HOME

31 Maret, 2022

Kemunduran Kerajaan Utsmani Dan Ekspansi Barat Ke Timur Tengah

 

1.      Faktor kemunduran kerajaan Uthmani.[1]

Disebutkan bahwa yang menjadi pangkal penyebab runtuhnya pemerintahan Uthmani adalah karna semakin jauhnya pemerintahan Uthmani dari pemberlakuan Shariat Allah, yang menyebebkan kesempitan dan kesengsaraan Umat, baik dalam aspek agama, sosial, politik dan ekonomi. Jauhnya para sultan di akhir-akhir pemerintahan Uthmani dari Shariat Allah sangat berdampak buruk terhadap kehidupan umat islam. Kaum muslimin pada akhir pemerintahan Uthmani telah tertimpa kebodohan yang sangat, mereka kehilangan identitas diri dan semangat. Sehingga tidak ada lagi Amar Ma’ruf  Nahi Munkar.[2] Faktor lain adalah kekalahan mereka dibidang meliter dari negara-negara barat, dan hal lain yang berkaitan seperti ilmu pemgetahuan, politik, ekonomi dan teknologi. Di samping faktor internal yang bersumber dari kerajaan ataupun rakyatnya.[3]

Kehancuran kerajaan Uthmani merupan transisi yang lebih kompleks dari masyarakat islam-imperial abad 18M. Menjadi negara-negara nasional modern. Rezim uthmani menguasai wilayah yang sangat luas, meliputi Balkan, Turki, Timur tengah, Arab, Mesir dan Afrika utara. Pengaruk kerajaan ini sampai ke Asia tengah, Laut merah, dan Sahara. Meskipun telah memasuki periode desentralisasi pada abad 17M dan abad 18M. Dan telah menyerahkan sebagian wilayahnya kepada kekuatan politik dan komersial Eropa yang menjadi pesaingnya, namun kerajaan uthmani masih mampun mempertahankan legitimasi politiknya dan landasan struktur institusionalnya. Pada abad ke-19M, secara subtansional uthmani memperbaiki kekuasaan pemerintahan pusat, mengkonsolidasi kekuasaan atas beberapa propinsi, dan melancarkan reformasi ekonomi, sosial dan kultural yang dengan kebijakan tersebut mereka berharap dapat menjadikan rezim uthmani mampu bertahan di dunia modern.

Meskipun uthmani telah berjuang untuk mereformasi negara dan masyarakat, namun perlahan kerajaan kehilangan wilayah kekuasaannya. Beberapa kekuatan Eropa yang lebih dulu telah mengkonsolidasikan meliter, ekonomi dan kemajuan teknologi mereka sehingga pada abad ke-19M, bangsa Eropa jauh lebih kuat dibanding rezim Uthmani. Untuk bisa bertahan Uthmani semata bergantung pada keseimbangan kekuatan-kekuatan Eropa. Hingga tahun 1876M kekuatan Inggris dan Rusai berimbang dan hal ini yang menyelamatkan rezim uthmani dari pencaplokan mereka. Namun antara 1878M dan dan 1914M, sebagian besar wilayah Balkan menjadi merdeka, sehingga Rusia, Inggris, Austria-Hungariy merebut sejumlah wilayah Uthmani. Proses pelepasan wilayah Uthmani hingga ia menjadi kerajaan yang yang tidak beranggota, memuncak pada akhir perang dunia I. Lantaran terbentuknya sejumlah negara baru di Turki dan Timur Tengah.[4]

Setelah sultan Sulaiman al-Qanuni wafat (1566M) kerajaan Turki Uthmani mulai memasuki fase kemundurannya. Akan tetapi sebagai kerajaan yang besar dan kuat kemundurannya tidak langsung terlihat. Proses kemunduran kerajaan uthmani terjadi selama dua abad lebih setelah ditinggal sultan Sulaiman al-Qanuni. Tidak ada tanda-tanda membaik sampai separuh pertama abad ke-19M,  oleh karna itu satu persatu negeri di Eropa yang pernah dikuasai kerajaan ini memerdekakan diri. Bahkan bukan hanya negeri-negeri di Eropa yang sedang mengalami kemajuan yang memberontak terhadap kekuasaan kerajaan uthmani, tetapi juga beberapa daerah di timur tengah mencoba bangkit untuk memberontak. Seperti Mamalik di bawah kepemimpinan Ali Bey (1770M) sampai datangnya Napoleon Bonaparte dari Prancis (1798M), Fakr al-Din pemimpi druze di libanon dan siriya, berhasil menguasai Palestina, hingga menyerah tahun 1635M. Di Persia kerajaan Safawi ketika berjaya beberapa kali melakukan perlawanan terhadapa kerajaan uthmani dan beberapa kali menang. Sementara itu di Arabia bangkit kekuatan baru, yaitu aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn Abdul wahhab yang dikenal denga gerakan wahabiyah dengan penguasa lokal Ibnu Su’ud, mereka berhasil menguasai beberapa daerah di Jazirah Arab dan sekitarnya di awal paroh kedua abad ke- 18M. gerakan-gerakan seperti terus berlanjut dan bahkan menjadi lebih keras pada masa sesudahnya. Yaitu abad ke-19 dan ke-20 M. Ditambah dengan gerakan pembaharuan politik di pusat pemerintahan, kerajaan uthmani berakhir dengan berdirinya Republik Turki pada tahun 1924 M.[5] Pada masa berikutnya, di periode turki uthmani modern, kelemahan kerajaan ini menyebabkan kekuatan-kekuatan Eropa tanpa segan menjajah dan menduduki daerah muslim yang dulunya berada di bawah kekuasaan kerajaan uthmani, terutama di timur tengah dan afrika utara.[6]

