HOME

12 Februari, 2022

Gejala Kejiwaan Manusia


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Ditinjau dari asal katanya, psikologi berasal dari kata psyche yang berarti jiwa, dan Ligos yang berarti ilmu.Jadi secara istilah, psikologi berarti ilmu jiwa atau ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala kejiwaan. Tetapi dalam sejarah perkembangannya, kemudian arti psikologi menjadi ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Ini di sebabkan karena jiwa yang mengandung arti yang abstrak itu sukar untuk di pelajari secara objektif. Kecuali itu, keadaan jiwa seseorang melatarbelakangi timbulnya hampir setiap tingkah laku. Beragamnya pendapat para ahli psikologi tentang pengertian dari psikologi, sehingga bisa di simpulkan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan perbuatan individu dimana individu tersebut tidak dapat di lepaskan dari lingkungannya

Psikologi diakui sebagai ilmu mandiri pada akhir abad ke-19. Selama dua abad sebelumnya, berbagai model dikembangkan mengenai apa yang semestinya menjadi subjek studi psikologi dan bagaimana studi tersebut dilakukan. Secara spesifik, selama abad ke-17 dan ke-18, berbagai model psikologi saling bersaing untuk mendominasi yang lain.

Para psikolog bekerja di banyak situasi terapan yang berbeda-beda, dan memiliki berbagai macam peran, bahkan dalam lingkungan akademiapsikologi kontemporer cukup sulit diidentifikasi. Penelitian dan pengajaran psikologi dilakukan di departemen psikologi, ilmu kognitif, manajemen organisasi, dan hubungan sosial. Psikologi tampaknya berkembang menuju diversifikasi yang lebih besar daripada menuju suatu kesatuan kohesif.

Paling tidak, sistem-sistem psikologi yang dikembangkan pada abad ke-20 memberikan deskripsi yang masuk akal tentang bagaimana psikologi mencapai keragamanya. Fase sistem dalam perkembangan psikologi merupakan bagian penting dalam evolusi psikologi. Fase tersebut menunjukan kesulitan dalam mendefinisikan psikologi sebagai ilmu pengetahuan dan menempatkan psikologi dalam ilmu pengetahuan.

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Pengertian Psikologi

Psikologi lahir di jerman pada tahun 1870-an sebagai disiplin ilmiyah yang diakui. Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental. Psikologi merupakan cabang ilmu yang masih muda atau remaja. Sebab, pada awalnya psikologi merupakan bagian dari ilmu filsafat tentang jiwa manusia. Menurut plato, psikologi berarti ilmu pengetahuan yang mempelajari sifat, hakikat, dan hidup jiwa manusia (psyche = jiwa ; logos = ilmu pengetahuan)[1] .

Jiwa secara harfiah berasal dari perkataan sansekerta JIV, yang berarti lembaga hidup (levensbeginsel), atau daya hidup (levenscracht). Oleh karena jiwa itu merupakan pengertian yang abstrak, tidak bisa dilihat dan belum bisa diungkapkan secara lengkap dan jelas, maka orang lebih cenderung mempelajari “jiwa yang memateri” atau gejala “jiwa yang meraga/menjasmani”, yaitu bentuk tingkah laku manusia (segala aktivitas, perbuatan, penampilan diri) sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, psikologi butuh berabad-abad lamanya untuk memisahkan diri dari ilmu filsafat.

Pengertian Psikologi menurut beberapa ahli :

1. Psikologi menyelidiki berbagai panca indra, pengalaman, perasaan, pikiran dan kehendak (W. Wundt,1892)

2.  Psikologi mempelajari semua kesadaran, baik normal maupun abnormal (James Angell, 1910)

3. Psikologi adalah ilmu mental termasuk fenomena yang sering kita sebut sebagai perasaan, keinginan, kognisi, pikiran, keputusan dsb (William James, 1980)

4. Psikologi merupakan analisis ilmiah mengenai proses mental dan struktur daya ingat untuk memahami perilaku manusia (Richard Mayer, 1981)

5.  Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang hakekat manusia (Edwin G. Boring dan Herbert S.Langefeld)

6.  Ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup terhadap lingkungannya (Garden Murphy)[2]

Perkataan tingkah laku/perbuatan mempunyai pengertian yang luas sekali. Yaitu tidak hanya mencakup kegiatan motoris saja seperti berbicara, berjalan, berlari-lari, berolah-raga, bergerak dan lain-lain, akan tetapi juga membahas macam-macam fungsi seperti melihat, mendengar, mengingat, berpikir, fantasi, pengenalan kembali, penampilan emosi-emosi dalan bentuk tangis, senyum dan lain-lain.

Kegiatan berpikir dan berjalan adalah sebuah kegiatan yang aktif. Setiap penampilan dari kehidupan bisa disebut sebagai aktivitas. Seseorang yang diam dan mendengarkan musik atau tengah melihat televisi tidak bisa dikatakan pasif. Maka situasi dimana sama sekali sudah tidak ada unsur keaktifan, disebut dengan mati.

Pada pokoknya, psikologi itu menyibukkan diri dengan masalah kegiatan psikis, seperti berpikir, belajar, menanggapi, mencinta, membenci dan lain-lain. Macam-macam kegiatan psikis pada umumnya dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:

1.         Pengenalan atau kognisi

2.         Perasaan atau emosi

3.         Kemauan atau konasi

4.         Gejala campuran.[3]

Namun hendaknya jangan dilupakan, bahwa setiap aktivitas psikis/jiwani itu pada waktu yang sama juga merupakan aktifitas fisik/jasmani. Pada semua kegiatan jasmaniah kita, otak dan perasaan selalu ikut berperan, juga alat indera dan otot-otot ikut mengambil bagian didalamnya.


B.     Pengertian Gejala Jiwa.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, psikologi merupakan ilmu yang mempelajari proses mental dan perilaku pada manusia. Perilaku manusia akan lebih mudah dipahami jika kita juga memahami proses mental yang mendasari perilaku tersebut. Demikian juga kita akan lebih mudah memahami perilaku siswa jika kita memahami proses mental yang mendasari perilaku siswa tersebut Mengingat pentingnya pemahaman tentang proses mental tersebut, maka dalam bab ini akan dijelaskan beberapa akfivitas atau proses mental yang umum terjadi pada manusia, khususnya yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Proses mental juga sering disebut dengan gejala jiwa.


C.     Macam Macam Gejala Jiwa dan Karakteristiknya.

1.    Gejala Jiwa Kognisi (Pengenalan)

a.         Pengertian Kognisi Secara Etimologi

Istilah kognisi berasal dari bahasa Latin cognoscere yang artinya mengetahui. Kognisi dapat pula diartikan sebagai pemahaman terhadap pengetahuan atau kemampuan untuk memperoleh pengetahuan.[4]

b.       Pengertian Kognisi Secara Terminologi

Kognisi adalah kepercayaan seseorang tentang sesuatu yang didapatkan dari proses berpikir tentang seseorang atau sesuatu. Jadi gejala kognisi adalah gejala bagaimana cara manusia memberi arti pada rangsangan.

Menurut para ahli, teori psikologi kognisi dapat dikatakan berawal dari pandangan psikologi Gestalt di Jerman. Mereka berpendapat bahwa dalam meresepsi lingkungannya, manusia tidak sekedar mengendalikan diri pada apa yang diterima dari penginderaannya, tetapi masukan dari penginderaan itu diatur, saling dihubungkan dan diorganisasikan untuk diberi makna, dan selanjutnya dijadikan awal dari suatu perilaku.[5]

Pandangan teori kognisi menyatakan bahwa organisasi kepribadian manusia tidak lain adalah elemen-elemen kesadaran yang satu sama lain saling terkait dalam lapangan kesadaran (kognisi). Dalam teori ini, unsur psikis dan fisik tidak dipisahkan lagi, karena keduanya termasuk kedalam kognisi manusia.

Dalam perkembangannya, istilah kognisi berkembang menjadi suatu ranah psikologis manusia yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, dan keyakinan. Kognitif dipahami sebagai proses mental karena kognisi mencermikan pemikiran dan tidak dapat diamati secara langsung. Oleh karena itu kognisi tidak dapat diukur secara langsung, namun melalui perilaku yang ditampilkan dan dapat diamati. Misalnya kemampuan anak untuk mengingat angka dari 1-20, atau kemampuan untuk menyelesaikan teka-teki, kemampuan menilai perilaku yang patut dan tidak untuk diimitasi.

Gejala kognisi meliputi:

a.         Pengamatan dan Pengindraan

Pengindraan ialah penyaksian indera kita atas rangsangan yang merupakan suatu kompleks (suatu kesatuan yang kabur, tidak jelas). Dalam penginderaan bagian-bagian atau unsur-unsur dari ransangan yang belum terurai, masih menjadi satu, bahkan diri kitapun seakan-akan termasuk didalamnya. Jadi jiwa kita pasif. Misalnya pengindraan kita atas kendaraan-kendaraan yang simpang siur dijalan raya, panas terik matahari yang kita rasakan waktu kita asyik bermain dan sebagainya.

Sejak individu dilahirkan  secara langsung dapat berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu pula individu-individu secara langsung menerima  rangsangan dari luar disamping menerima rangsangan dari dalam dirinya sendiri, seperti mulai merasa kedinginan, panas, sakit, senang dan sebagainya. Individu mengenal dunia sekitarnya dengan menggunakan alat inderanya. Untuk jelasnya berikut ini adalah jenis-jenis atau kerjanya tiap-tiap indera  dari kelima panca indra kita sebagai berikut:[6]

1)     Indra penglihatan

Alat yang berhubungan dengan penginderaan ini adalah mata. Indera ini menerima perangsangan cahaya, dan kerjanya dapat dibedakan menjadi 3 golongan:

a)   Menurut adanya cahaya: terang dan gelap.

b)   Menurut Warna, ada warna-warna seperti: Merah, Jingga, Biru, Kuning,Ungu, hitam, putih dan abu-abu.

c)    Menurut ukuran: besar, bentuk dan jarak.

d)   Dalam Psikologi, dikenal empat warna pokok, yaitu: Merah, kuning, hijau dan biru. Jika masing-masing warna ini ditempatkan pada sudut segi empat, maka pada sisinya dapat kita temukan semua warna lainnya. Misalnya, warna ungu pada garis merah biru, oranye pada garis merah kuning, dan abu-abu pada garis hijau biru, dan lainnya.

2)     Indera Pendengaran

Kita mendengar dengan telinga. Pada pengindraan pendengaran di bedakan antara nada-nada (terdengar tenang dan teratur), dan desah-desah atau gersik (gelisah dan tidak teratur). Kekuatan nada itu tergfantung pada amplitudo dari getaran-getaran udara. Semakin tinggi jumlah getarannya semakin tinggilah nadanya. Nada dengan kekuatan 20.000-30.000 getaran perdetik tidak bisa lagi diamati noleh manusia. Nada paling rendah pada piano memiliki 27 getaran, sedangkan yang tertinggi memiliki 3. 480 getaran perdetik. Orang-orang yang lahir tuli, biasanya juga tidak bisa berbicara (bisu), sekalipun pada umumnya organ-prgan bicaranya normal keadaannya.

3)     Indera Pembau

Indera pembau berlangsung via perangsang-perangsang berbentuk gas yang mengenai selaput lendir hidung. Pada selaput lendir inilah terletak ujung-ujung syraf pembau. Menurut W. Henning (peneliti jerman 1924) ada 6 bau pokok, yaitu; bau busuk, bau bunga, bau buah, bau sangit, bau akar, bau getah

4)      Indera pengecap

Ini berlangsung karena adanya rangsangan-rangsangan  cairan pada lidah dan tekak (langit-lamgit) lunak. Kepekaan orang untuk indera pengecap ini pun sangat berbeda. Kita membedakan empat cita rasa/pengecapan, yaitu manis, asam, asin dan pahit. Sedangkan yang lainnya merupakan kombinasi dari keempat cita rasa itu.[7]

5)     Indera peraba

Indera ini menerima perangsang tekanan atau suhu dan sakit. Penginderaan terdapat pada seluruh tubuh, kecuali pada rambut, kuku dan gigi.

6)     Indra keseimbangan

Indera ini menerima perangsang gangguan keseimbangan. Indera ini terletak pada telinga. Bentuknya seperti rumah siput. Indera inilah yang menjaga tubuh kita agar tetap tegak atau tetap seperti keadaan semula.

7)     Indra Kinaesthesis (Kineo= gerak)

Pada peristiwa ini, perangsang-perangsangnya berupa gerak-gerak  dan ketegangan-ketegangan  pada otot-otot tubuh . inderanya terdapat pada persendian.

8)     Indera Organis/vital

Ini merupakan penginderaan lapar, dahaga, sesak napas (kekurangan udara) dan pembuangan. Tidak ada pengaruh perangsang dari luar. Indera yang berfungsi untuk ini adalah organ-organ pencernaan makanan, pernapasan, organ sirkulasi darah, hati dan lain-lain.

9)      Indera synaesthesi (indera penyerta)

Indera Synaesthesi adalah penginderaan tidak dengan indera yang bersangkutan, akan tetapi dengan indera lainnya.  Dalam pengelompokan indera ini dimasukan juga penggantian suatu indera lainnya. Misalnya, kebutaan mata digantikan oleh indera pendengaran dan perasa.

Pada umumnya pengindraan selalu disusul dengan pengamatan, terutama rangsangan-rangsangan yang menarik perhatian kita. Namun pengamatan hanya dapat di lakukan oleh manusia, hewan dan bayi tidak dapat melakukannya. Jadi dalam pengamatan jiwa kita aktif.

Manusia mengenal dunia ini secara riil, baik dirinya sendiri maupun dunia sekitarnya dimana dia ada, dengan melihatnya, mendengarnya, membawanya atau mengecapnya. Cara mengenal objek yang demikian itu disebut mengamati, sedangkan melihat, mendengar dan seterusnya disebut modalitas pengamatan. Hal yang diamati itu dialami dengan sifat-sifat; di sini, kini, sendiri dan bermateri.[8]

Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indera. Dan dapat juga diartikan pengamatan adalah hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya perangsang.

Dalam pengamatan dengan sadar orang dapat pula memisahkan unsure-unsur dari obyek tersebut. Misalnya, becak melampaui kita, mula-mula Nampak bulatnya (penginderaan), tetapi kemudian makin jelas catnya, belnya, pengendaranya, rodanya, dan sebagainya.

Proses pengamatan itu melalui 3 saat:

a)     Saat alami (physis) : saat indera kita menerima perangsang dari alam luar.

b)     Saat jasmani (saat physiologis) : saat perangsang itu diteruskan  oleh urat syaraf sensoris ke otak.

c)     Saat rohani (saat phychis) : saat sampainya perangsang itu keotak, kita menyadari perangsang itu dan bertindak.

