1. Kitab-kitab ilmu hadis abad IV- VI Hijriah
Menggunakan
periodesasi Nuruddin ‘Itr, antara abad ke- IV sampai VII Hijriah adalah masa
penyusunan ilmu hadis secara komprehensif dan melimpahya kegiatan pembukuan
ilmu hadis, sehingga lahir banyak karya besar di bidang ilmu hadis pada masa
ini. Pada abad keempat Hijriah, misalnya, muncul karya-karya yang lengkap di
bidang ilmu hadis seperti al-Muhaddith al-Fas}il bayn al-Rawi wa al-Wa’i karya
al-Qadhi Abu Muhammad al-Ramahurmuzi (w. 360 H). kitab ini, menurut sebagian
ulama, terbilang kitab terlengkap yang paling awal di bidang ilmu hadis.[1]
Akan tetapi, karya al-Ramahurmuzi ini belum mencakup seluruh ilmu hadis.
Meskipun demikian, menurutnya lebih lanjut, kitab ini sampai pada masanya
merupakan kitab terlengkap yang kemudian dikembangkan oleh para ulama
berikutnya, dan diperhitungkan oleh penyusun kitab hadis ketika menyusun kitab
di bidang ini.
Pada abad keempat
ini muncul pula kitab yang secara spesifik membahas tentang hadis-hadis yang mushkil
berjudul: Mushkil al-Athar karya Abu Ja’far al-T}ahawi (w. 321 H?933 M).
Meskipun tidak membahas tentang ilmu hadis secara komprehensif, kitab ini layak
diperhitungkan karena di dalamnya dibahasa hadis-hadis yang mushkil beserta
alasan-alasannya. Demikian halnya karya al-Mu’ammar Abu al-Fad}l S}alih (w. 384
H) yang berjudul Sunan al-Tahdith yang membahas tentang illmu hadis yang
relatif lengkap merupakan karya yang dihasilkan pada abad ini. Di penghujung
abad IV Hijriah, al-Hakim Abu ‘Abd Allah Muhammad al-Naysaburi (321-405 H.)
menyusun kitab Ma’rifah ‘Ulum al-Hadith. Pada kitab ini dibahas sebanyak
52 macam pembahasan. Namun, seperti karya al-Ramahurmuzi, karya al-Hakim ini
menurut al-Jaziri, belum sempurna dan kurang sistematis dibandimg kitab-kitab
karya ulama berikutnya.[2]
Kitab ini kemudian disempurnakan oleh Abu Nu’aim Ahmad ibn ‘Abd Allah al-Asfahani
(336-430 H) melalui kitabnya al-Mustakhraj ‘ala Ma’rifah ‘Ulum
al-Hadith. Dalam kitab ini mengemukakan kaidah-kaidah temuannya yang tidak
terdapat dalam Ma’rifah ‘Ulum al-Hadith karya al-Hakim Abu ‘Abd Allah
Muhammad al-Naysaburi.[3]
Kurang lebih
setengah abad berikutnya al-Hakim Abu ‘Amr Yusuf al-Namiri al-Qurt}ubi (368-463
H) banyak menghasilkan karya-karya di bidang hadis dan ilmu-ilmunya. Berkenaan
dengan ilmu hadis di dalam mukadimah kitab al-Tamhid li ma fi al-Muwat}t}a’
min al-Ma’ani wa al-Asanid, al-Qurt}ubi mengumpulkan sebagian besar
kaidah-kaidah us}ul al-hadith.[4]
Kemudian kitab al-Kifayah fi Qawanin al-Riwayah disusun oleh al-Khatib
al-Baghdadi (392-463 H) merupakan kitab terlengkap di bidang ilmu hadis. Kitab
ini berisi berbagai uraian ilmu hadis dan kaidah-kaidah periwayatan. Menurut
Abu Syihab, sebagian besar kajian ilmu hadis telah disusun dalam satu kitab
ini.[5]
Al-Baghdadi juga menulis kitab al-Jami’ li Akhlaq al-Rawiwa Adab al-Sami’
yang merupakan kitab terlengkap dan terdahulu di bidang tata cara mendengarkan
dan meriwayatkan hadis serta hal-hal terkait dengan itu. Di samping itu, ia
juga mnyusun kitab Sharf As}h}ab al-Hadith dan Taqyid al-‘Ilm.
Menurut Abu Bakar ibn Nuqt}ah, sebagaimana dikutip Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, para ahli hadis setiap kali
mnyusun ilmu, setelah al-Khatib al-Baghdadi, selalu mengambil dari
kitab-kitabnya.[6]
Ulama yang
termasyhur pasca al-Khatib al-Baghdadi di bidang ilmu hadis adalah Abu al-Fad}l
‘Iyad ibn Musa al-Yas}h}abi (476-544 H), yang menyusun kitab al-Ilma’
ila< Ma’rifah Us}ul al-Riwayah wa Taqyid al-Asma’ ada pula yang
mnyebutnya al-‘Ilma’ fi D}abt} al-Riwayah wa Taqyid al-Asma’. Demikian
pula Abu Hafs} ‘Umar ibn ‘Abd al-Majid al-Mayanji (w. 580 H) menulis kitab Ma
la Yasi’u al-Muhaddith Jahluh.[7]
Demikian pula kitab al-“Ilal al-Mutanahiyah karya Abu Faraj ibn al-Jawzi
(597 H).
