HOME

17 Maret, 2023

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN KARIER REMAJA Serta IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

 

A.  Pengertian Kemandirian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “kemandirian” berasal dari kata mandiri yang berarti keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain.

Menurut Basri (1995) kemandirian berasal dari kata "mandiri", yang dalam bahasa Jawa berarti berdiri sendiri. Basri (1995) menyatakan bahwa dalam arti psikologi, kemandirian mempunyai pengertian sebagai keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang berkepribadian diri kuat mempunyai beberapa ciri, yaitu:

1.      Mempunyai keinginan untuk berprestasi,

2.      Mempunyai keinginan untuk bebas dan mandiri,

3.      Mempunyai keinginan untuk berafiliasi,

Untuk mencapai kemandirian, harus ditanamkan sejak dini dalam diri anak agar anak mampu mengerjakan tugasnya dengan kemampuannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Kemandirian pada remaja lebih mengarah tindakan yang melibatkan hati dan pemikirannya (psikis).

 

B.  Karakteristik Perkembangan Kemandirian Anak

1.    Usia 1-2 tahun : anak mampu minum dari gelasnya sendiri tanpa tumpah, mulai makan sendiri dengan menggunakan sendok.

2.    Usia 2-3 tahun : memberitahu orang dewasa kala ingin buang air

3.    Usia 3-4 tahun : anak mampu ke kamar mandi sendiri

4.    Usia 5-7 tahun : anak mampu berpakaian sendiri, mengikat simpul tali sepatu

5.    Usia 8-10 tahun : anak sudah mampu membenahai peralatan pribadinya seperti menyiapkan buku sesuai jadwal pelajaran, mampu memenuhi kebutuhan sendiri seperti, memasak mie instan  saat orang orang tua tidak di rumah.

 

C.  Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian Peserta Didik

Menurut Lovinger (Sunaryo Kartadinata,1988), mengemukakan tingkatan kemandirian dan karakteristiknya, yaitu:

1.     tingkatan implusif dan melindungi diri. Tingkatan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a)  Peduli terhadap control dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.

b) Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistic.

c)  Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu ( stereotype).

2.     konformistik. ciri-cirinya adalah :

a)    Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan social

b)      Cenderung berfikir stereotype dan klise

c)      Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal

3.    tingkat sadar diri ciri-cirinya :

a)      Mampu berfikir alternative

b)      Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi

c)      Memikirkan cara hidup

d)     Penyesuaian terhadap situasi dan peranan

e)      Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah

4.     tingkat saksama (conscientious). Ciri-cirinya adalah:

a)      Bertindak atas dasar nilai-nilai internal

b)      Sadar akan tanggung jawab

c)      Mampu melakukan kritik dan penilaian diri

5.    tingkat individualistis. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

a)      Peningkatan kesadaran individualitas

b)      Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan keter-gantungan

c)      Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain

6.    tingkat mandiri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah :

a)      Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan

b)      Cenderung besikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain

c)      Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan social

 

D.  Tipe-tipe Perkembangan kemandirian Pada Anak dan Remaja

Kemandirian dapat dilihat dari beberapa aspek seperti yang dikemukakan oleh Havighurst (1972), yang menyatakan bahwa kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu:

1.      Aspek Intelektual, yang merujuk pada kemampuan berpikir, menalar, memahami beragam kondisi, situasi, dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah

2.      Aspek Sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya

3.      Aspek Emosi, menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya, dengan tidak tergantung secara emosi pada orang tua

4.         Aspek Ekonomi, menujukkan kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan tidak lagi tergantung pada orang tua.

Steinberg (1995) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy).

a.       Kemandirian Emosional

Kemandirian emosional dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengelola emosinya, seperti pemudaran ikatan emosional anak dengan orang tua.

b.      Kemandirian Behavioral

Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan tanpa ada campur tangan dari orang lain.

c.       Kemandirian Nilai

Kemandirian nilai (values autonomy) merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya..

 

 

E.  Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak

Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor kodrati dan faktor dari lingkungan (Masrun dkk., 1986).

1.      Faktor-faktor Kodrati

a.       Urutan Kelahiran

Pengaruh dari urutan kelahiran ini, sebenaraya lebih pada perbedaan perlakuan orang tua dan saudara yang diterima oleh masing-masing anak, demikian pula harapan-harapan yang diberikan terhadap mereka (Hurlock, 1999).

b.      Jenis Kelamin

Conger (Susilowati, 1988) menyatakan bahwa saat menginjak usia 4-5 tahun dan berlanjut hingga masa remaja, terdapat suatu pola yang menuntut anak wanita lebih berlaku merawat dan patuh, sedangkan anak laki-laki dituntut untuk lebih percaya diri dan lebih mengutamakan prestasi.

c.       Umur

Sutton (dalam Susilowati, 1988) menyebutkan bahwa dengan bertambahnya umur serta lewat proses belajar orang semakin tidak tergantung dan mampu secara mandiri menentukan hidupnya.

2.      Faktor-faktor dari Lingkungan

a.      Tingkat Demokratik Orang Tua

Blair dan Burton (Masrun dkk., 1986) menyatakan bahwa peran keluarga, terutama orang tua yang demokratik akan memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk bergabung dengan aktivitas sebayanya, tanpa kehilangan rasa aman dan teijamin di rumahnya.

b.      Kebudayaan

Lingkungan budaya seseorang berpengaruh terhadap tingkat kemandiriannya. Menurut Nuryoto (1992) lingkungan budaya diartikan sebagai lingkungan tempat hidup sehari-hari, dengan tradisi, kebiasaan, gaya hidup tertentu dan beragam untuk tiap daerah. Menurut Monks (Susilowati, 1988), lingkungan budaya ini selanjutnya akan memberikan pola-pola latihan kemandirian yang tertentu, yang akhirnya ikut berperan membentuk generasi berikutnya.

 

c.       Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah lingkungan pendidikan seseorang, baik di sekolah sebagai pendidikan formal, maupun di keluarga sebagai pendidikan non formal (Wahjuningsih, 1994). Faktor pendidikan ini mengandung pengertian bahwa penting sekali peran serta yang aktif dari guru dan orang tua dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai pada seseorang

d.      Pekerjaan

Flippo (Masrun dkk., 1986) menyatakan bahwa orang cenderung tidak mandiri bila dihadapkan pada situasi keija yang tidak sesuai dengan kebutuhan dirinya, maka ia cenderung akan mencari pekerjaan lain yang lebih ada kebebasan dan kemandirian.

F.     Pengertian Karier

Menurut Beaomont, Cooper, dan Stockhard yang dimaksud degan perkembangan karir adalah suatu proses perkembangan sepanjang hidup yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pekerjaan, pengalaman lainnya, dan yang mempengaruhi putusan-putusan setiap individu mengenai karir dan gaya hidup.

Pemilihan karir merupakan perpaduan antara faktor yang ada di dalam individu (internal) dan faktor dari luar (eksternal). faktor yang berada di dalam individu seperti kemampuan yang dimiliki individu dan bakat-bakat khusus yang akan memepengaruhi kepribadian individu berkembang. Sedangkan faktor yang bersifat eksternal yaitu aspek-aspek lingkungan sosial-ekonomi, seperti lingkungan masyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya, dan keadaan ekonomi, kesejahteraan, dan ketenagakerjaan serta seluruh kondisi yang mengharuskan individu untuk berinteraksi.

G.    Orientasi Karier Pada Anak dan Remaja

Oreintasi karier pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya kelak. Orientasi karir pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya kelak.

Karakteristik Fase Perkembangan Karir Anak dan Remaja Berdasarkan Usia Menurut Ginzberg, Axelrad dan Herman, perkembangan karir dibagi menjadi 3 tahap pokok yaitu:

1.      Tahap Fantasi : 0-11 tahun ( Masa Sekolah Dasar)

Pada tahap ini anak mulai berfantasi mengenai cita-citanya. Pada tahap ini anak menentukan karirnya tanpa pertimbangan yang rasional.

2.      Tahap Tentatif  : 12-18 tahun (Masa Sekolah Menengah)

Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain.

3.      Tahap Realistis : 19-25 tahun (Masa Perguruan Tinggi)

Pada usia perguruan tinggi (usia 18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap realistis, dimana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar.

 

H.    Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Karier Anak dan Remaja

a.       Faktor Internal

a)    Nilai-nilai kehidupan (Values), yaitu beberapa ideal yang dikejar seseorang dimana-mana dan kapan juga..

b)   Taraf intelegensi, yaitu kemampuan berfikir untuk mencapai prestasi-prestasi.

c)    Bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian.

d)   Minat, yaitu kecenderungan yang relatif menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan dengan bidang itu.

e)    Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti: periang, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, atau ceroboh.

f)    Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan diri sendiri secara akurat.

g)   Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan, ketajaman pengelihatan dan pendengaran, serta jenis kelamin.

b.      Faktor Eksternal

a)    Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana individu dibesarkan.

b)   Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, sertifikasi masyarakat, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau tertutup dari kelompok lain.

c)    Status ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa.

d)   Pengaruh dari seluruh anggota keluarga ini (genogram).

e)    Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu, dan kesesuaian jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau perempuan.

f)    Pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.

g)   Tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil didalamnya.

I.       Perkembangan Remaja Dalam Berkarir

Menurut Holland ada 6 tipe kepribadian yang perlu dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara aspek-aspek psikologis seseorang dengan karir mana yang akan dipilih, yaitu :

a.    Realistis. Orang yang memperlihatkan karakteristik maskulin. Mereka paling cocok bekerja pada situasi praktis sebagai buruh, petani, pengemudi bis, dan tukang bangunan.

b.    Intelektual. Orang-orang ini memiliki orientasi konseptual dan teoretis. Mereka lebih tepat menjadi pemikir daripada pekerja.

c.    Konvensional. Orang-orang ini memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap kegiatan yang tidak teratur dengan rapi. Mereka paling cocok menjadi bawahan, seperti sekretaris, teller bank, atau pekerjaan administratif lainnya.

d.   Menguasai (enterprising). Orang-orang ini menggunakan kata-katanya untuk memimpin orang lain, mendominasi orang lain, dan menjual berita tau produk. Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan, sales, politikus, atau manajemen.

e.    Artistik. Mereka adalah orang yang lebih suka berinteraksi dengan dunia mereka melalui ekspresi seni, menghindari situasi interpersonal serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini sebaiknya diarahkan ke karir seni atau penulisan.

 

 

 

J.         Implikasi Perkembangan Karier dalam  Pendidikan

 Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor faktor tersebut.

Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di sekolah maupun luar sekolah dalam bentuk klasikal, yaitu memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua remaja yang ada di dalam kelas, meskipun pada kenyataannya setiap individu berbeda

Usaha yang dapat dilakukan untuk membimbing minat dan kemampuan remaja untuk mencapai cita-citanya antara lain ;

a.       Bimbingan karir dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

b.      Memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan orientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungannya.

c.       Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kuriklum muatan lokal.

d.      Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN MORALITAS DAN KEAGAMAAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

 

A.  Pengertian Perkembangan dan Remaja

Perkembangan atau development, merupakan rangkaian yang bersifat progesif dan teratur dari fungsi jasmani dan rohani sebagai akibat pengaruh kerja sama antara kematangan dan pelajaran.

Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak, intelegensi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa puber.

B.  Konsep Dasar Pekembangan Moralitas

Perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan konvensi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain (Santrock, 1995). Moral adalah ajaran tentang baik buruk perbuatan atau kelakuan, akhlak, dan sebagainya. Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Menurut Lynn W. Swaner, perilaku moral memiliki empat komponen, yaitu:

a.     Kepekaan moral

b.    Moral

c.     Motivasi moral

d.    Karakter Moral

C.  Karakteristik moral remaja

Menurut Michael, perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja adalah sebagai berikut:

1.      Pandangan moral individu semakin lama menjadi lebih abstrak.

2.      Keyakinan moral lebih terpusat pada apa yang benar dan kurang serta apa yang salah.

3.      Penilaian moral menjadi semakin kognitif. Hal ini mendorong remaja lebih berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya.

 

D.  Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moralitas Remaja

1.      Hubungan harmonis dalam keluarga, yang merupakan tempat penerapan pertama sebagai individu.

2.      Masyarakat, tingkah laku manusia bisa terkendali oleh kontrol dari yang mempunyai sanksi-sanksi untuk pelanggarnya.

3.      Lingkungan sosial, lingkungan sosial terutama lingkungan sosial terdekat yang bisa sebagai pendidik dan pembina untuk memberi pengaruh dan membentuk tingkah laku yang sesuai.

4.      Perkembangan nalar, semakin tinggi penalaran seseorang, maka semakin tinggi pula moralseseorang.

5.      Peranan media massa dan perkembangan teknologi modern.

E.  Implementasi Perkembangan Moralitas Remaja

a.    Adapun implementasi dari perkembangan moral pada remaja,yaitu :

a)    Dalam bergaul, remaja sudah mulai selektif dalam memilih teman;

b)   Remaja sudah peka terhadap permasalahan yang terjadi di sekitarnya dan sudah mulai mencari solusi terhadap permasalahan tersebut;

c)    Sudah mulai mencoba untuk membahagiakan orang lain

d)   Timbul rasa kepedulian jika melihat hal-hal yang menyentuh hati

e)    Remaja sudah mulai membentuk kepribadiannya yang sesuai dengan nilai-nilai yang diyakininya.

b.    Implikasinya dalam Pendidikan

Saat pergaulan anak tersebut semakin luas pada usia remaja, dia akan mengenal lebih banyak nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya. Upaya membantu remaja menemukan identitas diri:

a)      Berilah informasi tentang pilihan-pilihan karier dan peran-peran orang dewasa

b)      Membantu siswa menemukan sumber-sumber untuk memecahkan masalah pribadinya (melalui guru konseling)

c)      Bersikap toleran terhadap tingkah laku remaja yang dipandang aneh. Caranya: mendiskusikan tentang tatakrama dalam berpakaian

d)     Memberi umpan balik yang realistis tentang dirinya.

e)      Caranya: berdiskusi dengan siswa, member contoh orang lain yang sukses dalam hidup.

F.     Perkembangan Keagamaan Remaja

a.    Hakikat Perkembangan Keagamaan Remaja

Agama merupakan usaha untuk menciptakan sejumlah tata aturan dan upacara. Kondisi psikologis remaja ternyata mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam kehidupan beragama mereka. Sikap kritis remaja juga tampak dalam kehidupan beragama. Mereka tidak lagi menerima begitu saja ajaran-ajaran agama yang diberikan oleh orangtuanya. bahwa manusia pertama adalah Adam.

b.    Perkembangan Agama Pada Masa Remaja

Perkembangan keagamaan remaja tergantung

bagaimana dan apa yang diperolehnya sejak masa

anak-anak. Umumnya, apabila pendidikan agama

yang diberikan kuat maka perkembangan

keagamaan remaja akan menjadi positif dan boleh

jadi semakin kuat. Begitu pula sebaliknya, apabila

terdapat banyak kerancuan pemahaman terhadap

keagamaan, maka perkembangan keagamaan

remaja tersebut akan terganggu.

Ada dua ciri yang secara jelas membuat pengalaman

religius kaum remaja berbeda dengan pengalaman

religious

anak, yaitu :

a)      Perkembangan kognitif

Perkembangan kognitif memungkinkan remaja untuk meningkatkan agama masa anak yang diperoleh pada lingkungannya, dan untuk memikirkan konsep-konsep serta bergerak menuju iman yang sifatnya sungguh-sungguh personal (pribadi).

b)      Identitas

Menurut Erikson dalamperkembangan psikososial,harus menekankan sifat krisis pergulatan remaja untuk menemukan identitas dan mengutarakan kebutuhan untuk menyelesaikan perjuangan itu dengan mendapatkan rasa cukup alias harga diri,peran untuk berhubungan dengan orang lain,ideologi, dann kesetiaan. Ahli umum (Zakiah, Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan keagamaan itu dibagi dalam dua tahapan yang secara kualitatif menunjukan karakteristik yang berbeda.

Ahli umum (Zakiah, Daradjat, Starbuch, William James) sependapat bahwa pada garis besarnya perkembangan keagamaan itu dibagi dalam dua tahapan yang secara kualitatif menunjukan karakteristik yang berbeda.

a.     Masa Remaja Awal

a)      Sikap negatif disebabkan alam pikirannya yang kritis melihat kenyataan orang-orang yang beragama secara hipokrit.

b)      Pandangan dalam ke-Tuhanannya menjadi kacau karena ia banyak membaca atau mendengar berbagai konsep dan pemikiran yang tidak cocok.

c)      Penghayatan rohaniahnya cenderung skeptis, sehingga banyak yang enggan melakukan berbagai kegiatan ritual.

b.    Masa Remaja Akhir

a)      Sikap kembali pada umumnya kearah positif dengan tercapainya kedewasaan intelektual.

b)      Pandangan dalam hal ke-Tuhanan dipahamkan dalam hal konteks agama yang dianutnya.

c)      Penghayatan rohaniahnya kembali tenang.

c.     Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan keagamaan remaja, yaitu :

a)      Ajaran agama yang mereka terima

b)      Cara penerapan ajaran agama

c)      Keadaan lembaga-lembaga keagamaan

d)     Para pemuka agama

d.    Implikassi dalam Pendidikan

Saat pergaulan anak tersebut semakin luas pada usia remaja, dia akan mengenal lebih banyak nilai-nilai kehidupan melalui kejadian-kejadian di sekitarnya. Peran sekolah yaitu untuk mengembangkan kepribadian serta menentukan kepribadian baik dalam cara berpikir,  bersikap, maupun cara berperilaku.

 BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KOGNITIF DAN BAHASA MASA REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

 1.      Pengertian Perkembangan Kognitif dan Masa Remaja

Santrock (2007:52) menyatakan bahwa teori Piaget berpendapat anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melewati 4 tahap perkembangan kognitif. Tahap pertama, sensori motor pada usia (lahir - 2 tahun) yang terjadi bayi membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensorik dengan tindakan fisik.

Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999) secara psikologis masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat. Lazimnya masa remaja dimulai pada saat anak matang secara seksual dan berakhir sampai ia matang secara hukum.

2.      Tahap Perkembangan Kognitif

            Teori Piaget berpendapat anak-anak secara aktif membangun pemahaman mereka mengenai dunia dan melewati 4 tahap perkembangan kognitif. Yaitu :

1.      sensori motor pada usia (lahir - 2 tahun) yang terjadi bayi membangun pemahaman mengenai dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensorik dengan tindakan fisik.

2.      praoperasional( 2-7 tahun) anak mulai menjelaskan dunia dengan kata-kata dan gambar.

3.      operasional konkret( 7-11 tahun) anak saat ini dapat bernalar secara logis mengenai peristiwa-peristiwa kongkret dan mengklasifikasikan obyek-obyek kedalam bentuk-bentuk yang berbeda.

4.       operasional formal (11-dewasa) remaja bernalar secara lebih abstrak, idealis dan logis.

 

 

3.      Karakteristik Perkembangan Kognitif Masa Remaja

Unsur-unsur yang mengembangkan pemikiran seorang remaja ialah:

a.       Latihan dan pengalaman. Yang artinya latihan berpikir, merumuskan masalah dan memecahkannya, serta mengambil kesimpulan akan membantu seseorang untuk mengembangkan pemikirannya ataupun intelegensinya. Nantinya proses pemecahan masalah itu yang kemudian akan menjadi pengalaman.

b.      Perkembangan pemikiran atau mekanisme internal (ekuilibrium) sebagai self-regulasi yang mengatur diri seseorang jika berhadapan dengan rangsangan atau tantangan dari luar.

4.      Karakteristik Pemikiran Remaja Berupa :

a.       Perkembangan kognisi sosial : remaja mengembangkan suatu egosentrisme khusus, remaja yakin bahwa orangtua memperhatikan dirinya sebagaimana halnya dengan dirinya sendiri.

b.      Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorangpun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya.

5.      Perkembangan Bahasa Remaja

Perkembangan bahasa dipengaruhi oleh lingkungan, karena bahasa pada dasarnya merupakan hasil belajar dari lingkungan. Jadi perkembangan bahasa adalah meningkatnya kemampuan penguasaan alat berkomunikasi, baik alat komunikasi dengan cara lisan, tertulis, maupun menggunakan tanda-tanda dan isyarat, mampu menguasai alat komunkasi disini diartikan sebagai upaya seseorang untuk dapat memahami dan dipahami orang lain. Proses perkembangan bahasa dapat dapat dijelaskan melalui dua pendekatan, yaitu:

a.     navistik atau organismic innatences hypothesis

b.    Empiristik atau behaviorist hypothesis

6.      Karakteristik Bahasa Remaja

Bahasa remaja adalah bahasa yang telah berkembang dari lingkungan, dan dengan demikian bahasa remaja terbentuk dari kondisi lingkungan. Permulaan perkembangan bahasa dimulai pada tahap pralinguistik sampai dewasa.Khusus pada masa remaja, memiliki bahasa yang relatif berbeda dengan tahap-tahap sebelumnya atau masa usia lanjut. Bahasa yang digunakan oleh remaja, kadang-kadang menyimpang dari norma-norma umum, seperti munculnya istilah-istilah khusus,bahasa gaul di kalangan remaja.

7.      Implikasi dalam Pendidikan

Sekolah merupakan rumah kedua bagi peserta didik. Rumah kedua yang artinya untuk menempuh pendidikan. Pendidikan juga sebagai kontrol dari seorang remaja untuk belajar memahami orang lain, mengandalikan emosi, memahami dirinya sendiri dan menemukan teman sebayanya untuk selanjutnya dapat terciptanya interaksi sosial yang menambah pengalaman dan ilmu pengertahuan.

Bahasa mendorong anak atau remaja untuk berani mengomunikasikan pikiran – pikiranya. Cara demikian akan sangat membantu perkembangan bahasa remaja karena mereka leluasa dan tidak dihantui oleh kecemasan dan ketakutan untuk mengomunikasikan apa saja yang dipikirkanya Menghadapi hal ini guru harus mengembangkan strategi belajar-mengajar bidang bahasa dengan memfokuskan pada potensi dan kemampuan remaja.

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...