Syarat-syarat terjadinya pengamatan ialah:

a)     Ada perhatian kita terhadap perangsang itu.

b)     Ada perangsang yang mengenai alat indera kita.

c)     Urat syaraf sensoris harus dapat meneruskan perangsang itu ke otak.

d)     Kita dapat menyadari perangsang itu.[9]

b.     Tanggapan

Tanggapan sebagai salah satu fungsi jiwa yang pokok ,dapat diartikan sebagai gambaran ingatan dari pengamatan ,ketika objek yang telah diamati tidak lagi berada dalam ruang dan waktu pengamatan. Jadi, jika proses pengamatan sudah berhenti, dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, peristiwa sedemikian ini disebut sebagai tanggapan. Misalnya tentang kesan pemandangan alam yang baru kita liahat, melodi indah yang baru menggema.[10]

Tanggapan disebut “laten”  (tersembunyi, belum terungkap) apabila tanggapan tersebut ada di bawah sadar , atau tidak kita sadari. Sedang tanggapan disebut aktual (actuel = sungguh) apabila tanggapan tersebut kita sadari.

Diantara gambar pengamatan dan gambar tanggapan ada gambar pengiring dan gambar editis.Gambar pengiring berlangsung singkat , yakni sesaat sesudah perangsangnya  berlalu. Sedang pada gambar tanggapan perangsangnya sudah tidak ada lagi. Gambar editis banyak berlangsung pada anak-anak kecil dan anak muda, jarang terjadi pada orang dewasa.  Gambar editis itu sangat jelas, hidup dan mirip dengan gambar pengamatan  bahkan warna-warnanyapun masih jelas terukir dalam ingatan.[11]

Apabila tanggapan-tanggapan yang kita sadari itu langsung berpengaruh dalam kehidupan kejiwaan (berpikir, perasaan, dan pengenalan). Maka fungsi tanggapan tadi disebut sebagai “fungsi primer”. Selanjutnya , apabila tanggapan-tanggapan yang sudah tidak disadari dan ada dalam bawah sadar itu masih terus berpengaruh trhadap kehidupan kejiwaan kita maka fungsi tanggapan itu disebut sebagai “fungsi sekunder.” Bilamana fungsi tersebut menyangkut  pengalaman-pengalaman masa lampau, yang sedikit atau banyak pasti memberikan pengaruh pada kepribadian seseorang.

Individu yang memiliki “fungsi sekunder lemah” atau memiliki “fungsi primer dominan, mempunyai ciri khas, banyak gerakannya, lincah, charmant, menarik, ramah, mudah mengerti, namun dangkal pengetahuannya, suka mengajuk [menduga], brani, gagah, banyak humor, mempunyai kecenderungan untuk berlebih-lebihan, bermulut besar, gembira, akan tetapi juga mudah berkecil hati, suasana hatinya tidak tetap, dan mudah berganti-ganti. Sedangkan orang yang mempunyai  “fungsi sekunder dominan” memiliki sifat-sifat sebagai berikut : suasana hatinya tenang, tekun, hemat, teliti, wataknya tertutup, berbicara dan ketawanya sedikit, sering kelihatan kaku, tidak menarik dan membosankan.[12]

Perbedaan antara tanggapan dan pengamatan :

1)     Pengamatan terikat pada tempat dan waktu, sedang pada tanggapan tidak terikat pada waktu dan tempat.

2)   Objek pengamatan sempurna dan mendetail, sedangkan objek tanggapan tidak mendetail dan kabur.

3)     Pengamatan memerlukan perangsang, sedangkan pada tanggapan tidak ada perngsang.

4)     Pengamatan bersifat sensoris , sedang pada tanggapan bersifat immaginer (imajinasi).

Beberapa catatan praktis sehubungan dengan  tanggapan :

1)     Murid-murid harus kita beri prbendaharaan tanggapan yang besar, artinya kita harus memberi tanggapan sebanyak-banyaknya. Memperkaya perbendaharaan tanggapan dan menyempurnakan tanggapan dapat dicapai dengan pengajaran berupa sebab sesuatu yang betul-betul pernah dilihat anak-anak, tidak akan mudah dilupakan.

2)     Murid-murid dalam mengamati benda-benda itu hendaknya dengan mempergunakan alat-alat diri sebanyak-banyknya , seperti : pelihat, suara, dan gerak. Dengan demikian, tanggapan-tanggapan yang terkesan akan lebih kaya isinya.

3)     Pengajaran harus dihubungkan dengan apa yang telah diketahui oleh murid-murid. Sebab dengan cara demikian murid-murid akan dapat dengan mudah mencerna pelajaran itu, dan keterangan guru tidak jadi sia-sia.

Gejala yang terletak diantara pengamatan dan tanggapan :

1)     Bayangan pengiring dan bayangan edidetis

Gejala yang terletak diantara pengamatan dan tanggapan adalah “bayangan pengiring” dan bayangan “eidtis” . kedua bayangan tersebut dapat diamati oleh orang yang bersangkutan.

Kalau diurutkan gejala-gejala tersebut  sebagai berikut : mengamati – bayangan pengiring – bayangan – eiditis – tanggapan – pengertian, yang masing-masing gejala tersebut mempunyai perbedaan kualitatif. Bayangan pengiring optis tidak mempunyai tempat yang pasti dalam medan penglihatan, sebab bayangan itu berpindah-pindh sesuai dengan gerakan mata. Misalnya apabila kita berdiri di halaman pada waktu sinar ,atahari menyorot diri kita, dan dalam waktu sejenak kita pandang bayangan kita sendiri dengan tidak memejamkan mata, maka apabila kita sekarang melihat ke langt maka disana akan ada bayangan serupa yang kita pandang itu.

Suarapun kadang mempunyai bayangan pengiring. Misalnya kalau kita semalam  suntuk baru saja menyaksikan pertunjukkan wayang kulit maka paginya sering suara gamelan itu masih terdegar, meskipun kita sudah berada jauh dari tempat pertunjukkan.

Bayangan eiditis (eidos = arca, golek) yaitu suatu gambaran yang jelas yang didapat setelah adanya pengawasan. Gambar ini sifatnya lebih tahan lama , lebih jelas dari bayangan pengiring. Yang bersankutan dalam mengamatinya seolah-olah bendanya ada dihadapannya, dan kadang-kadang ia menggerakkan kepala dan membut sikap sedemikian rupa supaya  benda yang diamati itu kelihatan jelas.[13]

Bayangan eiditis ini diketemukan oleh Urbant-Schitseh,dan disediliki  secara mendalam oleh dua bersaudara Erich dan Walter Jaensch menurut jaensch dibedakan  sebagai berikut :

a)     Ada orang yang mempunyai bayangan eiditis bertipe tetnoid (tipe T) bayangannya lebih menyerupai bayangan pengiring, gambarnya kaku dan tidak dapat dipengaruhi oleh kehendak.

b)     Ada orang yang mempunyai bayangan eiditis bertipe basedoid (tipe B) bayangannya mempunyai banyak persamaan dengan tanggapan, dapat dihidupkan dan dan dapat pula diubah bentuknya.

c.          Fantasi

Fantasi adalah daya jiwa untuk membentuk atau mencipta tanggapan tanggapan baru dengan bantuan tanggapan tanggapan yang sudah ada.[14] Jenis jenis fantasi adalah sebagai berikut :

1)   Fantasi Mencipta

Fantasi yang terjadi atas inisiatif atau kehendak sendiri, tanpa bantuan orang lain atau jenis fantasi yang mampu menciptakan hal hal baru. Fantasi macam ini biasanya lebih banyak dimilki oleh para seniman, anak-anak, dan para ilmuwan.[15]

2)   Fantasi Tuntunan atau Terpimpin

Fantasi yang terjadi dengan bantuan pimpinan atau tuntunan orang lain. Dalam hal ini misalnya kita sedang membaca buku, kita mengikuti alur pengarang dalam ceritanya.

Fungsi Pokok Fantasi adalah sebagai berikut:

1)    Fantasi Mengabstrahir (mengabstraksi)

Fantasi dengan menyaring atau memisahkan sifat sifat tertentu dari tanggapan yang sudah ada. Misalnya anak yang belum pernah melihat gurun pasir, maka dalam fantasi, mereka membayangkan bahwa gurun pasir seperti lapangan tanpa pohon pohon disekitarnya dan tanahnya berupa pasir semua.

2)   Fantasi Mengkombinir

Fantasi dengn menggaungkan dua atau lebih tanggapan tanggapan yang sudah ada, sehingga disusun menjadi satu tanggapan baru.[16]

3)   Fantasi Mendeternir

Fantasi dimana tanggapan lama dilengkapi, disempurnakan dan mendapatkan ketentuan yang lebih jelas dan terbatas sehingga tercipta tanggapan baru.

d.         Ingatan (Memory)

Ingatan (memory) ialah kekuatan jiwa untuk menerima, menyimpan, dan mereproduksikan kesan-kesan. Ada 3 unsur dalam perbuatan ingatan, ialah menerima kesan-kesan, menyimpan, dan mereproduksikan.

Dengan adanya kemampuan untuk mengingat pada manusia, berarti ada suatu indikasi bahwa manusia mampu untuk menyimpan dan menimbulkan kembali sesuatu yang pernah dialami. Namun, tidak berarti semua yang pernah dialami akan seluruhnya tetap tinggal dalam ingatan, oleh karena ingatan merupakan kemampuan yang terbatas.

Beberapa sifat ingatan, yaitu:

1)      Ingatan yang cepat dan mudah; artinya seseorang dengan cepat dan mudah dalam menerima kesan-kesan, misalnya: ada orang yang dengan cepat dapat mengingat baik-baik suatu lagu dan ada pula yang lambat.

2)        Ingatan yang luas, artinya: sekaligus seseorang dapat menerima banyak kesan dan dalam daerah yang luas.

3)    Ingatan yang teguh, artinya: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, tetap sebagaimana pada waktu menerimanya (tidak mudah lupa).

4)        Ingatan yang setia, artinya: kesan yang telah diterimanya itu tetap tidak berubah, melainkan tetap sebagaimana pada waktu menerimanya.

5)        Ingatan mengabdi atau patuh, artinya: bahwa kesan yang pernah dicamkan dapat dengan mudah direproduksikan secara lancar.[17]

Cara penyelidikan ingatan:

1)        Metode mempelajari (the learning method)

Metode ini merupakan metode untuk menyelidiki kemampuan ingatan dengan cara melihat sampai sejauh mana waktui yang diperlukan atau usaha yang dijalankan oleh subjek (S), untuk dapat menguasai materi yang dipelajari dengan baik, misalnya dapat menimbulkan kembal materi tersebut tanpa kesalahan.

2)       Metode mempelajari kembali (the relearning method)

Metode ini merupakan metode yang berbentuk di mana subyek disuruh mempelajari kembali materi yang pernah dipelajari sampai pada suatu criteria tertentu seperti pada mempelajari materi tersebut pada pertama kali.

3)       Metode rekontruksi

Metode ini merupakan metode yang berbentuk di mana subjek disuruh mengkonstruksi kembali sesuatu materi yang diberikan kepadanya. Dalam mengkonstruksi itu dapat diketahui waktu yang digunakan, kesalahan-kesalahan yang diperbuat sampai pada kriteria tertentu.

4)      Metode mengenai kembali

Metode ini digunakan dengan mengambil bentuk dengan cara pengenalan kembali. Subjek disuruh mengambil sesuatu materi, kemudian diberikan materi untuk mengetahui sampai sejauh mana yang dapat diingat dengan bentuk pilihan benar salah, atau dengan pilihan ganda (multiple choise). Dalam bentuk pilihan ganda dari beberapa kemungkinan jawaban maka jawaban yang betul telah disajikan di antara beberapa kemungkinan jawaban tersebut.

5)      Metode mengingat kembali

Metode ini adalah mengambil bentuk subjek disuruh mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Misalnya, dengan menyuruh membuat karangan atau dengan cara mengisi.

6)       Metode asosiasi berpasangan

Metode ini mengambil bentuk subjek disuruh mempelajari materi secara berpasang-pasangan. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan dalam mengingat, dalam evaluasi salah satu pasangan digunakan sebagai stimulus, dan subjek disuruh menyebutkan atau menimbulkan kembali pasangannya.[18]

e.         Berpikir (Thinking)

Proses menyimpan, dan mengolah kembali informasi, ( baik informasi yang dapat lewat pendengaran, penglihatan, atau penciuman) biasa disebut berfikir.

Berfikir adalah kemampuan jiwa taraf tinggi yang hanya bisa dicapai dan dimiliki oleh individu manusia. Sementara binatang dan makhluk lainnya, tidak memiliki kemampuan berfikir dalam arti yag sebenarnya. Adanya kemampuan berfikir menjadi pembeda antara manusia dan binatang.[19]

Di dalam berfikir, kita mempergunakan alat. Alat itu adalah akal. Hasil pemikiran terkadang lahir dengan bahasa. [20]

Para ahli logika  mengemukakan adanya tiga proses yang harus dilalui dalam berfikir :

1)        Pembentukan Pengertian

Membentuk pengertian dapat diartikan sebagai suatu upaya dalam proses berfikir dengan memanfaatkan isi ingatan, bersifat riil, abstrak dan umum serta mengandung sifat hakikat tertentu.

Dengan rumusan pengertian seperti tersebut, maka pengertian dan tanggapan dapat dibedakan menjadi :

a)    Pengertian merupakan hasil dari proses berpikir, sedangkan tanggapan adalah hasil pengamatan.

b)   Pengertian hanya mengandung sifat hakikat dari luasnya, tanggapan memiliki sifat sifat riil dari benda benda yang diamati.

c)    Pengertian bersifat abstrak dan umum. Tanggapan bersifat konkret dan individual.

d)   Kita dapat mempunyai pengertian tentang sesuatu yang tidak bersifat kebendaan semisal malaikat. Tanggapan selalu berhubungan dengan suatu benda tertentu.[21]

2)         Keputusan

Perhatikan ucapan berikut ini:

Rumah itu megah. Bunga itu harum. Kopi itu lezat rasanya.

Dalam  ilmu  jiwa,  ucapan  yang  demikian  itu  dinamakankeputusan.  Keputusan  itu  menentukan  sangkut  paut  (hubungan)  dengan bantuan bahasa. Jadi “memutuskan” itu ialah suatu perbuatan berfikir.

3)         Kesimpulan

Ialah keputusan yang diambil berdasarkan keputusan yang lain. Jadi, kesimpulan adalah keputusan yang spesifik.

Macam-macam kesimpulan:

a)    Kesimpulan Induksi :

Kesimpulan yang diambil dan dimulai dari kenyataan kenyataan khusus dan tiba pada kaidah kaidah umum.

b)   Kesimpulan deduksi :

Kesimpulan yang diambil dan dimulai dari kenyataan atau kaidah yang umum menuju kenyataan khusus.

c)    Kesimpulan Analogi :

Kesimpulan yang diambil dengan cara membandingkan hal hal baru dengan hal hal lama yang diketahui. Kesimpulan ini ditarik dari khusus ke khusus.

f.          Intellegensi

Intellegensi ialah kesanggupan rohani untuk menyesuaikan diri terhadap situasi yang baru dengan menggunakan berfikir menurut tujuannya. Seseorang dapat dikatakan berbuat  intellegent saat dalam situasi tertentu. Ia dapat berbuat dengan cara cara yang tepat. Artinya, ia dapat memecahkan kesulitan kesulitan, soal soal yang terdapat dalam situasi itu. Dengan kata lain, ia dapat menyesuaikan diri dengan situasi tertentu.[22]

2.    Gejala Jiwa Konasi. (Kemauan)

Kemauan  merupakan  salah  satu  dari  fungsi kejiwaan  manusia, dapat diartikan  aktifitas  psikis  yang  mengandung  usaha  aktif  dan  berhubungan dengan pelaksanaan suatu tujuan. Tujuan adalah titik akhir dari gerakan yang menuju suatu arah. Adapun tujuan kemauan adalah pelaksanaan suatu tujuan-tujuan mana, harus diartikan dalm suatu hubungan.

Dalam istilah sehari-hari kemauan dapat disamakan dengan kehendak atau  hasrat.  Kehendak  isalah  suatu  fungsi  jiwa  untuk  dapat  mencari  sesuatu. Kehendak  ini  merupakan  kekuatandari  dalam.  Dan  tampak  dari  luar  sebagai gerak-gerik.[23]

Dalam  berfungsinya  kehendak  ini  bertautan  dengan  pikiran  dan perasaan. Untuk dapat mempelajarinya dibagi atas:

a.    Dorongan

b.    Keinginann

c.    Hasrat

d.   Kecenderungan

e.    Hawa nafsu

f.     Kemauan

Pribadi  memberikan  corak  dan  menentukan,  sesudah  memilih  dan mengambil  keputusan.  Perbuatan  memilih  dan  mengambil  keputusan  ini disebut dengan keputusan kata hati.

Proses  kemauan  untuk  mencapai  proses  tindakan  biasanya  melalui bebrapa tingkat, ialah:[24]

a.         Motif (alasan, dasra, dan pendorong)

b.       Perjuangan  motif.  Sebelum  mengambil  keputusan,  pada  batin  biasanya  ada beberapa  motif,  yang  bersifat  luhur  dan  rendah.  Disisni  nerlangsung  suatu pemilihan.

c.         Keputusan.  Inilah  yang  sangat  penting.  Disini  kita  mengadakan  pemilihan antara motif-motif tersebutdan meninggalkan kemungkinan yang lain, sebab tak  mungkin  kita  punya  macam-macam  keinginan  dan  pada  waktu  yang sama.

d.        Perbuatan  kemauan.  Kalau  sudah  mengambil  keptusan,  maka  bertindak sesuai dengan keputusan yang diambil. Tetapi itu sering sangat sukar.

Adapun gejala hasrat juga terbagi menjadi beberapa macam, yaitu:

a.    Hasrat yang berupsat pada kejasmanian[25]

Gejala  hasrat  ini  berhubungan  dengan  gerak  dan  perbuatan  yang berpusat  pada  kejasmanian.  Di  antara gejala  hasrat  ini  ada  yang  terdapat pada tumbuh-tumbuhan, binatang pada manusia.

1)      Tropisme

Adanya  peristiwa  yang  menyebabkan  timbulnya  gerak  ke  suatu arah  tertentu.  Gejala  tropisme  terdapat  pada  barang-barang  tingkat vegetatif  (tumbuh-tumbuhan)  dan  animal  (binatang).  Misalnya  bungan menghadap  mengarah  sinar  matahari,  laron  terbang  menyongsong  sinar, dan  sebagainya.  Tropisme  terjadi  kalau  mendapat  perangsang  dari  luar semata-mata, jadi tak ada pendorong dari dalam untuk tujuan tertentu.

2)   Refleks

Reflek adalah  gerak reaksi  yang tak disadari terhadap perangsang. Reflek  ini  dihubungka  dengan  konasi  yang  rendah  tingkatannya,  maka refleks boleh dikatakan hgerak refleks, hukum perbuatan refleks. Proses terjadinya gerak refleks.

Gerak  refleks  adalah  di  luar  kesadaran,  jadio  reaksi-reaksi  yang ditimbulalkan  tidak  bersumber  pada  pusat  susuna  syaraf  (otak)  tanpa suatu  pertimbangan. Proses  terjadinya  gerak  refleks  :  perangsang panca indra sel-sel syaraf sensoris urat syaraf motoris reaksi.

a)        Macam-macam refleks

i.     Reflek  bawaan,  yakni  eflek  yang  dibawa  sejak  lahir,  disebut  pula reflek asli atau sewajarnya

ii.     Reflek  latihan,  yakni  reflek  yang  diperoleh  dari  pengalaman. Reflek  ini  tidak  dibawa  sejak  lahir,  melainkan  hasil  daripada pengalaman atau perbuatan yang selalu diulang.

iii.     Reflek  bersyarata.  Reflek  ini  tidak  bergantung  pada  perangsang alam  yang  asli  tapi  timbul  karena  perangsang  lain  yang berassosiasi  dengan  rangsangan  alam  tersebutsupaya  timbul asosiasi  dengan  perangsang  alam  perlu  adanya  suatu  perantara yang disebut dengan syarata.

3)   Insting[26]

Yaitu  kemampuan  berbuat  tertentu  yang  dibawa  sejak  lahir  yaitu tertuju pada pemuasan dorongan-dorongan nafsu dan dorongan-dorongan lain,  disebut  insting.  Instink  ini  terdapat  pada  hewan  dan  juga  mansia, namun fungsi peranananya tidak sama.

a)        Macam-macam instink :

Instink  merupakan  dorongan  alami  yang  bebruat  tertentu  demi tercapainya  tujuan.  Jadi  disisni  ada  rangkaian  anatara  dorongan instink  dan  kebutuhan  yang  menjadi  tujuannya.  Pada  garis  besarnya dorongan instink dapat digolongkan menjadi :

i.          Dorongan instink mempertahankan diri,meliputi :

Instink makan

Instink berbafas

Bermain

Instink melindungi diri

Instink takut

Instink istirahat

ii.               Dorongan instink mempertahankan jenis, meliputi :

Instink seksual

Instink membela diri

Instink minta tolong

Instink sosial

Instink melindungi

Instink memelihara

iii.    Dorongan instink mengembangkan diri, meliputi :

Instink belajar

Instink menyelidiki

Instink ingin takut

4)   Automatisme

Gejala-gejala  yang  menimbulkan  gerak-gerak  terselenggara  denga sendirinya, disebut autmatisme.

a)        Automatisme asli : gerak-gerak automatis yang tidak digerakkan oleh gejala hasrat, mislanya : gerak, ajntung, paru-paru, dll.

b)        Automatisme  latihan  :  ialah  gerak-gerak  yang  berjalan  secara automatis karena seringnya gerak-gerak itu diulang, misalnya berjalan, bersepeda,  main  piano,  memetik  gitar,  menggosok  biola,  menulis, mengetik, bercakap-cakap dna sebagainya.

5)   Kebiasaan

Gerak  perbuatan  yang  berjalan  dnegan  lancar  dan  seolah-olah berjalan dengan sendirinya, disebut dengan kebiasaan.

6)    Nafsu

Dorongan  yang  terdapat  pada  tiap-tiap  manusia  dan  memberi kekuataan  bertindak  untuk  memenuhi  kebuthan  hidup  tertentu,  disebut nafsu.

Nafsu  ada  pertaliannya  dengan  instink,  tetepai  nampak  keluarnya  tidak sama. Namun nampak keluar dalam berbagai bentuk dan cara.

a)        Macam-macam nafsu :

i.     Nafsu  indivudual  (perseoragan),  mislanya  nafsu  makan,  nafsu beramain,  nafsu  bertindak,  nafsu  merusak,  nafsu  berkelahi,  nafsu berkuasa, dan sebagainya.

ii.     Nafsu  sosial  (kemasyarakatan),  misalnya  :  nafsu  meniru,  nafsu kawin, nafsu berkumpul dengan ornag lain, dan sebagainya.

b)        Hubungan nafsu dengan perasaan :

Perasaan yang hebat dapat menimbulkan bergeraknya suatu nafsu dan sebaliknya  nafsu  kadang-kadang  dapat  menimbulkan  perasaan  yang hebat, dan ada kalanya kemampuan berfikir dikesampingkan.

c)        Nafsu dan pendidikan :

Nafsu  terdapat  pada  tiap-tiap  orang-orang  walaupun  berbeda  macam dan  tingkatannya.  Kebiasaan-kebiasaan  yang  baik/positif  dan pengaruh-pengaruh  positif  pendidikan  yang  sudah  tertanam  dalam jiwa  sesorang  dapat  mempengaruhi  nafsu  dan  pertanyaan-pertanyaan nafsu. Dengan jalan demikian nafsu dapat diperhalus.

7)   Keinginan[27]

Nafsu  yang  mempunyai  arah  tertentu  dan  tuuan  tertentu  disebut keinginan.  Kalau  dorongan  sudah  menuju  ke  arah  tujuan  yang nyata/konngkrit dan tertentu, misalnya disitu akan terjadi dorongan keras dan terarah pada suatu objek tertentu maka nafsu itu disebut keinginan.

Misalnya  :  nafsu  makan  menimbulkan  keinginan  untuk  makan sesuatu,  nafsu  kerja  menimbulkan  keinginan  untuk  mngerjakan sesuatu,dan sebagainya. Lawan dari keinginan adalah keseganan.

8)   Kecenderungan (tendency) [28]

Keinginan-keinginan  yang  sering  munculatau  timbul  disebut kecenderungan.  Kecenderungan  sama  dengan  kecondongan. Kecenderungan Dapat menimbulkan dasra kegemaran terhadap sesuatu.

Kecenderungan dapat dibedakan menjadi beberapa golongan :

a)        Kecenderungan vital (hayat), mislanya lahap, gemar makan, dsb.

b)        Kecenderungan  perseorangan,  menimbulkan  sifat-sifat  loba,  tamak, kikir, egois, dll

c)        Kecenderungan sosial, mislanya : persahabatan, persaudaraan, berbuat amal, dsb.

d)       Kecenderungan abstrak, yang positif misalnya : taat pada Tuhan, jujur, patuh, bertanggungjawab, dsb. Yang negatif misalnya : dusta, bohong, dsb.

9)   Hawa Nafsu

Kecenderungan atau keinginan yang snagt kuat dan mendesak yang sedikit-sedikit  ynag  memepengaruhi  jiwa seseorang  disebut  hawa  nafsu. Dengan timbulnya hawa nafsu seakan-akan keinginan-keinginan yang lain dikesampingkan,  sehingga  tinggalsatu  keinginan  saja  yang  berkuasa  dan bergerak dalam kesadaran. Disamping itu hawa nafsu dicirikan dengan :

a)        Perasan sangat terpengaruh dan daya pikir dapat dilumpuhkan.

b)        Biasanya  hawa  nafsu  disertai  timbulnya  kekuatan-kekuatan  yang hebat.

Akibat timbulnya hawa nafsu tersebut hidup jasmani dan rohaninya menjadi  kacau  dan  terganggu.  Hawa  nafsu  yang  banyak  muncul  antara lain : judi, nonton, minuman keras, dsb.

10)    Kemauan[29]

Kemauan  adalah  dorongan  dari  dlamyang  lebih  tinggi  tingkatannya daripada  instink,  refleks,  automatisme,  kebiasaan,  nafsu,  keinginan, kecenderungan  dan  hawa  nafsu,  sekali  lagi  ditandaskan  bahwa kemauan hanya terdapat pada manusia saja.

3.    Gejala Jiwa Emosi (Perasaan )

Perasaan  termasuk  gejala  jiwa  yang  dimiliki  oleh  semua  orang  dan tingkatannya tidak sama. Perasaan tidak termasuk gejala mengenal, walaupun demikian, perasaan sering juga berhubungan dengan gejala mengenal.

Jenis-Jenis Perasaan:

a)         Perasaan-perasaan  jasmaniyah:  jenis  perasaan  ini  sering  pula  disebut perasaan tingkat rendah yang terbagi sebagai berikut:

1)        Perasaan  sensoris:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan stimulus terhadap indra, misalnya: dingin, hangat, pahit, asam dan sebagainya.

2)        Perasaan  vital:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan  kondisi jasmani  pada  umumnya,  misalnya  lelah,  lesu,  lemah,  segar,  sehat dan sebagainya.[30]

b)        Perasaan-perasaan  rohaniah:  sering  pula  disebut  sebagai  perasaan  luhur (tingkat tinggi), yang terdiri dari:

1)        Perasaan  intelektual:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan kesanggupan intelektual dalam mengatasi suatu masalah, misalnya: senang  atau  puas  ketika  berhasil  (perasaan  intelektual  positif), kecewa atau jengkel ketika gagal (perasaan intelektual negatif).

2)        Perasaan  kesusilaan  (etis):  yaitu  perasaan  yang  berhubungan dengan  baik-buruk  atau  norma,  misalnya:  puas  ketika  mampu melakukan  hal  yang  baik,  atau  menyesal  ketika  melakukan  hal yang tidak baik.

3)        Perasaan  estetis  (keindahan);  yaitu  perasaan yang  berhubungan dengan  penghayatan  dan  apresiasi  tentang  sesuatu  yang  indah  tau tidak indah. Perasaan ini timbul jika seseorang mengamati sesuatu yang  indah  atau  yang  jelek.  Yang  indah  menimbulkan  perasaan positif, yang jelek menimbulkan perasaan yang negatif.

4)        Perasaan  sosial  (kemasyarakatan):  yaitu  perasaan  yang  cenderung untuk  mengikatkan  diri  dengan  orang-orang  lain,  misalnya: perasaan cinta sesama manusia, rasa ingin bergaul, ingin menolong, rasa simpati atau setia kawan dan sebagainya.

5)        Perasaan  harga diri:  yaitu  perasaan  yang  berhubungan  dengan penghargaan  diri  seseorang,  misalnya:  rasa  senang,  puas,  dan bangga  akibat  adanya pengakuan  dan  penghargaan  dari  orang  lain atau sebaliknya.

6)        Perasaan  ketuhanan  (religius):  yaitu  perasaan  yang  berkaitan dengan  kekuasaan  dan  eksistensi  dari  Tuhan.  Manusia  merupakan satu-satunya yang dianugrahkan perasaan ini oleh Tuhan. Perasaan ini digolongkan pada peristiwa psikis yang paling luhur dan mulia. Menurut  pandangan  filsafat  ketuhanan  (theologi)  menusia  disebut “homo divinans” yaitu manusia senantiasa memilki kepercayaan terhadap Tuhan dan hal-hal yang bersifat ghaib.

4.    Gejala-Gejala Campuran

Sesuai dengan namanya, gejala-gejala jiwa ini merupakan campuran dari perhatian, kelelahan, dan saran (sugesti). Ketiga hal tersebut digolongkan menjadi gejala-gejala jiwa tersendiri terpisah dari gejala-gejala jiwa yang telah dikemukakan sebelumnya. Dengan alasan, gejala-gejala jiwa yang tiga ini tidak dapat dimasukkan ke dalam gejala-gejala jiwa seperti yang telah diulas sebelumnya secara tegas sebab pernyataan jiwa yang ini memang merupakan campuran dari ketiga gejala jiwa tersebut. Hal itu seperti dikerjakan oleh ahli-ahli, yaitu L C. Bigot, Kohnstamm, dan Palland.[31]

Ahli-ahli tersebut memberikan definisi atau pengertian untuk masing-masing hal dimaksudkan untuk lebih memudahkan dalam mempelajari atau mengkajinya. Menurut mereka yang dimaksudkan dengan perhatian dalam hal ini, yaitu konsentrasi atau aktivitas jiwa kita, terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan mengesampingkan yang lain dari itu. Proses perhatian itu sendiri terjadi sewaktu jiwa kita hanya memilih suatu isi kesadaran saja sebagai sasaran kesadaran. Isi kesadaran yang lain yang tidak menjadi sasaran kesadaran menjadi tidak kita alami lagi. Perihal perhatian secara lebih detail telah dikemukakan pada subbab sebelumnya.

Kelelahan ialah semacam peringatan dari jiwa kita, kepada jiwa dan raga, bahwa jiwa dan raga telah mempergunakan kekuatan yang maksimal. Kelelahan dapat dibedakan menjadi kelelahan physic dan kelelahan psykhis. Kelelahan physic ialah kelelahan yang terutama disebabkan oleh kerja jasmani. Kelelahan jenis ini pun dibedakan lagi menjadi kelelahan physic seluruhnya dan kelelahan physic sebagian atau hanya sebagian dari tubuh yang lelah. Misalnya, kakinya lelah telah berjalan jauh, tangannya lelah karena telah banyak menulis, dan lain-lain. Kelelahan pykhis ialah kelelahan yang terutama disebabkan oleh kerja ruhani dan ini dibedakan lagi menjadi kelelahan berpikir, kelelahan berfantasi, kelelahan mengingat-ingat, bosan, yaitu lelah pada kemauan, lelah memerhatikan, dan lain-lain.

Sementara itu yang dimaksud dengan saran ialah pengaruh terhadap jiwa dan laku seseorang dengan maksud tertentu sehingga pikiran, perasaan, dan kemauan terpengaruh olehnya dan menuruti saja pengaruh tersebut tanpa dengan pemikiran atau pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu. Orang yang memberi sugesti (mensugesti) disebut sugestif. Sedangkan orang yang mudah disugesti disebut sugestibel. Cara mensugesti ada beberapa macam sebagai berikut.

a.       Membujuk atau memuji, misalnya kepada anak malas belajar dikatakan bahwa ia anak yang rajin dan giat belajar.

b.      Menakut-nakuti orang yang akan disugesti, misalnya kepada anak kecil yang enggan belajar waktu malam hari dikatakan akan ada "gendruwo" atau "wewe gombel" dan sebagainya dengan maksud agar anak tersebut menjadi rajin belajar.

c.       Menunjukkan kelemahan-kelemahan orang yang disugesti, misalnya orang yang terlanjur kecanduan narkoba dikatakan kepadanya telah pupus harapan hidup masa depannya karena diri orang itu telah rapuh jiwa dan raganya dan tidak akan lagi diterima hidupnya dalam bermasyarakat. Orang semacam itu lebih baik mati saja daripada hidup dikucilkan oleh masyarakat.

d.      Sugesti dalam kehidupan sehari-hari dapat digunakan untuk pengobatan oleh dokter atau dukun (paranormal) demonstrasi-demonstrasi, rapat-rapat akbar, untuk mensugesti dirinya sendiri (autosugesti), pada obat guna-guna, pada pemeriksaan terdakwa kasus kejahatan, perusahaan-perusahaan, kalangan pendidikan, dan lain- lain. Sugesti terkadang diberikan juga kepada serombongan orang. Sugesti semacam itu dinamakan massa sugesti. Artinya, sugesti yang diberikan kepada massa (orang banyak pada tempat, waktu situasi dan perasaan yang sama) dan hal itu jika berhasil akan berdampak seperti jiwa individu luluh menjadi jiwa massa pada hal jiwa massa merupakan jiwa segerombolan binatang. Kesanggupan berpikir menjadi berasa dan kemauannya menjadi hilang atau berkurang karena terdesak oleh pikiran, perasaan dan kemauan massa. Dengan demikian orang-orang yang cerdik pandai dan para alim ulama menjadi tidak berani berbuat sendirian sesuai dengan hati nuraninya. Dalam massa, akibat sugesti orang-orang menjadi bergelora dan terpengaruh kepada yang lainnya untuk berbuat impulsive tanpa disadarinya bahwa perbuatan tersebut tidak selalu benar karena saat itu mereka tidak lagi dapat berpikir secara kritis. Dalam massa, hidup mereka menjadi instingtif oleh adanya dorongan dari dalam yang mendapatkan kesempatan untuk aktif hingga kadang-kadang orang yang bersangkutan dikendalikan oleh ketidaksadarannya sendiri. Dalam massa mereka bersifat kodrat raksasa kolektif sehingga mendorong bagi jiwa massa bertindak laiknya binatang. Dengan begitu sugesti dapat menimbulkan bahaya dalam kehidupan masyarakat. Contoh konkret sugesti yang menimbulkan bahaya dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu :

1)        Sugesti yang negatif. Orang yang mensugesti semacam ini sama artinya dengan membunuh orang yang disugesti.

2)        Sugesti yang tidak tepat. Orang tua yang memerintah anaknya dengan keras atau sambil marah-marah sementara orangtua tersebut tidak pernah melakukan apa yang diperintahkan kepada anaknya. Orangtua semacam itu dapat merusak jiwa anak.

3)        Peranan aktif guru/sekolah. Guru/sekolah harus berperanan secara aktif agar peserta didik (murid-murid) nya tidak sampai terlibat dalam massa sugesti karena kalau tidak dikendalikan dengan baik hal ini dapat merusak jiwa peserta didik.

4)        Auto sugesti berlebihan. Seseorang dapat berputus asa karena sugesti yang berlebihan dan tidak disesuaikan dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.[32]


Hasil Revisi (Pertanyaan):

1. (Eva Nindya Kumala) tolong jelaskan kembali tentang gejala gerak yg terselenggara dalam automatisme.?

2. (Fadhlul Rahman) apa perbedaa  nafsu, insting, hasrat, dan keinginan?

3. (Annisa Amelia) apakah ada cara tips khusus untuk mensugesti dgn yg positif?

1.      Automatisme merupakan Gejala-gejala  yang  menimbulkan  gerak-gerak  terselenggara  dengan sendirinya. Disini automatisme dibagi menjadi 2 yaitu automatisme asli dan automatisme latihan.

Automatisme asli : gerak-gerak automatis yang tidak digerakkan oleh gejala hasrat, mislanya : gerak, jantung, paru-paru dll.

Automatisme  latihan  :  ialah  gerak-gerak  yang  berjalan  secara automatis karena seringnya gerak-gerak itu diulang, misalnya berjalan, bersepeda,  main  piano,  memetik  gitar,  menggosok  biola,  menulis, mengetik, bercakap-cakap dna sebagainya.

2.      Insting adalah : Yaitu  kemampuan  berbuat  tertentu  yang  dibawa  sejak  lahir  yaitu tertuju pada pemuasan dorongan-dorongan nafsu dan dorongan-dorongan lain

Nafsu adalah : Dorongan  yang  terdapat  pada  tiap-tiap  manusia  dan  memberi kekuataan  bertindak  untuk  memenuhi  kebuthan  hidup  tertentu

Hasrat : Dalam istilah sehari-hari kemauan dapat disamakan dengan kehendak atau  hasrat.  Kehendak  isalah  suatu  fungsi  jiwa  untuk  dapat  mencari  sesuatu.

Keinginan : Nafsu  yang  mempunyai  arah  tertentu  dan  tuuan  tertentu  disebut keinginan

3.      Berikut tips-tipsnya

-          selalu berusaha memandang sisi positif dalam setiap peristiwa yang terjadi dalam kehidupan

-          carilah sikap, keiasaan yang memiliki aura negatif

-          berkeyakinan tinggi dalam setiap masalah pasti ada solusi

-          memiliki kebiasaan dalam menyampaikan kebenaran yang positif pada diri sendiri

-          mengoleksi perbendaharaan kata positif sebanyak-banyaknya, berlatihlah untuk mengatakannya

-          temukan atmosfer positif dan kecaplah sebanyak yang anda bisa

-          selalu mewaspadai orang-orang yang memiliki aura negative

-          hindari timbulnya perasaan negatif yang bias merusak

-          perkokoh pemikiran positif menggunakan action positif

-          biasakan diri untuk mengucapkan syukur dengan penuh kesungguhan

-          yakin dan berserahlah hanya kepada tuhan

Baca juga artikel yang lain;

  1. Konsep Dasar Psikologi
  2. Metode Kajian Psikologi
  3. Konsep Dasar Puasa Sunnah
  4. Menonton Telivisi dan Pembentukan Karakter
  5. Budaya Membaca dan Budaya Menonton TV
  6. Perbedaan Sekolah dan Madrasah
  7. Gejala Kejiwaan Manusia
  8. Penelitian Kuantitatif
  9. Memiliki Wawasan dan Kreatifitas Dalam Pemilihan Metode, Media dan Alat Evaluasi Pembelajaran PAI
  10. Konsep Dasar Statistik Pendidikan
  11. Data Statistik Pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Sujanto, Agus. Psikologi umum. Jakarta : Bumi aksara, 1993.

Ahmadi, Abu . Psikologi Umum, Edisi Revisi, Surabaya : PT Bina Ilmu, 1992 .

Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi, 2002.

F. Patty. Pengantar Psikologi Umum. Surabaya : Usaha Nasional, 1982.

Sobur, Alex. Psikologi Umum. Bandung : Pustaka Setia, 1999.

Ahmadi, Abu. Psikologi Umum, Edisi Revisi . Surabaya : PT Bina Ilmu, 1992.

Ahmadi, Abu. Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h. 68

Ahmadi, Ishom . Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah.  Yogyakarta: SJ Press, 2009

Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Sujanto, Agus. Psikologi Umum. Bandung : PT. Bumi Aksara, 2004.

Soemanto, Wasti. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1998.

Prawira, Purwa Atmaja. Psikologi Umum. Jogjakarta : AR­-RUZZ MEDIA, 2017.

Mardianto. Psikologi Pendidikan. (Online) http://mardianto-iainsu.blogspot.com/. Diakses 10 Maret 2018.

Perdana,Andrean.2013. Gejala Kognisi, Konasi, Emosi Dan CampuranManusia. (Online)http://www.yuwonoputra.com/2013/07/gejala-kognisi-konasi-emosi-campuran.html. Diakses 10 Maret 2018.

Utomo, Bagus. 2013. Gejala Jiwa Kognisi, Emosi, Konasi, dan Campuran. (Online)http://embesgang.blogspot.com/2013/05/gejala-jiwa-kognisi-emosi-konasi-dan.html. Diakses 10 Maret 2018.

Wanny. 2011. Gejala-Gejala Jiwa yang dapat Memepengaruhi Kehidupan Manusia. (Online)http://wannypoenya.blogspot.com/2011/06/makalah-psikologi-gejala-gejala-jiwa.html. Diakses 10 Maret 2018.


[1] Abu Ahmadi dan M. Umar. Psikologi Umum, Edisi Revisi ( Surabaya : PT Bina Ilmu, 1992 ), h.7

[2] Ibid., 9

[3] Mardianto.. Psikologi Pendidikan. (Online) http://mardianto-iainsu.blogspot.com/. Diakses 10 Maret 2018

[4] Alex Sobur. Psikologi Umum. ( Bandung : Pustaka Setia, 1999) h. 409.

[5] Ibid., h.312.

[6] Agus sujanto, psikologi umum (Jakarta, Bumi aksara, 1993) hal : 89

[7] Utomo, Bagus. 2013. Gejala Jiwa Kognisi, Emosi, Konasi, dan Campuran. (Online) http://embesgang.blogspot.com/2013/05/gejala-jiwa-kognisi-emosi-konasi-dan.html. Diakses: 10 Maret 2018

[8] F. Patty. Pengantar Psikologi Umum. (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), h.122

[9] Ibid., 122-125

[10] Abu Ahmadi, Psikologi Umum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009) h. 68

[11] Bimo Walgito. Pengantar Psikologi Umum. (Yogyakarta : Andi, 2002), h. 133.

[12] Ahmadi, Psikologi Belajar,30

[13]  F. Patty, Pengantar Psikologi Umum, 140

[14] M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah". (Yogyakarta: SJ Press, 2009) h. 70

[15] Wanny. 2011. Gejala-Gejala Jiwa yang dapat Memepengaruhi Kehidupan Manusia. (Online) http://wannypoenya.blogspot.com/2011/06/makalah-psikologi-gejala-gejala-jiwa.html. Diakses: 10 Maret 2018

[16] M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah", 72

[17] Abu Ahmadi, "Psikologi Umum", (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 74-75

[18] M.Ishom Ahmadi, "Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah", 76

[19] Walgito. Pengantar Psikologi Umum, 150.

[20] Agus Sujanto. Psikologi Umum. (Bandung : PT. Bumi Aksara, 2004), h. 56

[21] F. Patty, Pengantar Psikologi Umum, 123-124

[22] M.Ishom Ahmadi, Ya Ayyatuha An Nafsu Al Muthmainnah, 91

[23] Abu Ahmadi, “Psikologi Umum” (Jakarta: Rineka Cipta, 2003) h. 112

[24] Ibid., 116

[25] Ibid., 115-117

[26] Ibid., 118-119

[27] Ibid., 121

[28] Ibid., 122

[29] Ibid., 122-124

[30] Wasti Soemanto, "Psikologi Pendidikan", (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) h. 38

[31] Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Umum (Jogjakarta : AR­-RUZZ MEDIA, 2017), 161

[32] Ibid, 164

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...