Kemudian banyak
bermunculan karya-karya setelah itu, yang termasyhur diantaranya karya Taqy
al-Din al-S}ahrazuri yang terkenal dengan nama Ibn al-S}alah (577-643 H) dengan
kitabnya ‘Ulum al-Hadith yang terkenal dengan Muqaddimah Ibn al-S}alah.
Kitab ini oleh para ulama berikutnya disyarahkan dan dibuat sekitar 27
ringkasannya.
- Kitab-kitab ilmu hadis abad VII- Sekarang
Menurut Muhammad ‘Ajaj al-Khatib, setelah Ibn al-S}alah, hampir
tidak ditemukan aktivitas penyusunan ulang berdasar kitab-kitab yang sudah ada,
yaitu kitab-kitab syarah, meringkas yang panjang lebar, atau memperluas yang
ringkas, menertibkan dan lain-lain.[8] Pada masa ini, tidak ada
ijtihad baru dalam menetapkan kaidah-kaidah ilmu hadis kecuali sekedar mngulas
kitan-kitab hadis yang sudah ada, berbeda dengan karya-karya ulama awal di
bidang ilmu hadis seperti kitab al-Ramahurmuzi dan al-Khatib
al-Baghdadi yang mengumpulkan materi berlimpah, yang menjadi sumber penulisan
berbagai macam karya ilmu hadis sehingga para penulis kitab ilmu hadis setelah
merak mencukupkan dengan menuturkan kaidah-kaidah yang telah mereka rumuskan.
Karya-karya yang muncul
pada masa ini diantaranya kitab Fath al-Mughith bi Sharh Alfiyah al-Hadith
karya Syam al-Din Abi Khayr Muhammad al-Sakhawi (w. 902 H), kitab Tadrib
al-Rawi fi Sharh Taqrib al-Nawawi karya Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman
al-Suyut}i (849-911 H) yang merupakan syarah dari kitab Taqrib karya
Muhyi al-Din Yahya ibn Syaraf al-Nawawi (w. 676 H). Kedua kitab ini
mengumpulkan metode ulama mutaqaddimun dan ulama mutaakhirun
dalam kaidah-kaidah ilmu hadis.[9]
Demikian pula kitab Tajrid asma’ al-S}ah}abah karya Muhammad ibn Ahmad
al-Dhahabi (w. 748 H), Nazh al-Durar fi ‘Ilm al-Athar dan al-Tabs}irah
wa al-Tadhkirah karya Zayn al-Din ‘Abd al-Rahman ibn Husayn al-‘Iraqi (w.
806 H), Nukhbar al-Fikar fi Must}alah Ahl al-Athar dan al-Nukat ‘ala
Kitab ibn al-S}alah karya Ibn Hajar al-Asqalani (852 H), Fath al-Mughith
Sharah Alfiyah al-Hadith oleh Muhammmad ibn Abd al-Rahman al-Sakhawi (w. 902 H).
Selanjutnya
bermunculan kitab-kitab must}alah al-hadith baik dalam
bentuk nadham, seperti kitab Alfiyah al-Suyut}i maupun nasar
(prosa). Dari kedua jenis ini para ulama juga memberikan syarahnya seperti
kitab Manhaj Dhawi al-Nazar karya Muhammad Mahfudh al-Trimisi, syarah
kitab Mandhumah ‘Ilm al-Athar karya al-Suyut}i (w. 911 H). Kitab-kitab
yang disusun setelah abad kesepuluh Hijriah diantaranya adalah al-Mandhumah
al-Bayquniyah karya ‘Umar ibn Muhammad al-Bayquni (w. 1080 H) dan Tawd}ih
al-Afkar li Ma’ani Tanqih al-Andhar karya Muhammad ibn Isma’il (w. 1182 H) dan Qawaid al-Tahdith
oleh Muhammad Jamal al-Din al-Qasimi. (w. 1332 H).[10]
- Pengertian Hadis, Sunnah, Khabar, & Atsar
- Pengertian & Bentuk-Bentuk Hadist
- Hadist Tentang Keringanan Siksa Abu Lahab Setiap Hari Senin
- Perang Khandaq
- Tata Cara Ruqyah
- Cara Menyikapi Hadis Rasulullah SAW
- Teori Kesahihan Hadist
- Argumentasi Kehujjahan Hadis
- Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur'an
- Sejarah Perkembangan Hadis
- Pengertian, Objek, Dan Kegunaan Ilmu Hadist
- Pembagian & Cabang Ilmu Hadist
- Sejarah Pertumbuhan & Penghimpunan Ilmu Hadist
- Kitab-Kitab Ilmu Hadist
[1] Muhammad
‘Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadith, 453.
[2] Ibid.
[3] Muhammad
ibn Muhammad Abu Syihab, al-Wasit}, 31.
[4] Muhammad
‘Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadith, 455.
[5] Muhammad
ibn Muhammad Abu Syihab, al-Wasit}, 31.
[6] Muhammad
‘Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadith, 456.
[7] Ibid.
[8] Muhammad
‘Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadith, 456.
[9] Ibid., 457.
[10] Muhammad
‘Ajaj al-Khatib, Ushul al-Hadith, 457.