BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Tidaklah berlebihan jika ada sebuah ungkapan “aththariqah ahammu minal maddah”, bahwa metode jauh lebih penting disbanding materi, karena sebaik apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi secara lengkap atau tidak.. Oleh sebab itu pemilihan metode pendidikan harus dilakukan secara cermat, disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga hasil pendidikan dapat memuaskan. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW saat menyampaikan wahyu Allah kepada para sahabatnya bisa kita teladani, karena Rasul SAW sejak awal sudah mengimplementasikan metode pendidikan yang tepat terhadap para sahabatnya. Strategi pembelajaran yang beliau lakukan sangat akurat dalam menyampaikan ajaran Islam. Rasul SAW. sangat memperhatikan situasi, kondisi dan karakter seseorang, sehingga nilai-nilai Islami dapat ditransfer dengan baik. Rasulullah SAW. juga sangat memahami naluri dan kondisi setiap orang, sehingga beliau mampu menjadikan mereka suka cita, baik meterial maupun spiritual, beliau senantiasa mengajak orang untuk mendekati Allah SWT dan syari’at-Nya.
B. RUMUSAN MASLAH
1. Apa pengertian metode?
2. Apa saja hadist tentang
metode-metode pendidikan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN METODE
Kata
metode berasal dari bahasa Yunani. Secara etimologi, kata metode berasal dari
dari dua suku perkataan, yaitu meta dan hodos. Meta
berarti “melalui” dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dalam Bahasa
Arab metode dikenal dengan istilah thariqah yang berarti langkah-langkah
strategis yang harus dipersiapkan untuk melakukan suatu
pekerjaan. Sedangkan dalam bahasa Inggris metode disebut method
yang berarti cara dalam bahasa Indonesia.
Sedangkan
menurut terminologi (istilah) para ahli memberikan definisi yang beragam
tentang metode, terlebih jika metode itu sudah disandingkan dengan kata
pendidikan atau pengajaran diantaranya :
1.
Winarno Surakhmad mendefinisikan bahwa metode adalah cara
yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.
2.
Abu Ahmadi mendefinisikan bahwa metode adalah suatu
pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau
instruktur.
3.
Ramayulis mendefinisikan bahwa metode mengajar adalah cara
yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan peserta didik pada saat
berlangsungnya proses pembelajaran. Dengan demikian metode mengajar merupaka
alat untuk menciptakan proses pembelajaran.
4.
Omar Mohammad mendefinisikan bahwa metode mengajar bermakna
segala kegiatan yang terarah yang dikerjakan oleh guru dalam rangka
kemestian-kemestian mata pelajaran yang diajarkannya, ciri-ciri perkembangan
muridnya, dan suasana alam sekitarnya dan tujuan menolong murid-muridnya untuk
mencapai proses belajar yang diinginkan dan perubahan yang dikehendaki pada
tingkah laku mereka.
Berdasarkan
definisi yang dikemukakan para ahli mengenai pengertian metode di atas,
beberapa hal yang harus ada dalam metode adalah :
- Adanya
tujuan yang hendak dicapai
- Adanya
aktivitas untuk mencapai tujuan
- Aktivitas
itu terjadi saat proses pembelajaran berlangsung
- Adanya
perubahan tingkah laku setelah aktivitas itu dilakukan.
Ada
istilah lain yang dalam pendidikan yang mengandung makna berdekatan dengan
metode, yaitu pendekatan dan teknik/strategi. Pendekatan merupakan pandangan
falsafi terhadap subject matter yang harus diajarkan dapat juga diartikan
sebagai pedoman mengajar yang bersifat realistis/konseptual. Sedangkan
teknik/strategi adalah siasat atau cara penyajian yang dikuasai pendidik dalam
mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada peserta didik di dalam kelas,
agar bahan pelajaran dapat dipahami dan digunakan dengan baik.
