Assalamu’alaikum Wr.Wb.
اِنَّ الْحَمْدَ
ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِىاللهُ فَلاَ
مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَلَهُ، أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ
اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ لاَنَبِىَّ بَعْدَهُ، اَللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى
مُحَمَّدٍ وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ وَالَهُ.
أَمَّا بَعْدُ
فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ : يَااَيُّهَا
الَّذِيْنَ امَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّاقَدَّ مَتْ لِغَدٍ
وَاتَّقُوْا اللهَ اِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ (الحسر: 18).
يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ
مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا
اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ
رَقِيبًا.
يَا أَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ
أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
Hadirin Rohimakumulloh
Puji syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi bahwa
karena qudrat dan iradat-Nya pada kesempatan ini kita dapat bertemu dalam
keadaan sehat wal afiat tak kurang suatu apapun dalam rangka menuntut ilmu
sebagaimana telah diwajibkan kepada kita untuk menuntutnya. Shalawat serta
salam semoga tetap terlimpahcurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. kepada
keluarganya, para sahabatnya dan kepada para pengikutnya yang setia dari awal
hingga akhir zaman. Aamiin
Hadirin Rohimakumulloh
Nasihat pernikahan ini untuk pengantin baru dan pengantin lama,
yaitu :
1. Nikah itu sunnah Rosululloh SAW, maka dilaksanakannya sesuai
petunjuk Rasululloh dan ketika membina rumah tangga pun harus mengikuti
petunjuk Allah Ta’ala dan Rasulullah SAW .
النِّكَاحُ مِنْ سُنَّتِى فَمَنْ
لَمْ يَعْمَلْ بِسُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى وَتَزَوَّجُوا فَإِنِّى مُكَاثِرٌ
بِكُمُ الأُمَمَ
“Nikah itu sunnahku.. siapa
yang tidak mengamalkan sunahku, bukan bagian dariku. Menikahlah, karena saya
merasa bangga dengan banyaknya jumlah kalian di hadapan seluruh umat.” (HR.
Ibnu Majah 1919 dan dihasankan al-Albani).
2. Allah menolong orang yang menikah untuk menjaga kehormatannya.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
ثَلاَثَةٌ حَقٌّ
عَلَى اللَّهِ عَوْنُهُمُ الْمُجَاهِدُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُكَاتَبُ
الَّذِى يُرِيدُ الأَدَاءَ وَالنَّاكِحُ الَّذِى يُرِيدُ الْعَفَافَ
Ada 3 orang yang berhak mendapatkan pertolongan dari Allah, (1)
Orang yang berjihad di jalan Allah, (2) Budak mukatab yang ingin menebus
dirinya untuk merdeka, dan (3) Orang yang menikah, karena ingin menjaga
kehormatannya. (HR. Nasai 3133, Turmudzi 1756, dan dihasankan al-Albani).
3. Telah terbukti, ketika masyarakat zaman Nabi Muhammad SAW
mengikuti petunjuknya dalam menikah dan membina rumah tangga, maka
terbentuklah masyarakat yang baik. Menjadi masyarakat teladan. Yang menilai
bukan juri dari lomba keluarga teladan, namun yang memujinya adalah Allah SWT,
dengan disebut sebagai umat yang terbaik.
{كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ
بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وتُؤْمِنُونَ بِالَلَّهِ} [آل
عمران: 110]
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma´ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. (QS. Ali ‘Imran:110)
a. Amar ma’ruf nahi munkar. Ma’ruf (kebaikan) tertinggi itu
tauhid, menyembah hanya kepada Allah, minta tolong hanya kepada Allah.
{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } [الفاتحة: 5].
Munkar yang terburuk adalah kemusyrikan, menyekutukan Allah dengan
lainnya, itu dosa terbesar, tidak diampuni bila sampai meninggalnya belum
bertobat. Itu semua wajib dicegah.
Keluarga yang mengikuti Rosululloh SAW, beramar ma’ruf nahi munkar
sampai dalam segala urusan. Misal makan dan minum, Nabi Muhammad SAW
mengajari untuk baca bismillah dan pakai tangan kanan, maka dilakukan dan
diajarkan kepada keluarga. Mencegah kemunkaran, Nabi Muhammad SAW
wanti-wanti bahwa makan dan minum pakai tangan kiri itu cara syetan, maka harus
dijauhi dan diperingatkan pula kepada keluarga dan anak-anak jangan
sampai makan dan minum pakai tangan kiri.
b. Semua itu disertai وتُؤْمِنُونَ بِالَلَّهِ beriman kepada Allah, diyakini dalam hati (segala amalan
ikhlas untuk Allah) dibuktikan dengan ucapan dan perbuatan mengikuti apa yang
diberintahkan, dan menjauhi segala yang dilarang.
Itulah masyarakat yang dipuji oleh Allah Ta’ala, yaitu para
sahabat Nabi Muhammad SAW yang mengikuti petunjuk Rasulullah SAW
yaitu Islam ini diyakini dan diamalkan ikhlas untuk Allah Ta’ala.
4. Dalam mengamalkan itu semua sudah diberi perangkat untuk
menjaga diri agar terhindar dari gangguan syetan yang terkutuk. Rasulullah SAW
memberi petunjuk dengan sabdanya :
لاَ تَجْعَلُوا
بُيُوتَكُمْ مَقَابِرَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَنْفِرُ مِنَ الْبَيْتِ الَّذِى
تُقْرَأُ فِيهِ سُورَةُ الْبَقَرَةِ
“Janganlah menjadikan
rumah-rumah kalian seperti kuburan. Sesungguhnya setan akan lari dari suatu
rumah yang dibacakan di dalamnya surat Al Baqarah” (HR. Muslim no. 780).
Petunjuk Rasulullah SAW ketika kita berhubungan suami
isteri:
«لَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا أَتَى أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ،
اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا
رَزَقْتَنَا،فَقُضِيَ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ لَمْ يَضُرَّهُ » صحيح البخاري (1/ 40)
Seandainya seseorang di antara kalian menjumpai istrinya dan ia
mengucapkan :
بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ وَجَنِّبِ
الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا
“Dengan menyebut nama Allah, Ya Allah Jauhkanlah setan dari
kami dan jauhkanlah pula setan dari apa yang Engkau anugrahkan kepada kami”,
lalu keduanya dianugrahi seorang anak niscaya setan tak dapat
membahayakannya. (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Kemudian, seperti apa bentuknya masyarakat yang dipuji olh
Allah SWT itu, gejalanya adalah mereka bersemangat dalam iri, tapi bukan iri
masalah dunia, namun iri agar bisa berlomba dalam kebaikan untuk bekal di
akherat. Hingga orang-orang miskin pun iri terhadap orang kaya bukan iri
mengenai harta, dan mereka tidak memprotes taqdir, namun minta jalan keluar
kepada Nabi Muhammad SAW agar bisa berlomba mengimbangi kebaikan orang-orang
kaya.
Para sahabat bersemangat untuk mendapatkan banyak pahala.
عَنْ أَبِى ذَرٍّ أَنَّ نَاسًا مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالُوا لِلنَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَهَبَ أَهْلُ الدُّثُورِ بِالأُجُورِ يُصَلُّونَ كَمَا نُصَلِّى وَيَصُومُونَ كَمَا نَصُومُ وَيَتَصَدَّقُونَ بِفُضُولِ أَمْوَالِهِمْ. قَالَ « أَوَلَيْسَ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَكُمْ مَا تَصَّدَّقُونَ إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيرَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَحْمِيدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلِّ تَهْلِيلَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِالْمَعْرُوفِ صَدَقَةٌ وَنَهْىٌ عَنْ مُنْكَرٍ صَدَقَةٌ وَفِى بُضْعِ أَحَدِكُمْ صَدَقَةٌ ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيَأْتِى أَحَدُنَا شَهْوَتَهُ وَيَكُونُ لَهُ فِيهَا أَجْرٌ قَالَ « أَرَأَيْتُمْ لَوْ وَضَعَهَا فِى حَرَامٍ أَكَانَ عَلَيْهِ فِيهَا وِزْرٌ فَكَذَلِكَ إِذَا وَضَعَهَا فِى الْحَلاَلِ كَانَ لَهُ أَجْرٌ
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Sesungguhnya
sebagian dari para sahabat Rasulullah SAW berkata kepada Nabi Muhammad SAW,
“Wahai Rasulullah, orang-orang kaya lebih banyak mendapat pahala, mereka
mengerjakan shalat sebagaimana kami shalat, mereka berpuasa sebagaimana kami
berpuasa, dan mereka bershodaqoh dengan kelebihan harta mereka”. Nabi Muhammad
SAW bersabda, “Bukankah Allah telah menjadikan bagi kamu sesuatu untuk
bershodaqaqoh? Sesungguhnya tiap-tiap tasbih adalah shodaqoh, tiap-tiap tahmid
adalah shodaqoh, tiap-tiap tahlil adalah shodaqoh, menyuruh kepada kebaikan adalah
shodaqoh, mencegah kemungkaran adalah shodaqoh dan persetubuhan salah seorang
di antara kamu (dengan istrinya) adalah shodaqoh “. Mereka bertanya, “ Wahai
Rasulullah, apakah (jika) salah seorang di antara kami memenuhi syahwatnya, ia
mendapat pahala?” Rasulullah SAW menjawab, “Tahukah engkau jika seseorang
memenuhi syahwatnya pada yang haram, dia berdosa. Demikian pula jika ia
memenuhi syahwatnya itu pada yang halal, ia mendapat pahala”. (HR. Muslim
no. 2376)
6. Selanjutnya, wanita yang kesempatannya tidak sebanyak kaum
laki-laki karena ada saatnya haidh, nifas, menyusui; dan masih
lebih cenderung baper (bawa perasaan) hingga kemungkinan bisa mudah tidak
terima kepada suami atau mudah dibawa perasaan, maka masih pula diberi
kesempatan baik untuk bisa berlomba kebaikan dengan laki-laki yang
kesempatannya lebih banyak dan kekuatannya pun lebih. Hingga wanita diberi
prioritas agar bisa bersaing dalam kebaikan:
Rasulullah SAW bersabda:
إِذَا صَلَّتِ
الْمَرْأَةُ خَمْسَهَا وَصَامَتْ شَهْرَهَا وَحَفِظَتْ فَرْجَهَا وَأَطَاعَتْ
زَوْجَهَا قِيلَ لَهَا ادْخُلِى الْجَنَّةَ مِنْ أَىِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ
شِئْتِ
“Jika seorang wanita selalu
menjaga shalat lima waktu, juga berpuasa sebulan (di bulan Ramadhan), serta
betul-betul menjaga kemaluannya (dari perbuatan zina) dan benar-benar taat pada
suaminya, maka dikatakan pada wanita yang memiliki sifat mulia ini, “Masuklah
dalam surga melalui pintu mana saja yang engkau suka.” (HR. Ahmad 1: 191 dan
Ibnu Hibban 9: 471. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
Peluang-peluang atau kesempatan-kesempatan itu telah digunakan
sebaik-baiknya oleh para sahabat Nabi Muhammad SAW , baik suami maupun istri,
sehingga menjadi masyarakat yang dipuji oleh Allah Ta’ala sebagai umat terbaik
tersebut.
Semoga pernikahan ini diberi pertolongan oleh Allah Ta’ala
sehingga bisa meniru keluarga keluarga para sahabat Nabi Muhammad SAW
yang telah dipuji oleh Allah Ta’ala tersebut.
{سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ} {وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ} {وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} رب اغفر وارحم وأنت خير الراحمين يا الله وَصَلَّى اللَّهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّم
Tidak ada komentar:
Posting Komentar