A.
Akhlak
pribadi sebagai makhluk
Kenyaataan
di jagad dunia) membuktikan bahwa ada
kekuatan yang tidak Nampak. Dia mengatur dan memelihara alam semesta ini. Juga
dialah yang menjadi sebab adannya semua ini. Dalam pengaturan alam semesta ini
terlihat ketertiban, dan ada suatu peraturan yang beganti-ganti dan gejala
datang dengan keteraturannya.
Manusia
sebagai bagian kecil dari ciptaanya, sangat berhutang budi dengan segala yang
hidup di dunia ini. Manusia dilebihkan oleh-nya berupa akal pikiran dibanding
makhluk lainnya dengan daya pikir, manusia bisa memilih perbuatan yang baik dan
buruk. Disamping juga kenikmatan yang diberikan oleh “sang pencipta” kepada
manusia berupa hidup ini, kesehatan, perasaan, dan kesenangan yang
bermacam-macam. Semua kenikmatan tersebut, bukan berarti “sang pencipta”
mempunyai maksud kepada manusia supaya membalas
dengan sesuatu, tetapi Allah Memerintahkan manusia agar senantiasa
beribadah kepadannya. Kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat, tergantung
kepada izin dan ridha Allah. Dan untuk itu Allah memberikan ketentuan agar umat
manusia dapat mencapainnya. Maka untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
itu dengan sendirinya kita harus mengikuti ketentuan-ketentuan dari Allah SWT.
Dari
segi kemanusiaan, sebagai manusia yang normal yang mempunyai sifat kemanusiaan,
harus tahu berterima kasih kepada pihak yang telah memberikan jasa. Kita akan
disebut orang yang “tidak tahu diri”, kalua kita ditolong seseorang, kemudian
orang itu tidak terima kasih apalagi malah orang lain itu kita marahi. Kalau
kita ditolong oleh orang lain dalam hidup kita ini, maka sewajarnyalah kalau
kita berterima kasih kepada orang yang telah memberi pertolongan itu.
Maka hal
itu akan timbul dari dalam hati bagaimana dapat membalas jasa atau membalas
budi kepada orang yang telah memberi pertolongan itu. Maka akan timbul di dalam
hati bagaimana membalas budi kepada orang yang telah memberi tolong itu tadi.
Kalau kita tidak dapat memberikan balasan budi yang sepadan, sekurang-kurangnya
akan mengatakan terima kasih dengan perbuatan yang hormat. Menunjukkan betapa
berterima kasihnya dan keinginan membalas budi walaupun tidak terbalas oleh
dirinya, dia mengharapkan mudah-mudahan dibalas kebaikannya itu dengan pahala
yang berlipat oleh tuhan.
Sifat
berterima kasih kepada orang yang telah berjasa kepada dirinya adalah sifat
kemanusiaan, yang sesuai degan bisikan hati nurani setiap orang. Dari tindakan
moral inilah kemudian timbul adat adat-istiadat, sopan santun, dan tata Susila.
Karena
itulah kirannya sangat wajar dan seharusnya, apabila setiap anak harus hormat
dan berbudi pekerti baik kepada orang tuaannya, seseorang harus berbudi baik
kepada temannya. Seorang atasan berterima kasih dan berbudi pekerti baik kepada
bawahannya, karena telah memberikan jasa
bantuan kelancaran programnnya. Bawahan harus berterima kasih kepada atasannya.
Karena bimbingan dan kebijaksanaannya. Apa yang telah kita terima dari Allah
SWT. Sungguh tidak dapat dihitung dan tidak dapat dinilai dengan materi
banyaknya. Dan kalau kita menghitungnya, karena terlalu amat sangat banyaknya.
Firman Allah:
وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا
تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ اللَّهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ
Dan jika
kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Qs. An-Nahl :18)
Secara
moral manusiawi, manusia mempunyai kewajiban kepada Allah sebagai khalayaknya,
yang telah memberi kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya.
Berdasarkan
hadist kewajiban manusia kepada Allah garis besarnya ada dua: 1) Mentauhidkan-Nya
yakni tidak memusyrikkan-Nya kepada sesuatu apapun, 2) Beribadat kepada-Nya. Orang
yang demikian ini mempunyai hak untuk tidak disiksa oleh Allah, bahkan akan
diberi pahala dengan pahala yang berlipat ganda, dengan sepuluh kali lipat
ganda yang tak terduga banyaknya oleh manusia.
Dalam
al-Qur’an kewajiban manusia ini diformulasikan dengan Iman dan Amal Saleh. Sebagaimana
tercantum didalam firman Allah:
إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَٰئِكَ هُمْ خَيْرُ
الْبَرِيَّةِجَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۖ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا
عَنْهُ ۚ ذَٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka
di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai;
mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang
takut kepada Tuhannya.(Qs Al
Bayinnah:7-8)
Beriman
dan beramal shaleh itu dalam istilah lain disebut takwa, yang diperintahkan Allah
kepada hambanya, sebagaimana firman Allah :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا
اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa
kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan
beragama Islam. (Qs Ali Imron:
102)
Dalam Al-Qur’an surat al Baqarah ayat 177, iman dan amal saleh, yang disebut takwa itu
diperinci lagi dengan firmannya:
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ
وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ
وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي
الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ
إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ
الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (Qs Al Baqarah 177)
Dalam ayat
ini tersebut diatas iman dan amal shaleh, yang disebut takwa dengan perincian:
1.
Iman kepada Allah
2.
Kepada akhirat
B.
Akhlak pribadi sebagai
anggota masyarakat
Pokok utama
kerasulan nabi Muhammad Saw. Adalah menyempurnakan akhlak yang mulia. Mencakup
semua bentuk sikap dan perbuatan yang terpuji dikalangan orang-orang (masyarakat)
yang bertaqwa. Disamping terpuji berdasarkan norma-norma yang ditetapkan Allah
SWT. Ayat yang digunakan
Dasar adalah
surat al-ahzab ayat 21 dengan demikian setiap muslim diwajibkan untuk
memelihara norma-norma (agama) di masyarakat terutama didalam pergaulan
sehari-hari baik keluarga rumah tangga, kerabat, tetangga, dan lingkungkan masyarakat.
Tolong menolong untuk
kebaikan dan takwa kepada Allah adalah perintah Allah, yang dapat ditarik hukum
wajib kepada setiap kaum muslimin dengan cara sesuai dengan keadaan obyek,
orang yang bersangkutan, Allah berfirman dalam Qur’an surat al-maidah ayat 2
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ
وَالتَّقْوَىٰ ۖ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan)
kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran.
Kewajiban tolong-menolong
bukan hanya dari segi moril, melainkan juga dalam segi materi, yang bersifat
kebutuhan pokok manusia yang bersifat dari (yang tidak boleh tidak) untuk
menjaga kelestarian hidup manusia.
Jangankan
nyawa manusia yang harus ditolong dan diselamatkan dalam ajaran islam, nyawa binatangpun harus ditolong dan
diselamatkan.
Kewajiban
muslim terhadap muslim lainnya yaitu ada 6 yaitu apabila engkau berjumpa maka
ucapkanlah salam kepadanya, apabila ia mengundang kau hendaklah kau
menepatinnya, apabila ia meminta nasihat kepada engkau maka nasihatilah,
apabila ia bersin kemudian mengucapkan hamdalah hendaklah engkau ucapkan
tasymith (yarhamukAllah) : apabila ia sakit hendaklah menjenguknya dan apabila
ia meninggal dunia hendaklah melayatnya dan mengantarkan ke pemakamannya.
(HR.Bukhori)
Dalam surat
at-taubah ayat 100
a.
Tata cara berbahasa
Setiap muslim dan semua
orang diperintahkan untuk selalu
berbahasa dengan Bahasa yang jelas dan baik, Bahasa yang mudah dimengerti oleh
lawan bicara, sesuai tingkat usia. Masyarakat, dan tingkat kedudukannnya.
Didalam islam menunjukkan bahwa “Bahasa menunjukkan takwa”.
Umat islam didalam pergaulan hidup masyarakat harus dapat
berbahasa dengan Bahasa yang sopan, Bahasa yang mudah dimengerti. Penggunaan
Bahasa bermacam-macam baik pada anak-anak, remaja, atau dewasa.
b.
Tata cara salam
Setiap masyarakat, agama
dan bangsa memiliki tata cara memberi salam, sebagaimana juga dengan islam ”salam”
telah menempati kedudukan sendiri dalam islam.
Sebagai landasan salam dalam firman Allah surat An-nur ayat
27:
“hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan
rumahmu sebelum meminta ijin dan memberi salam kepada penghuninnya.yang
demikian itu lebih baik bagimu agar kamu (selalu) ingat,
Salam adalah penganjuran
bagi orang yang hidup dimasyarakat atau rumah sendiri. Dan bila dilihat dari
jauh “salam” meningkatkan kepedulian social dan hadist rasulullah diriwayatkan
syekh hani dan imam muslim untuk menumbuhkan cinta dikalangan umat muslim
hendaknya mereka saling memberi salam. Perkataan salam dalam islam
jelas:Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
c.
Tata cara di majelis pertemuan
Pertama kali harus memberi
salam, kemudian baru duduk setelah di sediakan, jangan sekali-kali menggeser
tempat duduk milik orang lain, jangan menggunakan Bahasa yang dapat menyinggung
orang lain. ketikaingin meninggalkan minta izin terlebih dahulu dan bacalah doa
kafaratul majelis.
d.
Tata cara memberi ucapan selamat:
1.
Dalam rangka acara pernikahan
2.
Dalam rangka kelahiran seorang bayi kepada ibunnya
3.
Kembalinya seorang musafir
4.
Pulangnya seseorang dari jihad
5.
Sekembalinya dari haji
6.
Pada hari raya idul fitri dan idul adha
7.
Ketika seseorang mendapat kenikmatan tertentu seperti
kenaikan pangkat, mendapat hadiah apa saja yang membuat seseorang merasakan
kebahagiaan.
e.
Tata cara takziah
Takziah dilakukan jamaah
(masyarakat) dalam rangka meringankan beban lahir batin bagi keluarga yang
dapat musibah maka sikap dan tindakan tersebut dapat menentramkan hati mereka. Tata
cara takziah antara lain:
1.
Mengucapkan perkataan yang pernah diucapkan oleh nabi
Muhammad dan para sahabatnya
2.
Memberi makan keluarga yang terkena musibah
3.
Menunjukkan rasa bela sungkawa
4. Memberi nasihat yang baik-baik.
Baca juga artikel yang lain:
- Pengertian Bid'ah
- Konsep Manusia Menurut Aliran Humanisme dan Islam
- Konsep Manusia dalam Prespektif Aliran Psikoanalisa dan Behaviorisme
- Psikologi Perkembangan Pada Masa Anak-Anak
- Keterkaitan Ilmu Pengetahuan dan Agama
- Studi Al-Qur'an
- Studi Fikih (Hukum Islam)
- Urgensi Pengantar Studi Islam
- Etika Politik dan Nilai Pancasila Sebagai Sumber Politik
- Maqamat dan Ahwal dalam Tasawuf
- Akhlak Pribadi sebagai Makhluk dan Anggota Masyarakat
- Tipologi Tasawuf
- Akhlak Tasawuf
- Pendidikan Akhlak
- Thareqat di Indonesia
- Konsep Baik dan Buruk, Hak dan Kewajiban dalam Akhlak
- Ma’rifat dan Mahabbah dalam Tasawuf
- Nafsu dan Penyakit Hati
- Pengertian Tasawuf
- Akhlak Pribadi sebagai Makhluk, Diri Sendiri, Masyarakat, Keluarga