HOME

19 Mei, 2023

MAKALAH TENTANG PERMASALAHAN PENDIDIKAN


 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.

Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan.

Dari sinilah kami mencoba untuk membahas lebih dalam mengenai pendidikan di Indonesia dan segala dinamikanya.

 

1.2  Rumusan Masalah

·         Apakah permasalahan pendidikan yang terjadi saat ini ?

·         Apakah penyebab permasalahan pendidikan?

·         Apa sajakah faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan ?

 

1.3  Tujuan

·         Untuk mengetahui permasalah pendidikan yang terjdi saat ini

·         Untuk mengetahui penyebab permasalahan pendidikan yang terjadi

·         Untuk mengetahui aktorfaktor apa saja yang mempengaruhi pendidikan

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Pendidikan

Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”.Ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu.

Menurut Mohammad Ali, (2009 : 239), permasalahan-permasalahan utama yang dihadapi oleh pendidikan, terutama dalam konteks upaya mewujudkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan berdaya saing tinggi secara garis besar terkait dengan :

1.      PERMASALAHAN AKSES

Dewasa  ini kita masih menjumpai berbagai kenyataaan yang menunjukkan masih terkendalanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang dialami oleh anak-anak yang hidup di daerah-daerah terpencil. Masalah ini bukan hanya terkait akses terhadap pendidikan beerkualitas semata-mata,tetapi pendidikan dengan tingkat kelayakan atau kualitas yang terbatas pun ada yang masih sulit memperolehnya.

Pendidikan yang menjadi hak setiap warga Negara untuk memperolehnya ada 2 kategori:

1.       Pendidikan wajib adalah jenjang pendidikan yang setiap warga Negara harus mengikutinya(wajib belajar) secara minimal.

2.      Pendidikan bukan wajib adalah jenjang pendidikan yang diikuti oleh warga Negara yang memenuhi persyaratan semata-mata.

Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menetapkan pendidikan kategori pertama ini, yaitu yang termasuk program wajib belajar,adalah jenjang pendidikan dasar selama 9 tahun yang meliputi SD/MI dan SMP/MTS. Untuk jenjang pendidikan berikutnya yaitu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, bukan termasuk kategori program wajib belajar.

1.      Pada jenjang PAUD, pada umumnya berasal dari keluarga mampu didaerah perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga miskin dan anak-anak dari pedesaan belum memperoleh kesempatan PAUD secara proporsional.

2.       Pada jenjang pendidikan dasar, evaluasi BAPPENAS Tahun 2008 menunjukkan,bahwa Angka Partisipasi Sekolah(APS) atau rasio penduduk yang bersekolah menurut kelompok usia sekolah menunjukkan penduduk usia 7-12 tahun, APS sudah mencapai 96,4% dan untuk penduduk usia 13-15 tahun baru mencapai 81,60%. Sementara APS penduduk usia 16-18 tahun hanya mencapai 51,0%. Sementara itu masih cukup banyak anak yang tidak bersekolah baik karena belum pernah bersekolah ,putus sekolah maupun yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kondisi ini belum memadai untuk hidup mandiri maupun menghadapi persaingan global, serta belum mencukupi pula sebagai landasan pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan.

3.      Pada SMP/MTS masih terjadi disparitas antar kelompok masyarakat. Hal ini terlihat, misalnya dari kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, dari seluruh penduduk Indonesia yang tinggal di perdesaan, sekitar 11% penduduknya tidak atau belum pernah sekolah. Sementara penduduk di perkotaan hanya 4,5% yang tidak atau belum pernah sekolah. Dari angka itu, bisa dikatakan terjadi kesenjangan yang cukup signifikan antar jumlah penduduk terdidik di kota dan di desa. Kesenjangan kelompok penduduk kaya dan miskin pada jenjang SD/MI relatif kecil apabila dibandingkan dengan jenjang SMP/MTS, SMA/MA dan SMK/MAK.

Kesenjangan akses terhadap pendidikan juga dapat dilihat dari angka melek aksara. Masih adanya buta aksara dilihat dari beberapa faktor, yaitu:

1.      Masih terjadinya anak putus sekolah, khususnya pada kelas-kelas rendah di SD yaitu sekitar 250.000 anak (2003)yang sebagian besar akan menjadi buta aksara

2.      Sebagian dari yang melek aksara akan kembali menjadi buta aksara karena kemampuan literasi yang telah dimiliki tidak digunakan lagi

3.      Menurunnya perhatian pemerintah daerah dan masyarakat terhadap upaya pemberatasan buta akasara. Keadaan ini membutuhkan perubahan strategi dalam pemberantasan buta aksara dengan menggunakan pendekatan yang lebih inovatif dalam program keaksaraan untuk program keaksaraan untuk memberantas buta aksara secara efektif dan massal.

4.      Pada SMA/MA, perbedaan akses pada kelompok perlimaan terkaya dan termiskin tampak semakin tinggi sejak tahun 2003. Oleh karenanya, perluasan akses terhadap pendidikan menengah bagi kelompok masyarakat miskin, penting untuk mewujudkan akses yang lebih merata. Seperti halnya dalam gejala kesenjagan gender pada tingkat SMA/MA didaerah perkotaan, gejala kesenjangan gender di tingkat perguruan tinggi juga dipengaruhi faktor social-budaya, karena masyarakat beranggapan bahwa laki-laki dianggap lebih penting memperoleh pendidkan yang tinggi dibanding perempuan.Faktor nilai soaial –budaya ini juga berkaitan dengan faktor ekonomi yang menyangkut ketersediaan biaya pendidikan yang terbatas dan mebutuhkan pilihan dalam penyediaan kesempatan pendidikan bagi laki-laki dan perempuan.

 

2.      PERMASALAHAN KUALITAS DAN RELEVANSI PENDIDIKAN

Permasalahan kedua yang dihadapi oleh pendidikan kita terkait dengan peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan. Adapun masalah relevansi pendidikan adalah masih tingginya angka pengangguran.Kualitas dan Relevansi pendidikan dapat diidentifikasi dari masih tingginya angka pengangguran. Kualitas dan relevansi pendidikan ini berdampak pada kurangnya daya saing dapat diidentifikasi dari kemampuan SDM dalam memenangkan persaingan merebut pasar tenaga kerja. Faktor lain yang berpengaruh kepada kualitas dan daya saing pendidikan adalah berbagai masukan pendidikan

 

Diantara komponen masukan pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan meliputi:

1.      Guru dan tenaga kependidikan yang belum memadai baik secara kuantitas, kualitas, maupun kesejahteraannya

2.      Prasarana dan sarana belajar yang belum tersedia dan belum didayagunakan secara optimal.

3.      Pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang kualitas pembelajaran.

4.      Proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif.

Pemerintah telah berusaha menambah tenaga guru. Upaya ini belum dapat memenuhi kekurangan guru disetiap jenjang pendidikan sebagai akibat banyaknya guru yang mencapai pensiun, berhenti, mutasi, dan meninggal dunia. Beberapa faktor penyebab ketidakefisienan ini adalah terjadinya penumpukan guru didaerah perkotaan kurikulum yang sangat spesifik pada pendidikan menegah, dan banyaknya sekolah dasar kecil dengan rata-rata jumlah murid dibawah 100 orang. Masalah guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah masih terdapatnya kesenjangan guru dilihat dari keahliannya. Guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya yang masih banyak terjadi terutama pada SMA swasta dan MA.

Fasilitas yang mempengaruhi kualitas pendidikan ialah ketersediaan buku. Masalah lebih besar tidak hanya dalam ketersediaan buku tetapi juga dalam pendayagunaan buku pelajaran ini dalam kerangka peningkatan kualitas pendidikan. Penggunaan dan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi walaupun masih dalam lingkup yang terbatas, pendidikan Indonesia sudah memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi(TIK) dalam pengelolaan dan pembelajaran. Secara umum pemanfaaatan TIK di Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara lain. Faktor yang mempengaruhi ini adalah anggaran pendidikan yang masih belum memadai, baik ketersediannya maupun efisiensi pengolaannyya

Sistem pendidikan dianggap relevan jika memiliki keseimbangan secara structural dengan sistem ekonomi dan ketenagakerjaan, artinya bahwa lulusan pendidikan memiliki kesesuaian dengan kebutuhan tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan di berbagai sector. Permasalahan relevansi pendidikan juga mempunyai keterkaitan dengan masalah pengangguran. Selain dari indicator pengangguran terbuka, sejumlah lulusan perguruan tinggi masuk pada kategori setengah peganggur. Termasuk dalam kategori ini adalah lulusan perguruan tinggi yang bekerja dibawah jam kerja normal, yaitu kurang dari 35 jam per minggu, baik karena terpaksa ataupun sukarela. Pengertian setengah penganggur terpaksa adalah mereka yang masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain. Sedangkan setengah penganggur sukarela adalah mereka yang tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain.Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran adalah lapangan kerja yang bersifat padat karya.namun, kalangan terdidik cenderung tidak memilih pekerjaan ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan diperkantoran lebih tinggi. Struktur ekonomi Indonesia yang dominan agraris dan kurang produktiff ini menjadi faktor terbesar lambannya pertumbuhan ekonomi nasional. Ini semua berpengaruh terhadap munculnya permasalahan relevansi pendidikan

Perluasan akses pendidikan harus dikaitkan dengan relevansi artinya,harus ada pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan berkualitas dan relevan sehingga lulusannya memiliki daya saing, dan ini ditempatkan pada prioritas tertinggi dalam pembangunan pendidikan.

3.            Keterkaitan Permasalahan dengan Tata Kelola dan Akuntabilitas

Munculnya masalah utama dalam pendidikan yaitu permasalahan akses dan kualitas dan relevansi pendidikan  memiliki keterkaitan dengan persoalan tata kelola dan akuntanbilitas penyelenggaraan pendidikan. Permasalahan terkait pada tingkat sekolah belum berkembangnya kreativitas untuk memperkuat tata kelola yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan serta pertanggungjawaban dalam segenap proses pendidikan maupun pembiayaan.. Pendidikan tinggi juga masih mengalami permasalahan ini terutama masa transisi dan institusi yang sepenuhnya menjadi tnggung jawab pemerintah menuju otonomi satuan pendidikan tinggi yang diharapkan memiliki keleluasan dan kebebasan untuk mengtur dirinya sendiri. Oleh karena itu, kemampuan dalam mengembangkan kebijakan dan program, misalnya pada bidang keuangan, ketenagaan,tata kualitas, dan penjaminan kualitas, serta rencana dan infrastruktur, adalah kapasitas yang perlu dimiliki pleh perguruan yang otonom dan sehat. 

 

2.2 Penyebab Permasalahan Pendidikan

Ada beberapa masalah pendidikan yang terkait di hadapi saat ini maupun dikarenakan perubahan zaman antara lain sebagai berikut.

1.      Rendahnya pemerataan kesempatan belajar di karenakan pentingnya pergaulan bebas disertai banyaknya peserta didik yang putus sekolah,serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kebebasan yang tidak terkontrol.

2.      Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam [IPA],matematika,serta bahasa inggris. Padahal penguasaan materi tersebur merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan iptek. Hal ini disebabkan oleh munculnya teknologi canggih yang dapat menguasai itu semua,sehingga munculnya rasa acuh tak acuh atau masa bodoh dalam hal pembelajaran.

3.      Rendahnya efisiensi internal,karena lamanya masa studi melampaui waktu standart yang sudah ditentukan.

4.      Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang di sebut dengan relevansi pendidikan,yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat.Secara empiris kecenderungan meningkatnya pengangguran tenaga terdidik di sebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang masih didominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan efisiensi [padat model dan teknologi]. Dengan demikian pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebih kecil di bandingkan pertambahan lulusan lembaga.

 

2.3            Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masalah Pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangan masalah pendidikan yaitu:

1.     Perkembangan Iptek dan Seni

a.Perkembangan iptek

Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek(ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

 

b. Perkembangan seni 

Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia, melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi(mencipta)yang bersifat orisinil(bukan tiruan)dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan efektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan disamping domain kognitif yang sudah digarap melalui program atau bidang studi yang lain. Masalah pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi  begitu penting tetapi disekolah-sekolah saat ini menduduki kelas dua. Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang lain terpenuhi pelayanannya

 

2.      Laju pertumbuhan penduduk

Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada dua hal, yaitu:

a.       Pertambahan penduduk, dan

Dengan bertambahnya jumlah penduduk,maka penyediaan prasarana dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah.

b.      Penyebaran penduduk

Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata. Sebaran penduduk menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan.

 

3.      Aspirasi masyarakat

Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningakat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan,semuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan.

Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa berkelas melebihi yang semestinya,jumlah kelas tiap sekolah membengkak,diadakannya kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan pengurangan jam belajar.

 

4.      Keterbelakangan Budaya dan Sarana kehidupan

Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat(yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya diaami oleh :

1.      Masyarakat daerah terpencil

2.      Masyarakat yang kurang mampu secara ekonomis

3.      Masyarakat yang kurang terdidik


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

            Banyak sekali factor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Factor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan di Indonesia.

 

Daftar Pustaka

Tirtarahardja, Umar, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Sukadi, Sadiman Arif, dkk. 1988. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta : Mediyatama Sarana

Ali, Muhammad. 2009. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Bandung:    Imerial Bhakti Utama

 

1 komentar:

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...