HOME

21 Desember, 2021

Usia Lanjut (Pengertian, Ciri-ciri, dan Permasalahanya)

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar belakang

Lanjut usia secara umum adalah manusia yang telah memasuki umur yang lanjut, sedangkan definisi yang lebih khusus memberikan suatu penjelasan bahwa tua yang dimaksud dari pengertian tersebut dapat dinilai dari beberapa segi antara lain dari segi umurnya, dari segi emosi dan intelektualnya. Dan penyebab dari ketuaan tersebut sejalan dengan tahap-tahap perkembangan manusia yang menjadikan usia tua sebagai tahap terakhir dari kehidupan manusia, dimana ia telah melewati tahap perkembangan sebelumnya.

Seperti pada periode perkembangan manusia sebelumnya, usia lanjut juga mempunyai ciri-ciri sebagai tanda dari proses menusia. Hal ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang menyertai lanjut usia dari segi fisik, mental dan keberadaannya di tengah-tengah lingkungan sosialnya. Banyak orang merasa khawatir dan takut menghadapi kehidupan di masa tua. Kekhawatiran tersebut menjadi suatu permasalahan bagi Manula yang kadangkala muncul karena ketegangan emosional yang meningkat di usia lanjut seiring dengan perubahanperubahan yang terjadi pada usia sebagai ciri-ciri seseorang telah memasuki usia lanjut sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian usia lanjut ?

2. Apa saja ciri-ciri usia lanjut ?

3. Apa saja bentuk permasalahannya ?

C. Tujuan Menulis

1. Mendeskripsikan tentang pengertian usia lanjut.

2. Mengetahui ciri-ciri usia lanjut.

3. Mengetahui bentuk permasalahannya.

 

BAB II

PENDAHULUAN

A.  Pengertian usia lanjut

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai meninggal, yang ditandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun. Menurut J.W. Santrock (J.W.Santrock, 2002, h.190), ada dua pandangan tentang definisi orang lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun keatas, dimana usia ini akan membedakan seseorang masih dewasa atau sudah lanjut. Sedangkan pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun. Lebih dari 60 tahun karena pada umunya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.

Badan kesehatan dunia (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses penuaan yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu penanganan segera dan terintegrasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lanjut usia menjadi 4 yaitu: usia pertengahan (middle age) 45 -59 tahun, Lanjut usia (elderly) 60 -74 tahun, lanjut usia tua (old) 75 – 90 tahun dan usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan manusia lanjut usia secara umum adalah manusia yang telah memasuki umur yang lanjut, sedangkan definisi yang lebih khusus memberikan suatu penjelasan bahwa tua yang dimaksud dari pengertian tersebut dapat dinilai dari beberapa segi antara lain dari segi umurnya, dari segi emosi dan intelektualnya. Dan penyebab dari ketuaan tersebut sejalan dengan tahaptahap perkembangan manusia yang menjadikan usia tua sebagai tahap terakhir dari kehidupan manusia, dimana ia telah melewati tahap perkembangan sebelumnya.

B.   Ciri-ciri usia lanjut

Seperti pada periode perkembangan manusia sebelumnya, usia lanjut juga mempunyai ciri-ciri sebagai tanda dari proses menusia. Hal ini dapat dilihat dari perubahan-perubahan yang menyertai lanjut usia dari segi fisik, mental dan keberadaannya di tengah-tengah lingkungan sosialnya.

Dengan demikian efek-efek perubahan tersebut akan menentukan sejauh mana orang lanjut usia dapat melakukan penyesuaian dengan dirinya maupun dengan orang lain. Karena seiring dengan perubahan yang dialami oleh manusia lanjut usia maka secara tidak langsung golongan lanjut usia telah menjadi golongan yang dinomorduakan dalam status lingkungan sosial dan dengan statusnya yang baru itu manusia lanjut usia membutuhkan perubahan peran pula untuk menyesuaikan dirinya.

Hal ini sebagaimana dikatakan Hurlock (1997:380) tentang manusia lanjut usia bahwa “Ciri-ciri dari perubahan lanjut usia cenderung menuju dan membawa pada penyesuaian yang buruk dari pada yang baik dan menuju kesengsaraan daripada kebahagiaan”. Kemudian lebih lanjut, Hurlock mengelompokkan ciri-ciri manusia lanjut usia:

1)   Adanya perubahan fisik pada usia lanjut.

Perubahan fisik pada lanjut usia berbeda pada masing-masing individu walaupun usianya sama, tetapi pada umumnya perubahan fisik tersebut dapat digambarkan dengan beberapa perubahan antara lain:

a.    Perubahan pada penampilan. Perubahan penampilan pada manusia lanjut usia tidak muncul secara serempak, namun tanda-tanda seperti pada daerah kepala, dan tanda-tanda ketuaan pada wajah, perubahan-perubahan pada daerah tubuh dan perubahan pada persendian, perubahan-perubahan tersebut membawa ke arah kemunduran fisik pada lanjut usia.

b.    Perubahan pada bagian tubuh. Perubahan pada bagian ini terlihat dengan adanya perubahan sistem syaraf yaitu pada bagian otak, sehingga perubahan ini mengakibatkan menurunnya kecepatan belajar dan menurunnya kemampuan intelektual.

c.    Perubahan pada fungsi fisiologis. Dengan munculnya perubahan pada fungsi fisiologis ini, pada umumnya tingkat denyut nadi dan konsumsi oksigen lebih beragam, meningkatnya tekanan darah, berkurangnya kandungan creatine dan terjadinya penurunan jumlah waktu tidur. Karena beberapa perubahan tersebut, maka manusia lanjut usia mengalami kemunduran dari segi fisiknya.

d.   Perubahan pada panca indra. Pada usia lanjut, fungsi seluruh organ pengindraan kurang mempunyai sensitivitas dan efisiensi kerja seperti kemunduran kemampuan kerja pada penglihatan, pendengaran, perasa, penciuman, perabaan dan sensitivitas pada rasa sakit.

e.       Perubahan seksual. Perubahan lanjut usia terlihat setelah berhentinya reproduksi, pada umumnya hal ini terjadi bila wanita memasuki usia lanjut dengan terjadinya monopause, dan klimaterik pada laki-laki.

2)   Perubahan kemampuan motorik pada usia lanjut.

Orang berusia lanjut pada umumnya menyadari bahwa mereka berubah lebih lambat dan koordinasinya dalam beraktivitas kurang baik dibanding pada waktu muda. Perubahan pada kemampuan motorik ini disebabkan oleh pengaruh fisik dan fisiologis, sehingga mengakibatkan merosotnya kekuatan dan tenaga dan dari segi psikologis munculnya perasaan rendah diri, kurangnya motivasi dan lainnya. Perubahan kemampuan motorik ini mempunyai pengaruh besar terhadap penyesuaian pribadi dan sosial pada manusia usia lanjut (Manula).

3)   Perubahan kemampuan mental pada usia lanjut.

Apabila ada kecenderungan negatif dari pendapat masyarakat terhadap perubahan-perubahan Manula, maka secara otomatis hal tersebut akan menimbulkan kemunduran kemampuan mental pada Manula tersebut. Perubahan kemampuan mental pada Manula berbeda pada tiap individu, walaupun berbeda pola pikir dan pengalaman intelektualnya. Secara umum, mereka yang mempunyai pengalaman intelektual lebih tinggi, secara relative penurunan dalam efisiensi mental kurang dibanding mereka yang pengalaman intelektualnya rendah, hal ini disebabkan adanya tingkat penurunan mental yang bervariasi.

4)   Perubahan minat pada usia lanjut.

Perubahan minat pada seseorang juga merupakan ciri-ciri memasuki usia lanjut, karena perubahan minat orang pada seluruh tingkat usia berhubungan dengan keberhasilan penyesuaian mereka. Demikian juga penyesuaian pada usia lanjut, sangat dipengaruhi oleh perubahan minat dan keinginan yang dilakukan secara sukarela atau terpaksa. Bila Manula mengadakan perubahan minat dan keinginannya yang dilakukan secara sukarela dengan harapan ia akan mendapat kebahagiaan tersendiri dari perubahan itu. Seperti minat dan keinginan seseorang dari semua tingkat usia, hal ini juga sangat berbeda pada mereka yang sangat tua, bagaimanapun juga keinginan tertentu mungkin dianggap sebagai tipe keinginan orang berusia lanjut pada umumnya antara lain: perubahan dan minat pribadi, yang cenderung bersikap berorientasi pada diri sendiri dan egois tanpa memperdulikan orang lain, minat berekreasi yang tetap ada pada usia lanjut, keinginan sosial, keinginan yang bersifat keagamaan dan minat terhadap kematian.

C.  Bentuk Permasalahan

Banyak orang merasa khawatir dan takut menghadapi kehidupan di masa tua. Kekhawatiran tersebut menjadi suatu permasalahan bagi Manula yang kadangkala muncul karena ketegangan emosional yang meningkat di usia lanjut seiring dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada usia sebagai ciri-ciri seseorang telah memasuki usia lanjut sebagaimana yang telah dijelaskan terdahulu. Permasalahan-permasalahan pada Manula dipandang sebagai akibat dari perubahan-perubahan yang dialaminya yang menyertai proses penuaan dan reaksi terhadap perubahan tersebut juga beragam-ragam tergantung kepada kepribadian individu yang bersangkutan.

Kadangkala sebagian Manula dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut dan mencoba untuk bersosialisasi tetapi di lain pihak banyak Manula yang mengatasi masalahnya dengan sangat buruk karena mereka merasa tidak mampu dan belum siap menghadapi datangnya masa ketuaan. Kecenderungan emosional yang meningkat pada Manula menjadikan perubahan tersebut sebagai suatu permasalahan, sehingga mengakibatkan munculnya gangguan kesehatan jiwa yang meliputi rasa kecemasan, rasa takut dalam menghadapinya. Secara umum, ada beberapa bentuk permasalahan yang ada pada masa lanjut usia, yang dapat penulis sarikan sebagai berikut:

1.    Permasalahan pekerjaan

Sesuai dengan tugas perkembangan dari generasi ke generasi, sehingga pekerjaan yang menuntut aktivitas fisik dan mental banyak didominasi oleh kaum muda karena orang lanjut usia cenderung lebih lamban dalam melakukan tugas-tugas yang menuntut mempelajari hal-hal baru, akibatnya Manula merasa kurang dihargai dan tidak dibutuhkan dalam pekerjaan.

2.    Permasalahan Minat.

Perubahan minat pada lanjut usia jelas mempengaruhi penyesuaian di lingkungan sosial karena dengan menurunnya kemampuan fisik, mental dan sosial menjadikan Manula lebih cepat merasa apatis dan bosan dalam mencoba hal-hal yang baru.

3.    Isolasi dan Kesepian.

Perubahan pada lanjut usia membuat mereka merasa terisolasi dari lingkungan sosial. Makin menurunnya kualitas intelektual menjadikan Manula sulit menyesuaikan diri dengan caracara berpikir dan gaya-gaya baru dari generasi yang lebih muda, begitu juga sebaliknya. Renggangnya ikatan kekeluargaan dan ketidakacuhan keluarga terhadap Manula, membuat mereka terpaksa hidup menyepi di lembaga-lembaga penampungan kaum lansia.

4.    Disinhibisi

Makin lanjut usia seseorang makin kurang pula kemampuan mereka dalam mengendalikan perasaan dan kurang dapat mengekang diri dalam berbuat, sehingga hal-hal kecil yang seharusnya tidak perlu dipermasalahkan, tetapi bagi Manula dapat membangkitkan luapan emosi dan mungkin mereka bereaksi dengan ledakan kemarahan.

5.    Perubahan suasana hati.

Perubahan-perubahan fisiologis dalam otak dan sistim syaraf yang terjadi pada Manula adalah salah satu penyebab timbulnya perubahan suasana hati dan perubahan pada beberapa aspek perilaku Manula. Hal ini terlihat pada perilaku yang bereaksi secara tiba-tiba dan tampak tidak beralasan, seperti ingin marah-marah, ingin menyendiri, dan lainnya. Keadaan seperti itu mungkin merupakan bagian yang sudah sewajarya dalam proses Manula, tetapi kebanyakan penyebab dari semua itu adalah kurangnya perhatian orang-orang terhadap Manula.

6.    Peranan iman.

Menurunnya kemampuan fisik dan mental pada Manula memungkinkan mereka untuk tidak membenci dan merasa takut memandang hari akhir, karena usia lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran beragama harus ditingkatkan. Tetapi tidak semua Manula merasa tentram dalam menghadapi dan menyongsong akhir kehidupan mereka di dunia, karena permasalahan ini muncul apabila lemahnya keimanan seseorang dalam menghadapinya sehingga menimbulkan rasa takut dan cemas dalam menghadapi kematian yang akan lebih meningkat pada usia lanjut.

Dari uraian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa perubahan fisik, mental dan sosial yang terjadi pada masa lanjut usia akan menimbulkan bentuk-bentuk permasalahan yang akhirnya mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa pada Manula tersebut. Di samping kurangnya jaminan social yang memadai untuk memenuhi kebutuhan Manula, faktor kesepian saja sebenarnya cukup untuk menjelaskan sebagian besar penyebab terjadinya gangguan kesehatan jiwa yang diderita Manula. Terlebih lagi karena kehadiran Manula dalam keluarga mungkin sangat mengganggu karena dianggap selalu menyulitkan dan terlalu banyak menuntut. Padahal anggapan demikian hanyalah akan membuat Manula semakin terisolasi dalam lingkungan keluarganya sendiri.

 

 

BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan, yang dimaksud dengan manusia lanjut usia secara umum adalah manusia yang telah memasuki umur yang lanjut, sedangkan definisi yang lebih khusus memberikan suatu penjelasan bahwa tua yang dimaksud dari pengertian tersebut dapat dinilai dari beberapa segi antara lain dari segi umurnya, dari segi emosi dan intelektualnya. Dan penyebab dari ketuaan tersebut sejalan dengan tahap-tahap perkembangan manusia yang menjadikan usia tua sebagai tahap terakhir dari kehidupan manusia, dimana ia telah melewati tahap perkembangan sebelumnya.

perubahan fisik, mental dan sosial yang terjadi pada masa lanjut usia akan menimbulkan bentuk-bentuk permasalahan yang akhirnya mengakibatkan gangguan kesehatan jiwa pada Manula tersebut. Di samping kurangnya jaminan social yang memadai untuk memenuhi kebutuhan Manula, faktor kesepian saja sebenarnya cukup untuk menjelaskan sebagian besar penyebab terjadinya gangguan kesehatan jiwa yang diderita Manula.

B.  Saran

Dalam  penulisan  makalah  ini  masih terdapat  beberapa  kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisan maupun  dari  segi  penyusunan  kalimatnya dan dari segi isi juga  masih  perlu  ditambahkan.  Oleh  karena  itu, kami sangat mengharapkan kepada  para  pembaca makalah ini agar dapat memberikan kritikan dan masukan yang bersifat  membangun.


    Baca juga artikel yang berkaitan;


DAFTAR PUSTAKA

Chaplin, C.P. 1989. Ensiklopedi Psikologi. Terjemahan Kartini Kartono.
Bandung: Remaja Rosdakarya.

Hurlock, Elizabeth B. 1997. Psikologi Perkembangan. Cetakan ke-5. Jakarta: Erlangga.

Suparto. 2000. Seks untuk Lansia. Cetakan ke-1. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...