Berikut beberapa adab-adab duduk di dalam masjid;
·
Di anjurkan untuk memperbanyak dzikir pada
majlis-majlis pertemuan, serta dilarang duduk ditempat yang tidak disebut Nama
Allah Subhanahu Wa Ta'ala padanya, hal itu sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam:
مَامِنْ قَـوْمٍ
يَقُوْمُوْنَ مِنْ مَجْلِسٍ لاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ فِيْهِ إِلاَّ قَامُوْا عَنْ
مِثْلِ جِيْفَةِ حِمَارٍ َوكَانَ لَهُمْ حَسْرَةٌ
"Tidaklah
sekelompok kaum beranjak dari tempat duduknya yang tidak disebutkan di dalamnya
nama Allah, melainkan seakan mereka beranjak dari bangkai keledai dan mereka
berada dalam kerugian".[1]
·
·
Memilih teman yang baik untuk duduk bersamanya,
sebagaimana sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
اَْلمَرْءُ عَلىَ دِيْنِ خَلِيْلِهِ
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَاِللْ
"Kebaikan agama seseorang sangat tergantung pada agama
temannya, maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapakah yang
menjadi sahabat karibnya".[2]
·
Mengucapkan salam kepada orang yang ada dalam majlis
tatkala masuk dan keluar darinya, sebagaimana sabda Nabi shallallahu
alaihi wa sallam :
إِذِا اْنتَهَى
أَحَدُكُمْ إِلَى مَجْلِسٍ فَلْيُسَلِّمْ فَإِنْ بَدَا لَهُ أَنْ يَجْلِسَ
فَلْيَجْلِسْ ثُمَّ إِنْ قَامَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتِ اْلأُوْلَى بِأَحَقَّ
مِنَ اِلآخِر
"Bilamana kalian telah sampai pada sebuah majlis hendaklah
mengucapkan salam, dan apabila ingin duduk maka duduklah, kemudian apabila
ingin pergi maka ucapkanlah salam, sebab bukanlah yang pertama itu lebih berhak
daripada yang terakhir".[3]
·
Di makruhkan membangunkan seseorang dari tempat
duduknya kemudian dia menempati tempat duduk tersebut, karena ada hadits
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:"Melarang seseorang membangunkan
orang lain yang sedang duduk (dari tempatnya yang semula)
kemudian dia duduk padanya, akan tetapi bergeserlah dan berlapanglah".[4]
Ibnu
Umar radhiallahu anhu membenci orang yang
membangunkan orang yang sedang duduk kemudian ia menempati tempat itu.
·
Berlapang-lapang dalam majlis sesuai dengan keumuman firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala:
يَاأَيُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْا إِذَا
قِيْلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوْا فِي اْلمَجَالِسِ فَافْـسَحُوْا يَفْسَحِ اللهُ لَكُمْ
"Wahai orang-orang yang beriman bilamana dikatakan
kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis" maka lapangkanlah
niscaya Allah memberikan kelapangan untukmu".[5]
·
Tidak diperbolehkan memisahkan dua orang melainkan atas
seizin mereka berdua sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam: لاَ
يَحِلُّ ِلرَجُلٍ أَنْ يُفَـرِّقَ بَيْنَ اْثنَيْنِ إِلاَّ بِإِذْنِهِمَا
"Tidak
halal bagi seseorang memisahkan dua orang melainkan atas izin mereka
berdua".[6]
·
Duduk pada tempat di mana dia sampai padanya,
sebagaimana perkataan Jabir bin Abdullah semoga Allah meridhai mereka berdua:
"Bilamana
kami mendatangi Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam maka salah seorang diantara kami
duduk pada tempat dia sampai padanya".[7]
Dan Ibnu Umar radhiallahu anhu bilamana seseorang berdiri untuknya dari
majlisnya maka ia tidak mau duduk pada tempat tersebut.
·
Sebaik-baik tempat duduk adalah tempat yang paling
luas, sebagaimana hadits yang diriwayatkan Abdur Rahman bin Abi Amrah Al Ansori
beliau berkata: Abu Said Al Khudriy mengantar jenazah, dia telah datang
terlambat di mana oang-orang telah menempati tempat duduknya masing-masing,
ketika orang-orang melihat kedatangannya
mereka segera menyingkir dari tempat tersebut sehingga sebagian orang berdiri
untuk memberikan tempat duduk baginya, lalu ia berkata: Janganlah (engkau hal
lakukan hal ini) sesungguhnya aku mendengar Rasaulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda: خَيْرُ
الْمَجَاِلسِ أَوْسَعُهَا ثُمَّ تَنَحَّى فَجَلَسَ فَي مَجْلِسٍ وَاسِعٍ
((Sebaik-baik tempat duduk adalah tempat yang paling luas))
kemudian dia menjauh dan duduk di tempat yang luas".[8]
·
Dilarang mendengarkan pembicaraan orang lain tanpa
seizin orang yang bersangkutan, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam bersabda:
وَمَنِِِ
اسْتَمَعَ إِلَى قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُوْنَ أَوْ يَفِرُّوْنَ مِنْهُ صُبَّ
فِي أُذُنِهِ اْلآنُكَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ
"Barang
siapa yang mendengarkan pembicaraan suatu kaum sedangkan mereka membencinya
atau beranjak darinya niscaya dituangkan pada kedua telinganya timah mendidih
di hari kiamat"[9]
·
seseorang
meletakkan tangan kirinya dibelakang punggungnya, lalu bersandar pada daging
tangan kanannya, yaitu pangkal ibu jari;
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menyebutnya sebagai duduknya
orang-orang yang dimurkai (Yahudi)[10]
juga dilarang duduk di bawah bayang-bayang matahari, sebab tempat tersebut
adalah tempat duduknya setan.[11]
·
Dilarang banyak tertawa, sebagaimana hadits yang
diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam
bersabda: لاَ
تُكْثِرُوْا مِنَ الضَّحِكِ فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيْتُ الْقَلْبَ
"Janganlah banyak
tertawa sebab banyak tertawa dapat mematikan hati".[12]
·
Dilarang berbisik-bisik dengan dua orang dengan
menghiraukan orang ke tiga sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam: لاَ َيتَنَاجَ اْثَنَانِ دُوْنَ الثَّالِثِ
فَإِنَّ ذلِكَ يُخْزِنُهُ
"Janganlah dua orang berbisik-bisik dengan meninggalkan
orang ketiga sebab hal itu dapat membuatnya sedih".[13]
التناجي adalah dua
orang berbicara dengan bisik-bisik dengan menghiraukan orang ketiga.