Kemajuan eropa dalam teknologi militer dan industry perang membuat kerajaan uthmani menjadi kecil di hadapan Eropa, namun nama besar turki uthmani masih membuat Eropa Barat segan untuk menyerang atau mengalahkan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan islam ini. Termasuk daerah-daerah yang berada di Eropa Timur. Namun kekalahan besar kerajaan uthmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M, membuka mata Barat bahwa kerajaan uthmani telah mundur jauh sekali. Sejak itulah berulang kali kerajaan uthmani mendapat serangan-serangan besar dari barat.

Usaha pembaharuan pun dilakuka, meskipun usaha tersebut bukan saja gagal menahan kemunduran kerajaan Turki uthmani yang terus merosot, tetapi juga tidak membawa hasil yang dinginkan. Penyebab kegagalan itu terutama adalah kelemahan raja-raja uthmani karena wewenagnya sudah jauh menurun. Usaha turki uthmani baru mengalami kemajuan setelah penghalang pembaharuan utama yaitu tentara Yenissari dibubarkan oleh sultan Mahmud II (1807-1839) akan tetapi meski banyak mendatangkan kemajuan, hasil gerakan pembaharuan tetap tidak behasil menghentikan gerak maju barat ke dunia islam di abad ke 19. Selama abad ke-18 M barat menyerang ujung garis pertempuran islam di eropa timur, wilatah kekuasaan kerajaan uthmani. Akhir dari serangan-serangan itu adalah di tanda tanganinya perjanjian San Stefano (maret 1878 M) dan perjanjian berlin (juni-juli 1878) antara uthmani dan rusia. Sementara kebanyakan daerah berpenduduk muslim di timur tengah pada abad berikutnya mulai diduduki bangsa Eropa.

Ketika terjadi  perang dunia I turki uthmani berada di pihak yang kalah, akibatnya kekuasaan kerajaan turki semakin ambruk, ditambah pemberontakan yang dilakukan oleh partai persatuan dan kemajuan yang menghapuskan kekhalifahan uthmani, kemudian membentuk turki modern pada tahun 1924 M. sampai tahun 1919 M. Turki diserbu tentara sekutu sejak itu kebesaran turki uthmani benar-benar tenggelam dan kekhalfahannya dihapuskan. Semua daerah kekuasaanya yang luas, baik di asia maupun dia afrika diambil alih oleh Negara-negara eropa yang menang perang. Perang dunia merupakan babak akhir proses penaklukan barat terhadap negeri-negeri islam. Sejak itu seakan-akan tidak tidak ada lagi kerajaan islam yang betul-betul merdeka.[7]


2. Ekspansi Eropa modern ke Timur tengah.

Kerajaan yang secara umum diatur untuk menghadapi peperangan ketimbang memakmurkan rakyatnya, dan membangun kawasan yang tidak terjangkau tangan pemerintah dengan alat komunikasi yang baik. Serta populasi yang hiterogen diantara kelompok dan ras yang berbeda berbeda. Dengan garis perpecahan yang terlihat jelas, antara golongan muslim dan kristen bahkan antara muslim turki dengan muslim arab dan antara sekte kristen yang satu dengan sekte kristen yang lain. Menjadi lahan yang subur bagi tumbunya bibit kehancuran yang nantinya akan mengikis sendi-sendi kerajaan ini.

Tidak lama setelah wafatnya sulayman, kerajaan mulai terlihat tanda-tanda kemundurannya, sebuah perjalanan panjang dan berliku. Kegagalan serangan kedua ke wina pada 1683M,[8] dianggap sebagai tanda awal berakhirnya kejayaan kerajaan Uthmani, ekspansi turki ke eropa tidak mengalami kemajuan yang berarti, setelah itu, penguasa turki memilih untuk mempertahankan apa mereka dapatkan ketimbang mencoba mendapatkan yang lebih banyak. Peranan angkatan bersenjata tidak lagi untuk menyerang, tetapi lebih banyak bertahan. Kekuatan internal yang semakin lemah betambah buruk denga munculnya ganguan dari luar ketika pada abad ke-18 prancis, inggris, austria, dan terakhir rusia meulai melebarkan pengaruh mereka dan melirik wilayah-wilayah yang dikuasai oleh kerajaan yang mulai lemah ini.

Pada akhir abad 18 M kerajaan uthmani tidak mampu lagi mempertahankan dirinya menghadapi kekuatan meliter eropa, juga tidak mampu mengelak dari penetrasi komersial eropa. Rusia merampas Cremia dan memeperkokoh diri di laut hitam, sementara pihak inggris setelah membantu menggagalkan invasi napolion Bonaparte (panglima ekspedisi prancis) terhadap mesir tahun 1798, menjadi kekuatan meliter dan perdagangan yang tidak tertandingi di laut tengah. Rusia bermaksud merampas beberapa wilayah uthmani di balkan dan berhasil menyusup ke laut tengah, inggris ingin menjadikan kerajaan uthmani sebagai benteng untuk menghadang ekspansi rusia dan melindungi kepentingan politik dan komersilanya di laut-tengah, timur tengah dan india. Dengan demikian kerajaan uthmani yang tengah dalam situasi kritis terlindungi oleh keseimbangan kekuatan eropa, ini merupakan periode perjuangan satu abad untuk memperebutkan “ The Sick Man” yaitu negeri Turki di Eropa.

Tantangan pertama terhadap keseimbangan kekuatan ini datang bersama invasi syiria oleh Muhammad Ali pada tahu 1831 M, seorang gubernur uthmani di Mesir yang independen (1805-1848), sebagai jawabanya uthmani menyetujui perjanjian Unkiar Skelessi (juli 1833) dimana mereka melepaskan dardanelles dan bosphorus kepda armada perang asing sebagai imbalan atas bantuan rusia. Inggris cemas akan kemungkinan terbentuknya protektorat rusia atas wilayah utmani dan kemungkinan antervnsi rusia di laut-tengah, menegaskan kecondongannya atas integritas kerajaan uthmani dan penyerahan kembali syiria kepada kekuasaan uthmani. Pada tahu 1840, rusia , inggris, dan austria mencapai kata sepakat bahwasanya muhammad ali harus menarik diri dari syiria, dan melaui persetujuan lanjutan tahun 1841, kekuatan rusia dan inggris mengizinkan muhammad ali malangsungkan rezimnya secara turun temurun di mesir. Itulah, krisis internal kerajaan uthmani menimbulkan sebuah pertunjukan kekeuatan eropa untuk turut menangani urusan uthmani. Kerajaan uthmani menjadi pemerintahan protektorat di eropa dan menjadi kerajaan gadaian sejumlah kekuatan adikuasa.

Pada tahu 1855M, Rusia merebut Sebastapol dari uthmani, krisis berikutnya adalah pemberontakan Bosnia dan Herzegovina pada tahun 1876M, melawan pemerintahan uthmani. Perlawanan kaum nasionalis terhadap pemerintahan uthmani di balkan dimulai dengan pemebrontakan serbia tahun 1804M-1813M. Antara tahun 1821M dan 1829M, Yunani meraih kemerdekaannya. Serbia, Rumania, dan Bulgaria juga menuntut otonomi. Kampanye Balkan yang menuntut kemerdekaan berakhir pada tahun 1876M. dengan intervensi Rusia. Melalui perjanjian San Stefano (1877M) pihak uthmani dipaksa menyerahkan kemerdekaan Bulgaria, Serbia, Rumania, dan Montenegro. Prestasi rusia yang besar ini telah memancing kekuatan eropa lainnya menyerukan kongres antar negara Eropa di Berlin tahun 1878.[9]

Di dataran Arab, wilayah Afrika utara merupakan wilayah yang pertama lepas dari kekuasaan Uthmani. Wilayah-wilayah itu membentuk satu blok tersendiri. Jarak yang dekat dengan Eropa selatan, jauh dari pusat islam di Asia barat, lemahnya tradisi islam serta proporsi keturunan Barbar dan Eropa yang lebih banyak membuat penduduk di wilayah itu bertindak mandiri untuk kemajuan mereka sendiri.[10]

Penetrasi barat ke pusat dunia islam di timur tengah  pertama-tama di lakukan oleh dua bangsa Eropa terkemuka, inggris dan prancis, yang memang sedang bersaing. Inggris terlebih dahulu menanamkan pengaruhnya di india. Prancis merasa perlu memuluskan hubungannya antara inggris di barat dan india di timur. Oleh karena itu pintu masuk ke india yaitu mesir harus berada di bawah kekuasaannya, untuk tujuan itu mesir pun dapat ditaklukkan prancis pada tahun 1798M.[11]persaingan antara inggris dan prancis di timur tengah memang sudah lama dan terus berlangsung, persaingan ini terlihat dari penaklukan wilayah islam di timur tengah dan afrika yang luas itu sebagai berikut;

Tahun

penaklukan

1820

Oman dab Qatar berada di bawah protektorat inggris

1839

Penaklukan aljazair oleh prancis

1839

Aden dikuasai inggris

1881-1883

Tunisia diserbu prancis

1882

Mesir diduduki inggris

1898

Sudan ditaklukkan inggris

1900

Chad diserbu prancis

Abad ke-20

Italia dan spanyol ikut bersama inggris dan perancis memperebutkan wilayah-wilayah di afrika.

1906

Kesultanan muslim di Nigeria utara menjadi protektorat inggris

1912-1913

Kesultanan Tripoli dan Cyrenaica diserbu italia

1912

Maroko diserbu prancis dan spanyol

1912-1915

Maroko melawan spanyol

1914

Kuwait di bawah protektorat inggris

1919-1926

Maroko berjuang melawan prancis

1919-1920

Maroko berjuang melawan spanyol

1919-1921

Sisilia wilayah turki diduduki prancis

1920

Irak menjadi protektorat inggris

1920

Syiria dan libanon di bawah mandate prancis

1925-1927

Pemberontakan druze melawan prancis di syiria

1926-1927

Perebutan seluruh Somalia oleh italia

 