B. HADIST TENTANG METODE-METODE
PENDIDIKAN
1. Metode peragaan dan demonstrasi
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَافِلُ اليَتِيْمِ لَهُ أَوْ
لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الجَنَّةِ وَأَشَارَ مَالِكٌ
بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى (رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a, Ia berkata:
Rasulullah SAW bersabda: orang yang menanggung hidup anak yatim atau yang
lainnya, maka saya ( Nabi) dan dia seperti ini di dalam syurga dan Imam Malik
mengisyaratkan seperti jari telenjuk dan tengah (HR. Imam Muslim)
Terjemah perkata:
:كَافِلُ اليَتِيْمِ Orang yang menanggung hidup anak
yatim.
أَشَار : Mengisyaratkan.
بِالسَّبَّابَةِ وَالوُسْطَى : Jari telunjuk dan jari tengah
Pembahasan :
Dari
hadist diatas yang dimaksud dengan ( كَافِلُ
اليَتِيْمِ) adalah mencukupi
segala kebutuhannya mulai dari nafakah, pakaian, pendidikan sekolah dan
bertanggung jawab atas baik buruknya adabnya. Hal yang demikian ini mendapatkan
keuatamaan baik dari hartanya sendiri maupun harta anak yatim tersebut dengan
menjadi walinya ini. Maksud dari أَوْ لِغَيْره yaitu orang terdekatnya seperti kakek,
nenek, ibu, saudara laki-laki, saudara perempuan, paman dari ayah, paman dari
ibu bibi dari ibu dan orang lain.
Analisis :
Pada
hadist diatas menerangkan tentang hubungan kedekatan Rasulullah dengan orang
yang memelihara anak yatim. Rasulullah SAW mendemonstrasikan juga dengan jari
beliau. Beliau menerangkan kepada para sahabat bahwa kedudukan beliau dengan
orang yang memelihara anak yatim di surga begitu dekat, seperti kedekatan jari
tengah dan jari telunjuk.
Dalam
dunia pendidikan sekarang ini, para pendidik dianjurkan sekali untuk bisa
meneladani Rasulullah SAW dalam menjelaskan pelajaran dengan menggunakan alat
peraga dalam metode pengajarannnya. Metode peraga ini sekarang lebih dikenal
dengan sebutan media pendidikan. Media pendidkan adalah suatu benda yang dapat
dindrai, khususnya penglihatan dan pendengaran baik yang terdapat dalam maupun
luar kelas yang digunakan sebagai alat bantu penghubung dalam proses
pembelajaran. Media pendidikan bertujuan untuk meningkatkan efektifitas belajar
siswa. Media pendidikan mengandung beberapa beberapa aspek-aspek yaitu sebagai
alat atau sebagai teknik yang berkaitan erat dengan metode pengajaran.
2. Metode cerita dan kisah
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بَيْنَا
رَجُلٌ يَمْشِي فَشْتَدَّ عَلَيْهِ الْعَطَشُ فَنَزَلَ بِئْرًا فَشَرِبَ مِنْهَا
ثُمَّ خَرَجَ فَإِذَا وَهُوَ بِكَلْبٍ يَلْهَثُ يَـأْكُلُ الثَّرَى مِنَ الْعَطَشِ
فَقَالَ لَقَدْ بَلَغَ هَذَا مِثْلَ الَّذِي بَلَغَ بِي فَمَلاَ حُفَّهُ ثُمَّ
أَمْسَكَهُ بِفِيْهِ ثُمَّ رَقِيَ فَسَقَى الْكَلْبَ فَشَكَرَ اللَّهُ لّهُ
فَغَفَرَ لَهُ قَالُوْا يَارَسُوْلُ اللَّهِ وَإِنَّ لَنَا فِي البَهَائِمِ
أَجْرًا قَالَ فِي كَلِّ كَبِدٍ رَطْبَةٍ أَجْرُ (رواه البخارى)
Dari
Abu Hurairah r.a, Ia berkata sesungguhnya Rasululllah SAW bersabda: “Ketika
seorang laki-laki sedang berjalan-jalan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali
kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia
keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidahnya
ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing itu sangat
haus sebagaimana aku, kemudian masuk kesumur lagi dan ia penuhi sepatunya
(dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil menggigit sepatunya dan ia beri
minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuni, sahabat
bertanya wahai Rasulullah: adakah kita mendapat pahala karena kita menolong
hewan? Nabi SAW menjawab: disetiap yang mempunyai limpa basah ada pahalanya”.
(HR.Imam Bukhori)
Terjemahan perkata:
يَمْشِي : Berjalan.
بِئْرًا : Sumur.
الْعَطَشُ : Haus.
أَجْرًا: Pahala
Pembahasan :
Ketika
seorang laki-laki sedang berjlan tiba-tiba ia merasa sangat haus sekali,
kemudian ia menemukan sumur lalu ia masuk kedalamnya dan minum, kemudian ia
keluar (dari sumur). Tiba-tiba datang seekor anjing menjulur-julurkan lidanya
ia menjilati tanah karena sangat haus, lelaki itu berkata: anjing itu sangat
haus sebagaimana aku, kemudian masuk ke sumur lagi dan ia penuhi sepatunya
(dengan air), kemudian ia (haus lagi) sambil mengigit sepatunya dan ia beri
minum anjing itu kemudian Allah bersyukur kepadanya dan mengampuninya.
Menurut
Abdullah bin Dinar Allah memasukkan lelaki tersebut ke surga. Dari hadist ini
mengajarkan kepada kita senantiasa saling menyayangi sesame makhluk Allah
meskipun pada hewan yang diharamkan.
Analisis :
Hadist
diatas menjelaskan bahwa pendidikan dengan metode cerita dapat menumbuhkan
kesan yang mendalam pada anak didik, sehingga dapat memotivasi anak didik untuk
berbuat yang baik dan menjauhi hal yang buruk. Bahkan kaedah ini merupakan
metode yang menarik yang mana sering dilakukan oleh Rasulullah dalam
menyamapaikan ajaran Islam. Teknik ini menjadikan penyampaian dari Rasulullah
menarik sehingga menimbulkan minat dikalangan para sahabatnya.
Teknik
bercerita ini adalah salah satu teknik yang baik untuk menerapkan aspek
pembangunan insan karena didalamnya mencakup seluruh metodologi pendidikan
yaitu pendidikan mental, akal, jasmani serta unsur-unsur yang ada dalam jiwa
seseorang, pendidikan itu melalui teladan dan nasehat. Bukti terbaik dari
metode ini adalah bagaimana setengah dari isi kandungan Al-Qur’an adalah
tentang cerita atau kisah dalam penyamapaian ajarannya.
3. Metode tanya jawab
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَجُلٌ يَارَسُوْلُ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ الصُّحْبَةِ ؟ قَالَ
أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أُمُّكَ ثُمَّ أَبُوْكَ ثُمَّ أَدْنَاكَ أَدْنَاكَ
(رواه مسلم)
Dari Abu Hurairah r.a Berkata: ada
seorang laki-laki bertanya kepada Rasul. Ya Rasulullah, siapakah orang yang
paling berhak saya hormati? Beliau menjawab : “Ibumu, kemudian ibumu, kemudian
ibumu, kemudian ayahmu, kemudian yang lebih dekat dan yang lebih dekat dengan
kamu (HR. Muslim)
Terjemahan
perkata:
رَجُلٌ: Seorang laki-laki.
أُمُّكَ: Ibumu.
أَبُوْكَ: Bapakmu
Pembahasan :
Seorang
ibu di mata anak-anaknya merupakan satu-satunya figure yang paling berjasa dibanding
lainnya, bagaimana tidak, karena dia telah susah payah mengandungnya selama
Sembilan bulan, dalam suka dan duka, sehat maupun sakit, bayi yang masih berada
dalam kandungan senantiasa dibawa kemana dia pergi dan berada, bahkan tidak
jarang seorang ibu yang sedang mengandung muda sampai berbulan-bulan tidak mau
makan nasi karena jika hal itu dia lakukan akan kembali keluar/muntah.
Imam
An-Nawawi mengatakan bahwa,didalam hadist tersebut terdapat anjuran untuk
berbuat baik kepada kerabat dekat, dan ibu adalah yang paling berhak
mendapatkan itu, baru kemudian ayah dan kemudian kerabat yang paling dekat.
Para ulama mengatakan bahwa sebab didahulukannya ibu adalah karena kelelahan,
beban berat dan pengorbanannya di saat mengandung, melahirkan, menyusui,
perawatan pendidikan dan dan lain sebagainya.
Analisis
:
Dari
penjelasan hadist diatas, Rasulullah menggunakan metode tanya jawab sebagai
starategi pembelajarannya. Beliau sering menjawab pertanyaan dari sahabatnya
ataupun sebaliknya. Metode tanya jawab ini sendiri ialah metode pembelajaran
yang memungkinkan adanya komunikasi langsung antara pendidik dan peserta didik.
sehingga komunikasi ini terlihat adanya timbal balik antara guru dengan siswa.
Tujuan terpenting dari metode tanya jawab ini adalah para guru atau pendidik
dapat mengetahui sejauh mana para murid dapat mengerti dan mengungkapkan apa
yang telah diceramahkan.
4. Metode diskusi
عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ انْصُرْ أَخَاكَ
ظَالِمًا أَوْمَظْلُوْمًا فَقَالَ رَجُلٌ يَا رَسُوْلُ اللَّهِ أَنْصُرُهُ إِذَا
كَانَ مَظْلُوْمًا أَفَرَأَيْتَ إِذَا كَانَ ظَالِمًا كَيْفَ أَنْصُرُهُ قَالَ
تَحْجُزُهُ أَوْ تَمْنَعُهٌ مِنَ الظُّلْمِ فَإِنَّ ذَلِكَ نَصْرُهُ
(رواه البخارى)
Dari Anas bin Malik ra, Ia berkata,
Rasulullah SAW telah bersabda : “Tolonglah saudaramu yang dzalim maupun yang
didzalimi. Mereka bertanya : “Wahai Rasulullah bagaimana jika menolong orang
dzalim? Rasulullah menjawab : “tahanlah (hentikan) dia dan kembalikan dari
kedzaliman, karena sesungguhnya itu merupakan pertolongan kepadanya (HR. Imam
Bukhari)
Terjemahan
perkata:
انْصُر: Tolonglah.
ظَالِمًا أَوْمَظْلُوْمًا: Yang zolim atau yang di zolimi.
كَيْفَ: Bagaimana.
تَحْجُزُهُ:Hentikan dia
Pembahasan :
Dalam hadist diatas dijelaskan bahwa
Rasulullah memerintahkan kepada umatnya agar menolong saudaranya baik dalam
keadaan dhalim atau madhlum (didzalimi).
Ibnu
Bathal mengatakan : (النصر) menurut
orang arab berarti (اعانة) pertolongan, sungguh Rasulullah
telah menjelaskan bahwa menolong orang yang dzalim itu caranya dengan mencegah
dari berbuat aniaya karena jika engkau tidak mencegahnya, maka dia akan
melakukan perbuatan aniaya hingga diqishas. Pencegahan yang kamu lakukan
dengan cara mengqishasnya itu juga bisa dikatakan menolong orang yang
beruat dzalim.
Analisis :
Diskusi
pada dasarnya adalah tukar menukar informasi dan unsur pengalaman secara
teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian bersama yang lebih jelas dan
lebih teliti tentang sesuatu atau untuk mempersiapkan atau merampungkan
keputusan bersama.
Jika
ditelaah dari bebarapa riwayat hadist, Rasulullah adalah orang yang paling banyak
melakukan diskusi. Metode diskusi ini sering dilakukan oleh Rasulullah bersama
para sahabatnya untuk mencari kata sepakat. Tetapi walaupun Nabi sering
melakukan dan membolehkan mendidik dengan metode diskusi akan tetapi dalam
pelaksanaanya harus dilakukan dengan hikmah ataupun dengan bijak agar segala
permasalahan dapat diselesaikan dengan baik dan tanpa ada permusuhan, karena
metode diskusi berbeda dengan debat. Jika debat adalah perang argumentasi,
beradu paham dan kemampuan persuasi dalam memenangkan pendapatnya sendiri. Maka
dalam metode diskusi diharapkan semuanya memberi sumbangsih sehingga semua bisa
paham dan dimengerti secara bersama.
5. Metode ceramah
Metode
ceramah adalah cara menyampaikan suatu pelajaran tertentu dengan jalan penuturan
secara lisan kepada anak didik atau khalayak ramai. Metode ceramah ini
pernah dilakukan oleh Rasulullah ketika turun wahyu yang memerintahkan untuk
dakwah secara terang-terangan, seperti hadits berikut:
حَدَ ثَنَا قُتَيْبَة بْن سَعِيْدٌ
وَزُهَيْرِبْن حَرْبِ، قَالَ، حَدَ ثَنَا جَرِيْرٌ، عَنْ عَبْدِ اْلمَا لِكِ بْن
عُمَر، عَنْ مُوْسَى بْن طَلْحَة، عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ، لَمَّاأَنْزَ
لَتْ هَذِهِ الأَيَةِ "وَأَنْذِرعَشِيْرَ نَكَ اْلأَقْرَبِيْنَ"
(الشعراء:125)، دَعَارَسُوْلُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ قُرَيْسِيَّا،
فَاجْتَمَعُوْا، فَعَمُّ وَخَصُّ. فَقَالَ، "يَابَنِيْ كَعَبْ بِنْ لُؤَيْ،
أَنْقِذُوا أَنْفُسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَابَنِيْ مُرَةْ بْن كَعَبِ،
أَنْقِذُوااَنْفَسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَابَنِيْ هَاشِمَ، أَنْقِذُوا
أَنْفُسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَابَنِيْ عَبْدُ اْلمُطَلِبْ، اُنْقِذُوا
أَنْفُسِكُمْ مِنَ النَّارِ. يَا فَا طِمَةُ، أَنْقِذِيْ أَنْفُسِكِ مِنَ
النَّارِ، فَإِنِّيْ لَا أَمْلَكَ لَكُمْ مِنَ اللهِ شَيْئَا. غَيْرَ أَنَّ لَكُمْ
رَحِمًا سَا بِلُهَا بِبِلَا لِهَا. " )رواه مسلم(
Artinya :
Menceritakan
kepada kami Qutaibah ibn Sa’id dan Zuhair ibn Harb, berkata, “Menceritakan kepada kami Jarir,
dari ‘Abdul Malik ibn ‘Umair, dari Musa ibn Thalhah, dari Abu Hurairah, ia
berkata, “Tatkala diturunkan ayat ini: “Dan peringatkanlah para kerabatmu yang
terdekat(Q.S. Al-Syu’ara:125), maka Rasulullah SAW memanggil orang-orang
Quraisy. Setelah meraka berkumpul, Rasulullah SAW berbicara secara umum dan
khusus. Beliau bersabda, “Wahai Bani Ka’ab ibn Luaiy, selamatkanlah diri kalian
dari neraka! Wahai Bani ‘Abdi Syams, selamatkanlah diri kalian dari neraka!
Wahai Bani ‘Abdi Manaf, selamatkanlah diri kalian dari neraka! Wahai Bani
Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari neraka!, wahai Fatimah, selamatkanlah
dirimu dari neraka! Karena aku tidak kuasa menolak sedikitpun siksaan Allah
terhadap kalian. Aku hanya punya hubungan kekeluargaan dengan kalian yang akan
aku sambung dengan sungguh-sungguh”. (H.R. Muslim )
a.
Penjelasan Hadits :
Hadits
diatas diriwayatkan oleh tujuh orang perawi, adapun urutan perawi tersebut
adalah sebagai berikut: periwayat ke-1 (sanad 6) adalah Abu Hurairah, periwayat
ke-2 (sanad 5) adalah Musa ibn Thalhah, periwayat ke-3 (sanad 4) adalah Abdul
Malik ibn Umar, periwayat ke-4 (sanad 3) adalah Jarir, periwayat ke-5 (sanad 2)
adalah Zuhair ibn Harb, periwayat ke-6 (sanad 1) adalah Qutaibah ibn
Sa’id, dan periwayat ke-7 adalah Muslim yang juga berkedudukan sebagai Mukharij.
Hadits
tersebut menjelaskan bahwa menyampaikan suatu wahyu, atau mengajak orang lain
untuk mengikuti ajaran yang telah ditentukan, bahkan memberi peringatan kepada
siapapun dapat menggunakan metode ceramah. Seperti yang dilakukan oleh
Rasulullah SAW berbicara secara umum dan khusus dihadapan orang-orang Quraisy
dengan tujuan mengajak orang-orang Quraisy dan lainnya untuk menyelamatkan diri
dari neraka dengan usahanya sendiri, karena Rasulullah tidak kuasa menolak
sedikitpun siksaan Allah terhadap umatnya.
b.
Aspek Pendidikan
·
Menyampaikan ilmu kepada orang lain salah satu
penyampaiaannya adalah dengan metode ceramah
·
Dengan metode ceramah, murid atau orang yang menerima ilmu
itu, akan lebih merespon dengan mendengarkan apa yang seorang guru bicarakan
dalam ceramahnya.
·
Dalam penyampaiannya, hendaklah seorang guru untuk mengemas
materi yang ia akan sampaikan dengan tata bahasa yang baik dan mudah diterima
oleh murid.
6. Metode experimen
Metote
eksperiman ialah cara pembelajaran dengan melakukan percobaan terhadap materi
yang sedang dipelajari, setiap proses dan hasil percobaan itu diamati dengan
seksama. Metode ini biasanya dilakukan dalam suatu pelajaran tertentu seperti
ilmu alam, ilmu kimia, dan yang sejenisnya. Adapun hadits yang berkaitan dengan
metode eksperiman, yaitu:
حَدَثَنَا قُتَيْبَةِ بْن سَعِيْد
اَلْثَقَفِيْ وَ أَبُو كَامِلْ اَلْجَحْدَرِيْ- وَتَقَارَبَ فِيْ اللَفْظِ.
وَهَذَا حَدِيْثُ قُتَيْبَة قَالَ، "حَدَثَنَا أَبُواعَوَانَةْ، عَنْ
سِمَاكْ، عَنْ مُوْسَى بْن طَلْحَةَ، عَنْ أَبِيْهِ. قَالَ،"مَرَرْتُ مَحَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَمَ بِقَوْمٍ عَلَى الرَؤْسِ النَّخْلِ.
فَقَالَ،"مَايَصْنَحُ هَؤُلَاءِ؟ فَقَالُوْا،"يَلْقِحُوْنَهُ،
يَجْعَلُوْنَ الذَ كَرَفِيْ اْلأُنْثَى، فَتَلَقَحْ. "فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صلى الله عليه وسلم،"مَا أَظُنُّ يَعْنِي ذَلِكَ شَيْئَ".
قَالَ،"فَأَخْبَرُوْا بِذَ لِكَ فَتَرَكُوْهُ، فَأَخْبَرَ رَسُولُ الله صلى
الله عليه وسلم بِذَ لِكَ فَقَالَ، "إِنْ كَانَ يُنْفَعُهُمْ ذَلِكَ
فَلْيَصْنَعُوهُ، فَإِنَّمَا ظَنَنْتُ ظَنَّا، فَلَا تَؤَاخِذُونِي بِالظَنِّ،
وَلَكِنْ إِذَاحَدَثْتَكُمْ عَنِ اللهُ شَيْئًا فَخُذُوْابِهِ، فَإِنِّيْ لَنْ
أُكَذِّبَ عَلَى اللهِ." )رواه مسلم(
Artinya :
Menceritakan
kepada kami Qutaibah ibn Sa’id al-Tsaqafi dan Abu Kamil al-Jahdari dan pada
satu lafaz, Qutaibah berkata, “Menceritakan kepada kami Abu Awanat, dari Sima,
dari Musa ibn Thalhah, dari ayahnya RA, katanya, “Aku berjalan bersama-sama
Rasulullah SAW, maka di tengah jalan kami bertemu dengan sekelompok orang yang
sedang diatas pohon kurma. Beliau bertanya, “Apa yang sedang kalian perbuat?”
Jawab mereka, “Kami sedang mencangkok pohon kurma.” Kata Rasulullah SAW,
“Menurut dugaanku, pekerjaan itu tidak ada gunanya.” Lalu mereka hentikan
pekerjaan mereka. Tetapi kemudian dikabarkan orang kepada beliau bahwa
pekerjaan mereka itu berhasil baik. Maka Rasulullah SAW bersabda, “Jika
pekerjaan itu ternyata bermanfaat bagi mereka, teruskanlah! Aku hanya menduga-duga.
Maka janganlah diambil peduli duga-dugaan itu. Tetapi jika aku berbicara
mengenai agama Allah, maka pegang teguhlah itu, karena aku sekali-kali tidak
akan berdusta terhadap Allah.”(H.R Muslim)
a.
Penjelasan Hadits
Hadits
diatas diriwayatkan oleh tujuh orang perawi, adapun urutan para perawi tersebut
adalah sebagai berikut: sebagai periwayat ke-1 (sanad 6) adalah ayahnya Musa
ibn Thalhah, sebagai periwayat ke-2 (sanad 5) adalah Musa ibn Thalhah, sebagai
periwayat ke-3 (sanad 4) adalah Sima, sebagai periwayat ke-4 (sanad 3) adalah
Abu ‘Awanat, sebagai periwayat ke-5 (sanad 2) adalah Abu Kamil al-Jahdari,
sebagai periwayat ke-6 (sanad 1) adalah Qutaibah ibn Sa’id al-Tsaqafi, dan
sebagai periwayat ke-7 (Mukharij) adalah Muslim.
Hadits
tersebut menjelaskan bahwa Rasulullah memutuskan suatu perkara hanya dengan
menduga-duga seperti mencangkok pohon kurma. Namun setelah dikabarkan orang
kepada Beliau bahwa hal tersebut menghasilkan (berhasil baik). Maka Rasulullah
bersabda “jika pekarjaan itu bermanfaat maka teruskanlah, dan jangan
memperdulikan dugaan-dugaan itu”
b.
Aspek Pendidikan
·
Agar murid lebih memahami dengan apa yang dipelajari,
biasanya peserta didik langsung memprktekkan apa yang mereka pelajari, dan
inilah yang disebut dengan metode eksperimen.
·
Metode eksperimen sangatlah baik juga, karena dalam ini
murid tidak hanya mendapat materi-materi saja.
·
Metode eksperimen akan selalu mengasah otak anak didik dalam
melakukan eksperimen yang mereka ujikan.
·
Dan metode ini biasanya digunakan pada mata pelajaran ilmu
pengetahuan, seperti : Biologi, Fisika, Kimia dan lain sebgainya.
Baca juga artikel yang terkait:
- Tauhid Rububiyyah
- Akhlak Tasawuf
- Pengertian Safa'at
- Pembagian Warisan dan Praktik Pembagian Warisan
- Hakim, Mahkum Bihi, Mahkum Fihi dan Mahkum Alaihi
- Qurban dalam Islam
- Hadits tentang Materi Pendidikan
- Hadits Tentang Pendidikan dan Pengajaran
- Hadits tentang Metode-Metode Pembelajaran
- Adab-adab Membaca Al-Qur'an
- Keutamaan-keutamaan Hari Jum'at
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode sangat di perlukan dalam sebuah ranah pendidikan
karna ia akan menghantarkan pemahaman dari ke peserta didiknya, pendidikan yang
baik dapat di hasilkan dengan metode-metode yang baik, metode-metode yang baik
itu akan mebuat sebuah pendikan menjadi efektif dan efisien.
Metode-metode yang di jabarkan oleh Rasulullah patut di
contoh karna beliau adalah pengajar handal sedunia, banyak contoh yang di
ajarkan oleh beliau terkait dengan metode-metode pendidikan yaitu: metode
keteladanan,kebiasaan dan hukuman, dialog atau tanya jawab, perumpamaan,
ceramah, targhib dan tarhib, pengulangan dan latihan, metode muizhah dan masih
banyak lagi metode-metode yang di ajarkan oleh Rasulullah kepada kita semua
melalui hadist-hadist beliau baik qauli, fi`li dan taqriri.
B. SARAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah
ini masih memiliki kekurangan, baik dari segi isi maupun cara penulisannya.
Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis sangat berharap ada
kritikan dan saran yang sifatnya untuk membangun. Terakhir penulis berharap,
semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penulis begitu juga pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar