HOME

12 Mei, 2023

ADAB SEORANG PENGAJAR AL-QUR’AN


Berikut adab-adab seorang pengajar Al-Qur'an: 

·         Mengajarkan Al-Qur’an hanya untuk mencari ridha Allah Ta’ala.

·         Mengajarkan Al-Qur’an bukan bertujuan untuk mendapatkan balasan duniawi. Firman Allah Ta’ala:

 مَنْ كَانَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُـؤْتِهِ مِنْـهَا وَمَالَهُ فِي اْلآخِرَةِ مِنْ نََصِيْبٍ

"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan  dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat”.[1]

Dan waspada untuk menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber penghasilan, para ulama berbeda pendapat tentang kebolehan mengambil upah dari mengajar Al-Qur’an, semoga pendapat yang lebih dekat dengan kebenaran adalah pendapat yang membolehkannya, berdasarkan hadits Abi Said yang telah mengambil sekumpulan kambing sebagai upah atas kesembuhan orang yang diruqyahnya dengan surat Al-Fatihah.

·         Hendaklah dia waspada dari kesengajaan memperbanyak bacaan karena banyaknya orang yang meminta dan mendatanginya.

·         Hendaklah dia waspada jika bersikap tidak senang terhadap kecendrungan shahabat-shahabatnya untuk belajar Al-Qur’an kepada orang lain yang pernah belajar darinya.

·         Berakhlaq dengan adab-adab syara’.

·         Bersikap zuhud dan mencukupkan diri dengan bagian yang sedikit dari dunia.

·         Hendaklah ia bersikap tenang, berwibawa dan merendah diri.

·         Menjauhi ketawa dan senda gurau yang berlebihan.

·         Menggunakan hadits sebagai sandaran untuk bertasbih, berdo’a dan mengerjakan amal-amal yang utama

·         Waspada terhadap penyakit hati seperti hasad, bangga diri, riya’, bersikap melebihi orang lain atau merendahkannya….

·         Tidak memandang diri lebih baik dari salah seorang dari mereka.

·         Seyogyanya untuk bersikap kasih sayang terhadap orang yang belajar kepadanya, dan bergaul dengan lembut serta memberikan semangat bagi mereka untuk belajar.

·         Memberikan nasehat khususnya bagi orang yang belajar kepadanya sebatas kemampuannya.

·         Bersikap toleran saat mengajar.

·         Kasih sayang terhadap siswa, memperhatikan kemaslahatnnya sebagaimana ia memperhatikan kemaslahatan diri dan anaknya, seorang siswa diperlakukan seperti anaknya dalam kasih sayang, bersabar atas sikapnya yang kasar atau adabnya yang buruk serta menjelaskan keburukan sikap tersebut dengan cara yang lembut agar ia tidak kembali padanya.

·         Hendaklah dia menyenangi kebaikan bagi para siswanya seperti dia menyukainya untuk dirinya, dan membenci kekurangan bagi mereka sebagaimana hal tersebut dia benci bagi dirinya sendiri.

·         Hendaklah ia menjelaskan bagi mereka tentang keutamaan belajar untuk menambah motifasi mereka dan mendorong mereka untuk bersikap zuhud terhadap dunia.

·         Mendahulukan siswa atas kemaslahatan duniawi yang tidak primer.

·         Memberikan setiap siswa apa-apa yang sesuai (bagi dirinya), maka hendaklah ia tidak melimpahkan kadar yang banyak bagi siswa yang tidak mampu menerima yang banyak, dan tidak mengurangi pemberiannya terhadap siswa yang mampu menerima tambahan.

·         Memberikan dorongan bagi mereka untuk mengulangi hapalan-hapalan mereka.

·         Memberikan pujian kepada siswa yang rajin.

·         Hendaklah dia mengutamakan orang yang terlebih dahulu datang pada saat banyak murid-murid yang datang menyibukannya, dan janganlah mendahulukan orang yang tergesa-gesa mementingkan dirinya kecuali terdapat maslahat syar’i.

·         Mengamati keadaan mereka dan menanyakan murid yang tidak hadir.

·         Menjaga kedua tangan saat guru membacakan ayat baginya dari perbuatan sia-sia, dan menjaga pandangan yang liar tanpa kebutuhan.

·         Duduk menghadap kiblat setelah bersuci dengan penuh wibawa dan pakaian yang putih bersih, pada saat ia sudah sampai di tempat duduk hendaklah dia melakukan shalat dua rekaat pada tempat duduknya sebelum dia duduk.

·         Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud radhiallahu anhu membaca Al-Qur’an untuk orang lain dengan duduk secara berlutut.

·         Dianjurkan agar majlis seorang guru meluas agar bisa menampung para siswa yang belajar padanya.

·         Seyogyanya bagi seorang guru untuk tidak menghinakan ilmunya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...