Sementra itu rusia mengrogoti wilayah-wilayah muslim di asia tengah, terutama terutama setelah berhasil mengalahkan turki uthmani yang berakhir dengan perjanjian san Stefano dan perjanjian berlin. Satu persatu wilayah pula negeri-negeri muslim jatuh ke tangan rusia, seperti daftar berikut;

tahun

Penaklukan

1834-1859

Pencaplokan kaukasia oleh rusia

1837-1847

Perlawanan di asia tengah terhadap rusia

1853-1865

Serbuan pertama rusia ke khoakan dan jatuhnya Tashkent

1866-1872

Daerah-daerah sekitar Samarkand dan Bukhara ditaklukkan rusia

1873-1887

Usbekistan ditaklukkan rusia

1941-1946

Pendudukan anglo-rusia di iran

 






Aljazair merupakan negara Arab pertama yang memisahkan dari kerajaan uthmani pada tahu 1830M. Pada tahun 1942M laval menuntut keluarnya dekrit 1848M yang menyatakan bahwa Aljazair merupakan perpanjangan wilayah Prancis.[12] Ekspansi Prancis ke bagian timur juga memberi hasil pada 1881M dengan didudukinya Tunisia. Meskipun statusnya lebih sebagai negara protektoriat, keseluruhan wilayah Tunisia menjadi milik Prancis kecuali namanya. Di Tunisia sebagaimana di Aljazair, Ribuan penduduk Prancis menetap di negara itu, dan situasi orang Tunisia semakin rumit dengan banyaknya bermunculan koloni-koloni Italia.[13]

Pada tahu 1901M, Prancis memulai upaya penaklukan maroko yang pernah menjadi pusat dua kerajaan besar arab-barbar, tetapi tidak pernah menjadi bagian dari kerajaan uthmani. Wilayah ini sepenuhnya dikuasai prancis sejak 1907 hingga 1912.[14]

Antara tahun 1887M dan 1908M pecahnya kerajaan uthmani tertunda oleh persaingan sejumlah kekuatan Eropa. Tahun 1908M terjadilah krisis politik internal ditubuh uthmani yang mengganggu perimbangan kekuatan. Dengan memanfaatkan pergolakan tersebut Austria mencaplok Boznia dan Herzegovina, pencaplokan ini ditentang oleh Rusia dan Serbia, namun Austria mendapat dukungan dari Jerman, sehingga Rusia dan Serbia dipaksa mundur. Krisis tersebut membuka kembali persaingan sengit antara Rusia dan Austria sehingga memancing negara-negara Balkan membentuk persekutuan mereka sendiri. Pada tahun 1912M, antara Serbia dan Bulgaria, kemudian antara Yunani dan Bulgaria yang akhirnya antara Bulgaria dan Montenegro, untuk menahan gerak Austria. Namun dengan maksud terpendam menyerang kerajaan uthmani. Pada tahun 1912M, tentara gabungan Balkan mengalahkan uthmani dan merebut seluruh wilayah uthmani, tidak ada yang tersisa di Eropa kecuali sebidang wilayah di Istambul. Kemudian pada tahun 1913M, negara-negara Balkan terlibat peperangan antara mereka yang memperubutkan pembagian wilayah, ini memeberi kesempatan bagi uthmani untuk merebut kembali sebagian dari wilayahnya di Thrace. Persaingan ini berlangsung setahun yang menimbulkan peperangan Eropa yang bersifat umum.

Perang dunia I menyempurnakan kesendirian uthmani. Pada bulan desember 1914M uthmani melibatkan diri dalam perang dunia I dengan bergabung pada kubu Jerman dan Austria. Lantaran bantuan ekonomi dan meliter, kecemasan uthmani tradisional terhadap Rusia, dan mungkin juga kerena keinginan untuk mengembalikan sejumlah propinsi yang terlepas telah mendorong uthmani untuk menyatukan beberapa kekuatan pusat. sebagai responnya, Inggris, Perancis, Rusia, dan Italia sepakat untuk membagi-bagi beberapa propinsi uthmani. Melalui perjanjian Sykes-Picot (1916M).[15]

Pada tahun 1918M sekutu Eropa berhasil mengalahkan Jerman, Austria dan uthmani, Inggris menundukkan Palestina, Syiria, dan Iraq. Sementara negara-negara sekutu merebut Istanbul dan sekitarnya. Ingrris dan Prancis sepakat membagi timur tengah menjadi sejumlah negara baru, yang mana Libanon dan Syiria menjadi wilayah pengaruh Perancis, sedang Palestina, Yordan dan Iraq menjadi wilayah pengaruh Inggris. Italia kebagian Barat-daya Anatolia. Yunani dibiarkan menduduki Thrace, Izmir dan kepulauan Aegean.[16]Armenia menjadi negara merdeka, sedang Kurdisan menjadi propinsi yang Otonom. Istambul dan sekitarnya jatuh ke dalam pendudukan bersama sekutu. Demikian antara tahun 1912M dan 1920M uthmani telah kehilangan seluruh wilayah kerajaannya di Balkan. Beberapa negara baru terbentuk di Libanon, Syiria, Palestina, Transjordan dan di Iraq. Di bawah protektorasi Inggris, Mesir merupakan wilayah kekuasaan uthmani yang bena-benar independen. Proses politik pelepasan wilayah kerajaan uthmani yang berlangsung selama lebih dari dua abad berakhir dengan pembentukan sistem baru negara-negara Nasional.[17]


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN


[1] Sulasman, Sejarah Islam di Asia & Eropa (Bandung: Pustaka setia, 2013),193

[2] Ali Muhammad as-Shalabi. Bangkit Dan Runtuhya Khilafah Utmaniyah (Jakarta: Pustaka al-Kauthar, 2014). 614

[3] Ading kusniadi, Sejarah & Kebudayaan Islam (Bandung: Pustaka setia, 2013). 147

[4] Ira.M, Sejarah Sosial Umat Islam. Terj, Ghufron A. Mas’adi(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1999). 65

[5] Badri yatim, sejarah peradapan islam, 166.

Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007)

[6] Ibid., 169

[7] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), 178-181

[8] Serangan ke wina ke satu terjadi pada masa kekuasaan sulayman I (1520M-1566M). Yaitu dalam penaklukan wilayah Hungaria. Lihat Philip k. Hitti, history of the Arab, 910

[9] Ira, M. Sejarah Sosial Umat Islam. Terj, Ghufron A. Mas’adi (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1999), 69

[10] Philip k. Hitti, History Of The Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008), 914

[11] Badri yatim. Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), 181

[12] Philip k. Hitti, History Of The Arabs (Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008), 915

[13] Ibid., 916

[14] Ibid., 916

[15] Ira. M, Sejarah Sosial Umat Islam. Terj, Ghufron A. Mas’adi(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1999), 71

[16] Ibid., 71

[17] Ibid., 72

Kedatangan Barat Di Berbagai Dunia Islam

    1.      Pengertian Dunia Islam

Yang dimaksud dengan dunia islam adalah negeri-negri atau negara-negara yang persentase penduduk muslimnya lebih dari 50% dari keseluruhan jumalah penduduk. Disamping pertimbangan yang lain. Seperti undang-undang, atau bahwa syariat islam menjadi sumber utama. Pertimbangan lain adalah kepala negaranya. Termasuk Negara-negara yang tergabung dalam organisasi konferensi islam, walaupun di dalamnya umat muslim adalah minoritas, seperti Uganda, kamerun, dan benin. Luas wilayah dunia islam mencapai 31,8 juta km² atau sebanding dengan 25 % dari seluruh luas dunia.[1]

    2.      Kondisi dan Faktor pendorong timbulnya imperialisme barat di dunia islam.

Timbulnya kegiatan imperialisme barat di dunia islam memiliki keterkaitan dengan kondisi yang terjadi di Eropa. Yaitu berkembangnya semangat perlunya identitas kebangsaan atau nasionalisme di kalangan bangsa-bangsa eropa yang berkobar setelah pecahnya revolusi perancis. Juga dengan muncul dan semakin menjalarnya kegiatan industrialisasi, terlebih setelah di eropa terjadi revolusi industri. Yang memilki keterkaitan dengan berkembangnya sistem perekonomian yang bersifat kapitalis yang menjamur di negar-negara eropa.

Indrustrialisme dan kapitalisme mendorong nasionalisme, karena keduanya menimbulkan kemungkinan adanya ekspansi ekonomi, yang menimbulkan iri hati dan persaingan di antara bangsa-bangsa yang menghendaki kekuasaan dunia.[2]  

    3.      Penyebab jatuhnya wilayah-wilayah islam ketangan bangsa Eropa.

Merosotnya kekuatan politik di negeri-negeri muslim menjadi penyebab jatuhnya negeri-negeri muslim ke tangan Eropa. Secara politis tampak dari apa yang terjadi pada abad ke-18 di tiga kerajaan. Pada tahu 1722M. karajaan Safawiyah di Persia mengalami kehancuran disebabkan penyerbuan bangsa Afghan, juga kerajaan Mughal di India tahun 1857M, akibat kegagalannya menggalang kukuatan dalam pemberontakna Sipahi. Sebaliknya kerajaan turki uthmani memang masih ada dan berakhir pada tahun 1924M, kondisinya sudah tua dan sakit-sakitan. Hancurnya kerajaan Safawi dan Mughal serta mundurnya karajaan turki Uthmani, memberikan pengaruh terhadap masa depan umat islam, baik di pusat dan wilayah kerajaan ini. maupun bagi umat islam yang jauh di pinggiran dunia islam. Seperti di kawasan Afrika Utara dan Asia Tenggara. seiring dengan terjadinya kemunduran dan kehancuran tiga kerajaan ini, negara Eropa mulai berani mengobok-obok kekuatan islam.[3]

    4.      Penjajahan di anak benua India dan Asia Tenggara.

Pada masa kemajuan pemerintahan Mughal India adalah negeri yang kaya dengan pertanian. Hal ini mengundang Ingris yang sedang mengalami kemajuan untuk berdagang ke sana. diawal abad ke- 17 M, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kakinya di India. Pada tahu 1611 M, Inggris memperoleh izin menanamkan modal, dan pada tahun 1617 M, Belanda mendapatkan izin yang sama. Ketika dirasa cukup kuat kongsi dagang Inggris British East India Company (BEIC) mulai berusaha menguasai India bagian Timur, pada tahun 1761M penguasa–penguasa setempat mencoba mempertahankan dengan berperang melawan Inggris, namun  mereka tidak berhasil, akibatnya daerah-daerah Oudh, Bengal dan Orissa jatuh ketangan mereka. Ibu kota Mongol juga tidak luput dari bayang-bayang kekuasaan Inggris, karena bantuan yang diberikan Inggris kepada raja ketika mengalahkan aliansi Sihk-Hindu, sehingga mereka berusaha menguasai kerajaan. Mulai saat itulah Inggris mulai mengembangkan sayapnya di Benua anak India dan sekitarnya. Pada tahun 1842M, keamiran muslim Sind dikuasai. Tahun 1857M kerajaan Moughal dikuasai secara penuh dan setahun kemudian rajanya yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu, India berada di bawah kekuasaan Inggris dengan menegakkan pemerintahannya di sana. Pada tahu 1879M, Inggris berusaha menguasai Afghanistan dan kesultanan muslim Baluchintan di bawah kekuasaan India-Inggris tahun 1899M.[4]

Asia Tenggara tempat islam mulai berkembang, merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada waktu itu, yang menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Bahkan kekuatan mereka lebih awal menancap di sini dari pada di india hal itu karena kerajaan asia tenggara lebih lemah dibandingkan dengan Mughal, sehingga lebih mudah ditaklukkan.[5]

Kerajaan islam malaka berdiri pada awal abad ke-15 yang merupakan kerajaan islam terbesar kedua setelah samudera yang pasai ditaklukkan Portugis pada tahun 1511M, sejak saat itu peperangan antara portugis melawan kerajaan-kerajaan islam di indonesia sering berkobar. Pedagang-pedagang portugis terutama berupaya menguasai maluku yang sangat kaya akan rempah-rempah. Penjajahan mereka terlama adalah di Timor-Timur.

Pada tahun 1521M, Spanyol datang ke Maluku dengan tujuan dagang. Spanyol berhasil menguasai Filipina, termasuk di dalamnya kerajaan islam, seperti kesultanan Maguindanao, kesultanan Buayan, dan kesultanan Sulu.[6]

Pada tahun 1521M, giliran Belanda, Inggris, Denmark, dan Prancis yang datang ke Asia Tenggara. Akan tetapi Denmark dan Prancis tidak berhasil menjajah negeri di Asia Tenggara dan hanya berdagang yang mereka lakukan. Belanda datang tahun 1595M, dan segera memegang kendali perdagangan di kepulauan nusantara dan kongsi dagang VOC segera memainkan peran politiknya. Kehadiran mereka ditentang oleh penduduk setempat dari itu sering  terjadi peperangan di antara mereka walupun akhirnya dimenangkan oleh Belanda. Yang terbesar diantaranya adalah perang Aceh, perang Paderi di Minagkabau, dan Perang Diponogoro di Jawa. Walaupun Inggris datang ke Asia Tenggara sesudah Belanda tapi kekuatannya mampu menyaingi, kekuasaan Inggris menancap di Semenanjung Malaya, termasuk Singapura sekarang dan Kalimantan Barat, termasuk Brunai. Bahkan Inggris sempat menguasai seluruh Indonesia dalam jangka waktu yang tidak lama di awal abad ke- 19 M.

Sebagaimana di India kekuasan politik negara-negara Eropa terus berlanjut sampai pertengahan abad ke-20 barulah negeri-negeri jajahan tersebut memerdekakan diri dari kekuasaan negara asing.[7]

    5.      Penjajahan di Afrika

Perancis menyerang Mesir dan Syam.

Perancis datang ke Mesir dengan kepemimpinan Napolion Bonaparte. Dimana pada waktu itu Mesir di bawah kekuasaan Uthmaniyah. Mereka menggunakan cara yang sadis, kemudian bergerak menuju Syam, lalu merebut Gaza dan Yafa namun gagal mengepung Akka, Maka mereka kembali ke Mesir.

Kemudian Napolion kembali ke Perancis dikarnakan kondisi dalam negerinya, dia meninggalkan pasukannya di Mesir. Namun mental pasukan yang lemah menyebabkan mereka kembali ke Perancis pada tahun 1216H.[8] Muhammad Ali (seorang pimpinan kelompok Al-Bania) dalam usahanya demi kemerdekaan Mesir dia menundukkan Sudan pada tahun 1821M. pasukan Mesir mengalami kekalahan besar di Yunani pada tahun 1827M, dari pasukan sekutu Inggris, Perancis dan Rusia. Tampaknya ini merupakan hasil kesepakatan untuk mendapatkan dukungan Inggris bagi kemerdekaan Mesir. Dia berhasil menguasai negeri Syam dan mengalahkan tentara Uthmani pada tahun 1831M. Lalu menyerbu wilayah utara kearah Asia kecil sampai ke jantung Anatolia, hingga Istambul terbuka di hadapannnya.[9]

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN


[1] Ahmad al-Usairi, Sejarah islam (Jakarta: Akbar media, 2013),457

[2] Ading kusdiana, Sejarah & Kebudayaan Islam (Bandung: Pustaka setia, 2013). 300.  lihat juga, Badri yatim, sejarah kebudayaan islam, 184

[3] Ading kusdiana, Sejarah & Kebudayaan Islam (Bandung: Pustaka setia, 2013), 307

[4] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007),175

[5] Ibid.,176

[6] Ibid.,177

[7] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007),175

[8] Ahmad al-Usairy, Sejarah islam (Jakarta: Akbar media, 2013), 417

[9] Ibid., 418

RENAISANS DI EROPA

 

1.      Pengetian

Renaisans bersal dari kata Renasseimento, yang berati lahir kembali atau rebith sebagai manusia yang serba baru, Renaisans diartikan sebagai kelahiran kembali atau kebangkitan kembali jiwa atau semangat manusia yang selama abad pertengahan terbelenggu dan diliputi oleh Mental Inactivity. Renaisans disebut juga abad kebangkitan karena ia adalah awal kebangkitan manusia Eropa yang ingin bebas dan tidak lagi terbelenggu sebagai kehendak untuk merealisasikan hakikat manusia sendiri.

Renaisans merupakan gerakan yang menaruh minat untuk mempelajari dan memahami kembali peradaban dan kebudayaan yunani dan Romawi kuno. Renaisans terjadi melalui proses yang sangat panjang, dimana pengaruh islam sangat dominan dan tidak bisa dimungkiri. Kehidupan intelektual di Eropa sebagai warisan pemikiran yang mulai dikembangkan pada abad ke-12 yang menyebabkan berkembangannya ilmu pengetahuan sejati yang sebagian besar maju berkat penggunaan ilmu pengetahuan pasti dari kalangan filsuf-filsuf Arab, serta melalui ajaran-ajaran dan komentar-komentar yang disusun oleh filsuf-filsuf Arab. Yang menafsirkan filsafat Aristoteles yang telah mendapat pengaruh paham Neoplatonisme. Metode eksperimen juga pada mulanya dikembangkan oleh sarjana-sarjana muslim pada zaman keemasan islam. Ilmu pengetahuan lainnya mencapai puncaknya antara abad ke-9 hingga abad ke-12 semangat untuk mencari kebenaran yang dimulai oleh pemikir-pemikir yunani hampir padam dengan munculnya kekaisaran Romawi, tetapi kemudian dihidupkan kembali dalam kebudayaan islam. Dalam perjalanan sejarah, melalui sarjana-sarjana muslim dan bukan malalui perjalanan latin, dunia modern sekarang ini mendapatkan dasar-dasarnya.[1]

2.      Kemajuan Eropa dan melemahnya Islam

Bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan islam di periode pertengahan sejarah islam, eropa barat (barat) sedang mengalami kemajuan yang pesat. Hal ini berbanding terbalik dengan masa klasik sejarah islam. Ketika itu paradaban islam dapat dikatakan paling maju, yang memancarkan sinarnya keseluruh dunia, sementara eropa barada dalam kebodohan dan keterbelakangan.

Seperti yang akan dijelaskan bahwa kemajuan Eropa tidaklah lepas dari khasanah ilmu pengetahua dan metode berpikir islam yang rasional. Dengan cara masuknya peradaban islam ke Eropa. Dalam perkembangan selanjutnya keadaan ini melahirkan Renaisans, Reformasi dan Rasionalisme di Eropa.

Gerakan-gerakan Renaisans melahirkan perubahan-perubahan besar dalam sejarah dunia. Abad ke-16 dan 17M, merupakan abad terpenting bagi Eropa semetara abad ke 17M, itu pula, dunia islam mulai mengalami kemunduran, dengan lahirnya renaisans, Eropa bangkit kembali untuk mengejar ketertinggalan mereka.[2]

3.      Pengaruh peradaban islam Spanyol terhadap Ranaesans di Eropa.

Kemajuan Eropa yang terus mengalami perkembangan hingga sekarang banyak berhutang budi terhadap khasanah ilmu pengetahuan islam yang berkembang pada periode klasik. Banyak saluran bagaimana peradaban islam mempengaruhi Eropa, seperti sicilia dan perang salib, dan yang terpenting adalah spanyol islam yang merupakan tempat yang utama dan yang paling utama bagi Eropa dalam menyerap peradaban islam, baik dalam hubungan politik, soaial, maupun perekonomian dan peradaban antar negara. Orang–orang Eropa telah menyaksikan kenyataan bahwa sepanyol berada di bawah kekuasaan islam jauh meninggalkan negara-negara Eropa lainnya.[3] Muslim Spanyol juga telah menorehkan tinta emasnya dalam sejarah bangsa eropa. Meka merupakan mata rantai paling penting yang menghubungkan antara hasanah filsafat yunani klasik dan bangsa-bangsa eropa. Dalam peralihan proses Khasanah ilmu pengetahuan dari islam ke Barat, toledo merupakan saluran utama, sebab Toledo merupakan satu-satunya kota penting dalam pembelajaran orang islam setelah penguasaan kristen atas spanyol pada tahun 1085M.

Dalam pandangan Mehdi Nakosteen, proses transmisi tersebut terbangun melalui dua saluran utama. Pertama, melalui para mahasiswa dan cendikiawan dari Eropa barat yang belajar di sekolah-sekolah tinggi dan universitas-universitas Spanyol. Kedua, melalui terjemahan-terjemahan karya dari sumber-sumber berbahasa arab.

Fakta riil yang tidak bisa dimungkiri adalah bahwa tingginya peradaban intelektual  Muslim Spanyol telah mengispirasi gerakan-gerakan pencerahan di Eropa. Salah satu ilmuan penting itu adalah ibnu Rusyd. Melalui pemikirannya bangsa eropa mampu menemukan pemikiran Aristoteles, yang menganjurkan kebebasan berpikir dan melepaskan belenggu taklid dari gereja. Tinginya animo masyarakat Eropa terhadap pemikiran Ibnu Rusyd pada akhirnya melahirkan gerakan Avverroisme, yang berujung pada lahirnya reformasi pada abad ke-16 rasionalisme pada abad ke-17. Karya-karya Ibnu Rusyd di cetak di Vinesia tahun 1481M, 1482M, 1483M, 1489M, dan 1500M. banyak yang diterjemahkan setidaknya pada tahun 1553M dan 1557M buku Ibnu Rusyd diterbitkan dalam edisi lengkapnya. Selain itu pada abad ke-16 buku-buku tersebut juga diterbitkan di Napoli, Bologna, Lyon, dan Strasbourg. Tingginya gerakan penerjemahan karya-karya ilmuan muslim oleh bangsa Eropa diawali oleh inisiatif uskup besar Raymond I (1126M-1152M). Atas Inisiatif uskup tersebut dibangunlah sekolah khusus untuk penerjemahan di Toledo. Dari sekolah ini lahir penerjemah-penerjemah dalam jumlah besar antara kurun 1135M sampai 1284M.[4]

Salah satu dari terjemahan ini adalah terjemahan Aljabar karya al-Khawarismi pada tahun 1145M oleh Robert Chester dan terjemahan al-Qur’an dalam bahasa latin pada tahun 1143M bersama Dalmatin. Di Toledo pula didirikan sekolah Oreintalisme yang pertama, yaitu pada tahun 1250M, atas permintaan para pendeta dengan misi untuk mencetak para misionaris yang bertujuan untuk mengkristenkan umat islam dan yahudi.[5]

Universitas yang pertama didirikan di Eropa adalah universitas Paris (1231M), 30 tahun setelah wafatnya Ibnu Rusyd. di akhir abad pertengahan, di Eropa baru berdiri 18 uneversitas, di universitas-universitas itulah ilmu yang peroleh dari umat islam diajarkan. Seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan filsafat. Pemikiran filsafat yang paling digemari di Eropa adalah pemikiran al Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd.[6]

Sekitar akhir abad ke-13 seluruh ilmu pengetahuan dari islam bisa dikatakan telah selesai ditranmisikan ke barat. Berangkat dari sini pula gerakan-gerakan penting lahir di Eropa, seperti gerakan renaisans sekitar abab ke-14 yang diawali di Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16, rasionalisme pada abad ke-17, serta zaman pencerahan (Aufklarung) pada abad ke-18M.[7]

Pada awal kebangkitannya, Eropa menghadapi tantangan berat. Di hadapannya masih terdapat kekuatan-kekuatan perang islam yang sulit untuk dikalahkan. Terutama kerajaan Uthmani yang berpusat di Turki. Tidak ada jalan lain mereka harus menembus lautan yang sebelumnya lautan adalah sebuah dinding yang membatasi gerak mereka. Mereka melakukan berbagai penelitian tentang rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi kegelapan. Setelah Christoper Colombus menemukan benua Amerika (1492 M) dan Vasco Dagama menemukan jalan ke timur melalui tanjung harapan (1498M), benua Amerika dan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan Eropa. Dua penemuan tersebut sungguh tidak terkirakan nilainya, eropa menjadi maju dalam dunia perdagangan, karna tidak tergantung lagi pada jalur lama yang dikuasai islam. Lautan sudah menjadi jalan raya dan Eropa yang semula terpojok segara menjadi yang dipertuankan di laut dan dengan demikian yag dipertuankan di dunia.[8]

Karena daerah-daerah baru terbuka bagi mereka. Mulailah kemajuan perekonomian Barat melampui kemajuan islam yang sejak lama mengalami kemunduran. Kemajuan barat itu dipercepat oleh penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Penemuan mesin uap yang yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa semakin memantapkan kemajuan mereka. Teknologi perkapalan dan meliter berkembang pesat. Dengan demikia eropa menjadi penguasa lautan dan bebas melakukan kegiatan ekonomi dari dan keseluruh dunia, tanpa hambatan berarti dari lawan-lawan mereka. Bahkan satu demi satu negeri-negeri islam jatuh ke bawah kekuasaan mereka sebagai negeri jajahan.

Negeri-negeri islam yang pertama kali jatuh kekuasaan Eropa adalah negeri-negeri yang jauh dari pusat kekuasaan kerajaan Uthmani, karena kerajaan ini walaupun terus mengalami kemunduran, ia masih disegani dan dipandang masih cukup kuat untuk berhadapan dengan kekuatan militer Eropa pada waktu itu. Negeri-negeri islam yang pertama dapat dikuasai Barat itu adalah negeri-negeri islam di Asia Tenggara dan anak benua India. Dan menyusul negeri-negeri islam di Timur Tengah yang berada di bawah kekuasaan kerajaan Uthmani dapat diduduki pada masa berikutnya.[9]

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN


[1] Muhammad syafii antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Andalusia, (tazkia publising : jakarta, 2012), 238

[2] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), 169

[3] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), 108

[4] Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Peradaban Islam Andalusia, (Tazkia Publising : Jakarta, 2012), 238. Lihat juag badriyatim, 109

[5] Ibid., 109

[6] Ibid., 109

[7] Ibid., 109

[8] Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), 174.

[9] Ibid., 175.

Penyulingan Air

  Kita hidup di Indonesia yang dikelilingi oleh lautan, sungai-sungai, danau, dan sebagainya. Selama ini kita tidak pernah pusing akan kekur...