lisan oleh seorang penguji atau lebih. Tes lisan ini bisa digunakan ketika siswa hafalan surat atau untuk menguji kemampuan membaca al-qur’an siswa.


3.      Observasi

Ialah metode/cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secar sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat/ mengamati siswa atau sekelompok siswa secara langsung. Dalam rangka evaluasi hasil belajar, observasi digunakan sebagai alat evaluasi untuk menilai kegiatan-kegiatan belajar yang bersifat keterampilan atau aspek Psikomotor.

Baca juga artikel yang lain;

  1. Konsep Dasar Psikologi
  2. Metode Kajian Psikologi
  3. Konsep Dasar Puasa Sunnah
  4. Menonton Telivisi dan Pembentukan Karakter
  5. Budaya Membaca dan Budaya Menonton TV
  6. Perbedaan Sekolah dan Madrasah
  7. Gejala Kejiwaan Manusia
  8. Penelitian Kuantitatif
  9. Memiliki Wawasan dan Kreatifitas Dalam Pemilihan Metode, Media dan Alat Evaluasi Pembelajaran PAI
  10. Konsep Dasar Statistik Pendidikan
  11. Data Statistik Pendidikan

BAB III

KESIMPULAN

Dalam pengajaran agama dikenal beberapa metode dalam pengajaran seperti:

Metode Ceramah

Metode Tanya Jawab

Metode I’tibar

Metode Resitasi

Metode Diskusi

Metode Tamsiliyah

Metode Mukatabah

Metode Tafhim

Metode Cerita

Metode Uswatun Hasanah

Media merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan pesan. Maka selanjutnya dapat kita pahami mengenai media pembelajaran, Segala sesuatu yang mampu menyampaikan pesan sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemampuan atau ketrampilan peserta didik untuk mendorong terjadinya proses belajar. Batasan ini cukup luas dan mendalam mencakup pengertian sumber, lingkungan, manusia dan metode yang dimanfaatkan untuk tujuan pembelajaran.

FUNGSI MEDIA PEMBELAJARAN

·         Fungsi atensi

·         Fungsi afektif

·         Fungsi kognitif

·         Fungai kompensatoris

Berdasarkan perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu:

·         Media Auditif

·         Media Visual

·         Media Teknologi

·         Media Berbasis Komputer


KRITERIA PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN

·         Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

·         Keterpaduan

·         Praktis, luwes dan bertahan

·         Dapat digunakan guru dengan baik dan terampil

·         Mutu teknis

·         Sesuai dengan taraf berfikir siswa

Evaluasi dalam pendidikan agama Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan agama islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai islam sebagai tujuan dari pendidikan islam itu sendiri. Tujuan evaluasi adalah mengetahui kadar pemahaman anak didik terhadap materi pelajaran, melatih keberanian dan mengajak anak didik untuk mengingat kembali materi yang telah diberikan. Ada beberapa macam evaluasi, yaitu evaluasi formatif, sumative, placement, dan diagnotics. Sedangkan alat dari evaluasi bisa menggunakan tes tulis, tes lisan ataupun observasi.


[1]  Ahmad Tafsir, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam (Bandung, Rajawali Press, 2004) H. 25.

[2] Wina Sanjaya, Media Komunikasi pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 118

[3] Cecep Kustandi & Bambang Sutjipto, Media Pembelajaran Manual dan Digital, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 30

[4]  Zuhairini dkk, Metodologi Penelitian Agama  (Solo: Ramadhani, 1993), 146.

[5]  Arif, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam  (Jakarta: Ciputat Press, 2002), 54.

[6] Ibid.,

[7] Zuhairini dkk, Metodologi Penelitian Agama,147.

[8] Choirul Anam, Metodologi Pendidikan Islam, 25.

[9] Zuhairini dkk,  Metodologi Penelitian Agama, 151.

[10] Adi Suryanto, Evaluasi Pembelajaran:Modul Belajar UT (Tangerang: Universitas Terbuka, 2017), 2.22.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...