Potret Haji
Kita, Antara Cita-Cita Dan Fakta
Oleh: Agus Hasan Bashori, Lc
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ الْوَاسِعِ الْعَظِيْمِ الْبِرِّ الرَّحِيْمِ خَلَقَ كُلَّ شَيْءٍ
فَقَدَّرَهُ وَأَنْزَلَ الشَّرْعَ فَيَسَّرَهُ وَهُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ،
بَدَأَ الْخَلْقَ وَأَنْهَاهُ وَيَسَّرَ الْفُلْكَ وَأَجْرَاهُ وَهُوَ الْعَزِيْزُ
الْحَكِيْمُ، الْقَائِلُ فِي الْكِتَابِ الْكَرِيْمِ: ( التوبة: 36) أَحْمَدُهُ
عَلَى جَلاَلِ نُعُوْتِهِ وَكَمَالِ صِفَاتِهِ وَأَشْكُرُهُ عَلَى تَوْفِيْقِهِ
وَسَوَابِغِ نِعْمَتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ فِي أُلُوْهِيَّتِهِ وَرُبُوْبِيَّتِهِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، الْمَبْعُوْثُ إِلَى جَمِيْعِ بَرِيَّتِهِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ فِيْ
سُنَتِهِ. مَعَاشِرَ الْمُسْلِمِيْنَ اِتَّقُوا اللهَ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ
مَعَ الْمُتَّقِيْنَ.
Jamaah shalat jum’at yang berbahagia
Marilah kita tingkatkan Iman dan taqwa kepada Allah karena hanya dengan taqwa
kita akan mendapatkan ampunan, pertolongan dan surgaNya yang agung.
Kita sekarang berada pada bulan Dzul Qa’dah bulan kesebelas dari bulan
Qamariyah, satu dari empat bulan yang disebut dengan bulan-bulan haram اشهر الحرم dan satu dari tiga bulan haji yang disebut dengan أشهر معلومات di sebut Dzul Qa’dah karena mereka:
يَقْعُدُوْنَ
فِيْهِ عَنِ اْلأَسْفَارِ وَالْقِتَالُ اِسْتِعْدَادًا لإِحْرَامٍ بِالْحَجِّ.
“Mereka duduk (tinggal dirumah) tidak melakukan perjalanan
maupun peperangan sebagai persiapan untuk melakukan ihram haji”.
Pada hari ini kita saksikan bersama persiapan dan pem-berangkatan para jemaah
calon haji. Kita rasakan bersama betapa kebahagiaan telah menghiasi wajah
mereka dan sejuta harapan telah tertanam dalam di lubuk hati mereka, manakala
saudara-saudara kita tadi meninggalkan kampung halamannya terbang menuju kiblat
umat Islam sedunia, memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Tidak ada ibadah seagung ibadah haji, tidak ada sesuatu agama
yang memiliki konsep ibadah seperti konsep haji Islam. Haji mengandung seribu
makna, merangkum sejuta hikmah. Karena itu haji merupakan tiang kelima dari
kelima pilar utama dalam Islam.
Di lihat dari sebutannya saja ibadah ini sudah unik. Betapa tidak Al-Allamah Abu
Abdillah Muhammad bin Abdir Rohman Al-Bukhari Alhanafi Azzahid (546 H)
menjelaskan. “Haji adalah bermaksud (berkeinginan dan bersengaja), sementara
maksud dan niat, keduanya menghantarkan seseorang menuju cita-cita, niat adalah
amal yang paling mulia karena ia adalah pekerjaan anggota yang paling utama
yaitu hati, manakala ibadah ini adalah ibadah yang paling besar dan ketaatan
yang paling berat maka disebut ibadah yang paling utama” yaitu Al-Haj yang
berarti al-qashdu.
Tatkala seorang haji tiba di ka’bah, dan sebelumnya dia sudah
mengetahui bahwa pemilik rumah (ka’bah) tidak berada di sana, maka dia berputar
mengelilingi rumah : Thawaf mengisyaratkakn bahwa ka’bah bukanlah maksud dan
tujuan. Tetapi tujuannya adalah pemilik rumah رب
الكعبة..
Begitu pula mencium hajar aswad, bukan berarti dan bukan
kerena menyembah batu, melainkan karena mengikuti sunnah rasul. Karena
beliaulah yang mencontohkan kita untuk melakukan yang demikian. Inilah pembeda
antara musyrik dan muslim. Dulu orang musyrik mencium batu karena untuk
menyembah batu. Tetapi sekarang Muslim mencium batu untuk mengikuti sunnah
rasul yang diantara hikmahnya adalah seperti apa yang dikatakan oleh Ibnu Abbas
Radhiallaahu anhu .
“Hajar Aswad adalah bagaikan tangan kanan Allah dimuka bumi
ini. Maka barangsiapa yang menjabatnya (menyentuhnya) atau menciumnya maka
seolah-olah ia menjabat (tangan) Allah dan mencium tangan kananNya.”
Karena itu ketika menyentuhnya seorang haji harus mengingat bahwa ia sedang
berbai’at kepada Allah (pencipta dan pemilik batu yang telah memerintah untuk
menyentuhnya). Berbai’at untuk selalu taat dan tunduk kepadaNya, dan harus
ingat barang siapa yang menghianati bai’at maka ia berhak mendapatkan murka dan
adzab Allah.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Karena maksud kita bukan البيت tetapi رب البيت dan karena unsur niat begitu utama dan penting maka Allah
brfirman:
وَأَتِمُّوا
الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلَّهِ.
“Dan sempurnakanlah haji dan umrah itu karena Allah”
Karena itu pulalah para ulama menganjurkan bahwa kewajiban pertama bagi calon
haji adalah bertaubat. Bertaubat dari semua dosa dan maksiat, baik calon haji
itu seorang petani, pegawai, polisi, artis, dokter, mentri maupun seorang
kiayi, laki-laki maupun perempuan , tua maupun muda.
Inilah yang disyaratkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam firmanNya:
وَتَزَوَّدُوْا
فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.
“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah
taqwa”(al-Baqarah; 197).
Tentu saja kita sudah maklum bahwa taqwa itu tidak bisa dicapai kecuali dengan
bertaubat dan meninggalkan segala jenis perbuatan maksiat.
Kalau calon haji sudah bertaubat maka ia akan mampu memahami dan menjiwai syiar
haji yang teramat indah itu yaitu.
لَبَّيْكَ
اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ.
Ia akan menghayati seolah-olah berucap: Ya Allah aku datang,
akau datang, memenuhi panggilanMu, lalu aku berdiri di depan pintuMu. Aku
singgah di sisiMu. Aku pegang erat kitabMu, aku junjung tinggi aturanMu, maka
selamatkan aku dari adzabMu, kini aku siap menghamba kepadaMu, merendahkan diri
dan berkiblat kepadaMu. BagiMu segala ciptaan, bagiMu segala aturan dan
perundang-undangan, bagiMu segala hukum dan hukuman tidak ada sekutu bagiMu.
Aku tidak peduli berpisah dengan anak dan istriku, meninggalkan profesi dan
pekerjaan, menanggalkan segala atribut dan jabatan, karena tujuanku hanyalah
wajah-Mu dan keridhaanMu bukan dunia yang fana dan bukan nafsu yang serakah
maka amankan aku dari adzabMu.
Ma’asiral muslimin rahimakumullah.
Jika calon haji sudah bertaubat maka ia pasti akan mampu mencapai hakekat haji
yang telah digariskan oleh Allah, dalam firman-Nya:
Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan Haji,
maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa
mengerjakan haji. (Al-Baqarah: 197)
Seorang yang beribadah haji tidak boleh melakukan rofats yaitu
jima dan segala ucapan dan perbuatan yang behubungan dengan seksual. Tidak
boleh melakukan Fusuq yaitu segala bentuk maksiat dan tidak boleh melakukan
jidal yaitu perdebatan yang mengikuti hawa nafsu, bukan untuk mencari
kebenaran.
Maka barang siapa yang telah sukses memenuhi perintah Allah
tersebut ia akan mendapatkan haji yang mabrur, yang diantara tandanya adalah
sepulang haji ia tidak akan mengulang maksiat, dosa-dosa yang lalu, ia akan
tampil sebagai muslim yang shalih dan muslimah yang shalihah.
Maka sebuah negara semakin banyak muslim dan muslimah yang taat, negara itu
akan semakin aman makmur dan sentosa. Maksiat dan kemungkaran akan menepi,
perjudian dan pencurian akan sepi, perzinaan dan pembunuhan akan mudah diatasi.
Apalagi jika yang pergi haji adalah Bapak Bupati, para Mentri dan Pak Polisi.
Sepulang haji yang kikir akan menjadi dermawan, yang kasar
akan menjadi pengantin dan yang biasanya menyebar kejahatan berubah menebar
salam.
Itu semua manakala hajinya mabrur. Namun kenyataannya adalah bagaikan siang
yang dihadapkan dengan malam, semuanya bertolak belakang, mereka tidak
mengambil manfaat dari ibadah haji selain menambah gelar Pak Haji atau Bu
Hajjah. Yang korup tetap korup, yang artis tetap artis, yang lintah darat tetap
lintah darat, yang jahat tetap jahat.
Maka tidak heran jika Rofats, Fusuq dan Jidal marak dimana-mana sampai terjadi
krisis moral, krisis nilai, krisis kemanusiaan, krisis politik, lingkungan,
ekonomi dan sosial.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Demikianlah sekelumit tentang makna haji, haji mabrur dan potret haji kita,
semoga Allah menjadikan haji kita yang dahulu dan yang akan datang menjadi haji
yang mabrur, dan semoga dijauhkan dari haji yang maghrur (tertipu) dan mabur.
بَارَكَ اللهُ
لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ
مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ
اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ مَخْرَجًا}
وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ
أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى
رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ
الصَّلاَةَ.
( 22 Januari 2004 / 30 dzulqa'dah 1425 )
BACA MATERI KHUTBAH LAINNYA YANG BERKAITAN:
Sumber:
Sumber:
www.alsofwah.or.id/khutbah
Posted By http://ichsanmufti.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar