HOME

19 Mei, 2023

MAKALAH PERENCANAAN SISTEM PENDIDIKAN

 

BAB I

PENDAHULUAN



1.1              Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Pendidikan menduduki posisi penting dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan berpengaruh pada kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat menentukan nasib bangsa. Dunia pendidikan tidaklah sebatas mengetahui ilmu dan memahaminya, akan tetapi dalam dunia pendidikan sangat berhubungan dengan dunia luar nyata.

            Pendidikan terdiri dari bebrbagai komponen yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan yang diharapkan bersama, dari hal itu dapat sisebut bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang tidak dapat dipisahkan dengan lingkungan baik fisik maupun makhluk hidup lain, karena pelajaran tidak hanya didapat dari pelajaran sekolah ataupun lembaga pendidikan formal, namun pendidikan juga membutuhkan pelajaran dari alam atau lingkumgan sekitar.Bila garapan pendidkan ingin dilaksakan secara terencana dan teratur maka berbagai factor yang terlibat harus dipahami lebih mendalam.

 

1.2              Rumusan Masalah

1.    Apa yang dimaksud dengan sistem ?

2.    Apa yang dimaksud dengan pendidikan merupakan suatu sistem ?

3.    Apa saja yang termasuk ciri-ciri sistem ?

4.    Apa saja unsur-unsur sistem pendidikan ?

5.    Apa tujuan dari perencanaan sistem pendidikan ?

 

1.3       Tujuan Masalah

1.   Mengetahui apa itu sistem

2.   Mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan sebagai suatu sistem

3.   Mengetahui apa saja ciri-ciri sistem

4.   Mengetahui apa saja unsur-unsur sistem pendidikan

5.   Mengetahui apa tujuan perencanaan sistem pendidikan

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.   Pengertian Sistem

Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”, yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupaka suatu keseluruhan. Istilah sistem dipakai untuk menunjuk beberapa pengertian misalnya :

a.       Dipakai untuk menunjuk adanya suatu himpunan bagian-bagian yang saling berkaitan secara alamiah maupun oleh budi daya manusia sehingga menjadi suatu kesatuan yang bulat dan terpadu. Misalnya sistem tata surya.

b.      Sistem dapat menunjukan adanya alat-alat atau prgan tubuh secara keseluruhan yang secara khusus memberikan adndil terhadap berfungsinya organ tubuh tersebut yang rumit namun amat vital. Misalnya sistem syaraf.

c.       Sistem dapat di pakai untuk menunjukan saehimpunan gagasan atau idea yang tersusun terorganisasi sehingga membentuk suatu kesatuan yang logis. Misalnya sistem pemerintahan demokrasi.

d.      Sistem dapat digunakan untuk di gunakan untuk menunjukan suatu hipotesis atau uraian suaatu teori. Misalnya  pendidikan sistematis.

e.       Sistem dapat di gunkan untuk menunjukan pad acara atau metode. Misalnya sistem mengetik sepuluh jari, sistem belajar jarak jauh, sistem modul dalam pengajaran.

Sistem menurut para tokoh diantaranya :

1.                  Bela H. Banathy

→ Sistem berarti satuan objek yang disatukan oleh suatu interaksi atau saling  ketergantungan.

2.                   Suhardjo

→ Sistem adalah kesatuan fungsional daripada unsur-unsur yang ada untuk mencapai tujuan. Jadi, sistem terdiri dari unsur-unsur, fungsi dari masing- masing unsur, ada kesatuan fungsi dari setiap unsur, dan ada tujuan yang ingin dicapai. Setiap organisasi yag ada dalam kehidupan ini dapat disebut sebagai sistem, walaupun di setiap organisasi memiliki batasan-batasan yang berbeda.

3.                  Zahara Idris (1987)

→ Mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kestuan yang terdiri atas komponen – komponen atau elemen – elemen atau unsur – unsur sebagai sumber – sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil (product). Sebagai ontoh, tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen – komponen antara lain jaringan daging, otak, urat – urat, darah, syaraf dan tulang – tulang. Setiap komponen – komponen itu mempunyai fungsi sendiri – sendiri (fungsi yang berbeda – beda), dan satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu kebulatan atau suatu kesatuan yang hidup. Dengan kata lain, semua komponen itu berinteraksi sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.

 

B.               Pendidikan Merupakan Suatu Sistem

Kegiatan pendidikan berlangsung dalam satuan waktu tertentu dan berbentuk dalam berbagai proses pendidikan. Proses-proses pendidikan antara lain berupa individualisasi atau personalisasi atau proses yang tertuju untuk menjadi seorang individu atau diri pribadi, sosialisasi atau proses untuk menjadi anggota masyarakat diidamkan, profesioanalisasi atau proses yang tertuju untuk menjadi tenaga kerja yang professional, humanism atau proses yang tertuju untuk menjadi manisia seutuhnya.

Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unusur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha. Hubungan ketiga unsur itu dapat digambarkan sebagai berikut Proses Pendidikan Sebagai Suatu Sistem

Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada diri peserta didik itu (antara lain bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani,). Dalam proses pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain, sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa pengetahuan, sikap, dan keterampilan) setelah selesainya suatu proses belajar mengajar tertentu.

Dalam rangka yang lebih besar, hasil proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga pendidikan (sekolah) tertentu. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1979) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur atau jenjang, kurikulum dan fasilitas. Setiap sistem pendidikan ini saling mempengaruhi.

 

C.              Ciri-Ciri Sistem 

a.      Tujuan

Setiap sistem mempunyai tujuan. Sebagai contoh tujuan lembaga pendidikan adalah memberi pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan pengajaran adalah agar siswa belaja perilaku tertentu yang ditetapkan terlebih dahulu.

b.      Fungsi – fungsi

Adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu sistem menuntut terlaksananya berbagai fungsi yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan tersebut. Misalnya suatu lembaga pendidikan dapat memberikan pelayanan pendidikan dengan baik, perlu adanya fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian.

c.       Komponen – komponen

Bagian suatu sistem yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem disebut komponen. Jadi, komponen mempunyai fungsi khusus, misalnya komponen instruksional meliputi manusia (guru, konselor, administrator, petugas – petugas lainnya), material (buku, papan tulis, fotografi, slide, film). Masing – masing komponen diatas menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Komponen diatas disebut juga komponen integral, yaitu komponen yang harus ada pada setiap kegiatan instruksional.

d.      Interaksi atau saling hubungan

Semua komponen dalam suatu sistem, seperti komponen – komponen instruksional tadi saling berhubungan satu sama lain, saling mempengaruhi dan saling membutuhkan.

e.       Penggabungan yang menimbulkan jalinan perpaduan

Misalnya, dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha menimbulkan jalinan keterpaduan antara berbagai komposer instruksional dengna melaksanakan pengembangan sistem instruksional untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

f.        Proses transformasi

Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu tujuan, untuk itu diperlukan suatu proses yang memproses masukan (input) menjadi hasil – hasil (output).

g.      Umpan balik untuk koreksi

Untuk mengetahui apakah masing – masing fungsi terlaksana dengan baik diperlukan fungsi kontrol yang mencakup monitoring dan koreksi. Hasil monitoring dijadikan dasar pertimbangan untuk melaksanakan perubahan – perubahan, penentuan, perbaiakan, atau penyesuaian – penyesuain agar masing – masing berprestasi tinggi.

h.      Daerah batasan dan lingkungan

Antara suatu sistem dan bagian – bagian lain atau lingkungan di sekitarnya akan terjadi interkasi. Namun, antara suatu sistem yang lain mempunyai daerah batasan tertentu. Suatu sistem dapat pula merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar (suprasitem).

 

D.              Unsur-Unsur Sistem Pendidikan

 

1.        Raw input

→ Individu dengan karakteristik tertentu yang akan mengalami proses pendidikan.

2.        Instrumental input

→ Segala sesuatu yang sengaja diadakan atau dirancang untuk keperluan pendidikan (kurikulum,

3.        Environmental input

→ Berupa lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.

4.        Otput

→ Peserta didik yang telah mengikuti proses pendidikan dalam waktu tertentu dan telah mengalami perubahan tingkah laku dengan kualifikasi tertentu (tujuan pendidikan).

5.        Pendidikan sebagai proses komunikasi dalam pembelajaran


 

E.               Tujuan Perencanaan Sistem Pendidikan

Suatu sistem selalu berkatian dengan pencapaian suaatu tujuan. Dalam lingkup sistem pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaaan.

Untuk mencpai tujuan pendidikan, perlu disusun dan difungsionalkan suatu sistem penyelenggaraan pendidikan yang baik. Berbagai komponen dalam sistem perlu dikenali, dipahami dan dikembangkan secara seksama, sehingga benar-benar dapat berfungsi dengan tepat. Disinilah letak pentingnya pendekatan sistem dalam penyelenggaraan pendidikan. Dengan pendekatan sistem dapat dikenali kelemahan masing-masing komponen. Dengan demikian dapat dilakukan perbaikan terhadap kelemahan-kelemahan itu dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif dan effisien.

Berdasarkan uraian diatas, pendekatan sistem dapat menghasilkan kebijakan yang berupa pembaharuan sebagian atau menyeluruh, bertahap atau sekaligus. Kebijakan atau keputusan ini dilakukan untuk mencpai tujuan pendidikan secara optimal.


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

 

BAB III

PENUTUP 

Kesimpulan

Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekedar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil(product).

Pendidikan merupakan suatu sistem yang mempumyai unsur-unsur tujuan/sasaran pendidikan, struktur/jenjang, kurikulum dan peralatan/fassilitas. Setiap unsur dalam sistem pendidikan ini saling berkaitan dan pengaruh mempengaruhi. Kelemahan salah satu unsur dalam sistem tersebut akan mempengaruhi seluruh sistem pendidikan itu. Oleh karena itu dalam usaha mengembangkan sistem pendidikan, harus mendapatkan perhatian dan pengembangan yang utama.

Jadi pendidikan sebagai suatu sistem  adalah suatu komponen yang saling berhubungan secara teratur dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut dapat secara aktif mengembangkan potensi di dalam dirinya yang diperlukan untuk dirinya sendiri dan masyarakat.


Daftar Pustaka/Sumber :

1.    Fuad Ihsan. 2011. Dasar-Dasar Kependidikan. Jakarta: Pt Rineka Cipta

2.    Redja Mudyaharjo. 2010. Filsafat Ilmu Pendidikan. Bandung: Pt Remaja Rosdakarya

3.    Wiji, Suwarno. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruz Media

4.    Suparlan, Suhartono. 2009. Filsafat Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruz Media

5.    Dwi Siswoyo, dkk.2013. Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Uny Press

 

MAKALAH TENTANG PERMASALAHAN PENDIDIKAN


 

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.

Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas. Kualitas pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan.

Dari sinilah kami mencoba untuk membahas lebih dalam mengenai pendidikan di Indonesia dan segala dinamikanya.

 

1.2  Rumusan Masalah

·         Apakah permasalahan pendidikan yang terjadi saat ini ?

·         Apakah penyebab permasalahan pendidikan?

·         Apa sajakah faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan ?

 

1.3  Tujuan

·         Untuk mengetahui permasalah pendidikan yang terjdi saat ini

·         Untuk mengetahui penyebab permasalahan pendidikan yang terjadi

·         Untuk mengetahui aktorfaktor apa saja yang mempengaruhi pendidikan

 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Permasalahan Pendidikan

Bagi orang-orang yang berkompeten terhadap bidang pendidikan akan menyadari bahwa dunia pendidikan kita sampai saat ini masih mengalami “sakit”.Ini disebabkan karena pendidikan yang seharusnya membuat manusia menjadi manusia, tetapi dalam kenyataannya seringkali tidak begitu.

Menurut Mohammad Ali, (2009 : 239), permasalahan-permasalahan utama yang dihadapi oleh pendidikan, terutama dalam konteks upaya mewujudkan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mandiri dan berdaya saing tinggi secara garis besar terkait dengan :

1.      PERMASALAHAN AKSES

Dewasa  ini kita masih menjumpai berbagai kenyataaan yang menunjukkan masih terkendalanya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang dialami oleh anak-anak yang hidup di daerah-daerah terpencil. Masalah ini bukan hanya terkait akses terhadap pendidikan beerkualitas semata-mata,tetapi pendidikan dengan tingkat kelayakan atau kualitas yang terbatas pun ada yang masih sulit memperolehnya.

Pendidikan yang menjadi hak setiap warga Negara untuk memperolehnya ada 2 kategori:

1.       Pendidikan wajib adalah jenjang pendidikan yang setiap warga Negara harus mengikutinya(wajib belajar) secara minimal.

2.      Pendidikan bukan wajib adalah jenjang pendidikan yang diikuti oleh warga Negara yang memenuhi persyaratan semata-mata.

Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menetapkan pendidikan kategori pertama ini, yaitu yang termasuk program wajib belajar,adalah jenjang pendidikan dasar selama 9 tahun yang meliputi SD/MI dan SMP/MTS. Untuk jenjang pendidikan berikutnya yaitu pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, bukan termasuk kategori program wajib belajar.

1.      Pada jenjang PAUD, pada umumnya berasal dari keluarga mampu didaerah perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa anak-anak dari keluarga miskin dan anak-anak dari pedesaan belum memperoleh kesempatan PAUD secara proporsional.

2.       Pada jenjang pendidikan dasar, evaluasi BAPPENAS Tahun 2008 menunjukkan,bahwa Angka Partisipasi Sekolah(APS) atau rasio penduduk yang bersekolah menurut kelompok usia sekolah menunjukkan penduduk usia 7-12 tahun, APS sudah mencapai 96,4% dan untuk penduduk usia 13-15 tahun baru mencapai 81,60%. Sementara APS penduduk usia 16-18 tahun hanya mencapai 51,0%. Sementara itu masih cukup banyak anak yang tidak bersekolah baik karena belum pernah bersekolah ,putus sekolah maupun yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Kondisi ini belum memadai untuk hidup mandiri maupun menghadapi persaingan global, serta belum mencukupi pula sebagai landasan pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan.

3.      Pada SMP/MTS masih terjadi disparitas antar kelompok masyarakat. Hal ini terlihat, misalnya dari kesenjangan antara penduduk kaya dan miskin. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, dari seluruh penduduk Indonesia yang tinggal di perdesaan, sekitar 11% penduduknya tidak atau belum pernah sekolah. Sementara penduduk di perkotaan hanya 4,5% yang tidak atau belum pernah sekolah. Dari angka itu, bisa dikatakan terjadi kesenjangan yang cukup signifikan antar jumlah penduduk terdidik di kota dan di desa. Kesenjangan kelompok penduduk kaya dan miskin pada jenjang SD/MI relatif kecil apabila dibandingkan dengan jenjang SMP/MTS, SMA/MA dan SMK/MAK.

Kesenjangan akses terhadap pendidikan juga dapat dilihat dari angka melek aksara. Masih adanya buta aksara dilihat dari beberapa faktor, yaitu:

1.      Masih terjadinya anak putus sekolah, khususnya pada kelas-kelas rendah di SD yaitu sekitar 250.000 anak (2003)yang sebagian besar akan menjadi buta aksara

2.      Sebagian dari yang melek aksara akan kembali menjadi buta aksara karena kemampuan literasi yang telah dimiliki tidak digunakan lagi

3.      Menurunnya perhatian pemerintah daerah dan masyarakat terhadap upaya pemberatasan buta akasara. Keadaan ini membutuhkan perubahan strategi dalam pemberantasan buta aksara dengan menggunakan pendekatan yang lebih inovatif dalam program keaksaraan untuk program keaksaraan untuk memberantas buta aksara secara efektif dan massal.

4.      Pada SMA/MA, perbedaan akses pada kelompok perlimaan terkaya dan termiskin tampak semakin tinggi sejak tahun 2003. Oleh karenanya, perluasan akses terhadap pendidikan menengah bagi kelompok masyarakat miskin, penting untuk mewujudkan akses yang lebih merata. Seperti halnya dalam gejala kesenjagan gender pada tingkat SMA/MA didaerah perkotaan, gejala kesenjangan gender di tingkat perguruan tinggi juga dipengaruhi faktor social-budaya, karena masyarakat beranggapan bahwa laki-laki dianggap lebih penting memperoleh pendidkan yang tinggi dibanding perempuan.Faktor nilai soaial –budaya ini juga berkaitan dengan faktor ekonomi yang menyangkut ketersediaan biaya pendidikan yang terbatas dan mebutuhkan pilihan dalam penyediaan kesempatan pendidikan bagi laki-laki dan perempuan.

 

2.      PERMASALAHAN KUALITAS DAN RELEVANSI PENDIDIKAN

Permasalahan kedua yang dihadapi oleh pendidikan kita terkait dengan peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan. Adapun masalah relevansi pendidikan adalah masih tingginya angka pengangguran.Kualitas dan Relevansi pendidikan dapat diidentifikasi dari masih tingginya angka pengangguran. Kualitas dan relevansi pendidikan ini berdampak pada kurangnya daya saing dapat diidentifikasi dari kemampuan SDM dalam memenangkan persaingan merebut pasar tenaga kerja. Faktor lain yang berpengaruh kepada kualitas dan daya saing pendidikan adalah berbagai masukan pendidikan

 

Diantara komponen masukan pendidikan yang secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kualitas pendidikan meliputi:

1.      Guru dan tenaga kependidikan yang belum memadai baik secara kuantitas, kualitas, maupun kesejahteraannya

2.      Prasarana dan sarana belajar yang belum tersedia dan belum didayagunakan secara optimal.

3.      Pendanaan pendidikan yang belum memadai untuk menunjang kualitas pembelajaran.

4.      Proses pembelajaran yang belum efisien dan efektif.

Pemerintah telah berusaha menambah tenaga guru. Upaya ini belum dapat memenuhi kekurangan guru disetiap jenjang pendidikan sebagai akibat banyaknya guru yang mencapai pensiun, berhenti, mutasi, dan meninggal dunia. Beberapa faktor penyebab ketidakefisienan ini adalah terjadinya penumpukan guru didaerah perkotaan kurikulum yang sangat spesifik pada pendidikan menegah, dan banyaknya sekolah dasar kecil dengan rata-rata jumlah murid dibawah 100 orang. Masalah guru dan tenaga kependidikan lainnya adalah masih terdapatnya kesenjangan guru dilihat dari keahliannya. Guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang keahliannya yang masih banyak terjadi terutama pada SMA swasta dan MA.

Fasilitas yang mempengaruhi kualitas pendidikan ialah ketersediaan buku. Masalah lebih besar tidak hanya dalam ketersediaan buku tetapi juga dalam pendayagunaan buku pelajaran ini dalam kerangka peningkatan kualitas pendidikan. Penggunaan dan pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi walaupun masih dalam lingkup yang terbatas, pendidikan Indonesia sudah memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi(TIK) dalam pengelolaan dan pembelajaran. Secara umum pemanfaaatan TIK di Indonesia masih tertinggal dengan negara-negara lain. Faktor yang mempengaruhi ini adalah anggaran pendidikan yang masih belum memadai, baik ketersediannya maupun efisiensi pengolaannyya

Sistem pendidikan dianggap relevan jika memiliki keseimbangan secara structural dengan sistem ekonomi dan ketenagakerjaan, artinya bahwa lulusan pendidikan memiliki kesesuaian dengan kebutuhan tenaga kerja sebagai pelaku pembangunan di berbagai sector. Permasalahan relevansi pendidikan juga mempunyai keterkaitan dengan masalah pengangguran. Selain dari indicator pengangguran terbuka, sejumlah lulusan perguruan tinggi masuk pada kategori setengah peganggur. Termasuk dalam kategori ini adalah lulusan perguruan tinggi yang bekerja dibawah jam kerja normal, yaitu kurang dari 35 jam per minggu, baik karena terpaksa ataupun sukarela. Pengertian setengah penganggur terpaksa adalah mereka yang masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan lain. Sedangkan setengah penganggur sukarela adalah mereka yang tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain.Salah satu solusi yang ditawarkan pemerintah untuk mengurangi angka pengangguran adalah lapangan kerja yang bersifat padat karya.namun, kalangan terdidik cenderung tidak memilih pekerjaan ini karena preferensi mereka terhadap pekerjaan diperkantoran lebih tinggi. Struktur ekonomi Indonesia yang dominan agraris dan kurang produktiff ini menjadi faktor terbesar lambannya pertumbuhan ekonomi nasional. Ini semua berpengaruh terhadap munculnya permasalahan relevansi pendidikan

Perluasan akses pendidikan harus dikaitkan dengan relevansi artinya,harus ada pemerataan kesempatan untuk memperoleh pendidikan berkualitas dan relevan sehingga lulusannya memiliki daya saing, dan ini ditempatkan pada prioritas tertinggi dalam pembangunan pendidikan.

3.            Keterkaitan Permasalahan dengan Tata Kelola dan Akuntabilitas

Munculnya masalah utama dalam pendidikan yaitu permasalahan akses dan kualitas dan relevansi pendidikan  memiliki keterkaitan dengan persoalan tata kelola dan akuntanbilitas penyelenggaraan pendidikan. Permasalahan terkait pada tingkat sekolah belum berkembangnya kreativitas untuk memperkuat tata kelola yang bertujuan meningkatkan kualitas pendidikan serta pertanggungjawaban dalam segenap proses pendidikan maupun pembiayaan.. Pendidikan tinggi juga masih mengalami permasalahan ini terutama masa transisi dan institusi yang sepenuhnya menjadi tnggung jawab pemerintah menuju otonomi satuan pendidikan tinggi yang diharapkan memiliki keleluasan dan kebebasan untuk mengtur dirinya sendiri. Oleh karena itu, kemampuan dalam mengembangkan kebijakan dan program, misalnya pada bidang keuangan, ketenagaan,tata kualitas, dan penjaminan kualitas, serta rencana dan infrastruktur, adalah kapasitas yang perlu dimiliki pleh perguruan yang otonom dan sehat. 

 

2.2 Penyebab Permasalahan Pendidikan

Ada beberapa masalah pendidikan yang terkait di hadapi saat ini maupun dikarenakan perubahan zaman antara lain sebagai berikut.

1.      Rendahnya pemerataan kesempatan belajar di karenakan pentingnya pergaulan bebas disertai banyaknya peserta didik yang putus sekolah,serta banyaknya lulusan yang tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Hal ini identik dengan ciri-ciri kebebasan yang tidak terkontrol.

2.      Rendahnya mutu akademik terutama penguasaan ilmu pengetahuan alam [IPA],matematika,serta bahasa inggris. Padahal penguasaan materi tersebur merupakan kunci dalam menguasai dan mengembangkan iptek. Hal ini disebabkan oleh munculnya teknologi canggih yang dapat menguasai itu semua,sehingga munculnya rasa acuh tak acuh atau masa bodoh dalam hal pembelajaran.

3.      Rendahnya efisiensi internal,karena lamanya masa studi melampaui waktu standart yang sudah ditentukan.

4.      Rendahnya efisiensi eksternal sistem pendidikan yang di sebut dengan relevansi pendidikan,yang menyebabkan terjadinya pengangguran tenaga terdidik yang cenderung terus meningkat.Secara empiris kecenderungan meningkatnya pengangguran tenaga terdidik di sebabkan oleh perkembangan dunia usaha yang masih didominasi oleh pengusaha besar yang jumlahnya terbatas dan sangat mengutamakan efisiensi [padat model dan teknologi]. Dengan demikian pertambahan kebutuhan akan tenaga kerja jauh lebih kecil di bandingkan pertambahan lulusan lembaga.

 

2.3            Faktor-faktor yang Mempengaruhi Masalah Pendidikan

Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangan masalah pendidikan yaitu:

1.     Perkembangan Iptek dan Seni

a.Perkembangan iptek

Terdapat hubungan yang erat antara pendidikan dengan iptek(ilmu pengetahuan dan teknologi). Ilmu pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi mengenai alam semesta, dan teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

 

b. Perkembangan seni 

Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia, melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi(mencipta)yang bersifat orisinil(bukan tiruan)dan dorongan spontanitas dalam menemukan keindahan. Tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian mempunyai andil yang besar karena dapat mengisi pengembangan dominan efektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan disamping domain kognitif yang sudah digarap melalui program atau bidang studi yang lain. Masalah pendidikan kesenian yang mempunyai fungsi  begitu penting tetapi disekolah-sekolah saat ini menduduki kelas dua. Pendidikan kesenian baru terlayani setelah program studi yang lain terpenuhi pelayanannya

 

2.      Laju pertumbuhan penduduk

Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada dua hal, yaitu:

a.       Pertambahan penduduk, dan

Dengan bertambahnya jumlah penduduk,maka penyediaan prasarana dan sarana pendidikan beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah. Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah.

b.      Penyebaran penduduk

Penyebaran penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata. Sebaran penduduk menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan.

 

3.      Aspirasi masyarakat

Dalam dua dasa warsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningakat, khususnya aspirasi terhadap pendidikan hidup yang sehat, aspirasi terhadap pekerjaan,semuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan.

Beberapa hal yang tidak dikehendaki antara lain ialah seleksi penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa berkelas melebihi yang semestinya,jumlah kelas tiap sekolah membengkak,diadakannya kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan pengurangan jam belajar.

 

4.      Keterbelakangan Budaya dan Sarana kehidupan

Keterbelakangan budaya adalah suatu istilah yang diberikan oleh sekelompok masyarakat(yang menganggap dirinya sudah maju) kepada masyarakat lain pendukung suatu budaya. Sehubungan dengan faktor penyebab terjadinya keterbelakangan budaya umumnya diaami oleh :

1.      Masyarakat daerah terpencil

2.      Masyarakat yang kurang mampu secara ekonomis

3.      Masyarakat yang kurang terdidik


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:


BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan

            Banyak sekali factor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Factor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka disinilah dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan mesyarakat untuk mengatasi segala permasalahan pendidikan di Indonesia.

 

Daftar Pustaka

Tirtarahardja, Umar, dkk. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Sukadi, Sadiman Arif, dkk. 1988. Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta : Mediyatama Sarana

Ali, Muhammad. 2009. Pendidikan untuk Pembangunan Nasional. Bandung:    Imerial Bhakti Utama

 

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...