HOME

17 Maret, 2023

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

“Karakteristik Perkembangan Fisik dan Psikomotorik – Karakteristik Kemandirian dan Karier Remaja serta Implikasinya dalam Pendidikan”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG MASALAH

Dalam kehidupan anak ada dua proses yang beroperasi secara kontinu, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Banyak orang yang menggunakan istilah pertumbuhan dan perkembangan secara bergantian. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses ini tidak bisa dipisahkan dalam bentuk-bentuk yang secara pilah berdiri sendiri-sendiri, akan tetapi bisa dibedakan untuk maksud lebih memperjelas penggunaannya.

Karena pertumbuhan dan perkembangan peserta didik dilihat dari tahapan tersebut memiliki kesinambungan yang begitu erat dan penting untuk dibahassama dengan faktor-faktor dasar perkembangan peserta didik perlu diketahui agar perkembangan peserta didik dapat diketahui oleh pengajar seperti emosional, kecerdasan, sosial dan bahasa dapat dikembangkan kearah yang lebih baik lagi.

 

1.2  RUMUSAN MASALAH

1.2.1        Apa yang dimaksud dengan karakteristik perkembangan fisik dan psikomotorik ?

1.2.2        Karakteristik perkembangan kepribadian masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan ?

1.2.3        Karakteristik perkembangan sosial masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan ?

1.2.4        Karakteristik perkembangan kognitif dan bahasa remaja serta implikasinya dalam pendidikan ?

1.2.5        Bagaimana perkembangan moralitas dan keagamaan masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan ?

1.2.6        Karakteristik kemandirian dan karier masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan ?

 

1.3  TUJUAN

1.3.1        Untuk mendeskripsikan tentang karakteristik perkembangan fisik dan psikomotorik pada peserta didik.

1.3.2        Untuk mendeskripsikan tentang karakteristik perkembangan kepribadian masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan.

1.3.3        Untuk memahami bagaimana karakteristik perkembangan sosial masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan.

1.3.4        Untuk mengetahui tentang perkembangan kognitif dan bahasa remaja serta implikasinya dalam pendidikan.

1.3.5        Untuk memahami lebih dalam apa yang dimaksud dengan perkembangan moralitas dan keagamaan masa remaja.

1.3.6        Untuk mendeskripsikan tentang kemandirian dan karier masa remaja serta implikasinya dalam pendidikan


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 kelompok 9

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN FISIK dan PSIKOMOTORIK

A.  Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik atau pertumbuhan biologis (biological growth) merupakan salah satu aspek penting dari perkembangan individu. Pertumbuhan fisik adalah perubahan-perubahan fisik yang terjadi merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Berkaitan dengan perkembangan fisik ini Kuhlen dan Thompson mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi empat aspek, yaitu:

1.      Sistem syaraf, yang sangat mempengaruhi perkembangan kecerdasan dan emosi.

2.      Otot-otot, yang mempengaruhi perkembangan kekuatan dan kemampuan motorik.

3.      Kelenjar Endokrin, yang menyebabkan munculnya pola-pola tingkah laku baru, seperti pada usia remaja berkembang perasaan senang untuk aktif dalam suatu kegiatan,  sebagian anggotanya terdiri atas lawan jenis

4.      Struktur Fisik/Tubuh, yang meliputi tinggi, berat, dan proporsi.

B.  Karakteristik Perkembangan Fisik Peserta Didik

Dilihat dari segi pertumbuhan dan perkembangan fisik, pada usia sekolah dasar merupakan periode pertumbuhan fisik yang lambat dan relatif seragam sampai terjadi perubahan-perubahan pubertas, kira-kira dua tahun menjelang anak menjadi matang secara seksual pada saat pertumbuhan berkembang pesat.

a.       Karakteristik perkembangan fisik pada masa kanak-kanak (0-5 tahun)

Perkembangan kemampuan fisik pada anak kecil ditandai dengan mulai mampu melakukan bermacam macam gerakan dasar yang semakin baik,sebagai akibat pertumbuhan jaringan otot lebih besar.

b.      Karakteristik perkembangan fisik pada masa anak (5-11 tahun )

Perkembangan waktu reaksi lebih lambat dibanding masa kanak-kanak, koordinasi mata berkembang dengan baik, masih belum mengembangkan otot otot kecil, kesehatan umum relative tidak stabil dan mudah sakit, rentan dan daya tahan kurang.

c.       Karakteristik perkembangan fisik pada masa remaja

Pada masa remaja perkembangan fisik yang paling menonjol terdapat pada perkembangan, kekuatan, ketahanan, dan organ seksual.

d.      Karakteristik perkembangan fisik pada masa dewasa

Kemampuan fisik pada masa dewasa pada setiap individu menjasdi sangat bervariasi seiring dengan pertumbuhan fisik.

C.  Perkembangan Psikomotorik

Perilaku psikomotorik memerlukan adanya koordinasi fungsional antara neuronmuscular system (persyarafan dan otot) dan fungsi psikis (kognitif, afektif, dan konatif).

1.      Berjalan dan Memegang Benda

Keterampilan memegang benda, sampai dengan enam bulan pertama dari kelahirannya barulah merupakan gerakan meraih benda-benda yang ditarik ke dekat badannya dengan seluruh lengannya.

 

 

2.      Bermain dan Bekerja

Mulai usia empat sampai lima tahun bermain konstruksi yang fantastik seperti menyusun alat-alat mainan tertentu, dapat beralih kepada berbagai betuk gerakan bermain yang ritmis dan dinamis, tetapi belum terikat dengan aturan-aturan tertentu yang ketat.

3.      Proses Perkembangan Motorik

Faktor-faktor lingkungan alamiah, sosial, kultural, nutrisi dan gizi serta kesempatan dan latihan adalah hal-hala yang sangat berpengaruh terhadap proses dan produk perkembangan fisik dan perilaku psikomotorik.

a.       Karakteristik Perkembangan Psikomotorik Peserta Didik

a)      Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa kanak-kanak:

1.      Usia 3 tahun = Tidak dapat berhenti dan berputar secara tiba-tiba atau secara cepat, dapat melompat 15-24 inchi, dapat menaiki tangga tanpa bantuan, dengan berganti kaki, dapat berjingkrak.

2.      Usia 4 tahun = Lebih efektif mengontrol gerakan berhenti, memulai, dan berputar, dapat melompat 24-33 inchi, dapat menuruni tangga, dengan berganti kaki, dengan bantuan, dapat melakukan jingkarak 4 sampai 6 langkah dengan satu kaki.

3.      Usia 5 tahun = Dapat melakukan gerakan start,       berputar, atau berhenti secara efektif, dapat melompat 28-36 inchi, dapat menuruni tangga tanpa bantuan, berganti kaki, dapat melakukan jingkrak dengan sangat mudah.

b)      Karakteristik perkembangan psikomotorik pada masa anak

Pada masa anak perkembangan keterampilan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori:

1.      Keterampilan menolong diri sendiri

2.      Keterampilan menolong orang lain

3.      Keterampilan sekolah·   

4.      Keterampilan bermain;

c)      Karakteristik Perkembangan Psikomotorik Pada Remaja

Pada masa ini, laki-laki mengalami perkembangan psikomotorik yang lebih pesat dibanding perempuan. Kemampuan psikomotorik laki laki cenderung terus meningkat dalm hal kekuatan, kelincahan, dan daya tahan. Secara umum, perkembangan psikomotorik pada perempuan terhenti setelah mengalami menstruasi.

d)     Karakteristik Perkembangan Psikomotorik Pada Masa Dewasa

Puncak dari perkembangan psikomotorik terjadi pada masa ini. Karakteristik perkembagan psikomotorik ditandai dengan peningkatan keterampilan dalam bidang tertentu. Semua sistem gerak dan koordinasi dapat berjalan dengan baik.

D.  Implikasi Perkembangan Fisik dan Psikomotorik dalam Pendidikan

Implikasinya terhadap pendidikan berkaitan erat dengan perencanaan pendidikan. Pemahaman terhadap perkembangan ini, berguna untuk para pendidik dalam menyusun materi pendidikian yang sesuai dengan perkembangan peserta didiknya. Dengan begitu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang lebih efektif dan efisien dapat berjalan dengan tepat.

a.       Implikasi Pendidikan pada Anak

Metode pendidikan yang cocok adalah belajar sambil bermain dengan menggunakan permainan yang menantang dan menarik bagi anak-anak serta mampu memicu munculnya kreatifitas anak. Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek sikap dengan materi yang digunakan banyak berkaitan dengan fakta yakni berkaitan dengan penggalian kasus atau peristiwa serta pengalaman empirik peserta didik sebagai realitas kehidupan.

b.      Implikasi Pendidikan pada Remaja

Orientasi pendidikan remaja lebih ditekankan pada aspek pemahaman dan keterampilan. Remaja lebih banyak dituntut untuk terampil melakukan suatu tindakan yang diawali dengan melakukan pertimbangan. Pendidikan membimbing remaja mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran sosial, mencapai kemandirian emosional dan mengembangkan kemampuan intelektual.

c.       Implikasi Pendidikan pada Orang Dewasa

Orientasi pendidikan lebih ditekankan pada aspek pengetahuan dengan fokus pada materi generalisasi, yaitu kerangka pengambilan kesimpulan dan formulasi ketentuan serta bagaimana solusi pemikiran dan tindakan yang dilakukan.  Peserta didik dituntut untuk berpikir kritis agar mampu mengambil kesimpulan rasional. Pada periode pertengahan dewasa muncul keinginan membantu generasi muda mengembangkan dan mengarahkan kehidupan yang berguna melalui generativitas/bangkit. Memberikan asuhan dan bimbingan pada anak-anak dengan mengajarkan pengetahuan, keahlian dan keterampilan.

 

2.2 Kelompok 10

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN MASA REMAJA serta IMPLIKASINYA dalam PENDIDIKAN

A.  PEMAHAMAN TENTANG KEPRIBADIAN REMAJA

a.    Makna Kepribadian

Kepribadian secara etimologi merupakan terjemahan dari bahasa Inggris “personality”. Sedangkan istilah personality secara etimologi berasal dari bahasa latin “person” (kedok) dan “personare” (menembus). Pengertian secara terminologi menurut pendapat para ahli antara lain:

May mengartikan kepribadian sebagai “a social stimulus value”. Jadi menurutnya cara orang lain mereaksi, itulah kepribadian individu. Dalam kata lain, pendapat orang lain yang menentukan kepribadian individu itu.

Kepribadian dapat juga diartikan sebagai kualitas prilaku individu yang tampak dalam melakukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan secara unik.  Salah satu kata kunci dari defenisi kepribadian adalah penyesuaian.

b.    Makna Kepribadian Remaja

masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Fase remaja merupakan fase yang sangat unik karena pada fase tersebut seseorang akan mengalami perubahan secara jasmani maupun rohani.

Fase remaja merupakan saat yang paling penting bagi perkembangan dan integrasi kepribadian. Faktor-faktor dan pengalaman baru yang tampak terjadinya perubahan kepribadian pada masa ramaja meliputi:

Perolehan pertumbuhan fisik yang menyerupai masa dewasa.

Kematangan seksual yang disertai dengan dorongan-dorongan dan emosi baru.

 Kesadaran terhadap diri sendiri, keinginan untuk mengarah diri dan mengevaluasi kembali   tentang standar (norma), tujuan dan cita-cita.

 Kebutuhan akan persahabatan yang bersifat heteroseksual, berteman dengan pria dan wanita.

Munculnya konflik sebagai dampak dari masa transisi antara masa anak dan masa dewasa.

B.  KARAKTERISTIK REMAJA DAN PEMUDA

a. Remaja Awal

1.    KarakteristikMental:

Remaja terjaga tetapi  terpaku pada periode suka berkhayal.

Remaja belajar dengan cepat.

Remaja mulai mendapatkan rasa tertarik pada hal-hal yang khusus.

2.         Karakteristik  Fisik:

Kesehatan bagus, hanya nomor kedua setelah masa periode pra-remaja.

Perkembangan fisik sangat cepat dengan nafsu makan yang kuat menyertai masa pertumbuhan ini.

Otot-otot berkembang atau kegagalan koordinasi untuk menjaga tahap perkembangan struktur tulang menyebabkan kecenderungan menuju kejanggalan atau kekakuan.

3.         Karakteristik Sosial

Usia ini adalah usia yang menunjukkan kesetiaan pada kelompok, dengan satu ketakutan  bahwa dirinya berbeda dengan kelompoknya

Remaja mencari lebih banyak kebebasan secara individu dengan suatu ketajaman batin yang baru menunjukkan kwalitas secara pribadi.

Keinginan untuk encari uang sering melanda anak remaja pada usia ini, menghasilkan keinginan untuk lepas dari sekolah

Pada usia ini juga sering terjadi pergantian suasana hati.

4.         Karakteristik Kerohanian

Ketertarikan pada hal-hal kerohanian berkurang secara drastis pada usia ini tetapi remaja dipengaruhi oleh tingkah laku teman-teman sepergaulannya.

Kesadaran dalam beribadah seperti ikut ibadah salat di masjid,pengajian-pengajian,dsb.

Ini adalah usia dimana cita-cita untuk pekerjaan seumur hidup sering akan ditentukan.

b.      Remaja Pertengahan (16/17)

        Pertumbuhan berlanjut dengan cepat, anak muda dalam banyak hal mencapai ketinggian fisiknya pada akhir periode usia ini

1. Karakteristik Mental:

Remaja berada pada usia dimana dia akan senang sekali bertanya segala sesuatu dan ingin bukti sebelum dia menerimanya.

Mereka mempunyai rasa hormat yang besar terhadap “bea siswa” dan sering cenderung  untuk mengambil satu jawaban atas sesuatu yang akan dipegang menjadi  bukti bahwa seserang mempunyai nama besar.

Prinsip-prinsipnya sekarang mulai dipertajam, dan mereka benar-benar merencanakan cara untuk mencapainya.

2. Karakteristik Fisik:

Seksualitas berkembang terus, suatu  kekuatan untuk berurusan dengan hal ini.

Tinggi dan berat badan mencapai 85% dari usia pada masa dewasa.

 Otot-otot  menjadi berkembang dan mereka suka latihan-latihan kebugaran fisik.

3. Karakteristik Sosial:

Mereka suka berkelompok-kelompok dan ingin dikelilingi oleh teman-teman istimewanya

Kritis, sering kasar dalam menyampaikan pendapatnya kepada orang lain.

Sangat peka, dan sering dipengaruhi oleh pendapat orang banyak dan apa yang dipikirkan oleh kelompoknya adalah pasti baik untuk dilakukan.

4. Karakteristik Kerohanian:

Mereka terus berkembang dalam pengenalan akan nilai-nilai sosial dan nilai-nilai kerohanian menjadi terutama, dengan alasan akan pergaulan yang salah, mereka akan kehilangan daya tarik.

Apa yang belum dilakukan dalam memberikan pondasi yang akan mendasari dasar pemikirian mereka sekarang menjadi sulit untuk diberikan.

c.       Remaja Akhir (18-24)

Secara fisik, ini adalah waktu yang lambat untuk bertumbuh,  pertumbuhan yang terlambat pada bagian yang lain akan menyesuaikan dengan bagian yang lain. Kepribadian muncul dan karakter menjadi tetap.  Rasa memerlukan orang lain sekarang menemukan jalan keluarnya, tidak dalam grup-grup atau kelompok-kelompok tetapi dalam satu klub, kelompok persaudaraan, tempat satu rumah dan gereja.

Ketertarikan pada lawan jenis telah menemukan pemecahannya melalui cinta dan rumah tangga dan membangun sebuah rumah tangga.


2.3 Kelompok 11

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN SOSIAL MASA REMAJA serta IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

A.  Pengertian Perkembangan Sosial

Menurut Elizabeth B. Hurlock, perkembangan sosial adalah kemampuan seseorang dalam bersikap atau tata cara perilakunya dalam berinteraksi dengan unsur sosialisasi di masyarakat.

Singgih D Gunarsah, perkembangan sosial merupakan kegiatan manusia sejak lahir, dewasa, sampai akhir hidupnya akan terus melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya yang menyangkut norma-norma dan sosial budaya masyarakatnya.

 

B.  Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja

Dalam penyesuaian diri terhadap lingkungannya, remaja telah mulai memperhatikan dan mengenal berbagai norma pergaulan, yang berbeda dengan norma yang berlaku sebelumnya didalam keluarganya.

Kehidupan sosial pada jenjang remaja ditandai dengan menonjolnya fungsi intelektual emosional. Pergaulan remaja banyak diwujudkan dalam bentuk kelompok baik kelompok kecil maupun besar. Baik didalam kelompok kecil maupun kelompok besar, masalah yang umum dihadapi oleh ramaja dan yang paling rumit adalah faktor penyesuaian diri. Oleh karena itu, sering terjadi perpecahan dalam kelompok tersebut yang disebabkan oleh menonjolnya kepentingan pribadi setiap orang.

Nilai positif dalam kehidupan kelompok adalah tiap anggota kelompok belajar berorganisasi, memilih pemimpin, dan mematuhi kelompok. 

C.  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan

a.     Keluarga

Proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga. Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menetapkan diri terhadap lingkungan yang lebih luas ditetapkan dan diarahkan dalam lingkungan keluarga.

b.    Kematangan

Untuk mampu bersosialisasi dengan baik diperlukan kematangan fisik sehingga setiap fisiknya telah mampu menjalankan fungsinya dengan baik.

c.    Status sosial ekonomi

Kehidupan sosial banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang independent, tetapi akan dipandang konteksnya yang utuh dalam keluarga anak itu.

d.   Pendidikan

Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah. Karena pendidikan merupakan proses pengoperasian ilmu yang normatif, akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan mereka di masa yang akan datang.

 

e.    Kapasitas mental., emosi dan intelegensi

Kemapuan berfikir dapat mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memcahkan masalah, dan berbahasa. Perkembangan emosi sangat berpengaruh sekali terhadap perkembangan sosial anak. Pada hakekatnya anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan berbahasa secara baik. Oleh karena itu, kemampuan intelektual tinggi, kemampuan berbahasa baik,dan pengendalian emosi secara seimbang sangat menentukan keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.

D.   Pengaruh Teman Sebaya dan Keluarga Terhadap Perkembangan Sosial Remaja

1.    Teman sebaya

a)    Aspek Fisik dengan kehadiran teman sebaya, remaja dapat mengembangkan keterampilan-keterampilan fisiknya, seperti kegiatan-kegiatan kelompok yang sama-sama menyukai aktifitas fisik.

b)   Aspek Intelektual.Di sini remaja berkelompok dengan minat yang sama, seperti ajang diskusi atau kegiatan-kegiatan yang banyak melibatkan kemampuan intelektualnya.

c)    Aspek Emosi. Remaja membuat kelompok untuk saling menyalurkan emosinya, misalnya nonton bareng-bareng, nyanyi bareng-bareng (bikin band) atau kegiatan lainnya yang bisa menyalurkan emosi mereka.

d)   Aspek Sosial. Dengan kelompok, remaja merasa memiliki teman senasib, se ide, seperjuangan sehingga melalui kegiatan sosial yang mereka bentuk, remaja merasa dihargai oleh lingkungannya.

e)    Aspek Moral. Remaja berkelompok untuk mengembangkan kemampuannya di bidang keagamaan.

2.    Keluarga

Dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan, dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian antisosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga sehat/harmonis (sakinah).

E.  Pengaruh Perkembangan Sosial Remaja Terhadap Tingkah Laku

Pikiran remaja sering dipengaruhi oleh ide-ide dari teori-teori yang menyebabkan sikap kritis terhadap situasi dan orang lain,termasuk orang tuanya, setiap pendapat orang lain dibandingkan dengan teori yang di ikuti atau diharapkan. Keadaan ini akhirnya dapat menimbulkan perasaan tidak puas atau putus asa.

Pada akhir masa remaja pengaruh egosentris sudah sedemikian kecilnya, sehingga remaja sudah dapat berhubungan dengan orang lain tanpa meremehkan pendapat dan pandangan orang lain.

F.    Upaya Mengembangkan Hubungan Sosial Remaja dengan Implikasinya  dalam Pendidikan

Untuk dapat membantu perkembangan kepribadian peserta didik secara maksimal, ada 5 kompetensi yang seharusnya dipenuhi oleh seorang guru, yaitu:

1.      Kompetensi profesional (professional competency)

2.      Kompetensi pribadi (personal competency)

3.      Kompetensi moralitas (morality competency)

4.      Kompetensi religiusitas (religiousity competency)

5.      Kompetensi formal (formal competency)

Berkenaan dengan upaya pengembangan hubungan sosial remaja, peran masyarakat justru sangat besar seiring dengan perkembangan psikologis masa remaja.

 

2.4    Kelompok 12

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KOGNITIF dan BAHASA MASA REMAJA SERTA IMPLIKASINYA dalam PENDIDIKAN

1.      Pengertian Perkembangan Kognitif dan Masa Remaja

Santrock (2007:52) menyatakan bahwa teori Piaget berpendapat anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melewati 4 tahap perkembangan kognitif. Tahap pertama, sensori motor pada usia (lahir - 2 tahun) yang terjadi bayi membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensorik dengan tindakan fisik.

Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999) secara psikologis masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat. Lazimnya masa remaja dimulai pada saat anak matang secara seksual dan berakhir sampai ia matang secara hukum.

2.      Tahap Perkembangan Kognitif

            Teori Piaget berpendapat anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melewati 4 tahap perkembangan kognitif. Yaitu :

1.      sensori motor pada usia (lahir - 2 tahun) yang terjadi bayi membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensorik dengan tindakan fisik.

2.      praoperasional( 2-7 tahun) anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar.

3.      operasional konkret( 7-11 tahun) anak saat ini dapat bernalar secara logis mengenai peristiwa-peristiwa kongkret dan mengklasifikasikan obyek-obyek kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.

4.       operasional formal (11-dewasa) remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis dan logis.

 

 

3.      Karakteristik Perkembangan Kognitif Masa Remaja

Unsur-unsur yang mengembangkan pemikiran seorang remaja ialah:

a.       Latihan dan pengalaman. Yang artinya latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Nantinya proses pemecahan masalah itu yang kemudian akan menjadi pengalaman.

b.      Perkembangan pemikiran atau mekanisme internal (ekuilibrium) sebagai self-regulasi yang mengatur diri seseorang jika berhadapan dengan rangsangan atau tantangan dari luar.

4.      Karakteristik Pemikiran Remaja Berupa :

a.       Perkembangan kognisi sosial : remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus, remaja yakin bahwa orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri.

b.      Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.

5.      Perkembangan Bahasa Remaja

Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat, mampu menguasai alat komunkasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain. Proses perkembangan bahasa dapat dapat dijelaskan melalui dua pendekatan, yaitu:

a.     navistik atau organismic innatences hypothesis

b.    Empiristik atau behaviorist hypothesis

6.      Karakteristik Bahasa Remaja

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Permulaan perkembangan bahasa dimulai pada tahap pralinguistik sampai dewasa.Khusus pada masa remaja, memiliki bahasa yang relatif berbeda dengan tahap-tahap sebelumnya atau masa usia lanjut. Bahasa yang digunakan oleh remaja, kadang-kadang menyimpang dari norma-norma umum, seperti munculnya istilah-istilah khusus,bahasa gaul di kalangan remaja.

7.      Implikasi dalam Pendidikan

Sekolah merupakan rumah kedua bagi peserta didik. Rumah kedua yang artinya untuk menempuh pendidikan. Pendidikan juga sebagai kontrol dari seorang remaja untuk belajar memahami orang lain, mengandalikan emosi, memahami dirinya sendiri dan menemukan teman sebayanya untuk selanjutnya dapat terciptanya interaksi sosial yang menambah pengalaman dan ilmu pengertahuan.

Bahasa mendorong anak atau remaja untuk berani mengomunikasikan pikiran – pikiranya. Cara demikian akan sangat membantu perkembangan bahasa remaja karena mereka leluasa dan tidak dihantui oleh kecemasan dan ketakutan untuk mengomunikasikan apa saja yang dipikirkanya Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan remaja.


2.5  Kelompok 13

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN

MORALITAS DAN KEAGAMAAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA dalam PENDIDIKAN

A.  Pengertian Perkembangan dan Remaja

Perkembangan atau development, merupakan rangkaian yang bersifat progesif dan teratur dari fungsi jasmani dan rohani sebagai akibat pengaruh kerja sama antara kematangan dan pelajaran.

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, intelegensi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.

B.  Konsep Dasar Pekembangan Moralitas

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995). Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan atau kelakuan, akhlak, dan sebagainya. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Menurut Lynn W. Swaner, perilaku moral memiliki empat komponen, yaitu:

a.     Kepekaan moral

b.    Moral

c.     Motivasi moral

d.    Karakter Moral

C.  Karakteristik moral remaja

Menurut Michael, perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja adalah sebagai berikut:

1.      Pandangan moral individu semakin lama menjadi lebih abstrak.

2.      Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang serta apa yang salah.

3.      Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.

 

D.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moralitas Remaja

1.      Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan pertama sebagai individu.

2.      Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang mempunyai sanksi-sanksi untuk pelanggarnya.

3.      Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk tingkah laku yang sesuai.

4.      Perkembangan nalar, semakin tinggi penalaran seseorang, maka semakin tinggi pula moralseseorang.

5.      Peranan media massa dan perkembangan teknologi modern.

E.  Implementasi Perkembangan Moralitas Remaja

a.    Adapun implementasi dari perkembangan moral pada remaja,yaitu :

a)    Dalam bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam memilih teman;

b)   Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai mencari solusi terhadap permasalahan tersebut;

c)    Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain

d)   Timbul rasa kepedulian jika melihat hal-hal yang menyentuh hati

e)    Remaja sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya.

b.    Implikasinya dalam Pendidikan

Saat pergaulan anak tersebut semakin luas pada usia remaja, dia akan mengenal lebih banyak nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya. Upaya membantu remaja menemukan identitas diri:

a)      Berilah informasi tentang pilihan-pilihan karier dan peran-peran orang dewasa

b)      Membantu siswa menemukan sumber-sumber untuk memecahkan masalah pribadinya (melalui guru konseling)

c)      Bersikap toleran terhadap tingkah laku remaja yang dipandang aneh. Caranya: mendiskusikan tentang tatakrama dalam berpakaian

d)     Memberi umpan balik yang realistis tentang dirinya.

e)      Caranya: berdiskusi dengan siswa, member contoh orang lain yang sukses dalam hidup.

F.     Perkembangan Keagamaan Remaja

a.    Hakikat Perkembangan Keagamaan Remaja

Agama merupakan usaha untuk menciptakan sejumlah tata aturan dan upacara. Kondisi psikologis remaja ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan beragama mereka. Sikap kritis remaja juga tampak dalam kehidupan beragama. Mereka tidak lagi menerima begitu saja ajaran-ajaran agama yang diberikan oleh orangtuanya. bahwa manusia pertama adalah Adam.

b.    Perkembangan Agama Pada Masa Remaja

Perkembangan keagamaan remaja tergantung

bagaimana dan apa yang diperolehnya sejak masa

anak-anak. Umumnya, apabila pendidikan agama

yang diberikan kuat maka perkembangan

keagamaan remaja akan menjadi positif dan boleh

jadi semakin kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila

terdapat banyak kerancuan pemahaman terhadap

keagamaan, maka perkembangan keagamaan

remaja tersebut akan terganggu.

Ada dua ciri yang secara jelas membuat pengalaman

religius kaum remaja berbeda dengan pengalaman

religious

anak, yaitu :

a)      Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif memungkinkan remaja untuk meningkatkan agama masa anak yang diperoleh pada lingkungannya, dan untuk memikirkan konsep-konsep serta bergerak menuju iman yang sifatnya sungguh-sungguh personal (pribadi).

b)      Identitas

Menurut Erikson dalamperkembangan psikososial,harus menekankan sifat krisis pergulatan remaja untuk menemukan identitas dan mengutarakan kebutuhan untuk menyelesaikan perjuangan itu dengan mendapatkan rasa cukup alias harga diri,peran untuk berhubungan dengan orang lain,ideologi, dann kesetiaan. Ahli umum (Zakiah, Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan keagamaan itu dibagi dalam dua tahapan yang secara kualitatif menunjukan karakteristik yang berbeda.

Ahli umum (Zakiah, Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan keagamaan itu dibagi dalam dua tahapan yang secara kualitatif menunjukan karakteristik yang berbeda.

a.     Masa Remaja Awal

a)      Sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang yang beragama secara hipokrit.

b)      Pandangan dalam ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan pemikiran yang tidak cocok.

c)      Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptis, sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual.

b.    Masa Remaja Akhir

a)      Sikap kembali pada umumnya kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual.

b)      Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkan dalam hal konteks agama yang dianutnya.

c)      Penghayatan rohaniahnya kembali tenang.

c.     Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keagamaan remaja, yaitu :

a)      Ajaran agama yang mereka terima

b)      Cara penerapan ajaran agama

c)      Keadaan lembaga-lembaga keagamaan

d)     Para pemuka agama

d.    Implikassi dalam Pendidikan

Saat pergaulan anak tersebut semakin luas pada usia remaja, dia akan mengenal lebih banyak nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya. Peran sekolah yaitu untuk mengembangkan kepribadian serta menentukan kepribadian baik dalam cara berpikir,  bersikap, maupun cara berperilaku.

 

 

 

 

 

2.6    Kelompok 14

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN  dan KARIER REMAJA Serta IMPLIKASINYA dalam PENDIDIKAN

A.  Pengertian Kemandirian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “kemandirian” berasal dari kata mandiri yang berarti keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain.

Menurut Basri (1995) kemandirian berasal dari kata "mandiri", yang dalam bahasa Jawa berarti berdiri sendiri. Basri (1995) menyatakan bahwa dalam arti psikologi, kemandirian mempunyai pengertian sebagai keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang berkepribadian diri kuat mempunyai beberapa ciri, yaitu:

1.      Mempunyai keinginan untuk berprestasi,

2.      Mempunyai keinginan untuk bebas dan mandiri,

3.      Mempunyai keinginan untuk berafiliasi,

Untuk mencapai kemandirian, harus ditanamkan sejak dini dalam diri anak agar anak mampu mengerjakan tugasnya dengan kemampuannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Kemandirian pada remaja lebih mengarah tindakan yang melibatkan hati dan pemikirannya (psikis).

 

B.  Karakteristik Perkembangan Kemandirian Anak

1.    Usia 1-2 tahun : anak mampu minum dari gelasnya sendiri tanpa tumpah, mulai makan sendiri dengan menggunakan sendok.

2.    Usia 2-3 tahun : memberitahu orang dewasa kala ingin buang air

3.    Usia 3-4 tahun : anak mampu ke kamar mandi sendiri

4.    Usia 5-7 tahun : anak mampu berpakaian sendiri, mengikat simpul tali sepatu

5.    Usia 8-10 tahun : anak sudah mampu membenahai peralatan pribadinya seperti menyiapkan buku sesuai jadwal pelajaran, mampu memenuhi kebutuhan sendiri seperti, memasak mie instan  saat orang orang tua tidak di rumah.

 

C.  Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian Peserta Didik

Menurut Lovinger (Sunaryo Kartadinata,1988), mengemukakan tingkatan kemandirian dan karakteristiknya, yaitu:

1.     tingkatan implusif dan melindungi diri. Tingkatan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a)  Peduli terhadap control dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.

b) Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistic.

c)  Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu ( stereotype).

2.     konformistik. ciri-cirinya adalah :

a)    Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan social

b)      Cenderung berfikir stereotype dan klise

c)      Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal

3.    tingkat sadar diri ciri-cirinya :

a)      Mampu berfikir alternative

b)      Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi

c)      Memikirkan cara hidup

d)     Penyesuaian terhadap situasi dan peranan

e)      Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah

4.     tingkat saksama (conscientious). Ciri-cirinya adalah:

a)      Bertindak atas dasar nilai-nilai internal

b)      Sadar akan tanggung jawab

c)      Mampu melakukan kritik dan penilaian diri

5.    tingkat individualistis. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

a)      Peningkatan kesadaran individualitas

b)      Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan keter-gantungan

c)      Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain

6.    tingkat mandiri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah :

a)      Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan

b)      Cenderung besikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain

c)      Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan social

 

D.  Tipe-tipe Perkembangan kemandirian Pada Anak dan Remaja

Kemandirian dapat dilihat dari beberapa aspek seperti yang dikemukakan oleh Havighurst (1972), yang menyatakan bahwa kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu:

1.      Aspek Intelektual, yang merujuk pada kemampuan berpikir, menalar, memahami beragam kondisi, situasi, dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah

2.      Aspek Sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya

3.      Aspek Emosi, menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya, dengan tidak tergantung secara emosi pada orang tua

4.         Aspek Ekonomi, menujukkan kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan tidak lagi tergantung pada orang tua.

Steinberg (1995) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy).

a.       Kemandirian Emosional

Kemandirian emosional dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengelola emosinya, seperti pemudaran ikatan emosional anak dengan orang tua.

b.      Kemandirian Behavioral

Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan tanpa ada campur tangan dari orang lain.

c.       Kemandirian Nilai

Kemandirian nilai (values autonomy) merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya..

 

 

E.  Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak

Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor kodrati dan faktor dari lingkungan (Masrun dkk., 1986).

1.      Faktor-faktor Kodrati

a.       Urutan Kelahiran

Pengaruh dari urutan kelahiran ini, sebenaraya lebih pada perbedaan perlakuan orang tua dan saudara yang diterima oleh masing-masing anak, demikian pula harapan-harapan yang diberikan terhadap mereka (Hurlock, 1999).

b.      Jenis Kelamin

Conger (Susilowati, 1988) menyatakan bahwa saat menginjak usia 4-5 tahun dan berlanjut hingga masa remaja, terdapat suatu pola yang menuntut anak wanita lebih berlaku merawat dan patuh, sedangkan anak laki-laki dituntut untuk lebih percaya diri dan lebih mengutamakan prestasi.

c.       Umur

Sutton (dalam Susilowati, 1988) menyebutkan bahwa dengan bertambahnya umur serta lewat proses belajar orang semakin tidak tergantung dan mampu secara mandiri menentukan hidupnya.

2.      Faktor-faktor dari Lingkungan

a.      Tingkat Demokratik Orang Tua

Blair dan Burton (Masrun dkk., 1986) menyatakan bahwa peran keluarga, terutama orang tua yang demokratik akan memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk bergabung dengan aktivitas sebayanya, tanpa kehilangan rasa aman dan teijamin di rumahnya.

b.      Kebudayaan

Lingkungan budaya seseorang berpengaruh terhadap tingkat kemandiriannya. Menurut Nuryoto (1992) lingkungan budaya diartikan sebagai lingkungan tempat hidup sehari-hari, dengan tradisi, kebiasaan, gaya hidup tertentu dan beragam untuk tiap daerah. Menurut Monks (Susilowati, 1988), lingkungan budaya ini selanjutnya akan memberikan pola-pola latihan kemandirian yang tertentu, yang akhirnya ikut berperan membentuk generasi berikutnya.

 

c.       Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah lingkungan pendidikan seseorang, baik di sekolah sebagai pendidikan formal, maupun di keluarga sebagai pendidikan non formal (Wahjuningsih, 1994). Faktor pendidikan ini mengandung pengertian bahwa penting sekali peran serta yang aktif dari guru dan orang tua dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai pada seseorang

d.      Pekerjaan

Flippo (Masrun dkk., 1986) menyatakan bahwa orang cenderung tidak mandiri bila dihadapkan pada situasi keija yang tidak sesuai dengan kebutuhan dirinya, maka ia cenderung akan mencari pekerjaan lain yang lebih ada kebebasan dan kemandirian.

F.     Pengertian Karier

Menurut Beaomont, Cooper, dan Stockhard yang dimaksud degan perkembangan karir adalah suatu proses perkembangan sepanjang hidup yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pekerjaan, pengalaman lainnya, dan yang mempengaruhi putusan-putusan setiap individu mengenai karir dan gaya hidup.

Pemilihan karir merupakan perpaduan antara faktor yang ada di dalam individu (internal) dan faktor dari luar (eksternal). faktor yang berada di dalam individu seperti kemampuan yang dimiliki individu dan bakat-bakat khusus yang akan memepengaruhi kepribadian individu berkembang. Sedangkan faktor yang bersifat eksternal yaitu aspek-aspek lingkungan sosial-ekonomi, seperti lingkungan masyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya, dan keadaan ekonomi, kesejahteraan, dan ketenagakerjaan serta seluruh kondisi yang mengharuskan individu untuk berinteraksi.

G.    Orientasi Karier Pada Anak dan Remaja

Oreintasi karier pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya kelak. Orientasi karir pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya kelak.

Karakteristik Fase Perkembangan Karir Anak dan Remaja Berdasarkan Usia Menurut Ginzberg, Axelrad dan Herman, perkembangan karir dibagi menjadi 3 tahap pokok yaitu:

1.      Tahap Fantasi : 0-11 tahun ( Masa Sekolah Dasar)

Pada tahap ini anak mulai berfantasi mengenai cita-citanya. Pada tahap ini anak menentukan karirnya tanpa pertimbangan yang rasional.

2.      Tahap Tentatif  : 12-18 tahun (Masa Sekolah Menengah)

Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain.

3.      Tahap Realistis : 19-25 tahun (Masa Perguruan Tinggi)

Pada usia perguruan tinggi (usia 18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap realistis, dimana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar.

 

H.    Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Karier Anak dan Remaja

a.       Faktor Internal

a)    Nilai-nilai kehidupan (Values), yaitu beberapa ideal yang dikejar seseorang dimana-mana dan kapan juga..

b)   Taraf intelegensi, yaitu kemampuan berfikir untuk mencapai prestasi-prestasi.

c)    Bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian.

d)   Minat, yaitu kecenderungan yang relatif menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan dengan bidang itu.

e)    Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti: periang, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, atau ceroboh.

f)    Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan diri sendiri secara akurat.

g)   Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan, ketajaman pengelihatan dan pendengaran, serta jenis kelamin.

b.      Faktor Eksternal

a)    Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana individu dibesarkan.

b)   Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, sertifikasi masyarakat, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau tertutup dari kelompok lain.

c)    Status ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa.

d)   Pengaruh dari seluruh anggota keluarga ini (genogram).

e)    Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu, dan kesesuaian jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau perempuan.

f)    Pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.

g)   Tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil didalamnya.

I.       Perkembangan Remaja Dalam Berkarir

Menurut Holland ada 6 tipe kepribadian yang perlu dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara aspek-aspek psikologis seseorang dengan karir mana yang akan dipilih, yaitu :

a.    Realistis. Orang yang memperlihatkan karakteristik maskulin. Mereka paling cocok bekerja pada situasi praktis sebagai buruh, petani, pengemudi bis, dan tukang bangunan.

b.    Intelektual. Orang-orang ini memiliki orientasi konseptual dan teoretis. Mereka lebih tepat menjadi pemikir daripada pekerja.

c.    Konvensional. Orang-orang ini memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap kegiatan yang tidak teratur dengan rapi. Mereka paling cocok menjadi bawahan, seperti sekretaris, teller bank, atau pekerjaan administratif lainnya.

d.   Menguasai (enterprising). Orang-orang ini menggunakan kata-katanya untuk memimpin orang lain, mendominasi orang lain, dan menjual berita tau produk. Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan, sales, politikus, atau manajemen.

e.    Artistik. Mereka adalah orang yang lebih suka berinteraksi dengan dunia mereka melalui ekspresi seni, menghindari situasi interpersonal serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini sebaiknya diarahkan ke karir seni atau penulisan.

J.         Implikasi Perkembangan Karier dalam  Pendidikan

 Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor faktor tersebut.

Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di sekolah maupun luar sekolah dalam bentuk klasikal, yaitu memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua remaja yang ada di dalam kelas, meskipun pada kenyataannya setiap individu berbeda

Usaha yang dapat dilakukan untuk membimbing minat dan kemampuan remaja untuk mencapai cita-citanya antara lain ;

a.       Bimbingan karir dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

b.      Memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan orientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungannya.

c.       Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kuriklum muatan lokal.

d.      Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya.

 

2.7    Individu

ISU DAN PERMASALAHAN REMAJA serta IMPLIKASINYA dalam PENDIDIKAN

 

A.    Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

1.        Perubahan fisik

adalah perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Penyebab perubahan fisik pada remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endoktrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif bekerja.

2.        Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik
Apabila sistem endokrin berfungsi normal, ukuran tubuh akan normal pula. Sebaliknya juga, kekurangan hormon pertumbuhan akan menyebabkan kerdil, sedangkan kelebihan hormon pertumbuhan akan menyebabkan ukuran tubuh terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan anak sebayanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adalah sebagai berikut.

a. Pengaruh keluarga.

b. Pengaruh gizi.

c. Gangguan emosional.

d. Jenis kelamin.

e. Status sosial ekonomi.

f. Kesehatan.

g. Pengaruh bentuk tubuh.

B.     Perkembangan Intlek Peserta Didik Usia Sekolah Menangah (Remaja)

1.      Pengertian Intelek dan Intelegensi

Istilah intelek berarti kekuatan mental yang menyebabkan manusia dapat berpikir aktivitas yang berkenaan dengan proses berpikir atau kecakapan yang tinggi untuk berpikir.
Secara definitif istilah itu tidak mudah dirumuskan. Banyak rumusan tentang intelegensi, seperti yang dikemukakan oleh Singgih Gunarsa dalam bukunya Psikologi Remaja (1991), yang mengajukan beberapa rumus intelegensi sebagai berikut.

a.    Intelegensi merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkannya memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.

b.    Wechler (1958) merumuskan intelegensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu dalam berpikir dan bertindak secara terarah sweerta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.

2.      Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur karena perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat. Pada masa remaja, kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk terus bertambah. Pada awal remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini, ia telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin disamping hal yang nyata (Gleitmen, 1986: 475-476).

3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Intelek

a.       Peran pengalaman dari sekolah terhadap intelegensi

Anak yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar menunjukkan perbedaan kemajuan atau nilai rata-rata IQ mereka lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah.

b.        Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan intelegensi.

Pengaruh belajar dalam arti faktor lingkungan terhadap perkembangan intelegensi ternyata cukup besar.

c.         Jika dua anak kembar diasuh bersama dalam lingkungan yang sama, nilai IQ mereka akan hampir sama jika dibandingkan dengan bila mereka diasuh secara terpisah di lingkungan yang berbeda. Demikian pula bila anak-anak yang berbeda diasuh bersama pada lingkungan yang sama, terdapat korelasi yang cukup bermakna (+0,24) di antara mereka. Kesimpulannya adalah tidak terdapat hubungan genetik, tetapi menunjukkan bahwa kesamaan IQ adalah karena kesamaan pengalaman belajar di lingkungan yang sama.

4.      Implikasi Perkembangan Intelek Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Piaget menyebutkan bahwa sebagian besar remaja mampu memahami dan mengkaji konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu. Menurut Bruner, siswa usia remaja ini dapat menggunakan bentuk-bentuk symbol dengan cara yang canggih. Guru dapat membantu mereka dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses (discover approach) dengan memberi penekanan pada penguasaan konsep-konsep abstrak.
Karena siswa pada usia remaja ini masih dalam proses penyempurnaan penalaran, guru hendaknya tidak menganggap bahwa mereka berpikir dengan cara yang sama dengan guru. Untuk itu, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan diskusi secara baik serta memberikab tugas-tugas penulisan makalah. Dalam hal ini, guru hendaknya mengamati kecenderungan-kecenderungan remaja untuk melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak tergali. Cara yang baik dalam mengatasi bentuk-bentuk pemikiran yang belum matang ialah membantu siswa menyadari bahwa mereka telah melupakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Namun, bila permasalahan tersebut merupakan masalah kompleks dengan bobot emosi yang cukup dalam, hal itu bukan tugas yang mudah.

 

C.    Perkembangan Bakat Khusus Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

1.      Pengertian Bakat

Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus).

2.      Hubungan antara Bakat dan Prestasi

Dengan adanya bakat, seseorang dapat mencapai prestasi dalam bidang tertentu, tetapi diperlukan latihan, pengalaman, pengetahuan dan dorongan atau kesempatan untuk pengembangannya

3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat terletak pada:

a.    Anak itu sendiri

Misalnya, anak itu kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam

mengembangkan bakatnya.

b.    Lingkungan anak

Misalnya, orangtuanya kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang dibutuhkan anak, atau ekonominya cukup tinggi, tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anaknya.

4.      Implikasi Pengembangan Bakat Khusus Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Bakat anak dapat dikenali dengan melakukan observasi terhadap apa yang selalu dikerjakan dan digemari anak. Pengenalan terhadap bakat anak sangat bermanfaat bagi orangtua dan guru agar memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Dengan mengenal ciri-ciri anak berbakat, orangtua dapat menyediakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan bakat anak tersebut. Selain itu, dapat membantu anak-anak dalam memahami potensi dirinya, serta tidak melihatnya sebagai suatu beban, tetapi sebagai anugerah yang harus dihargai dan dikembangkan.
Manfaat lain dari kemampuan orangtua untuk mengenal bakat anak ialah orangtua dapat membantu sekolah dalm menyusun program dan prosedur pemanduan anak-anak berbakat, dengan memberikan informasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan mereka.
Anak akan merasa aman secara psikologis

apabila:

a.    guru sebagai pendidik dapat menerima sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan bahwa pada dasarnya semua siswa baik dan mampu.

b.    Guru sebagai pendidik mengusahakan suasana yang mengondisikan anak tidak merasa dinilai. Sebab, memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.

c.    Pendidikan memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang atau pola pikir anak. Dalam suasana seperti ini, anak-anak akan merasa aman untuk mengungkapkan atau mengekspresikan bakatnya.

Dengan demikian, anak akan merasa kebebasan psikologis apabila mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain itu, pendidikan hendaknya berfungsi sebagai media pengembangan dan pembinaan bakat anak, sehingga tidak hanya semata-mata menyajikan kumpulan pengetahuan yang bersifat abstrak dan skolastik. Pengenalan bakat dan upaya pengembangannya membantu remaja untuk menentukan piilihan yang tepat dan menyiapkan dirinya utnuk mencapai tujuan dan karier kehidupannya.


BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

             Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence,  berasal dari bahasa adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”.  Sedangkan menurut pandangan Piaget masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak.    

Masa remaja dalam kehidupan sosialnya lebih tertarik dengan kelompok orang yang sebaya dengannya karena mereka beranggapan bahwa kelompok tersebut dapat atau mampu memahami dan mengerti mereka sekaligus sebagai tempat mencurahkan isi hati, tempat melampiaskan perasaan tertekan serta untuk saling bertukar pengalaman. Melalui pengalaman dan interaksi sosial, tingkat moralitas remaja sudah lebih matang jika dibandingkan dengan usia anak- anak sehingga remaja cenderung memiliki dorongan untuk melakukan perbuatan- perbuatan yang dapat dinilai baik oleh orang lain.

Dalam hal kepribadian remaja seringkali berusaha untuk membentuk dan memperlihatkan identitas diri dengan cara yang ekstrim juga berlebihan. Tuntutan adanya separasi atau self-detachment dari para remaja terhadap orang tua atau keluarganya semakin tinggi, hal ini sejalan dengan kebutuhan akan kemandirian dan pengaturan diri sendiri dari para remaja. Sehingga tidak jarang oleh sebagian lingkungannya dianggap penyimpangan atau kenakalan. Jadi perkembangan kepribadian yang di alami remaja memang sangat kompleks. Karena pada masa ini seseorang sedang berusaha untuk mengenal dirinya. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis iden­titas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bu­kan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya.

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Andi Mappiare. 2002. Psikologi Remaja. Surabaya : Usaha Nasional

A Gani, Ruslan. 1992. Bimbingan Karir. Bandung : Angkasa Bandung

Bachruddin. 2014. Pendidikan dan Psikologi            Perkembangan.           Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Hurlock, E. B. 1990. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga

Syaeful Bakhri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: Usaha Nasional

Yusuf, Syamsu., dan Nani M. Sugandhi. 2014.         Perkembangan            Peserta Didik. Jakarta:            Rajawali Pers

 

Belajarpsikologi.com

file:///H:/PERKEMBANGAN%20PESERTA%20DIDIK/buku%20perkembangan%2          0perserta%20didik.pdf

http://asyamforex.blogspot.co.id/2013/12/makalah-perkembangan-fisik-dan.html

http://dakwahpmi.blogspot.co.id/2013/08/jurnal-moral-dan-agama-  remaja-suatu_1.html

http://hildayanisafitri.blogspot.co.id/2015/04/contoh-makalah-perkembangan-peserta.html

http://jurnal.konselingindonesia.com

http://nesywahyunisusi.blogspot.co.id/2015/06/karakteristik-perkembangan-kognitif.html

http://repository.upi.edu/operator/upload/s_a0251_0607321_chapter2.pdf

http://rozaqml.blogspot.co.id/2014/09/perkembangan-kognitif-dan-bahasa-mata.html

http://specialpengetahuan.blogspot.co.id/2015/05/pengertian-dan-faktor-faktor.html

http://tha-yunitasari.blogspot.co.id/2013/05/makalah-perkembangan_moralitas-dan.html

http://www.sridanti.com/4-komponen-perilaku-moral-menurut-lynn-w-swaner.html

http://www.webmateri.com/2016/04/pengertian-kemandirian-ciri-faktor-dan-usaha-menumbuhkan.html

https://hudhanewblog.blogspot.co.id/2015/09/karakteristik-perkembangan-bahasa-masa.html

https://hudhanewblog.blogspot.co.id/2015/09/makalalah-karakteristik-perkembangan.html

https://jurnal.ugm.ac.id/buletinpsikologi/article/viewFile/13379/9594

https://www/google.com/search?q=jurnal+moralitas+dan+keagamaan+masa+remaja&ie=utf-8&client=firefox-b

https://caracariuangblog.wordpress.com/2016/03/02/makalah-perkembangan-sosial-remaja-serta-implikasinya-dalam-pendidikan/

TATARAN LINGUISTIK SEMANTIK

 

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Dalam berbagai kepustakaan linguistik disebutkan bidang studi linguistik yang objek penelitiannya makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Kalau istilah ini tetap dipakai tentu harus diingat bahwa status tataran semantik dengan tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis adalah tidak sama.

Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua tataran yang bangun-membangun ini, makna berada di dalam tataran fonologi, morfologi, dan sintaksis.Penamaan tataran untuk semantik agak kurang tepat, sebab dia bukan satu tataran dalam arti unsur membangun satuan lain yang lebih besar, melainkan merupakan unsur yang berada pada semua tataran itu, meskipun kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama. Para linguis structuralis tidak begitu peduli dengan masalah makna ini, karena dianggap tidak termasuk ataun menjadi tataran yang sederajat dengan tataran yang bangun-membangun itu.Hockett (1954). Missal, salah seorang tokoh strukturalis menyatakan bahwa bahasa adalah suatu system yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan. Sistem bahasa terdiri ini terdiri dari 5 subsistem, yaitu subsistem gramatika, subsistem fonologi, subsistem morfofonemik,subsistem semantik, dan subsistem fonetik. Sejak Chomsky menyatakan betapa pentingnya semantik dalam studi liguistik, maka studi semantik sebagai bagian dari studi linguistik menjadi semarak. Semantik tidak lagi menjadi objek periferal, melainkan menjadi objek yang setaraf dengan bidangbigdang studi linguistik lainnya.

 

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian dari Semantik?

2.      Apa saja Hakikat Makna dalam tataran linguistik semantik?

3.      Apa jenis makna dalam tataran Linguistik semantik?

 

1.3  Tujuan

1.      Untuk mengetahui apa itu Semantik

2.      Untuk mengetahui apa saja hakikat makna dalam tataran linguistik semantik

3.      Untuk mengetahui apa saja jenis makna dalam tataran linguistik Semantik

 

BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Semantik

             Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna atau arti yang terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Dengan kata lain, semantik adalah studi tentang makna. Semantik biasanya berhubungan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, dan pragmatis, penggunaan praktis simbol oleh rakyat dalam konteks tertentu.

Linguistik Semantik adalah studi tentang makna yang digunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa. Bentuk lain dari semantik termasuk semantik bahasa pemrograman, logika formal, dan semiotika. Kata semantik sendiri menunjukkan berbagai ide yang populer sangat teknis. Hal ini sering digunakan dalam bahasa sehari-hari untuk menunjukkan pemahaman tentang isu-isu yang datang dengan pilihan kata atau konotasi. Pemahaman tentang masalah telah menjadi subyek dari banyak pertanyaan formal, dalam jangka panjang, khususnya di bidang semantik formal.

Status tataran semantik dengan tataran fonologi, morfologi dan sintaksis adalah tidak sama. Semantik dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh tataran, yaitu berada di tataran fonologi, morfologi dan sintaksis. Makna yang menjadi objek semantik sangat tidak jelas, tak dapat diamati secara empiris, sehingga semantik diabaikan. Tetapi, pada tahun 1965, Chomsky menyatakan bahwa semantik merupakan salah satu komponen dari tata bahasa dan makna kalimat sangat ditentukan oleh semantik iniSemantis yang berbeda dari sintaksis studi tentang unit bahasa kombinatorika (tanpa mengacu pada makna), dan pragmatik, studi tentang hubungan antara simbol bahasa, makna, dan bahasa. Dalam kosakata ilmiah internasional, semantik juga disebut semasiologi.

 

2.2  Hakikat Makna

Menurut Chomsky pada bukunya yang kedua (1965) menyatakan bahwa semantik adalah merupakan salah satu komponen dari tata bahasa (dua komponen lain adalah sintaksis dan fonologi) dan makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik. Pengertian atau makna yang dimiliki setiap morfem, baik yang disebut morfem dasar atau morfem afiks. Mengingat bahasa itu bersifat arbitrer (bebas, tidak terikat) maka hubungan antara kata dan maknanya juga bersifat arbitrer. Di dalam penggunaannya dalam pertuturan nyata makna kata atau leksem itu seringkali dan mungkin juga biasanya terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan juga acuannya. Oleh karena itu, banyak pakar bahwa kita baru dapat menentukan makna sebuah kata apabila kata itu sudah berada dalam konteks kalimatnya.

Menurut Ferdinand de Saussure setiap tanda linguistik atau tanda bahasa terdiri dari dua komponen, yaitu Komponen Signifikan atau “yang mengartikan” yang wujudnya berupa runtutan bunyi, dan komponen Signifie atau “yang diartikan” yang wujudnya berupa pengertian atau konsep (yang dimiliki oleh signifian). Umpamanya tanda linguistik berupa <meja>, terdiri dari komponen signifikan, yakni berupa runtunan fonem /m/, /e/,/j/, dan /a/; dan komponen signiefinya berupa konsep atau makna ’sejenis perabot kantor dan rumah tangga’. Tanda linguistik ini yang berupa runtunan fonem dan konsep yang dimiliki runtunan fonem itu mengacu pada sebuah referen yang berada diluar bahsa, yaitu “sebuah meja”.

Di dalam penggunaannya dalam pertuturan yang nyata makna kata atau leksem itu seringkali, dan mungkin juga biasanya, terlepas dari pengertian atau konsep dasarnya dan juga dari acuannya. Misalnya, kata buaya dalam kalimat (1) berikut sudah terlepas dari konsep asal dan acuannya.

(1) Dasar buaya ibunya sendiri ditipunya.

(2) Sudah hampir pukuk dua belas!

Apabila diucapkan oleh seorang ibu asrama putri terhadap seorang pemuda yang masih bertandang di asrama itu padahal jam sudah menunjukkan hampir pukul dua belas malam. Lain maknanya apabila kalimat itu diucapkan oleh seorang guru agama ditujukan kepada para santri pada siang hari. Makna kalimat (2) itu yang diucapkan si ibu asrama tentu berarti ’pengusiran’ secara halus, sedangkan yang diuucapkan oleh guru agama itu berarti ’pemberitahuan bahwa sebentar lagi masuk waktu Zuhur.

Satu hal lagi yang harus diingat mengenai makna ini, karena bahasa itu bersifat arbitrer. Maka hubungan antara kata dan maknanya juga bersifat arbitrer.

 

2.3  Jenis Makna

            Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda. Berbagai nama jenis makna telah dikemukakan orang dalam berbagai buku linguistik atau semantik. Kiranya jenis-jenis makna yang dibicarakn pada subbab berikut ini sudah cukup mewakili jenis-jenis makna yang pernah dibicarakan orang itu.

 

A.    Makna Leksikal, Gramatikal, dan Konstektual

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa konteks apapun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna lesikal ’sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’. Makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita.

Makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses afiksasi prefiks ber-dengan dasar baju melahirkan makna gramatiukal ’mengenakan’ atau memakai baju’; dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ’mengendarai kuda’.

Makna konstektual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada di dalam satu konteks. Sebagai contoh :

a)      Rambut di kepala nenek belum ada yang putih.

b)      Sebagai kepala sekolah dia harus menegur murid itu.

c)      Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu.

d)     Kepala paku dan Kepala jarum tidak sama bentuknya .

Misalnya Kalimat “Tiga kali empat berapa?”

Apabila dilontarkan di kelas tiga SD sewaktu mata pelajaran matematika berlangsung, tentu akan dijawab “dua belas”. Kalau dijawab lain, maka jawaban itu pasti salah. Namun, kalau pertanyaan itu dilontarkan kepada tukang foto di tokonya atau di tempat kerjanya, maka pertanyaan itu mungkin akan dijawab “dua ribu” atau mungkin juga “tiga ribu” atau mungkin juga jawaban lain. Mengapa bisa begitu, karena pertanyaan itu mengacu pada biaya pembuatan pasfoto yang berukuran tiga kali empat centimeter.

B.     Makna Referensial dan Non-referensial

Sebuah kata atau leksem disebut bermakna referensial kalau ada referensnya, atau acuannya. kata-kata seperti kuda, merah, dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna referensial karena ada acuannya dalam dunia nyata. Sebaliknya kata-kata seperti dan, atau dan karena adalah termasuk kata-kata yang tidak bermakna ferensial, karena kata-kata itu tidak mempunyai referens.

Yang termasuk kata-kata deiktik ini adalah kata-kata yang termasuk pronomina seperti dia, saya, dan kamu; kata-kata yang menyatakan ruang, seperti di sini, di sana, dan disitu; kata-kata yang menyatakan waktu, seperti sekarang, besok, dan nanti; dan kata-kata yang disebut kata petunjuk, seperti ini dan itu.

a)      ”Tadi saya lihat Pak Ahmad duduk di sini, sekarang dia ke mana?” Tanya Pak Rasyid kepada para mahasiswa itu.

b)      ”Kami di sini memang bertindak tegas terhadap para penjahat itu.” kata Gubernur DKI kepada para wartawan dari luar negeri itu.

Jelas, kata di sini pada kalimat pertama acuannya adalah sebuah tempat duduk; tetapi pada kalimat kedua acuannya adalah satu wilayah DKI Jakarta Raya.

 

C.    Makna Denotatif dan Makna Konotatif

            Makna Denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi, makna denotatif ini sebenarnya sama dengan makna lesikal. Umpamanya, kata babi bermakna denotatif ’sejenis binatang yang biasa diternakkan untuk dimanfaatkan dagingnya. Kata kurus bermakna denotatif, keadaan tubuh seseorang yang lebih kecil dari ukuran yang normal.

Makna Konotatif adalah makna lain yang “ditambahkan” pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Umpamannya kata babi pada contoh di atas, pada orang yang beragama islam atau di dalam masyarakat islam mempunyai konotasi yang negatif, ada ras atau perasaan yang tidak enak di dengar. Kata kurus juga berkonotasi netral artinya, tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan. Tetapi kata ramping, yang sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotasi positif, nilai rasa yang mengenakkan. Sebaliknya kata kerempeng mempunyai konotasi negatif memiliki nilai rasa yang tidak mengenakkan.

 

Berkenaan dengan masalah konotasi ini, satu hal yang harus diingat adalah bahwa konotasi sebuah kataa bisa berbeda antara seseorang dengan orang lain, antara satu daerah dengan daerah lain.

 

D.  Makna Konseptual dan Makna Asosiatif

            Makna Konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Kata rumah memiliki makna konseptual ’bangunan tempat tinggal manusia’. Jadi, makna konseptual sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif dan makna referensial.

Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata yang berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misal, kata melati berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian. Jadi, kata melati yang bermakna konseptual ’sejenis bunga kecil-kecil berwarna putih dan berbau harum’ digunakan untuk menyatakan perlambang kesucian.

1)      Makna stilistika berkenaan dengan pembedaan penggunaan kata sehubungan dengan perbedaan sosial atau bidang kegiatan.  

2)      Makna efektif berkenaan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau terhadap objek yang dibicarakan. 

3)      Makna afektif lebih nyata trasa dalam bahasa lisan. 

4)      Makna kolokatif berkenaan dengan ciri-ciri makna tertentu yang dimiliki sebuah kata yang bersinonim, sehingga kata tersebut hanya cocok untuk berpasangan dengan kata tertentu lainnya.i, , yang tidak meragukan 7.2.5

E.  Makna Kata dan Makna Istilah

     Penggunaan makna kata baru menjadi jelas kalau kata itu sudah berada di dalam konteks situasinya. Kita belum tahu makna kata jatuh sebelum kata itu berada di dalam konteksnya. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa makna kata masih bersifat umum, kasar, dan tidak jelas. Kata tangan dan lengan sebagai kata, maknanya lazim di anggap sama, seperti contoh berikut. 

§  Tangannya luka kena pecahan kaca.

§  Lengannya luka kena pecahan kaca.

Jadi, kata tangan dan lengan pada kedua kalimat di atas adalah besinonim, atau bermakna sama.

Istilah mempunyai makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan, meskipun tanpa konteks kalimat. Umpamanya, kata tangan dan lengan yang menjadi contoh. Kedua kata itu dalam bidang kedokteran mempunyai makna berbeda. Tangan bermakna bagian dari pergelangan sampai ke jari tangan, sedangkan lengan adalah bagian dari pergelangan sampai ke pangkal bahu. Dalam bahasa umum kedua kata itu merupakan dua kata yang bersinonim, dan oleh karena itu sering dipertukarkan. Artinya, istilah itu tidak hanya digunakan di dalam bidang keilmuaan, tetapi juga telah digunakan secara umum.

F.  Makna Idiom dan Makna Peribahasa

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Umpamanya, secara gramatikal bentuk menjual rumah bermakna ’yang menjual menerima uang dan yang membeli menerima rumahnya. Tetapi dalam bahasa indonesia bentuk menjual gigi tidaklah memiliki makna seperti itu, melainkan bermakna ’tertawa keras-keras’. Jadi makna seperti yang dimiliki menjual gigi itulah yang disebut makna idiomatikal.

Ada dua macam idiom, yaitu yang disebut idiom penuh dan idiom sebagian. Yang dimaksud dengan idiom penuh adalah yang semua unsur-unsur sudah melebur menjadi satu kesatuan, sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu. Bentuk-bentuk seperti membanting tulang, menjual gigi, dan meja hijau termsuk contoh idiom penuh.Sedangkan yang dimaksud idiom sebagian adalah idiom yang salah satunya unsurnya masih memiliki makna lesikal sendiri. Misal, buku putih yang bermakna ’ buku yang memuat keterangan resmi suatu kasus. Berbeda dengan idiom yang maknanya tidak dapat diramalkan secara lesikal maupun gramatikal maka yang disebut peribahasa memiliki makna yang dapat dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya ’asosiasi’ antara makna asli dengan maknanya sebagai peribahasa.contoh’ pribahasa Tong kosong berbunyi nyaring yang maknanya’ oarang yang banyak cakapnya biasanya tidak berilmu. Makna ini dapat ditarik dari asosiasi; tong yang berisi bila dipukul tidak mengeluarkan bunyi, tapi tong yang kosong akan menegeluarkan bunyi yang keras, nyaring.

Idiom dan peribahasa terdapat pada semua bahasa yang ada di dunia ini, terutama pada bahasa-bahasa yang penuturannya sudah memiliki kebudayaan yang tinggi. Untuk mengenal makna idiom tidak ada jalan lain selain dari harus melihatnya di dalam kamus, khususnya kamus peribahasa dan kamus idiom.

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

 

BAB III
PENUTUP

            Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna / arti yang terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Dengan kata lain, semantik adalah studi tentang makna. Semantik biasanya berhubungan dengan dua aspek lain: sintaksis, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana, dan pragmatis, penggunaan praktis simbol oleh rakyat dalam konteks tertentu.

Linguistik Semantik adalah studi tentang makna yang digunakan untuk memahami ekspresi manusia melalui bahasa. Bentuk lain dari semantik termasuk semantik bahasa pemrograman, logika formal, dan semiotika.         Setiap kata, leksem atau butir leksikal tertentu yang mempunyai makna. Dalam menentukkan komponen makna diperlukan analisis komponen makna. Manfaat dari analisis ini adalah:

1.      Mencari perbedaan dari bentuk-bentuk yang bersinonim.

2.      Membuat prediksi makna-makna gramatikal afiksasi, reduplikasi dan komposisi dalam bahasa Indonesia.

 

Hal terpenting  dalam analisis ini adalah pemahaman antara jenis makna dalam setiap kata itu  jelas sangat jauh berbeda. Antara makna leksikal, gramatikal, dan kontekstual terdapat makna yang bertolak belakang satu sama lain bahkan didalam kata yang sama namun memilki makna yang berbeda.

 Pada kajian semantik ini kita dapat mengetahui tentang hakikat makna, jenis-jenis makna (makna leksikal, makna gramatikal dan kontekstual, makna referensial dan nonreferensial, makna konotatif dan denotatif, makna istilah dan makna makna kata, makna konseptual dan asosiatif, makna Idiom dan Peribahasa, makna konotatif, makna stilistika, makna afektif, makna kolokatif, makna generik, makna spesifik, dan makna tematikal), relasi makna (sinonim, antonimi, polisemi, homonimi, hiponimi, ambiguiti, redundansi), perubahan makna, medan makna dan komponen makna.

10 Maret, 2023

Penggunaan Paylater dalam Transaksi Jual-Beli Pada E-Commerce Shopee

 

Era industri 4.0 yang mulai menggunakan berbagai teknologi untuk mempermudah kegiatan-kegiatan dan juga pekerjaan, hal ini membuat cepatnya juga perkembangan beberbagai macam teknologi sebagai tuntutan agar dapat digunakan mempermudah berbagai macam kegiatan sehari-hari. Dengan penerapan teknologi sebagai penunjang kehidupan berkegiatan sehari-hari maka sekarang penggunaan teknologi sudah memasuki berbagai lini sektor mulai dari ekonomi, transportasi, perdagangan, kesehatan, dan lain-lain

Penerapan teknologi sebagai salah satu dari kehidupan kita sehari-hari juga membuat harus adanya sarana dalam teknologi yang dapat membantu berbagai macam urusan, seperti misalnya: program aplikasi, program website atau lainnya. Proses ini juga dapat kita sebut dengan istilah “Digitalisasi”. Dalam sektor perdagangan, digitalisasi mulai muncul dengan adanya berbagai perdagangan melalui webiste online dan mulai juga adanya aplikasi berbelanja yang dapat digunakan secara online melalui smartphone.

Perdagangan yang mulai menggunakan digital dalam setiap prosesnya membuat perdagangan menjadi lebih mudah karena sudah didukung dengan teknologi yang mumpuni seperti smartphone dan juga sarana aplikasi yang dapat digunakan siaapa saja dan di mana saja. Sehingga perkembangan digitalisasi di sektor perdagangan sangat pesat karena dengan itu perdagangan dapat di lakukan lebih luas dan efisiensi karena banyak faktor yang tidak perlu ada seperti toko tapi dapat di membuat toko secara digital di tempat perdagangan digital atau yang disebut dengan e-commerce.

Perkembangan dunia digital dalam sektor perdagangan dengan adanya e-commerce membuat beberapa sektor juga harus menyamai perkembangan tersebut, seperti tuntutan sektor transportasi dalam segi jasa pengantaran barang yang juga harus melakukan digitalisasi dari sisi sistem administrasi untuk dapat mengikuti proses perdagangan online. Serta sektor keuangan juga di tuntut dapat mengimbangi pesatnya perkembangan perdagangan online, dengan cara mempermudah cara pembayaran di setiap transaksi jual beli dalam e-commerce, maaka dalam sektor keuangan terbitlah berbagai hal digital salah satunya ialah dompet digital. Dompet digital ialah penyimpanan uang rupiah dengan menyetorkan sejumlah uang yang akan dikelola dan akan di simpan dalam bentuk digital yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran secara digital dengan virtual number ataupun QRIS.

Dengan kemajuan di sektor keuangan dalam digitalisasi berbagai hal baru bermunculan seperti hal nya dompet digital ialah penyimpanan uang secara digital, dalam hal lain seperti pinjaman pun mulai masuk menggunakan hal digital. Pinjaman uang yang dilakukan secara digital sudah banyak dan beberapa di antaranya adalah pinjaman yang disediakan e-commerce shopee yang bekerja sama dengan finansial technologi (fintech) dengan maksud agar dapat melakukan jual beli di e-commerce dengan uang pinjaman yang dapat di gantikan di lain waktu yang dapat kita sebut dengan “PayLater”.

Setelah kita membahas digitalisasi yang merambah di berbagai sektor, lalu seperti apa hukum islam menanggapai hal ini. Hukum islam menanggapi jual beli dalam e-commece merupakan hal yang diperbolehkan karena masuk dalam jual beli pesanan atau akad salam, tetapi dalam sektor keuangan digitalisasi yang dilakukan apakah sudah sesuai dengan hukum islam. Terutama dalam “Paylater” yang menggunakan dana pinjaman untuk jual beli yang pengembaliannya terdapat penambahan jumlah dari dana pinjaman awal.

 BACA ARTIKEL LAINYA YANG BERKAITAN:

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...