BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lanjut usia secara umum adalah manusia yang telah
memasuki umur yang lanjut, sedangkan definisi yang lebih khusus memberikan
suatu penjelasan bahwa tua yang dimaksud dari pengertian tersebut dapat dinilai
dari beberapa segi antara lain dari segi umurnya, dari segi emosi dan
intelektualnya. Dan penyebab dari ketuaan tersebut sejalan dengan tahap-tahap
perkembangan manusia yang menjadikan usia tua sebagai tahap terakhir dari
kehidupan manusia, dimana ia telah melewati tahap perkembangan sebelumnya.
Seperti pada periode perkembangan manusia
sebelumnya, usia lanjut juga mempunyai ciri-ciri sebagai tanda dari proses
menusia. Hal ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang menyertai lanjut
usia dari segi fisik, mental dan keberadaannya di tengah-tengah lingkungan
sosialnya. Banyak orang merasa khawatir dan takut menghadapi kehidupan di masa
tua. Kekhawatiran tersebut menjadi suatu permasalahan bagi Manula yang
kadangkala muncul karena ketegangan emosional yang meningkat di usia lanjut
seiring dengan perubahanperubahan yang terjadi pada usia sebagai ciri-ciri
seseorang telah memasuki usia lanjut sebagaimana yang telah dijelaskan
terdahulu.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian usia lanjut ?
2. Apa saja ciri-ciri usia lanjut ?
3. Apa saja bentuk permasalahannya ?
C. Tujuan Menulis
1. Mendeskripsikan tentang pengertian usia lanjut.
2. Mengetahui ciri-ciri usia lanjut.
3. Mengetahui bentuk permasalahannya.
BAB
II
PENDAHULUAN
A.
Pengertian
usia lanjut
Usia lanjut adalah
periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam
puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang
bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Menurut J.W. Santrock
(J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut
usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.
Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang
yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang
masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia
adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada
umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya
ciri-ciri ketuaan.
Badan kesehatan dunia
(WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak
menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan
terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia
menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia
(elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan
usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.
Berdasarkan penjelasan
di atas dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan manusia lanjut usia secara umum
adalah manusia yang telah memasuki umur yang lanjut, sedangkan definisi yang
lebih khusus memberikan suatu penjelasan bahwa tua yang dimaksud dari
pengertian tersebut dapat dinilai dari beberapa segi antara lain dari segi
umurnya, dari segi emosi dan intelektualnya. Dan penyebab dari ketuaan tersebut
sejalan dengan tahaptahap perkembangan manusia yang menjadikan usia tua sebagai
tahap terakhir dari kehidupan manusia, dimana ia telah melewati tahap
perkembangan sebelumnya.
B.
Ciri-ciri
usia lanjut
Seperti
pada periode perkembangan manusia sebelumnya, usia lanjut juga mempunyai
ciri-ciri sebagai tanda dari proses menusia. Hal ini dapat dilihat dari
perubahan-perubahan yang menyertai lanjut usia dari segi fisik, mental dan
keberadaannya di tengah-tengah lingkungan sosialnya.
Dengan demikian
efek-efek perubahan tersebut akan menentukan sejauh mana orang lanjut usia
dapat melakukan penyesuaian dengan dirinya maupun dengan orang lain. Karena
seiring dengan perubahan yang dialami oleh manusia lanjut usia maka secara
tidak langsung golongan lanjut usia telah menjadi golongan yang dinomorduakan
dalam status lingkungan sosial dan dengan statusnya yang baru itu manusia
lanjut usia membutuhkan perubahan peran pula untuk menyesuaikan dirinya.
Hal ini sebagaimana
dikatakan Hurlock (1997:380) tentang manusia lanjut usia bahwa “Ciri-ciri
dari perubahan lanjut usia cenderung menuju dan membawa pada penyesuaian yang
buruk dari pada yang baik dan menuju kesengsaraan daripada kebahagiaan”.
Kemudian lebih lanjut, Hurlock mengelompokkan ciri-ciri manusia lanjut usia:
1) Adanya
perubahan fisik pada usia lanjut.
Perubahan fisik pada
lanjut usia berbeda pada masing-masing individu walaupun usianya sama, tetapi
pada umumnya perubahan fisik tersebut dapat digambarkan dengan beberapa perubahan
antara lain:
a. Perubahan
pada penampilan. Perubahan penampilan pada manusia lanjut usia tidak muncul
secara serempak, namun tanda-tanda seperti pada daerah kepala, dan tanda-tanda
ketuaan pada wajah, perubahan-perubahan pada daerah tubuh dan perubahan pada
persendian, perubahan-perubahan tersebut membawa ke arah kemunduran fisik pada
lanjut usia.
b. Perubahan
pada bagian tubuh. Perubahan pada bagian ini terlihat dengan adanya perubahan
sistem syaraf yaitu pada bagian otak, sehingga perubahan ini mengakibatkan
menurunnya kecepatan belajar dan menurunnya kemampuan intelektual.
c. Perubahan
pada fungsi fisiologis. Dengan munculnya perubahan pada fungsi fisiologis ini,
pada umumnya tingkat denyut nadi dan konsumsi oksigen lebih beragam,
meningkatnya tekanan darah, berkurangnya kandungan creatine dan terjadinya
penurunan jumlah waktu tidur. Karena beberapa perubahan tersebut, maka manusia
lanjut usia mengalami kemunduran dari segi fisiknya.
d. Perubahan
pada panca indra. Pada usia lanjut, fungsi seluruh organ pengindraan kurang
mempunyai sensitivitas dan efisiensi kerja seperti kemunduran kemampuan kerja
pada penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, perabaan dan sensitivitas
pada rasa sakit.
e. Perubahan
seksual. Perubahan lanjut usia terlihat setelah berhentinya reproduksi, pada
umumnya hal ini terjadi bila wanita memasuki usia lanjut dengan terjadinya monopause,
dan klimaterik pada laki-laki.
2) Perubahan
kemampuan motorik pada usia lanjut.
Orang berusia lanjut
pada umumnya menyadari bahwa mereka berubah lebih lambat dan koordinasinya
dalam beraktivitas kurang baik dibanding pada waktu muda. Perubahan pada
kemampuan motorik ini disebabkan oleh pengaruh fisik dan fisiologis, sehingga
mengakibatkan merosotnya kekuatan dan tenaga dan dari segi psikologis munculnya
perasaan rendah diri, kurangnya motivasi dan lainnya. Perubahan kemampuan
motorik ini mempunyai pengaruh besar terhadap penyesuaian pribadi dan sosial
pada manusia usia lanjut (Manula).
3) Perubahan
kemampuan mental pada usia lanjut.
Apabila ada
kecenderungan negatif dari pendapat masyarakat terhadap perubahan-perubahan
Manula, maka secara otomatis hal tersebut akan menimbulkan kemunduran kemampuan
mental pada Manula tersebut. Perubahan kemampuan mental pada Manula berbeda
pada tiap individu, walaupun berbeda pola pikir dan pengalaman intelektualnya.
Secara umum, mereka yang mempunyai pengalaman intelektual lebih tinggi, secara
relative penurunan dalam efisiensi mental kurang dibanding mereka yang
pengalaman intelektualnya rendah, hal ini disebabkan adanya tingkat penurunan
mental yang bervariasi.
4) Perubahan
minat pada usia lanjut.
Perubahan minat pada
seseorang juga merupakan ciri-ciri memasuki usia lanjut, karena perubahan minat
orang pada seluruh tingkat usia berhubungan dengan keberhasilan penyesuaian
mereka. Demikian juga penyesuaian pada usia lanjut, sangat dipengaruhi oleh
perubahan minat dan keinginan yang dilakukan secara sukarela atau terpaksa.
Bila Manula mengadakan perubahan minat dan keinginannya yang dilakukan secara
sukarela dengan harapan ia akan mendapat kebahagiaan tersendiri dari perubahan
itu. Seperti minat dan keinginan seseorang dari semua tingkat usia, hal ini
juga sangat berbeda pada mereka yang sangat tua, bagaimanapun juga keinginan
tertentu mungkin dianggap sebagai tipe keinginan orang berusia lanjut pada
umumnya antara lain: perubahan dan minat pribadi, yang cenderung bersikap
berorientasi pada diri sendiri dan egois tanpa memperdulikan orang lain, minat
berekreasi yang tetap ada pada usia lanjut, keinginan sosial, keinginan yang
bersifat keagamaan dan minat terhadap kematian.
C.
Bentuk
Permasalahan
Banyak orang merasa
khawatir dan takut menghadapi kehidupan di masa tua. Kekhawatiran tersebut
menjadi suatu permasalahan bagi Manula yang kadangkala muncul karena ketegangan
emosional yang meningkat di usia lanjut seiring dengan perubahan-perubahan yang
terjadi pada usia sebagai ciri-ciri seseorang telah memasuki usia lanjut sebagaimana
yang telah dijelaskan terdahulu. Permasalahan-permasalahan pada Manula
dipandang sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang dialaminya yang
menyertai proses penuaan dan reaksi terhadap perubahan tersebut juga
beragam-ragam tergantung kepada kepribadian individu yang bersangkutan.
Kadangkala sebagian
Manula dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan mencoba untuk
bersosialisasi tetapi di lain pihak banyak Manula yang mengatasi masalahnya
dengan sangat buruk karena mereka merasa tidak mampu dan belum siap menghadapi
datangnya masa ketuaan. Kecenderungan emosional yang meningkat pada Manula
menjadikan perubahan tersebut sebagai suatu permasalahan, sehingga
mengakibatkan munculnya gangguan kesehatan jiwa yang meliputi rasa kecemasan,
rasa takut dalam menghadapinya. Secara umum, ada beberapa bentuk permasalahan
yang ada pada masa lanjut usia, yang dapat penulis sarikan sebagai berikut:
1. Permasalahan
pekerjaan
Sesuai dengan tugas
perkembangan dari generasi ke generasi, sehingga pekerjaan yang menuntut
aktivitas fisik dan mental banyak didominasi oleh kaum muda karena orang lanjut
usia cenderung lebih lamban dalam melakukan tugas-tugas yang menuntut
mempelajari hal-hal baru, akibatnya Manula merasa kurang dihargai dan tidak
dibutuhkan dalam pekerjaan.
2. Permasalahan
Minat.
Perubahan minat pada
lanjut usia jelas mempengaruhi penyesuaian di lingkungan sosial karena dengan
menurunnya kemampuan fisik, mental dan sosial menjadikan Manula lebih cepat
merasa apatis dan bosan dalam mencoba hal-hal yang baru.
3. Isolasi
dan Kesepian.
Perubahan pada lanjut
usia membuat mereka merasa terisolasi dari lingkungan sosial. Makin menurunnya
kualitas intelektual menjadikan Manula sulit menyesuaikan diri dengan caracara
berpikir dan gaya-gaya baru dari generasi yang lebih muda, begitu juga
sebaliknya. Renggangnya ikatan kekeluargaan dan ketidakacuhan keluarga terhadap
Manula, membuat mereka terpaksa hidup menyepi di lembaga-lembaga penampungan
kaum lansia.
4. Disinhibisi
Makin lanjut usia
seseorang makin kurang pula kemampuan mereka dalam mengendalikan perasaan dan
kurang dapat mengekang diri dalam berbuat, sehingga hal-hal kecil yang
seharusnya tidak perlu dipermasalahkan, tetapi bagi Manula dapat membangkitkan
luapan emosi dan mungkin mereka bereaksi dengan ledakan kemarahan.
5. Perubahan
suasana hati.
Perubahan-perubahan
fisiologis dalam otak dan sistim syaraf yang terjadi pada Manula adalah salah
satu penyebab timbulnya perubahan suasana hati dan perubahan pada beberapa
aspek perilaku Manula. Hal ini terlihat pada perilaku yang bereaksi secara
tiba-tiba dan tampak tidak beralasan, seperti ingin marah-marah, ingin
menyendiri, dan lainnya. Keadaan seperti itu mungkin merupakan bagian yang
sudah sewajarya dalam proses Manula, tetapi kebanyakan penyebab dari semua itu
adalah kurangnya perhatian orang-orang terhadap Manula.
6. Peranan
iman.
Menurunnya kemampuan
fisik dan mental pada Manula memungkinkan mereka untuk tidak membenci dan
merasa takut memandang hari akhir, karena usia lanjut memang merupakan masa
dimana kesadaran beragama harus ditingkatkan. Tetapi tidak semua Manula merasa
tentram dalam menghadapi dan menyongsong akhir kehidupan mereka di dunia,
karena permasalahan ini muncul apabila lemahnya keimanan seseorang dalam
menghadapinya sehingga menimbulkan rasa takut dan cemas dalam menghadapi
kematian yang akan lebih meningkat pada usia lanjut.
Dari uraian di atas,
dapat penulis simpulkan bahwa perubahan fisik, mental dan sosial yang terjadi
pada masa lanjut usia akan menimbulkan bentuk-bentuk permasalahan yang akhirnya
mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa pada Manula tersebut. Di samping
kurangnya jaminan social yang memadai untuk memenuhi kebutuhan Manula, faktor
kesepian saja sebenarnya cukup untuk menjelaskan sebagian besar penyebab
terjadinya gangguan kesehatan jiwa yang diderita Manula. Terlebih lagi karena
kehadiran Manula dalam keluarga mungkin sangat mengganggu karena dianggap
selalu menyulitkan dan terlalu banyak menuntut. Padahal anggapan demikian
hanyalah akan membuat Manula semakin terisolasi dalam lingkungan keluarganya
sendiri.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan
di atas dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan manusia lanjut usia secara umum
adalah manusia yang telah memasuki umur yang lanjut, sedangkan definisi yang
lebih khusus memberikan suatu penjelasan bahwa tua yang dimaksud dari
pengertian tersebut dapat dinilai dari beberapa segi antara lain dari segi
umurnya, dari segi emosi dan intelektualnya. Dan penyebab dari ketuaan tersebut
sejalan dengan tahap-tahap perkembangan manusia yang menjadikan usia tua
sebagai tahap terakhir dari kehidupan manusia, dimana ia telah melewati tahap
perkembangan sebelumnya.
perubahan fisik, mental
dan sosial yang terjadi pada masa lanjut usia akan menimbulkan bentuk-bentuk
permasalahan yang akhirnya mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa pada Manula
tersebut. Di samping kurangnya jaminan social yang memadai untuk memenuhi
kebutuhan Manula, faktor kesepian saja sebenarnya cukup untuk menjelaskan
sebagian besar penyebab terjadinya gangguan kesehatan jiwa yang diderita
Manula.
B. Saran
Dalam penulisan
makalah ini masih terdapat beberapa
kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun dari
segi penyusunan kalimatnya dan dari segi isi juga masih
perlu ditambahkan. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan
kepada para pembaca makalah ini agar dapat memberikan
kritikan dan masukan yang bersifat
membangun.
DAFTAR
PUSTAKA
Chaplin, C.P. 1989. Ensiklopedi
Psikologi. Terjemahan Kartini Kartono.
Bandung: Remaja Rosdakarya.
Hurlock,
Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan. Cetakan ke-5. Jakarta:
Erlangga.
Suparto.
2000. Seks untuk Lansia. Cetakan ke-1. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar