Secara bahasa hadis adalah antonim dari kata qadim yang berarti lama.[1] Jadi hadis secara bahasa berarti baru. Hadis juga berati sebuah kabar atau berita.[2] Hadis secara istilah ialah segala sesuatu yang dinisbatkan atau bersumber dari Nabi Muhammad SAW baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat, dan biografi.[3]
1. Hadis Qawli
Hadis Qawli adalah seluruh
ucapan yang bersumber dari Nabi Muhammad SAW, baik itu berupa perintah,
nasehat, cerita, berita, doa, maupun jawaban Nabi SAW atas pertanyaan para sahabat.
Contoh- contoh Hadis Qawli:
a. Perintah
وَصَلُّوا كَمَا
رَأَيْتُمُونِى أُصَلِّى
“Salatlah
kalian -dengan tatacara- seperti halnya kalian melihatku salat.”[4]
b. Nasehat
الْمُسْلِمُ مَنْ
سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ
“Orang Islam adalah yang tak melukai umat Islam lainnya dengan lisan dan tangannya.”[5]
c. Berita atau wawasan
إِنَّ لِلَّهِ
تَعَالَى تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا مِائَةً غَيْرَ وَاحِدَةٍ مَنْ أَحْصَاهَا
دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Sesungguhnya
Allah memiliki 99 nama, 100 kurang satu, barang siapa yang menghitungnya
(dengan berzikir) maka ia akan masuk surga.”[6]
d. Doa
مَنْ قَالَ حِينَ
يَسْمَعُ النِّدَاءَ اللَّهُمَّ رَبَّ هَذِهِ الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاَةِ
الْقَائِمَةِ آتِ مُحَمَّدًا لْوَسِيلَةَوَالْفَضِيلَةَ وَابْعَثْهُ
مَقَامًا مَحْمُودًا الَّذِى وَعَدْتَهُ حَلَّتْ لَهُ شَفَاعَتِى يَوْمَ
الْقِيَامَةِ
“Barang siapa yang memanjatkan doa ini setelah azan berkumandang: “Ya Allah, Tuhan panggilan yang sempurna ini dan salat yang didirikan. Berilah –tuan kami- Muhammad wasilah, keutamaan, kemuliaan, dan derajat yang tinggi. Dan berilah ia tempat yang terpuji yang telah Engkau janjikan,” maka ia berhak menerima syafaatku.”[7]
e.
Jawaban
dari pertanyaan Sahabat
Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Nabi SAW
perihal terjadinya hari kiamat? Nabi SAW menjawab:
فَإِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ
فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ
“Jika
amanah disia-siakan dan tak lagi digubris, maka tunggulah hari Kiamat -akan
datang-.”[8]
2.
Hadis
‘Amali
Hadis ‘Amali adalah hadis yang berupa perbuatan Nabi
Muhammad SAW. Mayoritas hadis ‘Amali
berbentuk cerita atau pernyataan dari istri-istri Nabi, dan para sahabat.
Contoh
hadis ‘Amali:
كَانَ النَّبِىُّ صلى
الله عليه وسلم يَصُومُ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسَ
“Rasulullah
SAW berpuasa setiap hari Senin dan Kamis.”[9]
3.
Hadis
Taqriri
Hadis Taqriri
yaitu sebuah perbuatan atau ucapan yang dilihat atau diketahui oleh Rasulullah
SAW dan tidak diingkari keberadaannya.[10]
Diamnya Rasulullah SAW terhadap sesuatu perbuatan atau
ucapan para Sahabat menunjukkan bahwa perbuatan atau ucapan tersebut baik dan
dapat ditiru oleh sahabat lain, karena Rasulullah SAW tidak mungkin mendiamkan
begitu saja perbuatan atau ucapan yang buruk atau munkar.
Sikap persetujuan Rasulullah SAW
adakalanya hanya dengan diam, dengan senyuman, atau dengan kata-kata yang menguatkan.[11]
Contoh hadis Taqriri:
لاَ يُصَلِّيَنَّ أَحَدٌ الْعَصْرَ إِلاَّ فِى
بَنِى قُرَيْظَةَ فَأَدْرَكَ بَعْضُهُمُ الْعَصْرَ فِى الطَّرِيقِ فَقَالَ
بَعْضُهُمْ لاَ نُصَلِّى حَتَّى نَأْتِيَهَا وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ نُصَلِّى
لَمْ يُرِدْ مِنَّا ذَلِكَ فَذُكِرَ ذَلِكَ لِلنَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَلَمْ
يُعَنِّفْ وَاحِدًا مِنْهُمْ
“Janganlah
salah satu dari kalian mendirikan salat Ashar, kecuali sudah sampai di
perkampungan Bani Quraidhoh. Sebagian mereka mendapati waktu Ashar saat
perjalanan, lalu berkata, kita tidak boleh salat sebelum sampai di perkampungan
Bani Quraidhoh. Sebagian yang lain mengatakan, kita tetap salat. Tidak ada
satupun yang membantah –perbedaan pendapat- itu.Dan saat hal itu dilaporkan
kepada Nabi SAW, ternyata Nabi SAW tidak menyalahkan seorang pun dari mereka.”[12]
Hadis di atas menunjukkan bahwa
Rasulullah SAW diam dan tidak
menyalahkan salah satu dari dua golongan yang berbeda pendapat tersebut. Hal itu sudah cukup menjadi ketentuan
bahwa Rasulullah SAW menyetujui perbuatan tersebut.
4. Hadis Ahwali
Hadis Ahwali adalah hadis yang menerangkan tentang ahwal,
ihwal, sifat, fisik kepribadian Rasulullah SAW,[13] seperti bentuk keperawakan Rasulullah
SAW, rambutnya, rupanya, dan lain-lain.
Contoh hadis ahwali:
مَا رَأَيْتُ مِنْ ذِى لِمَّةٍ أَحْسَنَ فِى حُلَّةٍ
حَمْرَاءَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم شَعْرُهُ يَضْرِبُ
مَنْكِبَيْهِ بَعِيدَ مَا بَيْنَ الْمَنْكِبَيْنِ لَيْسَ بِالطَّوِيلِ وَلاَ
بِالْقَصِيرِ
“Tidaklah pernah aku lihat seseorang yang mempunyai rambut sebahu yang mengenakan pakaian warna merah lebih tampan dari Rasulullah SAW. Beliau memiliki rambut sebahu, berbadan gagah dan atletis, tidak pendek dan tidak pula tinggi sekali.”[14]
5.
Hadis
Hammi
Hadis Hammi adalah hadis yang
berupa keinginan Nabi SAW dan belum atau tidak terealisasikan/tidak dilakukan
oleh Nabi SAW, seperti keinginan Nabi SAW membakar
rumah-rumah orang yang tidak mau salat Jumat dan salat Jamaah.[15]
Contoh
hadis Hammi:
وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَقَدْ هَمَمْتُ أَنْ
آمُرَ بِحَطَبٍ فَيُحْطَبَ ثُمَّ آمُرَ بِالصَّلاَةِ فَيُؤَذَّنَ لَهَا ثُمَّ
آمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ ثُمَّ أُخَالِفَ إِلَى رِجَالٍ فَأُحَرِّقَ
عَلَيْهِمْ بُيُوتَهُمْ
“Sungguh aku punya keinginan untuk memerintahkan salat dan
didirikan, lalu aku memerintahkan satu orang menjadi imam. Kemudian aku pergi
bersama beberapa orang dengan membawa seikat kayu bakar menuju rumah-rumah
orang yang tidak menghadiri salat, lalu aku bakar rumah-rumah mereka.”[16]
- Pengertian Hadis, Sunnah, Khabar, & Atsar
- Pengertian & Bentuk-Bentuk Hadist
- Hadist Tentang Keringanan Siksa Abu Lahab Setiap Hari Senin
- Perang Khandaq
- Tata Cara Ruqyah
- Cara Menyikapi Hadis Rasulullah SAW
- Teori Kesahihan Hadist
- Argumentasi Kehujjahan Hadis
- Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur'an
- Sejarah Perkembangan Hadis
- Pengertian, Objek, Dan Kegunaan Ilmu Hadist
- Pembagian & Cabang Ilmu Hadist
- Sejarah Pertumbuhan & Penghimpunan Ilmu Hadist
- Kitab-Kitab Ilmu Hadist
[1]‘Ali
‘Abd al-Basit Mazid, Mu’jam al-Mustalahat al-Hadithiyyah..., 36.
[2]Bakri
Syekh Amin, Adab al-Hadith Al-Nabawi (Beirut:
Dar al-Shuruq: 1981), 9.
[3]Ibid.,10.
[4]Muhammad
bin ‘Isma’il al-Bukhari, al-Jami’u Al-Sahih..., Hadis
nomor 634.
[5]Ibid.,
Hadis nomor 10.
[6]Muhammad
bin ‘Isa
al-Tirmidhi, Sunan al-Tirmidhi..., Hadis nomor 3849.
[7]Muhammad
Muhammad bin ‘Isma’il al-Bukhari, al-Jami’u Al-Sahih..., Hadis nomor 617.
[8]Ibid.,
Hadis nomor 59.
[9]Ahmad
bin Shu’aib al-Nasai, Sunan al-Nasai...., Hadis nomor 2376.
[10]Yusuf
Al-Qardawi, al-Madkhal
li Dirasat al-Sunnah al-Nabawiyah..., 32.
[11]Ibid.,
33.
[12]Muhammad
bin ‘Isma’il al-Bukhari, al-Jami’u Al-Sahih..., Hadis
nomor 4169.
[13]Idri,
Studi Hadis (Jakarta: Kencana, 2013), 18.
[14]Muslim
bin Hajjaj, al-Musnad
al-Sahih..., Hadis
nomor 6211.
[15]Muhammad
Mahmud Ahmad Bakkar, Bulughu al-Amal min Musthalahi al-Hadith wa Al-Rijal..., 44.
[16]Muhammad
bin ‘Isma’il al-Bukhari, al-Jami’u Al-Sahih..., Hadis
nomor 647.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar