HOME

14 Mei, 2023

ADAB BERDO'A

Berikukut beberapa adab-adab berdo'a:[1]

·       Memuji Allah dan bershalawat kepada Rasulullahs shallallahu alaihi wasallam sebelumberdo'a, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam: كلُّ دُعَاءٍ مَحْجُوْبٍ حَتَّى يُصَلىَّ عَلىَ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم     

"Setiap do'a akan terhalangi sampai orang tersebut membaca shalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam ".[2]

·         Mengakui dosa dan kesalahan, seperti yang diceritakan oleh Allah tentang hambaNya Yunus Alihis salam:

 أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنيِّ كُنْتُ مِنَ الظّلِمِيْنَ                

"Bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berbuat zalim".[3]

·         Bersikap merendah, khusyu' takut dan cemas. Firman Allah Ta'ala:

إِنَّهُمْ كَانُوْا يُسَارِعُوْنَ فيِ الْخَيْرتِ وَيَدْعُوْنَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوْا لَنَا خشِعِيْنَ

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam mengerjakan perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdo'a kepada Kami dengan harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada Kami".[4]

·         Kehadiran hati saat berdo'a, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

اُدْعُوْا اللهَ وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِاْلإِجَابَةِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ لاَ يَسْتَجِيْبُ دُعَاءً مِنْ قَلْبٍ غَافِلٍ لاَه

"Berdo'alah kepada Allah dan kalian yakin akan dikabulkan. Ketahuilah!, sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu do'a dari hati yang lalai lagi lengah".[5]

·         Tegas dalam berdo'a dan teguh di dalam memohon kepada Allah. Berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

 لاَ يَقُوْلَنَّ أَحَدُكُمْ اَللّهُمَّ اغْفِرْليِ إِنْ شِئْتَ اَللّهُمَّ ارْحَمْنِي إِنْ شِئْتَ لِيَعْزِمِ اْلمَسْأَلَةَ فَإِنَّهُ لاَ مَكْرَهَ لَهُ

"Janganlah seseorang mengatakan dalam do'anya: Ya Allah ampunilah aku jika Engkau menghendaki, Ya Allah berikanlah rahmat kepadaku jika Engkau menghendaki, hendaklah dia teguh dalam berdo'a sebab perbautan tersebut tidak dibenci".[6]

·         Berdo'a dengan cara seakan memaksa.

·       Berdo'a dalam setiap kondisi, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

 مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيْبَ اللهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكَرْبِ فَلْيُكْثرِْ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ

"Barangsiapa yang senang dikabulkan permohonannya pada saat kritis dan bahaya maka hendaklah dia memperbanyak do'a saat nyaman'.

·       Dianjurkan untuk berdo'a dengan suara yang lembut, berdasarkan firman Allah Ta'ala:                                   ُادْعـُوْا رَبَّكُمْ تَضـَرُّعًا وَخُفْيَةً

"Berdo'alah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut."[7]

·          Tidak berdo'a untuk kebinasaan keluarga, harta dan jiwa, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

:لاَ تَدْعُوْا عَلىَ أَنْفُسِكُمْ وَلاَ تَدْعُوْا عَلىَ أَوْلاَدِكُمْ وَلاَ تَدْعُوْا عَلىَ أَمْوَالِكُمْ لاَ تُوَافِقُوْا مِنَ اللهِ سَاعَةُ يُسْأَلُ فِيْهَا عَطَاءً فَيَستَجِيْبَ لَكَ

"Janganlah kalian berdo'a untuk kebinasaan diri kalian, janganlah berdo'a untuk kebinasaan anak-anak kalian, dan jangan pula berdo'a untuk kebinasaan harta-harta kalian, jangan-jangan saat kalian berdo'a tersebut adalah saat dikabulkannya permohonan sehingga Dia mengabulkan do'a kalian".[8]

·         Mengulangi do'a tiga kali; sebab Nabi shallallahu alaihi wasallam mengulangi do'anya tiga kali.[9]

·         Menghadap kiblat, seperti diriwayatkan oleh Al-Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menghadap kiblat lalu berdo'a untuk kebinasaan kafir Quraisy.[10]

·         Menjaga waktu-waktu yang mustajab, seperti saat sujud, di antara adzan dan iqamah, saat-saat terakhir pada hari jum'at.

·         Mengangkat tangan saat berdo'a, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:

إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالىَ حَيِيٌّ كَرِيْمٌ يَسْتَحِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهَا صِفْرًا خَائِبَيْنِ

"Sesungguhnya Tuhanmu -Yang Maha Suci dan Maha Tinggi-bersifat malu dan mulia. Dia malu jika hambaNya mengangkat tangan saat berdo'a lalu menolaknya dengan tangan hampa dan kecewa".[11] Dan mengusap wajah dengan kedua tangan setelah berdo'a dalam qunut witir atau yang lainnya didasarkan pada hadits yang lemah, syaikhul Islam mengatakan bahwa semua hadits tersebut tidak bisa dijadikan sebagai landasan hukum.

·         Berbakti kepada kedua orang tua adalah salah satu sebab dikabulkannya do'a, sebagaimana diceritakan dalam kisah Uais bin Amir Al-Qorni[12] bahwa dia seorang yang berbakti kepada kedua orang tuanya; sebagaimana juga diceritakan dalam kisah tiga orang yang tertahan dalam sebuah gua yang lubangnya tersumbat oleh sebuah batu besar.[13]

·         Memperbanyak ibadah-ibadah sunnah setelah mengerjakan shalat wajib adalah salah satu sebab dikabulkannya do'a.[14]

·         Beramal shaleh sebelum berdo'a.

·         Dianjurkan bagi seorang muslim untuk berwudhu' sebelum berdo'a, sebagaimana dijelaskan di dalam hadits riwayat Abi Musa Al-Asy'ari radhiallahu anhu bahwa Nabi shallallahu alaihi wasallam setelah selesai perang Hunain…dan disebutkan padanya: Maka beliau memerintahkan untuk mengambil air, lalu beliau berwudhu' dengannya, kemudian barulah beliau mengangkat tangan dengan mengatakan: "Ya Allah ampunilah Ubaid bin Amir", dan aku melihat putihnya kulit kedua ketiak beliau.[15]

·       Tujuan seorang yang berdo'a harus baik, disebutkan di dalam kisah Nabi Musa Alaihis salam:

قَالََ رَبِّ اشْرَحْ ليِ صَدْرِي وَيَسِّرْليِ أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوْا قَوْليِ وَاجْعَلْ ليِ وَزِيْرًا مِنْ أَهْليِ هرُوْنَ اشْدُدْ بِهِ أَزْرِي وَأَشْرِكْهُ فِي أَمْرِي كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيْرًا وَنَذْكُرَكَ كَثِيْرًا إِنَّكَ كُنْتَ بِنَا بَصِيْرً

"Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku". Dan mudahkanlah untukku urusanku, supaya mereka mengerti perkataanku. Dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku. Yaitu  Harun, saudaraku.Teguhkanlah dengan dia kekuatanku. Dan jadikanlah dia sekutu dalam urusanku. Supaya kami banyak bertasbih kepada Engkau. Dan banyak mengingat Engkau. Sesungguhnya Engkau adalah Maha Melihat keadaan kami."[16]

·         Seorang yang berdo'a harus menampakkan keluhan dan kebutuhannnya kepada Allah, Allah menceritakan tentang Nabi Ya'qub alaissalam:

قَالَ إِنَّمَا أَشْكُوْ بَثِّي وَحُزْنِي إِلىَ اللهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللهِ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ

"Ya'qub menjawab: Sesungguhnya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihan dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tidak mengetahuinya."[17] Dan Allah menceritakan tentang Nabi Ayyub alaissalam: وَأَيُّوْبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضَّـرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِيْنَ "Dan ingatlah kissah Ayyub, ketika dia meyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), sesungguhya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua yang Penyayang"[18]. Disebutkan dalam kisah Musa as Allah swt berfirman:

 رَبِّ إِنيِّ لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَّي مِنْ خَيْرٍ فَقِيْرٍ

"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku sangat memerlukan suatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku".[19]

·         Memilih do'a do'a yang jami' (do'a dengan kata yang sedikit namun mengandung makna yang banyak. Pen.) dan baik.

·         Seseorang dianjurkan berdo'a dengan memulai dari dirinya:

رَبَّنَا اغْـفِرْلَنَا وَِلإِخْوَاِننَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ

"Ya Tuhan kami ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dengan keimanan."[20] Dan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam jika menyebut nama seseorang dan berdo'a baginya, beliau memulainya dengan berdo'a untuk dirinya.[21]

·       Berdo'a untuk saudara-saudaranya yang seiman. Allah Ta'ala memerintahkan:    وَاسْتَـغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَات

"Dan mintalah ampunan bagi dosamu dan bagi dosa orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan."[22] Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda:

منِ اسْتَغْفَرَ ِلْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ كُتِبَ لَهُ ِبكُلِّ مُؤْمِنٍ وَمُؤْمِنَةٍ حَسَنَةٌ

"Barangsiapa yang memintakan ampun bagi orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan maka Allah akan menulis baginya dengan setiap orang yang beriman tersebut kebaikan."[23]

·         Tidak memaksakan diri untuk bersajak saat berdo'a.

·         Berdo'a dengan kalimat yang jelas tanpa dipaksakan.

·         Memilih nama-nama Allah yang sesuai dan cocok dengan kondisi do'a, seperti: Ya Allah Yang Maha Pengasih kasihilah aku".

·         Tidak membatasi rahmat Allah kepada orang tertentu ketika berdo'a, dari Abu Hurairah radhiallahu dia berkata: Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bangkit berdiri untuk melaksanakan shalat maka kamipun bangkit bersamanya, lalu seorang badui berkata saat dirinya sedang shalat:

اَللَّهُمَّ ارْحَمْنِي وَمُحَمَّدًا وَلاَ تَرْحَمْ ِمنَّا أَحَدًا

"Ya Allah curahkanlah kasih sayangmu kepadaku dan kepada Muhammad dan janganlah Engaku menyayangi selain kami berdua". Saat Nabi shallallahu alaihi wasallam selesai dari shalatnya, beliau menegur orang badui tersebut: "Sesungguhnya engkau telah membatasi sesuatu yang luas- yang dimaksudkan adalah rahmata Allah-".[24]

·         Mengucapkan amin bagi orang mendengarnya.

·         Memohon kepada Allah segala sesuatu baik perkara-perkara yang kecil atau yang besar, berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam:

سَلُوْا اللهَ كُلَّ شَئٍ حَتَّى الشسع فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَوْ لَمْ يُيَسِّرْهُ لَمْ يُيَسَّر

“Mintalah kepada Allah segala sesuatu sampai megadakan tali sendal sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla sendainya tidak memudahkan suatu urusan niscaya dia tidak akan menjadi mudah”

·         Diharuskan untuk tidak berdo'a dengan sesuatu yang mengandung kesyirikan.

·         Tidak berangan-angan untuk mati.

·         Tidak berdo'a untuk mempercepat siksaan.

·         Tidak berdo'a untuk sesuatu yang mustahil, seperti kekal hidup di dunia.

·         Tidak berdo'a dengan sesuatu yang sudah selesai terwujud.

·         Tidak berdo'a dengan sesuatu yang dijelaskan oleh syara' tidak akan terjadi, seperti berdo'a agar seorang muslim tidak masuk surga.

·         Tidak berdo'a agar seseorang terjerumus dalam perbuatan dosa. seperti berdo'a agar seseorang kecanduan minuman keras.

·         Tidak berdo'a untuk memutus silaturrahmi. Seperti berdo'a dengan mengucapkan: Ya Allah cerai berikanlah persatuan umat Islam.

·         Seorang imam tidak boleh mengkhususkan bagi dirinya do'a tertentu tanpa mengikutsertakan kaum muslimin di dalam do'anya.

·         Tidak meninggalkan adab saat berdo'a. Seperti mengucapkan: Ya Allah Tuhannya anjing dan himar…".

·         Tidak berdo'a dengan tujuan yang busuk. Seperti berdo'a memohon harta untuk kemaksiatan dengannya.

·         Orang tersebut harus dengan dikabulkannya do'a.

·         Saat berdo'a seseorang tidak perlu merinci keperluannya dengan perincian yang tidak diperlukan.

·         Tidak berdo'a dengan nama-nama bagi Allah yang tidak terdapat di dalam kitab dan sunnah. Seperti: Ya Sulthan…, Ya Burhan…., dan Ya Hannan….

·         Tidak dalam mengangkat suara secara berlebihan.

·         Tidak berdo'a dengan mengatakan:

 اَللّهُمَّ إِنِّي لاَ أَسْأَلُكَ رَدَّ اْلقَضَاءَ وَلكِنْ أَسْأَلُكَ اللُّطْفَ فِيْهِ

"Ya Allah aku tidak memohon kapadaMu untuk menolak ketentuan yang telah Engkau tetapkan atasku (qodho'Mu) akan tetapi aku memohon kepadaMu agar Engkau bersikap lunak pada ketentuan tersebut".

·         Tidak menggantungkan do'a dengan kehendak. (Seperti berdo'a dengan mengatakan: Ya Allah, ampunilah aku jikalau Engkau menghendakinya. Pen.)

 

BACA MATERI KHUTBAH LAINNYA YANG BERKAITAN:


[1] Diintisarikan dari kitab berjudul: Al-Du'a (Mafhumuhu-Ahkamuhu-Aktha' Taqa'u Fihi), Muhammad bin Ibrahim Al-Hamd.

[2] HR. Al-Thabrani di dalam kitab Al-Ausath, dihasnkan oleh Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami' no: 4523.

[3] QS. Al-Anbiya': 90.

[4] QS. Al-Anbiya': 90.

[5] Shahihut Targib no: 1653.

[6] Shahih Abu Dawud no: 1316.

[7] QS. Al-A'rof: 55.

[8] HR. Muslim no: 3009.

[9] HR. Muslim, Silsilatus Shihah  no: 3472.

[10] HR. Bukhari no: 3960.

[11] HR. Abu Dawud no: 1488, Al-Albani rahimhullah mengatakan bahwa sanad hadits tersebut hasan, Shahihul Jami' no: 2070.

[12] HR. Muslim no: 2542.

[13] HR. Bukahri no: 5974, Muslim no: 2743.

[14] HR. Bukhari no: 6502.

[15] HR. Bukhari no: 4323, Muslim no: 498.

[16] QS. Thaahaa: 25-35.

[17] QS. Yusuf: 86.

[18] QS. Al-Anbiya': 83.

[19] QS Al-Qoshsos: 24.

[20] QS. Al-Hasyr: 10.

[21] Dishahihkan oleh Albani dalam kitab: Al-Shahihul Jami' no: 4733.

[22] QS. Muahammad: 19.

[23] Dihasankan oleh Albani dalam kitab Shahihul Jami' no: 2026.

[24] HR. Bukahri no: 6010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...