·
Dimakruhkan bersendawa di depan orang lain, sebagaimana
dalam hadits bahwasanya seseorang bersendawa di samping Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam kemudian
beliau bersabda:
كُفَّ عَنَّا جَشَاءَكَ فَإِنَّ
أَكْثَرَهُمْ شَبْعًا فِي الدُّنْيَا أَطْوَلُهُمْ جُوْعًا يَوْمَ اْلِقَياَمَةِ
"Tahanlah
bersendawamu dari kami, sebab sesungguhnya mereka yang paling banyak kenyang di
dunia dan akan paling lama lapar di
akhirat".[14]
·
Tidak banyak menoleh ke segenap penjuru majlis sehingga
menjadi perhatian orang lain.
·
Termasuk adab dalam duduk adalah tidak menjulurkan kaki
dihadapan orang banyak kecuali ada uzur atau halangan.
·
Imam Bukhari rahimahullah berkata: (Babu Ma Yukarohu
Minas Samri Ba'dal Isya'/Bab dimakruhkan bercakap-cakap setelah
shalat Isya) kemudian beliau membawakan hadits Abi Barzah Al Aslami radhiallahu
anhu bahwasannya Nabi shallallahu alaihi wa sallam membenci tidur sebelumnya dan
bercakap-cakap setelahnya. (yaitu setelah sholat Isya.Yang dimaksud dengan
bercakap-cakap dalam terjemahan diatas adalah bercakap-cakap dalam perkara yang
diperbolehkan, sebab perkara yang haram tidak dikhususkan dengan setelah sholat
Isya bagi larangan perbuatan tersebut, bahkan haram membicarakannya di setiap
saat. Umar bin khottob radhiallahu anhu pernah memukul seorang yang melakukan
hal itu sambil berkata: Apakah pantas kau bercakap-cakap pada permulaan malam
kemudian tertidur pada akhir malam".[15]
·
Disunnahkan menutup majlis dengan do'a kafarotul majlis
sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
مَنْ
جَلَسَ فَي مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيْهِ لَغَطُهُ فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُوْمَ
سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ
أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
إِلاَّ كَفَّرَ اللهُ لَهُ مَاكَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذلِكَ.
"Barang siapa yang duduk
disuatu majlis yang didalamnya terdapat banyak senda guraunya kemudian berdo'a
sebelum beranjak:
يَقُوْمَ سُبْحَانَكَ اللّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ
وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
((Maha suci Engkau ya Allah dengan
segala puji bagimu aku bersaksi tiada tuhan yang berhak disembah selain Engkau
aku meminta ampun dan bertaubat kepada-Mu)) melainkan Allah akan menghapus segala kesalahan yang
ada di majlis tersebut"[16]
BACA MATERI KHUTBAH LAINNYA YANG BERKAITAN:
- ADAB KEPADA ALLAH TA’ALA
- SUNNAH-SUNNAH ADZAN
- ADAB BERDO'A
- ADAB DUDUK DI DALAM MAJLIS
- ADAB BERTAMU
- ADAB MEMINTA IZIN
- ADAB MENGUCAPKAN SALAM
- ADAB BERZIARAH
- ADAB MENELPON
- ADAB SAAT BERADA DI BUKIT MARWAH
- ADAB SA'I ANTARA SHAFA DAN MARWAH
[1] HR Abu Daud no: 4855 berkata Al Albani Hadits ini hadits shahih
[2] HR Abu Daud no:4833 dan dihasankan oleh Al Albani
[3] HR At Tirmidzi no:2706 ia berkata hadits ini hadits hasan. Berkata Al Albani hadits ini hasan shahih
[4] HR Bukhari no:6270 dengan memakai lafadz darinya.
[5] QS Al Mujadalah : 11
[6] HR Abu Daud no: 4845 dan Al Albani berkata:Hadits ini Hasan shahih
[7] HR Abu Daud no: 4825 dan dishahihkan oleh Al Albani
[8] Al Albani menshahihkan hadits ini dalam kitab silsilah hadits shahih
[9] HR Bukhari no: 7042 dengan memakai lafadz darinya
[10] HR Ahmad no:18960 dan Abu Daud 4848 serta di shahihkan oleh Al Albani
[11] Silsilah hadits shahihah no:838
[12] HR Ibnu Majah no:4193 dan dishahihkan oleh Al Albani no:3400
[13] HR.Bukhari no:6288 Muslim
no:2183
[14] HR. At-Tirmidzi no: 2478 dan di hasankan oleh Al-Albani no:3413
[15] Fathul Bari Ibnu Hajr Juz 2 hal 73
[16] Shohih kalim tayyib karangan Syekh Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah yang di petik oleh Muhamad Nasirudin Al Albani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar