HOME

24 Februari, 2021

I’RAB (اَلإِعْرَابُ)

 

I’RAB

 (اَلإِعْرَابُ)

A.      I’rob (اَلإِعْرَابُ)

I’rob adalah perubahan akhir kata-kata karena masuknya ‘amil atau penyebab yang memasuki kepada kata-kata tersebut, baik berubah secara jelas (lafdzi) atau diperkirakan (taqdiri). Maksud perubahan akhir kata adalah berubahanya huruf akhir pada setiap kata dikarenakan ada ‘amil yang memasukinya. Perubahan tersebut bisa berupa dibaca: (1) rafa’ (dhomah); (2) nashab (fathah); (3) jar (kasrah); dan (4) Jazm (sukun). Sedangkan apa yang dimaksud ‘amil adalah sesuatu yang dapat menyebabkan perubahan. Suatu penyebab kata yang terkena ‘amil harus dibaca rafa’ (dhomah), Nashab (fathah), jar (kasrah), dan Jazm (sukun). Contoh;

الْمَسْجِدُ – الْمَسْجِدَ – الْمَسْجِدِ

Lafadz al masjid diatas bisa dibaca beberapa macam (al masjidu, al masjida, dan al masjidi) tergantung ‘amil yang mempengaruhi ketika di dalam kalimat. Perhatikan perubahan kalimat-kalimat di bawah ini;

الْمَسْجِدُ كَبِيْرٌ (Masjid itu besar)

بَنَى يُوْنُس الْمَسْجِدَ (Yunus telah membangun masjid)

يُوْنُسُ فِى الْمَسْجِدِ (Yunus didalam masjid)

Kata yang pertama dibaca rafa’ karena sebagai mubtadak (predikat) tandanya dhomah. Kata yang kedua dibaca nashab karena sebagai maf’ul bih (objek) tandanya fathah. Sedangkan kata yang ketiga dibaca jar karena sebagai majrur karena ada huruf jar (fi) sebelumnya, tandanya kasroh di akhir kata.

Sedangkan bagaimana pengertian i’rab (perubahan akhir kata) secara Lafdzi (jelas) dan diperkirakan. Ketiga contoh di atas merupakan i’rab (perubahan akhir kata) secara Lafdzi (jelas). Untuk perubahan secara diperkirakan lihat contoh sebagai berikut;

دَفْتَرِى رَقِيْقٌ (Bukuku tipis)

اسْتَعَارَ أَحْمَدُ دَفْتَرِى (Ahmad meminjam bukuku)

صُوْرَةُ دَفْتَرِى مَنَاظِر (Gambar bukuku pemandangan)

Ketika melihat ketiga contoh di atas, kata daftari cara membacanya hanya satu daftari, tanpa ada harakat huruf akhirnya. Maka cara menentukan hukum i’rab-nya dengan dikira-kira tergantung dia menjadi fa’il (subjek), fi’il (predikat), maf’ul (objek), majrur, mubtadak, atau khobar. Jadi, kata yang pertama dibaca rafa’, kata yang kedua dibaca nashab, dan kata yang ke tiga dibaca jar.

Ø Macam-Macam I’rob dan Tanda-Tandanya

 

Setelah mengetahui pengertian perubahan-perubahan akhir kata (i’rab), dibawah ini akan diuraikan macam-macam i’rab, dan tanda-tandanya. I’rob terdiri dari 4 macam i’rab rafa’ (رفع), Nashab (نصب), Jar (خفض/ جرّ), dan Jazm (جزم).

Untuk mempermudan dalam memahami dan menentukan i’rab perlu diketahui tanda-tandanya. Beberapa tanda, ada yang menjadi tanda utama dan pengganti. Dhommah () menjadi tanda utama i’rab rafa’, fathah () menjadi tanda utama i’rab nashab, kasroh () tanda utama i’rab jar dan sukun (ﹿ) tanda utama i’rab jazm. Adapun tanda i’rob yang pengganti yaitu wawu, alif, nun untuk i’rab rafa’. Kasroh, alif, ya, dan hadfu nun (membuang nun) untuk i’rab nashab. Ya, dan fathah untuk i’rob jar. Hadfu nun (membuang nun) dan hadfu harf al ‘ilah (membuang huruf ‘ilat) untuk tanda pengganti i’rab jazm.

Untuk lebih jelanya lihatlah penjelasan di bawah ini.

1.         Tanda-Tanda I’rab Rafa’ (عَلاَمَاتُ إِعْرَابِ الرَّفْعِ)

Organization Chart

I’rab Rafa’ memiliki empat tanda, setiap tanda memiliki tempat perubahan akhir kata masing-masing. Tanda yang pertama adalah dhommah, sedangkan dhommah menjadi tandanya i’rab rafa’ bertempat pada isim mufrad, jama’ takstir, jama’ muannast salim, dan fi’il mudhori’. Tanda kedua alif, tanda ini bertempat pada isim mutsanna. Tanda ketiga wawu, bertempat pada jama’ mudzakkar salim dan asmaul khamsah. Serta tanda yang terakhir tsubutun nun (tetapnya nun). Contoh;

إشْتَرَكَ سَالِمٌ  فِى اْلاِمْتِحَانِ اْلحُكُوْمِىِّ

Salim telah mengikuti Ujian Nasional

اْلاِسْمُ الْمُفْرَدَ

اْلضَّمَّة

1

اْلأَنْبِيَاءُ مُرْسَلُوْنَ بِسُبُلِ اْلحَقِّ

Para Nabi diutus dengan jalan kebenaran

جَمْعُ اْلتَكْسِيْر

اْلسَيَّارَاتُ تُوْفَقُ فِى مَوْقِفِ الْمَرْكُوْبَاتِ

Mobil-mobil berhenti di terminal kendaraan

جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ

نَرْكَبُ اْلحَافِلَةَ اِلَى اْلجَامِعَةِ

Kita naik bus ke kampus

اْلفِعْلُ الْمُضَارِعُ لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ[1]

جَمَعَ اْلشَّيْخَانِ اْلأَحَاديْثَ الصَّحِيْحَةَ

Kedua syekh itu telah mengumpulan hadis-hadis shahih

اْلاِسْمُ الْمُثَنَّى

اْلأَلِفُ

2

الْمُؤْمِنُوْنَ صَادِقُوْنَ فِى قَوْلِهِمْ

Orang-orang mukmin jujur dalam perkataan mereka

جَمْعُ الْمُذَكَّرِ اْلسَّالِمِ

اْلوَاوُ

3

يَبِيْعُ أَخُوْ هِشَامٍ جَوَّالَتَهُ

Saudara Hisyam menjual ponselnya

اْلأَسْمَاءُ اْلخَمْسَةُ[2]

تَرْسُمُوْنَ الْمَنَاظِرَ اْلجَمِيْلَةَ

Kalian akan melukis pemandangan yang indah

اْلأَفْعَالُ اْلخَمْسَةُ[3]

ثُبُوْتُ اْلنُّوْنِ

Tetapnya nun

4

تَرْكَبِيْنَ دَرَّاجَتَكِ اْلجَدِيْدَةَ فِى سَاحَة اْلبَيْتِ

Kamu menaiki sepedah baru di halaman rumah

2.         Tanda-Tanda I’rob Nashab (عَلاَمَاتُ إِعْرَابِ النَّصْبِ)

Organization Chart

I’rab Nashab memiliki lima tanda, setiap tanda memiliki tempat perubahan akhir kata masing-masing. Fathah menjadi tanda i’rab nashab yang pertama terdapat pada isim mufrad, jama’ taktsir, dan fi’il mudhorik. Tanda yang kedua kasroh terdapat pada jama’ muannas saalim. Tanda ketiga alif bertempat pada asmaul khamsah. Tanda keempat ya’ bertempat pada jama’ mudzakkar saalim, dan isim mutsanna. Sedangkan tanda yang terakhir adalah hadfu nun yang bertempat pada af’alul khamsah. Contoh;

يَأْخُذُ عَلِيٌّ تُفَّاحَةً عَلَى الْمَائِدَةِ

Ali sedang mengambil apel di atas meja

اْلاِسْمُ الْمُفْرَدَ

اْلفَتْحَةُ

1

تَشْتَرِى زَيْنَبُ الْمَعَاجِمَ فِى اْلقِرْطَاسِيَّةِ

Zainab membeli kamus di alat tulis-menulis

جَمْعُ اْلتَكْسِيْر

نُرِيْدُ أَنْ نَرْكَبَ الطَّائِرَةَ عِنْدَ رُجُوْعِنَا إِلَى اْلبَيْتِ

Kami ingin naik pesawat ketika kami kembali ke rumah

اْلفِعْلُ الْمُضَارِعُ الذي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ

حَفِظْنَا الْمُفْرَدَاتِ غَيْبًا كُلَّ يَوْمٍ

Kita telah menghafal kosa kata di luar kepala setiap hari

جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ

اْلكَسْرَةُ

2

يَنْصَحُ اَبُوْكَ حَمَاكَ فِى غُرْفَةِ اْلجُلُوْسِ

Ayahmu menasehati iparmu di ruang tamu

اْلأَسْمَاءُ اْلخَمْسَةُ[4]

الأَلِفُ

3

أَعْطَانَا اللَّهُ تَعَالَى اْلعَيْنَيْنِ وَاْلأُذُنَيْنِ

Allah telah memberi kita 2 mata dan 2 telinga

جَمْعُ الْمُذَكَّرِ اْلسَّالِمِ

اْليَاءُ

4

عَاقَبْتُ الْمُتَأَخِّرَيْنِ بِا اْلقِيَامِ

Saya telah menghukum 2 orang yang terlambat dengan berdiri

اْلاِسْمُ الْمُثَنَّى

تَقْدِرُوْنَ أَنْ تَصْنَعُوْا دُمْيَةً خَشَبِيَّةً

Kalian bisa membuat boneka kayu

اْلأَفْعَالُ اْلخَمْسَةُ

حَدْفُ اْلنُّوْنِ

Membuang nun

5

لَنْ تَتْرُكِى الصَّلَوَاتِ اْلخَمْسَ

Kamu tidak akan meninggalkan sholat lima waktu

3.         Tanda-Tanda I’rab Jar (عَلاَمَاتُ اِعْرَابِ الخَفْضِ/الجَرِّ)

Organization Chart

Tanda-tanda i’rab jar ada tiga yaitu kasrah, ya’, dan fathah. Kasrah menjadi tanda i’rab jar terdapat pada isim mufrad munsharif, jama’ taktsir munsharif, dan jamak muannas saalim. Tanda yang kedua ya’ terdapat pada isim mutsanna, jama’ mudzakkar saalim, dan asmaul khomsah. Sedangkan tanda yang terakhir adalah fathah hanya pada satu tempat yaitu isim ghoiru munsharif. Contoh;

تَكْتُبُ زَيْنَبُ أَجْوِبَةَ اْلاِمْتِحَانِ بِمِرْسَمٍ

Zainab akan menulis jawaban ujian dengan pensil

اْلاِسْمُ الْمُفْرَد الْمُنْصَرِفُ

اْلكَسْرَةُ

1

نَشْكُرُ اللّهَ تَعَالَى عَلَى كُلِّ نِعَمٍ عَلَيْنَا

Kita bersyukur kepada Allah atas segala nikmat yang diberikan kepada kita

جَمْعُ اْلتَكْسِيْر الْمُنْصَرِفُ

مَقْعَدُ اْلدَّرَّاجَاتِ جَدِيْدٌ

Kursi sepedah itu baru

جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ

نَمْشِى بِرِجْلَيْنِ كُلَّ يَوْمٍ

Kita berjalan kaki setiap hari

اْلاِسْمُ اْلْمُثَنَّى

اْليَاءُ

2

يَجِبُ عَلَى الْمُسْلِمِيْنَ أَنْ يَصُوْمُوْا رَمَضَانَ

Wajib bagi setiap orang-orang muslim puas ramadhan

جَمْعُ الْمُذَكَّرِ اْلسَّالِمِ

أَرْغَبُ فِى أَخِيْكَ لِأَنَّهُ سَخِيٌّ

Saya menginginkan saudamu karena dia dermawan

اْلأَسْمَاءُ اْلخَمْسَةُ[5]

فِى الْمَسْكَنِ عَشْرُ خَزَائِنَ

di rumah ada sepuluh lemari

اِسْمُ غَيْرُ مُنْصَرِفِ

اْلفَتْحَةُ

3

سَبَقَ لِى أَنْ أَسْكُنَ فِى مَعَاهِدَ

Saya sebelumya pernah tinggal di pesantren

4.         Tanda-Tanda I’rab Jazm (عَلاَمَاتُ اِعْرَابِ الجَزْمِ)

Organization Chart

I’rab yang terakhir adalah jazm yang mempunyai dua tanda yaitu sukun dan hadfu (membuang). Sukun menjadi tanda i’rab nashab bertempat pada fi’il mudhari’ shohihul akhir, dan tanda kedua hadfu bertempat pada hadfu ‘illat dan hadfu nun. Contoh;

لَا تَقْطِفْ زَهْرَةَ وَرْدَةٍ أَمَامَ بَيْتِ عَائِشَةَ

Jangan memetik bunga mawar di depan rumah Aisyah

اْلفِعْلُ الْمُضَارِعُ الصَّحِيْحُ الآخِرُ الّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ

اْلسُّكُوْنُ

1

لَمْ أَغْضَبْ عَلَيْكُمْ

Saya tidak marah dengan kalian

لاَ تَبْكِ مِرَارًا يَا أَخِى

Jangan menangis terus, saudaraku

اْلفِعْلُ الْمُضَارِعُ الْمُعْتَلُ الآخِرُ الّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ[6]

حَدْفُ اْلعِلَّةِ

Membuang huruf illat

2

لَمْ أَنْسَ هَذِهِ الْمَدِيْنَةَ

Saya tidak melupakan kota ini

لاَ تَكْسَلُوْا عِنْدَ اْلدِّرَاسَةِ

Jangan malas ketika belajar

اْلأَفْعَالُ اْلخَمْسَةُ

حَدْفُ اْلنُّوْنِ

Membuang nun

يَا اَحْمَدُ وَيُوْنُسُ لِمَاذَا لَمْ تَحْضُرَا بِااْلأَمْسِ؟

Ahmad dan Yunus, mengapa kamu tidak datang kemaren

Penjelasan diatas dapat dipahami, bahwasanya perubahan (i’rab) akhir kata bisa dengan harakat dan huruf. Bila disimpulkan tanda-tanda i’rab dan tempatnya sebagai berikut.

جزم

خفض/جرّ

نصب

رفع

محل الشاهد

*

اْلاِسْمُ الْمُفْرَدَ

*

جَمْعُ اْلتَكْسِيْر

*

جَمْعُ الْمُؤَنَّثِ السَّالِمِ

*

اْلاِسْمُ الْمُنْصَرِفُ

ﹿ

*

اْلفِعْلُ الْمُضَارِعُ الذي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ

حدف علة

*

اْلفِعْلُ الْمُضَارِعُ المُعْتَلُ الآخِرُ الّذِي لَمْ يَتَّصِلْ بِآخِرِهِ شَيْىءٌ

*

ى

ى

و

جَمْعُ الْمُذَكَّرِ اْلسَّالِمِ

*

ي

ي

ا

اْلاِسْمُ الْمُثَنَّى

*

ي

ا

و

اْلأَسْمَاءُ اْلخَمْسَةُ

حدف النون

*

حدف النون

ثبوت النون

اْلأَفْعَالُ اْلخَمْسَةُ

Serta dapat dipahami bahwa i’rab (perubahan akhir kata) rafa’, nashab, dan jar terdapat pada kalimah isim (kata benda). I’rab (perubahan akhir kata) rafa’, nashab, dan jazm terdapat pada kalimah fi’il (kata benda). Sedangkan kalimah huruf tidak mengalami perubahan akhir kata atau mabni.


    Baca juga tenteng artikel yang terkait:



[1] Fi’il Mudhori’ yang belum dikenai dengan dhamir tatsniyah (الألف), atau dhamir jama’  الواو)), atau dhamir muannats mukhatabah (الياء) atau disebut fi’il mudhori’ shohihul akhir, mengikut wazan-wazan berikut: هُوَ (يَفْعَلُ)، هِيَ (تَفْعَلُ)، أَنْتَ (تَفْعَلُ)، أَنَا (أَفْعَلُ)، نَحْنُ (نَفْعَلُ)

[2] Asma’ul Khamsah artinya Isim yang lima, isim tersebut diantaranya أَبُوْ، أَخُوْ، حَمُوْ، فُوْ، ذُوْ

[3] Af’alul Khamsah artinya fi’il yang lima atau lima fi’il mudhari’ yang disambung dengan dhamir tatsniyah (alif tatsniyah), atau dhamir jama’ muzakar salim (wawu jama’), atau dhamir muannats mukhatabah (nun jama’ niswah) mengikut wazan-wazan berikut:هُمَا (يَفْعَلَانِ)، اَنْتُمَا (تَفْعَلاَنِ)، هُمْ (يَفْعَلُوْنَ)، اَنْتُمْ (تَفْعَلُوْنَ)، اَنْتِ (تَفْعَلِيْنَ)

[4] Asma’ul Khamsah artinya Isim yang lima, isim tersebut diantaranya أَبَا، أَخَا، حَمَا، فَا، ذَا

[5] Asma’ul Khamsah artinya Isim yang lima, isim tersebut diantaranya أَبِيْ، أَخِيْ، حَمِيْ، فِيْ، ذِيْ

[6] Fi’il Mudhari’ Mu’tal Akhir adalah fi’il yang huruf akhirnya berupa huruf illat (alif, wawu, dan ya’).

BERMIMPILAH... BERCITA-CITALAH

BERMIMPILAH.....

Telingga kita pasti sudah tida asing lagi dengan kata mimpi. Namun, pasti membuat kita bertanya-tanya. Ada apa dengan dengan mimpi?. Mengapa harus bermimpi?. Kapan kita harus bermimpi?. Apakah kita harus tidur dulu untuk bermimpi?. Bukan bermimpi adalah bunganya tidur. Janganlah menganggap remeh mimipi. Banyak orang-orang sukses, besar disekitar kita lahir dari sebuah impian. Orang punya mimpi, bagaikan orang tua yang punya tongkat, yang selalu menjadi penuntun, pembantu saat sedang kala dia terseok-seok jalannya.

Hiduplah dengan sebagai seorang yang punya mimpi, karena ibarat jalan yang sudah diterangi. Bersungguh-sungguhlah dalam mengejar impian. Kejarlah impianmu setinggi bintang dan jangan pernah puas apa yang ada di atas bintang, karena diatas bintang masih banyak bintang-bintang yang lain, masih banyak benda-benda langit yang lebih indah, besar, dan mengagumkan. “apabila seseorang mati, matinya belum pernah berjihat dan bercita-bercita, termasuk salah satu  ciri matinya orang yang munafik”.

BERHITUNGLAH…..

Hidup didunia adalah pinjaman dari sang khalik, kalau kita menggunakn waktu sebaik mungkin. Maka bisa dibilang kita terlalu meremehkan waktu. Bahwa ada pepatah jawa mengatakan ”urip kuwi ibarat wong mampir ngombe”.

“Kenyataan sekarang adalah mimpimu hari kemaren, mimpimu sekarang adalah kenyataan esok hari”

Baca artikel yang terkait :

 

 

Umar Bin Khattab


Uamar bin Khattab adalah khalifah kedua umat Islam, dia adalah seorang yang penuh tawaddu’, adil, tidak gentar, dan berani serta mempunyai peran yang besar terhadap perkembangan umat Islam. Dialah pencetus kalender Hijriyah, berkat perjuanganya kedaulatan islam menjadi luas sampai ke negara Jazirah Arab, Syam, Mesir, Irak, Palestina, Syiria.

Setiap malam Umar selalu berjalan-jalan untuk melihat atau mengetahui kabar dan keadaan umatnya.

Pada suatu malam dia berjalan di jalanan kota madinah, Dari  jarak yang jauh dia meliah sebuah api, kemudian Umar mendekatkan langkahnya pada api tersebut, maka dia melihat seorang perempuan yang di depanya terdapat sebuah panci di atas api, dan di sekitarnya anak-anaknya sedang menangis.

Umar berhenti dan memperhatikannya, kemudian meneemui dan bertanya kepada wanita tersebut:

Umar : Apa yang sedang kamu masak?

Wanita itu menjawab : Saya tidak apa-apa.

Umar heran dan bertanya lagi : dan apa yang ada di dalam panci?

Wanita itu menjawab : Tidak ada apa-apa didalamnya ataupun makanan.

Wanita tersebut terus-menerus menyalakan api, anaknya mengira bahwa ibunya sedang memasak makanan, maka anaknya berhenti menangis selama api masih menyala di bawah panci.

Umar sedih dan kembalilah dia ke baitul mal dari sana dia mengambil makanan dan kembali lagi kepada perempuan tadi untuk menyerahkan makanan kepada anak-anak, ketika umar memberikan makanan, anak-anak tersenyum dan sangat senang. Kemudian pergilah umar dari mereka.

Pada cerita tersebut adalah gamabaran kecil kebiasaan atau kepemimpinan Umar yang dapat kita gunakan sebagai pelajaran sepanjang zaman baik dari segi keadilan dan kebaikanya.


Baca juga Artikel yang terkait:

Materi Khutbah Jum'at Tentang Mengubah Misi Hidup dari Main-main Menjadi Bukan Main

Mengubah Misi Hidup dari Main-main Menjadi Bukan Main

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً

يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِوَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

أَمَّا بَعْدُ؛

فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ

Jamaah Jumat rahimakumullah

Marilah senantiasa kita panjatkan syukur kita kepada Allah atas setiap nikmat yang dikaruniakan kepada kita. Syukur secara lisan dengan mengucapkan alhamdulillah dan menyebut-nyebut bahwa nikmat tersebut dari Allah, maupun secara amal. Caranya dengan menggunakan seluruh karunia Allah untuk kebaikan dan menjalankan syariatnya sebaik-baiknya. Bukan untuk melanggar larangan-Nya. Itulah hakikat syukur yang sempurna.

Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi agung Muhammad SAW, juga kepada keluarga, para shahabat dan orang-orang yang senantiasa mengikuti sunah beliau. Kita mengucapkan shalawat dan salam atas beliau, bukan karena beliau membutuhkan doa keselamatan dari kita dan agar beliau selamat dan sejahtera, tapi doa kesejahteraan dan keselamatan dalam shalawat itu akan kembali kepada kita. Rasulullah bersabda, “ Barangsiapa membaca shalawat untukku satu kali, Allah akan memberikan shalawat (kesejahteraan dan keselamatan) untuknya 10 kali.” (HR. Muslim).

Selanjutnya, marilah kita tingkatkan ketakwaan dan ketaatan kita kepada Allah Ta’ala. Karena takwa adalah nilai yang akan menentukan kedudukan kita di sisi Allah. Takwa bukan sekadar takut, tapi kekuatan, kesemangatan dan keikhlasan dalam menjalankan perintah-perintah-nya dan menjauhi larangan-Nya.

 

Jamaah Jumat rahimakumullah

Ada sebuah kisah yang menggugah jiwa dari kelalaian, dari seoang ahli ibadah terkenal bernama Ibrahim bin Adham. Ibrahim bin Adham termasuk keturunan orang terpandang. Ayahnya dikenal kaya, memiliki banyak pembantu, kendaraan dan kemewahan. Ia terbiasa menghabiskan waktunya untuk menghibur diri dan bersenang-senang. Hidup penuh kesenangan hingga lupa sebuah hakikat “untuk apa sebenarnya diciptakan”?

Ketika ia sedang berburu, tak sengaja beliau mendengar suara lantunan firman Allah Ta’ala,

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاًوَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاتُرْجَعُونَ

“Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami. “(QS. al-Mukminun: 115)

Serasa disambar petir. Ayat itu betul-betul menyentak beliau. Menggugah kesadaran, betapa selama ini telah bermain-main dalam menjalani hidup. Padahal hidup adalah pertaruhan, yang kelak akan dibayar dengan kesengsaraan tak terperi, atau kebahagiaan tak tertandingi. Yakni saat di mana manusia dikembalikan kepada Allah untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah diperbuat. Sejak itulah beliau tersadar, dan itulah awal beliau meniti hidup secara semestinya, hingga saksi sejarah mencatat beliau sebagai ahli ibadah dan ahli ilmu yang ‘bukan main’.

Jamaah Jumat rahimakumullah

Rasa-rasanya, ayat ini seperti belum pernah diperdengarkan di zaman kita ini. Meski tidak terungkap kata, tetapirealitamemberi buktinya; banyak manusia yang menganggap dan menjadikan hidup ini tak lebih dari  iseng dan main-main. Berpindah dari satu hiburan ke hiburan lain, dari satu kesenangan menuju kesenangan lain, seakan hanya untuk itulah mereka diciptakan.

Ayat ini menjadi peringatan telak bagi siapapun yang tidak serius menjalani misi hidup yang sesungguhnya. Kata ‘afahasibtum’, ( maka apakah kamu mengira), ini berupa istifham inkari, kata tanya yang dimaksudkan sebagai sanggahan. Yakni, sangkaan kalian, bahwa Kami menciptakan kalian hanya untuk iseng, main-main atau kebetulan itu sama sekali tidak benar. Dan persangkaan kalian, bahwa kalian tidak akan dikembalikan kepada Kami, adalah keliru.

Allah tidak akan membiarkan manusia melenggang begitu saja, bebas berbuat, menghabiskan jatah umur, lalu mati dan tidak kembali,

 

”Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung jawaban)?” (QS. Al-Qiyamah: 36)

 

Persangkaan yang keliru itu, membuat manusia liar dalam menjalani hidup. Berjalan tanpa panduan arah yang jelas, terseok dan tertatih di belantara kesesatan.

Hanya ada tiga ’guide’ (penunjuk) yang mungkin akan mereka percaya untuk memandu jalan. Pertama adalah hawa nafsu. Dia berbuat dan berjalan sesuai petunjuk nafsu. Apa yang diingini nafsu, itulah yang dilakukan. Kemana arah nafsu, kesitu pula dia akan berjalan. Padahal, nafsu cenderung berjalan miring dan bengkok, betapa besar potensi ia terjungkal ke jurang kesesatan.

Pemandu jalan kedua adalah setan. Ketika seseorang tidak secara aktif mencari petunjuk sang Pencipta sebagai rambu-rambu jalan, maka setan menawarkan peta perjalanan. Ia pun dengan mudah menurut tanpa ada keraguan. Karena sekali lagi, dia tidak punya ’kompas’ yang bisa dipertanggungjawabkan dalam menentukan arah perjalanan. Sementara, peta yang disodorkan setan itu menggiring mereka menuju neraka yang menyala-nyala,

 

”Sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni naar yang menyala-nyala.” (QS. Fathir: 6)

Rambu-rambu ketiga adalah tradisi orang kebanyakan. Yang ia tahu, kebenaran itu adalah apa yang dilakukan banyak orang. Itulah kiblat dan barometer setiap tingkah laku dan perbuatan. Padahal,

 

1.

 

” Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang dimuka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan-Nya.” (QS. al-An’am: 116)

Jamaah Jumat rahimakumullah

Allah menciptakan manusia untuk tugas yang sangat agung; agar mereka beribadah kepada-Nya. Untuk misi itu, masing-masing diberi tenggat waktu yang sangat terbatas di dunia. Kelak, mereka akan mempertanggungjawabkan segala perilakunya di dunia, adakah mereka gunakan kesempatan sesuai dengan misi yang diemban? Ataukah sebaliknya; lembar catatan amal dipenuhi dengan aktivitas yang sama sekali tidak berhubungan dengan apa yang diperintahkan.

Di hari di mana mereka dinilai atas kinerja mereka di dunia, tak ada satu episode pun dari kehidupan manusia yang tersembunyi dari Allah. Bahkan semua tercatat dengan detil dan rinci, hingga manusiapun terperanjat dan keheranan, bagaimana ada catatan yang sedetil itu, mereka berkata,

 

2.

 

”Aduhai celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya; dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis).” (QS. al-Kahfi: 49)

Sebelum peluang terlewatkan, hendaknya kita bangun motivasi, untuk menjadikan hidup lebih berarti. Mudah-mudahan, fragmen singkat di bawah ini membantu kita untuk membangkitkan semangat itu.

Suatu kali Fudhail bin Iyadh bertanya kepada seseorang, “Berapakah umur Anda sekarang ini?” Orang itu menjawab, “60 tahun.” Fudhail berkata, “Kalau begitu, selama 60 tahun itu Anda telah berjalan menuju perjumpaan dengan Allah, dan tak lama lagi perjalanan Anda akan sampai.”

“Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un,” tukas orang itu.

Fudhail kembali bertanya, ”Tahukah Anda, apa makna kata-kata yang Anda ucapkan tadi? Barangsiapa yang mengetahui bahwa dirinya adalah milik Allah, dan kepada-Nya pula akan kembali, maka hendaknya dia menyadari, bahwa dirinya kelak akan menghadap kepada-Nya. Dan barangsiapa menyadari dirinya akan menghadap Allah, hendaknya dia juga tahu bahwa pasti dia akan ditanya. Dimintai pertanggungjawaban atas tindakan yang telah dilakukannya. Maka barangsiapa mengetahui dirinya akan ditanya, hendaknya dia menyiapkan jawaban.”

Orang itu bertanya, ”Lalu, apa yang harus aku lakukan sekarang? Sedangkan kesempatan telah terlewat?”

Fudhail menjawab, ”Hendaknya Anda berusaha memperbagus amal di umur yang masih tersisa, sekaligus memohon ampunan kepada Allah atas kesalahan di masa lampau.”

Jamaah Jumat rahimakumullah

Demikianlah. Hidup ini bukanlah kehidupan yang sia-sia, hanya main-main dan kebetulan belaka. Ada hari pembalasan, ada masa pertanggungjawaban. Yang menyia-nyiakan kehidupan, bencanalah yang ia dapatkan. Tapi yang mempersiapkan dan menggunakan untuk kebaikan, dialah yang berhak mendapat keberuntungan. Kita berdoa, semoga kita mampu mengubah hidup kita, dari main-main, menjadi bukan main. Amien.

 

وَالْعَصْرِ {1} إِنَّ الإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ {2} إِلاّ َالَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ }

 

 

 

 

 

 

 

Khutbah Kedua

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ الْكَرِيْمِ الْمَنَّانِ الرَّحِيْمِ الرَّحْمَنِ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَمْدًا يَدُوْمُ عَلَى الدَّوَامِ، وَأَشْكُرُهُ عَلَى الْخَيْرِ وَاْلإِنْعَامِ، وَأَتُوْبُ إِلَيْهِ مِنَ الذُّنُوْبِ.أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ

اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مَحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مَتُلاَزِمَيْنَ عَلَى مَمَرِّ اللَّيَالِيْ وَالزَّمَانِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

إِنَّ الله َوَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَىالنَّبِيِّ يَآأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ  وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِوَمَنْ تَبِعَهُ بِإحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ  مُجِيْبُ  الدّعَوَاتِ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

اَللَّهُمَّ لاَتُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ

اَللَّهُمَّ اغْفِر لَناَ وَلِوَالِديْناَ وَلِلمُؤمِنِينَ يَومَ يَقُومُ الحِسَابُ

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّبُ الرَّحِيْمِ

 رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ

عِبَادَ الله،إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُاللهِ أَكْبَرُ

Baca juga Artikel yang terkait:


Materi Akidah Akhlak Kelas VII Semester Genap BAB II : Iman Kepada Para Malaikat

  Materi Akidah Akhlak Kelas VII Semester Genap BAB II : Iman Kepada Para Malaikat dan Makhluk Ghaib PEMBAHASAN 1.        Malaikat Pengertia...