HOME

10 Desember, 2021

Pemecahan Masalah (Problem solving)

STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

PENDAHULUAN

            Salah satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar. Belajar diartikan sebagai proses memperoleh kompetensi yang dilakukan oleh peserta didik, sedangkan mengajar merupakan  proses yang dilakukan oleh pendidik untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki peserta didik. Secara umum, proses belajar mengajar atau proses pembelajaran dapat diartikan sebagai proses memperoleh dan mengembangkan kompetensi peserta didik yang dilakukan melalui interaksi antara pendidik dan peserta didik.

            Pelaksanaan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan baik yang akan dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas memerlukan persiapan yang baik dari pendidik semua mata pelajaran. Persiapan yang dimaksud adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan skenario dalam pembelajaran. Dalam penyusunan RPP seorang pendidik perlu memperhatikan pendekatan, metode, dan strategi  yang akan dipakai dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pemilihan suatu stratergi pembelajaran tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Pada hakikatnya tidak pernah terjadi satu materi pelajaran disajikan dengan menggunakan hanya satu metode. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai dengan baik karena tidak semua strategi pembelajaran cocok dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran.

Di dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran diartikan sebagai usaha dalam memperdayakan cara mengajar, sumber belajar, media pembelajaran, sarana dan prasarana, serta lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat banyak strategi pembelajaran, diantaranya strategi pembelajaran diskusi, strategi pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran problem solving, dan lain-lain. Strategi pembelajaran problem solving merupakan strategi pembelajaran yang banyak dikembangkan saat ini, karena sesuai dengan kurikulum saat ini yang menginginkan bahwa siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran problem solving juga dapat melatih kemampuan siswa dalam menganalisis setiap masalah yang diberikan kepada mereka.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami (1) pengertian strategi pembelajaran problem solving, (2) karakteristik strategi pembelajaran problem solving, (3) tahapan (syntax) dari strategi pembelajaran problem-solving, (4) kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran problem solving, dan (5) penerapan strategi pembelajaran problem solving dalam pembelajaran kimia.

Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat dalam membantu pebelajar lebih memahami strategi pembelajaran problem solving, karakteristik strategi pembelajaran problem solving, tahapan dalam strategi pembelajaran problem solving, kekurangan dan kelebihan strategi pembelajaran problem solving, serta penerapan strategi pembelajaran problem solving dalam pembelajaran kimia. Bagi Pendidik, diharapkan makalah ini bermanfaat dalam menerapkan strategi problem solving dalam Pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran kimia.

 

PEMBAHASAN

Pengertian Strategi Pemecahan Masalah (Problem solving)

Sebelum membahas tentang apa itu problem solving (pemecahan masalah), terlebih dahulu harus diketahui terlebih dahulu pengertian masalah. Menurut John Dewey (dalam Killen, 2007) masalah adalah sesuatu yang diragukan atau sesuatu yang belum pasti. Menurut pendapatnya masalah yang perlu dikemukakan memiliki 2 kriteria, yaitu (1) Masalah yang dipelajari harus sesuatu yang penting untuk masyarakat dan perkembangan kebudayaan, (2) Masalah yang dipelajari adalah sesuatu yang penting dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik. Individu menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam kesulitan.

Secara umum, masalah dipisahkan menjadi 3 kategori, yaitu : masalah dalam kegiatan sehari-hari (routine problem), masalah yang bukan merupakan kegiatan sehari-hari (non-routine problem), dan Open-ended problem (Killen, 2007). Routine problem adalah masalah yang dapat diselesaikan dengan penerapan proses yang sudah diketahui sebelumnya. Banyak soal matematika sederhana tergabung dalam kategori ini, dan mungkin disebut yang terbaik untuk latihan. (Sebagai contoh, untuk kebayakan anak-anak umur 7 tahun, ini menjadi sebuah routine problem : jika Ani menghabiskan Rp.10.000  di suatu toko dan Rp.5.000 di toko yang lain, berapa banyak uang yang dihabiskan Ani?). Non-routine problem adalah permasalahan yang mana metode pemecahan masalah harus ditemukan sebagai bagian dari proses pemecahan masalah. (Contoh sebelumnya dapat menjadi non-routine problem untuk anak umur 5 tahun). Open-ended problem adalah permasalahan yang dapat dipecahkan dengan beberapa metode yang berbeda dan terdapat lebih dari satu jawaban tergantung pada asumsi yang dibuat. (sebagai contoh, Bagaimana pemakaian petrol di Australia dapat berkurang? Atau dalam pelajaran matematika  10+5 =…? Jawabannya dapat bermacam macam, seperti : 10+5 = 15, 10+5 = 30-15, 10+5 = 5x3, 10+5 = 16-1, dan masih banyak lagi).

Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini peserta didik belajar merumuskan pemecahan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematika, yang menggunakan semua kaidah yang dikuasainya. Pemecahan masalah adalah suatu  proses kompleks yang menuntut seseorang untuk mengkoordinasikan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan intuisi dalam rangka memenuhi tuntutan dari suatu situasi.

Menurut Mayo, Donnelly, Nash, & Schwartz (dalam Killen, 2007) strategi pemecahan masalah adalah sebuah strategi pendidikan untuk mengemukakan situasi-situasi dunia nyata, bermakna, dan kontekstual, serta menyediakan sumber daya, bimbingan, dan pengajaran kepada siswa ketika mereka mengembangkan pengetahuan konten dan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah lebih dari sekedar pengumpulan pengetahuan dan aturan-aturan. Kemampuan memecahkan masalah merupakan pengembangan strategi-strategi kognitif fleksibel yang membantu menganalisis situasi-situasi yang belum terdefinisi secara jelas dan  tidak terantisipasi sebelumnya yang kemudian  menghasilkan jawaban yang jelas.

Berdasarkan beberapa konsep tentang pemecahan masalah (problem solving) seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi pembelajaran  problem solving adalah suatu strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah serta dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang ada tersebut.

Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu permasalahan. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah teknik mengajar melalui pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu  sendiri. Mengajar memecahkan masalah berarti, pemecahan masalah itu sebagai isi atau content dari pelajaran, sedangkan pemecahan masalah sebagai suatu strategiberar kedudukan pemecahan masalah itu hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi pengajaran. Untuk menggunakan problem solving sebagai sebuah strategi pembelajaran, pendidik perlu melalukan kerja lebih banyak dibandingkan hanya memberikan beberapa permasalahan di papan tulis, kemudian membiarkan peserta didik berlatih dengan mengerjakan permasalahan tersebut. Pendidik perlu menjelaskan kepada peserta didik apa yang pendidik inginkan untuk dipelajari oleh peserta didik, mengapa pendidik menggunakan pemecahan masalah untuk mengajar, dan harapan pendidik tentang interaksi antara peserta didik dan peserta didik, serta interaksi antara peserta didik dan peserta didik lainnya. Melalui proses pembelajaran ini, fokus pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan pemahaman mereka mengenai konsep-konsep penting (bukan hanya prosedur  pemecahan masalah). Pencapaian terbaik didapatkan  dengan permasalahan yang nyata dan menggunakan waktu lama  untuk memecahkannya serta mampu mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman secara mendalam dibandingkan permasalahan yang membutuhkan waktu yang singkat untuk dipecahkan. 

Karakteristik Strategi Pemecahan Masalah (Problem solving)

Ciri-ciri strategi pembelajaran problem solving secara umum adalah sebagai berikut:

a.       Diawali dari sebuah masalah

b.      Adanya tuntutan dari peserta didik untuk berpikir dan bertindak kreatif

c.       Adanya tuntutan bagi peserta didik untuk memecahkan masalah

d.   Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat

e.       Peserta didik bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil

f.  Pengajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahannya (open-minded problem)

g.      Peserta didik menggunakan banyak pendekatan dalam belajar

h.      Hasil dari pemecahan masalah adalah tukar pendapat (sharing) diantara semua peserta didik.

Pemilihan pemasalahan yang sesuai merupakan hal terpenting dalam strategi pembelajaran problem solving. Pedoman yang berguna untuk memilih permasalahan adalah bahwa permasalahan tersebut harus memenuhi ketiga kriteria dasar, yaitu : permasalahan tersebut harus relevan, komperhensif (menyeluruh),  dan memiliki kerumitan yang sesuai.

1)             Permasalahan tersebut harus relevan,  artinya permasalahan tersebut dapat menjaga ketertarikan peserta didik dalam jangka waktu yang lama yang memungkinkan peserta didik untuk memindahkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang baru diperoleh keluar ruang kelas, sehingga pengalaman tersebut dapat menambah kemampuan mereka dalam memecahkan permasalahan dunia nyata dan peserta didik dapat melihat bagaimana professional menganalisis dan memecahkan permasalahan.

2)             Untuk menjadi komperhensif, permasalahan harus mengijinkan peserta didik untuk menjelajah konsep yang luas dan mengembangkan keterampilan yang khusus. Saat merancang permasalahan, sangat berguna untuk memulai dari pemikiran dasar atau konsep utama, lalu mengidentifikasi fakta dasar, konsep, atau ide yang pendidik inginkan untuk peserta didik temukan ketika mereka memecahkan permasalahan. Selanjutnya, pendidik harus menyusun proses pembelajaran sehingga dapat menyelidiki isu tersebut.

3)             Kerumitan dari suatu permasalahan harus merefleksikan kerumitan dari permasalahan dunia nyata. Hal ini akan menjamin ada lebih dari satu jawaban untuk suatu permasalahan, hal itu mengijinkan perspektif yang berbeda dan pemecahan yang diekplorasi. Permsalahan yang rumit juga mendorong peserta didik untuk memasukkan pendekatan multidisiplin ke dalam pemecahan masalah.

Hal lain yang terpenting dalam strategi pembelajaran problem solving adalah peran guru (pendidik) dan siswa (peserta didik) karena, pendidik dan peserta didik merupakan subjek dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran hanya akan berlangsung ketika adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik, serta interaksi antar peserta didik.

1.             Peran guru

a)             Sebagai manajer, guru mengatur jalannya kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir, sehingga jalannya kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar sesuai dengan yang sudah dirancangkan.

b)             Sebagai desainer, Guru sebagai desainer bertugas merancang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh peserta didik. Guru merancang kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir, yang meliputi: pembukaan pembelajaran, inti pembelajaran, dan penutupan pembelajaran.

c)             Sebagai fasilitator, guru harus mampu memfasilitasi segala keperluan yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Yang meliputi : sumber belajar, media pembelajaran, dan alat-alat yang digunakan dalam proses pembelajaran

d)            Sebagai observer, guru mengamati jalannya kegiatan pembelajaran, yang meliputi: kegiatan peserta didik dalam merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, dan mencari pemecahan masalah.

e)             Sebagai motivator, guru memberi dorongan agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Guru memberi dorongan dalam bentuk mendorong peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, mendorong peserta didik untuk berpikir, dan mendorong peserta didik untuk saling membantu.

Adapun aktivitas khusus guru dalam strategi pembelajaran adalah sebagai berikut :

a.       Membantu peserta didik untuk menganalisis dan mengklarifikasi permasalahan

b.      Membantu peserta didik untuk menghasilkan gagasan

c.       Membantu peserta didik untuk menilai gagasan

2.             Peran Siswa

Peran siswa dalam pembelajaran problem solving yaitu siswa sebagai pemecah masalah yang mereka rumuskan atau temui (problem solver). Kegiatan siswa meliputi menganalisis masalah yang diberikan, merumuskan hipotesis, mencari data yang mendukung hipotesis, hingga mencari pemecahan masalah untuk permasalahan yang diberikan. 

Langkah-langkah Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem solving)

Di dalam Jurnal of physics education (2008), dinyatakan bahwa dasar dari pemecahan masalah adalah sebuah proses yang sistematis. Setiap tahap adalah hasil dari tahap yang sebelumnya dan berlanjut hingga tahap berikutnya. Metode yang terkenal adalah pemecahan masalah dalam pengajaran yang menggunakan model bertahap. Pembahasan mengenai pemecahan masalah ini tidak bisa lepas dari tokoh utamanya yaitu G. Polya. Pemikiran Polya (dalam Rohmah, 2011) mengenai pemecahan masalah terdiri dari 4 tahap, yakni:

1.             Memahami masalah

Contoh tindakan yang kita lakukan adalah seperti “Apa yang kita lihat?” atau “informasi apa yang diberikan dari suatu permasalahan tersebut?”

2.             Merencanakan pemecahan masalah

“Apa saja cara penyelesaian yang saya tahu?”

3.             Menerapkan rencana pemecahan masalah

4.              Memeriksa kembali hasil pemecahan masalah

Menurut (Djamarah, 2006) langkah-langkah dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut:

1.             Merumuskan masalah dan menegaskan masalah

Individu melokalisasi letak sumber kesulitan untuk memungkinkan mencari jalan pemecahannya. Beliau menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan menggunakan prinsip atau dalil serta kaidah yang diketahuinya.

2.             Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis

Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa. Kemudian mengidentifikasi berbagi alternative kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai pertanyaan jawaban sementara yang memerlukan pembuktian.

3.             Mengevaluasi alternatif pemecahan masalah yang dikembangkan

Setiap alternatif pemecahan masalah ditimbang dari segi untung ruginya. Selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang paling mungkin dan menguntungkan.

4.             Mengadakan pengujian atau verifikasi

Mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental alternatif pemecahan yang dipilih, dipratikan, atau dilaksanakan. Dari hasil pelaksanaan itu diperoleh informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya yang telah dirumuskan.

            Sedangkan (Arifin, 2000) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam memecahkan masalah adalah sama halnya dengan memecahkan masalah dalam penelitian, untuk memecahkan masalah tertentu seseorang perlu menggunakan tahap yang dilakukan peneliti yaitu melewati 6 tahap seperti yang tertera pada tabel berikut:

No

Tahapan Penelitian

Tahapan Pemecahan Masalah

        1

Perumusan Masalah

Apa yang ditanyakan

        2

Membuat hipotesis

Menuliskan alternatif cara menjawab

         3

Studi pustaka

Mencari teori, rumus-rumus aturan yang berkaitan dengan yang ditanyakan

        4

Melakukan penelitian untuk mendapatkan data

Menganalisa soal untuk mendapatkan data yang diketahui

         5

Menganalisis data

Menjelaskan soal berdasarkan data

         6

Kesimpulan

Menyimpulkan data

    Namun tahapan-tahapan pemecahan masalah di sekolah oleh pelajar dalam hal ini yang dimaksud adalah pemecahan soal. Menurut Melters (dalam Rohmah, 2011) tahap-tahap pemecahan masalah tersebut adalah:

a.              Tahap analisis masalah untuk mendapatkan rumusan masalah dan menyimpulkan data yang ada.

b.             Tahap perencanaan pemecahan masalah. Dari data-data yang ada, peserta didik mencoba merencanakan suatu pemecahan dengan tahapan sebagai beikut:

1)             Memecahkan rumus standar

2)             Meneliti hubungan antar konsep

3)             Membuat transformasi atau membuat suatu pengubahan bentuk yang dapat mendukung proses pemecahan masalah

c.              Tahap pengecekan

Kelebihan dan Kekurangan Startegi Pembelajaran Problem Solving

A.           Kelebihan

Bila digunakan secara efektif, pemecahan masalah memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan instruksi langsung atau kerja kelompok sederhana. (Killen, 2007) Beberapa alasan khusus untuk menggunakan problem solving sebagai strategi pengajaran (keuntungan strategi pembelajaran problem solving) adalah :

1.             Pemecahan melibatkan peserta didik secara aktif dan sengaja belajar masalah, mengembangkan pemikiran mereka dan penalaran mereka serta keterampilan mereka yaitu, berupa kemampuan mereka untuk menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan mereka yang sudah ada dengan situasi baru, untuk mengenali perubahannya antara fakta dan opini, dan untuk membuat penilaian objektif.

2.             Ketika masalah menarik dan sulit, tingkat yang lebih tinggi dari pemahaman dan pengembangan keterampilan terjadi dari dalam instruksi langsung. Mengembangkan solusi yang berarti untuk masalah yang menyebabkan pemahaman yang lebih dalam materi pelajaran tersebut.

3.             Pemecahan membantu membuat peserta didik bertanggung jawab untuk membentuk dan mengarahkan pembelajaran  mereka sendiri. Hal tersebut bermanfaat bagi mereka untuk melihat bahwa pembelajaran mereka adalah hasil dari usaha mereka sendiri. Ketika mereka mengembangkan pengetahuan baru untuk diri mereka sendiri dan merasa bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri, mereka didorong untuk mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri dan proses-belajar yang mereka lakukan menjadi metakognitif.

4.             Pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan situasi belajar yang baru, tetapi hanya apabila mereka telah belajar untuk sadar apa yang mereka lakukan.

5.             Pemecahan masalah dapat menunjukkan kepada peserta didik bahwa masing-masing mata pelajaran mereka (Sains, Matematika, Sejarah, dll) merupakan  cara berpikir dan melakukan hal-hal yang harus masuk akal bagi mereka, tidak hanya untuk pendidik atau penulis buku teks.

6.             Problem solving, utamanya dalam kelompok, mendorong peserta didik untuk berbicara tentang konsep yang mereka coba untuk pahami. Ini membantu mereka untuk mengevaluasi pemahaman mereka sendiri dan mengidentifikasi celah dalam pemikiran mereka. Ini juga dapat mengembangkan keterampilan berbahasa mereka.

7.             Problem solving dapat membantu peserta didik mengembangkan kualitas, seperti akal, rasa percaya diri, kesabaran, dan ketekunan.

B.            Kekurangan Probem Solving

Terdapat beberapa kekurangan dalam strategi pembelajaran problem solving, antara lain (Killen, 2007):

1)             Suksesnya pelajaran pemecahan masalah membutuhkan banyak persiapan. Masalah yang tepat membutuhkan waktu untuk berkembang karena setiap masalah harus terstruktur untuk menghasilkan hasil belajar peserta didik yang baik.

2)             Kecuali peserta didik memahami mengapa mereka sedang berusaha untuk memecahkan masalah tertentu, mereka mungkin tidak belajar apa yang menjadi tema belajarnya. Misalnya, mereka fokus pada strategi dan bukan pada prinsip-prinsip yang pendidik ingin mereka temukan.

3)             Kecuali para peserta didik melihat masalah yang relevan, mereka mungkin menganggap masalah tersebut hanya sebagai kesibukan, dalam hal ini mereka tidak mungkin untuk belajar banyak.

4)             Kecuali peserta didik percaya bahwa mereka mampu memecahkan masalah, mereka mungkin enggan untuk terlibat dengan masalah tersebut.

5)             Karena peserta didik bekerja relatif tidak bergantung dari pendidik, mereka mungkin tidak 'menemukan' semua hal yang pendidik ingin mereka untuk pelajari. Peserta didik yang menggunakan strategi yang tidak pantas bisa berpikir mencapai kesimpulan yang tidak pantas. Kecuali pendidik memantau peserta didik secara dekat, pendidik mungkin tidak menyadari bahwa hal-hal ini terjadi.

6)             Peserta didik yang terbiasa menjadikan pendidik mereka sumber utama pengetahuan mungkin merasa tidak nyaman dengan diri yang diarahkan belajar untuk memecahkan masalah.

7)             Beberapa peserta didik mungkin memiliki gaya belajar yang tidak melengkapi penggunaan pemecahan masalah.

8)             Ketika peserta didik bekerja dalam kelompok, bagi peserta didik kurang mampu atau kurang percaya diri mudah didominasi oleh peserta didik yang percaya diri dan mampu.

Penerapan Strategi Pembelajaran Problem solving dalam Pembelajaran Kimia

A.    Materi pokok
Asam-Basa

B.     Kompetensi Dasar (KD)
Memahami konsep asam-basa untuk diaplikasikan dalam kehidupan

C.     Langkah pembelajaran

1)        Pembukaan

a.         Guru menyampaikan tujuan pembelajaran asam basa

b.        Guru menyampaikan review materi asam basa (menjelaskan konsep-konsep dasar dan teori-teori yang diperlukan dalam memecahkan permasalahan asam basa).

c.         Guru memberi masalah pada peserta didik untuk dipecahkan. Misalnya permasalahan berikut: Tanah yang subur adalah tanah yang memiliki rentang pH 5,5 – 6,5. Tidak semua tanah yang ada di Indonesia adalah tanah yang subur. Salah satunya adalah daerah Bukit Jimbaran, Bali. Kurang suburnya tanah di daerah tersebut dikarenakan tanah yang ada berasal dari pelapukan batu kapur. Menurut Anda bagaimana caranya agar tanah di daerah tersebut menjadi subur ?

2)        Isi
Siswa memecahkan masalah yang diberikan oleh guru melalui tahapan berikut:

a.         Tahap analisis
Setelah membaca permasalahan dengan seksama, peserta didik membuat skema yang menunjukkan gambaran dari yang diketahui dan ditanyakan dalam suatu permasalahan tersebut. Siswa diharapkan mencari sumber (mengumpulkan data) yang terkait dengan masalah yang diberikan guru.

b.        Tahap perencanaan
Pada tahap ini siswa diharapkan berpikir ke arah:

a)        Tanah berkapur artinya tanah bersifat basa.

b)        Menentukan cara menyuburkan tanah yang bersifat basa, yaitu dengan menambahkan zat yang bersifat asam agar dapat menurunkan pH tanah. Contohnya pemupukan pada tanah.

c)        Pupuk terdiri atas 2 jenis yaitu pupuk alami dan pupuk buatan

Jika siswa tidak berpikir ke arah jawaban penyelesaian masalah maka guru harus memfasilitasi siswa ke arah jawaban penyelesaian masalah.

c.         Tahap pengecekan

Tahap pengecekan ini dilakukan untuk memastikan jawaban dari siswa, agar kemungkinan kesalahan jawaban dari siswa dapat diminimalisir. Pada kegiatan inti peran siswa adalah sebagai problem solver sedangkan guru mengamati cara siswa memecahkan permasalah serta menfasilitasi kebutuhan peserta didik dalam proses pemecahan masalah.

3)        Penutup

a)      Guru dan siswa mendiskusikan jawaban dari pemecahan masalah siswa.

b)      Guru dan siswa menarik kesimpulan jawaban yang tepat dari hasil pemecahan masalah asam basa yang diberikan guru.

c)      Pada permasalahan tersebut jawaban yang diharapkan yaitu:
Cara yang dapat dilakukan agar tanah di daerah tersebut menjadi subur diantaranya: Melakukan pemupukan menggunakan pupuk alami atau buatan seperti pupuk kandang dan pupuk kompos yang bersifat asam untuk menurunkan pH tanah di daerah tersebut.

d)     Guru mengevaluasi pembelajaran melalui pemberian tes kecil pada siswa.

Pebelajaran materi asam basa dengan kompetensi dasar memahami konsep asam basa untuk diaplikasikan dalam kehidupan cocok dengan strategi belajar problem solving, karena materi dengan KD tersebut bisa dibuatkan masalah yang relevan, komprehensif, dan memiliki kerumitan serta open ended problem seperti contoh masalah dalam rancangan pembelaran diatas. Materi yang bisa dibuatkan masalah yang relevan, komprehensif, dan memiliki kerumitan serta open-ended problem ditujukan agar memenuhi karakteristik dari strategi pembelajaran problem solving yang mana menuntut siswa untuk berpikir dan bertindak kreatif.

Baca juga artikel yang lain :

 

PENUTUP

Strategi pembelajaran  problem solving adalah suatu strategi pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik yang dapat melatih peserta didik untuk menghadapi berbagai masalah serta dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang ada tersebut. Dalam bidang Kimia, strategi pemecahan masalah ditujukan untuk para pengajar bidang studi Kimia sebagai alternatif dalam menerapkan dan mengembangkan proses dan aktivitas pembelajaran di kelas yang lebih produktif dan bermakna.

Adapun karakteristik dari strategi pembelajaran problem solving adalah (1) Diawali dari sebuah masalah, (2) Adanya tuntutan dari peserta didik untuk berpikir dan bertindak kreatif, (3) Adanya tuntutan bagi peserta didik untuk memecahkan masalah, (4) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, (5) Peserta didik bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil, (6) Pengajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan.

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari strategi pembelajaran problem solving. Salah satu kelebihan dari strategi ini adalah pemecahan melibatkan peserta didik secara aktif dan sengaja belajar masalah, mengembangkan pemikiran mereka dan penalaran mereka serta keterampilan mereka yaitu berupa, kemampuan mereka untuk menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan mereka yang sudah ada dengan situasi baru, untuk mengenali perubahannya antara fakta dan opini, dan untuk membuat penilaian objektif. Sedangkan salah satu kekurangannya adalah kecuali peserta didik memahami mengapa mereka sedang berusaha untuk memecahkan masalah tertentu, mereka mungkin tidak belajar apa yang menjadi tema belajarnya. Misalnya, mereka fokus pada strategi dan bukan pada prinsip-prinsip yang pendidik ingin mereka temukan.

            Adapun tahapan-tahapan dalam strategi pembelajaran problem solving yaitu, Tahap analisis masalah untuk mendapatkan rumusan masalah dan menyimpulkan data yang ada, Tahap perencanaan pemecahan masalah, Tahap melakukan perhitungan,Tahap pengecekan. Strategi ini dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia, contohnya dalam pokok bahasan asam basa dengan memberikan contoh permasalahan yang relevan dengan kehidupan nyata.

 

DAFTAR PUSTAKA

         Arifin, Mulyati. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia: Prinsip dan Aplikasinya. Bandung: UPI.

Djamarah, S.Bahari dan Zain.A. 2006. Strategi Belajara Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gamze Sezgin Selcuk, September 2008, “The Effects of Problem Solving Instruction of Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use”. Jurnal of Physics Education. Volume 2, No. 3.

Killen, Roy. 2007. Efective Teaching Strategy (4th Ed). Australia: Cengage.

Rohmah, Siti. 2011. "Penerapan Pendekatan Problem Solving dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Peserta didik Terhadap Konsep Mol dalam Stoikiometri". Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

 

 

 

 

Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)

Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Think-Talk-Write (TTW)

Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) memiliki langkah-langkah (sintaks) dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut.

1.    Guru membagi Lembar Kerja Peserta didik (LKS) yang berisi masalah yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk

2.     Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik berusaha untuk meyelesaikan masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau menyatukan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.

3.    Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara individu (talk). Dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota kelompok tidak terlalu banyak dan terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan yang heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin (1996:82) yang menyatakan bahwa this strategy to be effective when students working in heterogeneous group to six students, are asked to explain, summarize, or reflect. Artinya, metode TTW akan efektif ketika peserta didik bekerja dalam kelompok yang heterogen yang terdiri dari 2 sampai 6 peserta didik yang bekerja untuk menjelaskan, meringkas, atau merefleksi.

4.          Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.

5.          Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

6.     Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

Baca juga artikel yang lain :

09 Desember, 2021

Akhlak Tasawuf (Makalah)

 

                                                                        BAB I

PENDAHULUAN

A.             LATAR BELAKANG

Tasawuf merupakan suatu pengetahuan pada diri kita yang mana bisa membedakan yang baik dan buruk, yang benar dan jelas. Sedangkan secara lughowi adalah mensucikan. Tujuan dari mempelajari tasawuf adalah mendekatkan diri pada Allah. Tasawuf muncul pada masa Tabi’in, sedangkan pada nabi dan sahabat tasawuf tidak ada (tapi dikenal dengan nama zuhud). Kemunculan tasawuf pada abad ke II. Kemudian pada abad ke III dan IV, munculah aliran-aliran dalam tasawuf.  Aliran-aliran itu meliputi aliran  Tasawuf Falsafi, Tasawuf Amali, dan Tasawuf Akhlaki.

Pada masa tasawuf sunni ajarannya berpedoman pada al-Qur’an dan al-Hadits. Pada masa tasawuf falsafi adalah tasawuf yang menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran. Tasawuf  yang diartikan dengan kehendak memperbaiki budi dan membersihkan batin adalah tasawuf amali.

B.        RUMUSAN MASALAH

1.         Bagaimana aliran-aliran dalam Ilmu Akhlaq Tasawuf ?

2.         Bagaimana tokoh tokoh dalam Ilmu Akhlaq Tasawuf ?

3.         Bagaimana perkembangan Ilmu Akhlaq Tasawuf

C.        TUJUAN

1.         Untuk mengetahui aliran aliran dalam Ilmu Akhlaq Tasawuf.

2.         Untuk mengetahui tokoh tokoh dalam Ilmu Akhlaq Tasawuf.

3.         Untuk mengetahui perkembangan Ilmu Akhlaq Tasawuf.


BAB II

PEMBAHASAN

A.             ALIRAN ALIRAN DALAM ILMU AKHLAQ TASAWUF

Menurut Amin Syukur, ada dua Aliran dalam Tasawuf. Pertama, Aliran Tasawuf  Sunni yaitu bentuk Tasawuf yang memagari dirinya dengan al-Quran dan al-Hadis secara ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqammat (tingkat kerohaniaan) mereka pada dua sumber tersebut. Kedua,  Aliran Tasawuf Falsafi, yaitu Tasawuf yang bercampur dengan ajaran filsafat komprom, dalam pemakaian term-term filsafat yang maknanya disesuaikan dengan Tasawuf. Oleh karena itu, Tasawuf  yang berbau filsafat ini tidak sepenuhnya dapat dikatakan Tasawuf dan juga tidak dapat sepenuhnya dikatakan sebagai filsafat.

Para ahli Tasawuf pada umumnya membagi Tasawuf menjadi tiga bagian yakni  Tasawuf Falsafi, Akhlaqi, dan Amali.

1.        Tasawuf Falsafi

Tasawuf Falsafi adalah aliran yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistik (ghaib) dan visi rasional (akal). Terminology filosofis yang berasal dari macam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya, namun orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang. Walaupun demikian tasawuf filosofis tidak bisa dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan metodenya didasarkan pada rasa dan tidak pula bisa dikatagorikan pada tasawuf (yang murni) karena sering diungkapkan dengan bahasa filsafat.

Selain itu tasawuf falsafi memiliki pengertian sebagai berikut tasawuf yang menggunakan pendekatan rasio atau akal pikiran. Tasawuf model ini menggunakan bahan-bahan kajian atau pikiran dari para filsof, baik menyangkut tentang tuhan, manusia, dan sebaginya.

2.        Tasawuf Akhlaqi (Sunni)

Tasawuf Akhlaki adalah membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku. Tasawuf Akhlaki gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu akhlak, akhlak hubungnnya sangat erat  dengan tingkah laku dan perbuatan manusia dalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya.

Tasawuf Akhlaki biasa disebut dengan istilah tasawuf sunni. Tasawuf model ini berusaha untuk mewujudkan akhlak mulia dalam diri sufi, sekaligus menghindarkan diri dari akhlak mazmumah (tercela).                                                                        

Dan tasawuf Sunni juga memiliki pengertian yaitu bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan al-Qur’an dan al-Hadits secara ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan Maqomat ) tingkatan rohaniah) mereka kepada kedua sumber tersebut. Dalam ilmu tasawuf dikenal dengan sebutan takhali (pengosongan diri dari sifat-sifat  tercela), tahali (menghiasi diri dengan sifat-siat terpuji), dan tajalli (terungkapnya nur Ghaib bagi hati yang telah bersih sehingga mampu melihat cahaya ketuhanan).

3.        Tasawuf Amali

Tasawuf Amali adalah aliran tasawuf ini lebih  menekankan pembinaan moral dalam upaya mendekatan diri kepada tuhan untuk mencapai hubungan yang dekat dengan tuhan, seseorang harus mentaati dan melaksanakan sya’riat atau ketentuan agama.

Tasawuf Amali berkonotasikan tarekat. Tarekat disini dibedakan antara kemampuan sufi yang satu dari pada yang lain, ada orang yang dianggap mampu dan tahu cara mendekatkan diri kepada Allah, orang yang memerlukan bantuan orang lain dianggap memiliki otoritas dalam masalah itu. Dalam tasawuf amali yang berkonotasikan tarekat ini mempunyai aturan, prinsip dan sistem khusus. Menurut J.Spencer Trimingham, tarekat adalah suatu metode praktis untuk menuntun seorang sufi secara berencana dengan jalan pikiran, perasaan, dan tindakan, terkendali terus-menerus kepada suatu rangkaian maqam untuk dapat  merasakan  hakekat sebenarnya.

B.             PENDEKATAN YANG DIGUNAKAN

Tujuan tasawuf ini sama  namun berbeda dalam pendekatan yang di gunakan :

1.             Pendekatan Tasawuf Falsafi

Pendekatan tasawuf falsafi adalah rasio/akal pikiran, yakni menggunakan bahan-bahan kajian atau pemikiran yang terdapat dikalangan para filosof, seperti filsafat tentang tuhan, manusia, dan hubungan manusia dengan tahun.

2.             Pendekatan Tasawuf Akhlaqi (Sunni)

Pendekatan tasawuf akhlaqi adalah pendekatan yang terdiri dari takhalli (yang mengosongkan diri dari akhlak yang buruk), tahalli ( menghiasi dengan akhlak yang terpuji), tajalli (terbukanya dinding penghalang) yang membatasi manusia dengan tuhannya.

3.             Pendekatan Tasawuf Amali

Pendekatan taswuf amali adalah pendekatan amali wirid, yang selanjutnya mengambil bentuk tarikat.

C.             TOKOH-TOKOH ALIRAN TASAWUF

1.             Tokoh aliran tasawuf falsafi

a.             Ibnu Khaldun.

b.             Al Jilli.

c.              Al Hallaj.

d.             Ibn ‘Arbi.

e.             Ibn Sab’in.

2.             Tokoh aliran tasawuf akhlaqi (sunni)

a.             Al Qusyairi.

b.             Al Harawi.

c.              Al Ghazali.

d.             Hasan al Basyri.

3.             Tokoh aliran tasawuf amali

Syech Abdul Qadir Al Jailani( 470H/1077M-561H/1166M), dia adalah orang pertama yang mendirikan madrasah ini dalam bentuk tariqah. Kemudian diikuti oleh Imam Ahmad Al-Rifa’I (w.578H/1106M), Imam Abu Hasab Al-Shadhili, dan imam Baha’ al-Din Muhammad al-Naqshabandi (717-791M).

D.            PERKEMBANGAN ALIRAN TASAWUF

1.             Perkembangan Tasawuf Falsafi

Pada abad VI Hijriyah, tampillah tasawuf falsafi, yaitu tasawuf yang bercampur dengan ajaran filsafat, kompromi dalam pemakaian term-term filsafat yang maknanya di sesuaikan dengan tasawuf. Oleh karena itu tasawuf yang berbau filsafat ini tidak bisadi katakana sepenuhnya tasawuf, dan juga tidak bisa dikatakan sebagai filsafat. Karena itu sebut saja tasawuf falsafi, karena di satu pihak memakai term-term filsafat, namun secara eoistimologi memakai dzauq/intuisi/wujdan (rasa).

Pada abad VI dan dilanjutkan VII Hijriyyah, muncul cikal bakal orde-orde (thariqah) sufi keamanan. Hingga dewasa ini,  pondok-pondok merupakan oasis-oasis ditengah-tengah gurun pasir kehidupan duniawi.

2.             Perkembangan Tasawuf Akhlaqi (Sunni)

Pada abad III dan IV Hijriyah, terdapat dua aliran. Pertama, aliran tasawuf sunni yaitu bentuk tasawuf yang memagari dirinya dengan al-Qur’an dan al-Hadits secara ketat, serta mengaitkan ahwal (keadaan) dan maqomat (tingkatan ruhaniyah) mereka terhadap dua sumber tersebut.

 Tasawuf sunni memenangkan pertarungan, dan berkembang sedemikian rupa, sedangkan tasawuf semi falsafi tenggelam dan akan muncul lagi pada abad VI Hijriyah dalam bentuknya yang lain. Kemenangan tasawuf sunni ini dikarenakan menangnya aliran teologi.  Ahl Al-Sunnah Wa Al-Jama’ah yang di pelopori oleh Abu al-Hasan al-Asy’ari (w 324 H), yang mengadakan kritik pedas terhadap teori Yazid al-Bushthamy dan al-hallaj, sebagaimana tertuang dalam syathahiyat-nya yang nampak bertentangan dengan kaidah dan akidah islam.

Oleh karena itu tasawuf pada abad ini cenderung mengadakan pembaharuan yang merupakan konsolidasi, yakni periode yang di tandai pemantapan dan pengembalian tasawuf ke landasannya, yaitu al-Qur’an dan al-Hadits. Tokoh-tokohnya ialah al-Qusyairi, al-Harawi, dan al-Ghazali.

3.             Perkembangan Tasawuf Amali

Perkembangan tasawuf selanjutnya adalah masuk pada periode generasi setelah sahabat yakni pada masa kehidupan para “Tabi’in (sekitar abad ke-1 dan abad ke-2 Hijriyah), pada periode ini munculah kelompok (gerakan) tasawuf yang memisahkan diri terhadap konflik-konflik politik yang di lancarkan oleh dinasti bani Umayyah yang sedang berkuasa guna menumpas lawan-lawan politiknya.

Gerakan tasawuf tersebut diberi nama “Tawwabun” (kaum Tawwabin), yaitu mereka yang membersihkan diri dari apa yang pernah mereka lakukan dan yang telah mereka dukung atas kasus terbunuhnya Imam Husain bin Ali di Karbala oleh pasukan Muawiyyah, dan mereka bertaubat dengan cara mengisi kehidupan sepenuhnya dengan beribadah. Gerakan kaumTawwabin ini dipimpin oleh Mukhtar bin Ubaid as-Saqafi yang akhir kehidupannya terbunuh di Kuffah pada tahun 68 H.

    Baca juga artikel yang terkait:

 

BAB III

PENUTUP

A.             KESIMPULAN

Tasawuf Falsafi adalah aliran yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi mistik (ghaib) dan visi rasional (akal). Tokohnya: Ibn Khaldun, Al-Jilli, Al-Hallaj, Ibn ‘Arabi, Ibn Sab’in. Tasawuf ini muncul padaa abad VI.

 Tasawuf Amali adalah aliran tasawuf ini lebih  menekankan pembinaan moral dalam upaya mendekatan diri kepada tuhan untuk mencapai hubungan yang dekat dengan tuhan, seseorang harus mentaati dan melaksanakan sya’riat atau ketentuan agama. Tokohnya: Syech Abdul Qadir Al jailaniH Ahmad Al-Rifa’iImam Abu Hasab Al-Shadhili, dan imam Baha’ al-Din Muhammad al-Naqshabandi. Tasawuf ini muncul pada abad I dan II.       

Tasawuf Akhlaki adalah membersihkan tingkah laku atau saling membersihkan tingkah laku.tasawuf akhlaki gabungan antara ilmu tasawuf dan ilmu akhlak, akhlak hubungnnya sangat erat  dengan tingkah laku dan perbuatan manusia sdalam interaksi sosial pada lingkungan tempat tinggalnya. Tokohnya: AL-Qusyairi,al-Hawari, Al-Ghozali, dan Hasan al basri. Tasawuf ini muncul pada abad IIIdan IV.

B.             SARAN

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan dan memakluminya, karena kami adalah hamba Allah yang tak luput dari salah khilaf, Alfa dan lupa.

 

DAFTAR PUSTAKA

Abu al  Wafa al Ganimi at Taftazani, Madikhal ilat Tashawwuf al Islami,Kairo:Daruts Tsaqofah, 1979.

Abu Yazid al-Busthami dengan teori fana’nya, dan al-hallaj dengan teori al-hululnya.

Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, PT Remaja Rosdakarya,Bandung,2012.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia téologi berarti: pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat Allah, dasar kepercayaan kpd Allah dan agama, terutama berdasarkan pd kitab suci).

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam  Jakarta. PT. Ichtiar Baru Van J, 1993.

IAIN Sumatera,Pengantar Ilmu Tasawuf, 1982.

J.Spencer Trimingham, The Sufi Orders in Islam, Now York:Oxford University,1971.

M.Amin Syukur, Menggugat Tasawuf,  Pustaka pelajar,Yogyakarta,1999

 

 


Tauhid Rububiyyah

    Berdasarkan tinjauan bahasa, tauhid artinya mengesakan . Sedangkan berdasar istilah, tauhid yaitu meyakini bahwa Allah SWT itu esa atau satu, tidak ada sekutu bagi-Nya. Pengertian rubuiyyah itu penciptaan, pemeliharaan, dan pengasuhan .

      Dari pengertian di atas maka dapat di mengerti bahwa tauhid rububiyyah artinya mengesakan Allah ( Rabb ) dalam semua perbuatan-Nya ,misal menciptakan, mengatur, memberi , dan sebagainya . Dengan kata lain, tauhid rubiyyah yaitu keadaan meyakini dan mempercayai sepenuhnya bahwa tidak ada Tuhan yang menciptakan, menghidupkan, mengatur dan lain-lain.

     ~ Allah yang Maha Pencipta, Maha Kuasa dan Maha Pengatur 

      Allah yang maha merencanakan penciptaan, kekuasaan dan pengaturan suatu kejadian .

     Allah Maha Pencipta segala sesuatu, mencipta segala sesuatu menjadi nyata, segala sesuatu menjadi berbeda, segala sesuatu menjadi serupa-rupa, segala sesuatu menjadi nyata warna-warninya, terang, gelap, kabur, samar-samar dan sampai tak terlihat sama sekali, karena Allah menciptakan sesuatu menjadi nyata, maka Allah itu secara hakikat sebenarnya/sesungguhnya lebih nyata dari segala sessuatu, bagaimana segala sesuatu menghijab Allah sedangkan segala sesuatu itu Dia yang menjadikan Nyata dan Allah Maha Besar dari segala sesuatu (segala sesuatu yang di maksud di sini adalah selain dari Allah SWT),segala sesuatu lebih kecil dari pada Dia, bagaimana mungkin yang kecil mendinding Yang Maha Besar, kalaulah ada Yang Maha Besar bisa di hijab/di dinding oleh sesuatu maka bukanlah Dia Maha Besar.

    Bukankah kebanyakan dari manusia itu tidak mengenal Allah dengan sebenarnya “ Awaladdin Ma’rifatullah / awal agama mengenal Allah “ mengenal Allah tidak hanya kenal nama dan tidah dikenal dengan yang Empunya Nama, kalau tidak mengenal Allah dengan sebenarnya kemungkinan akan bertingkah laku, beranggapan, berapreasi terhadap sesuatu termasuk kepada syirik (menyekutukan Allah) inilah dosa yang tidak akan di ampunkn. “ Dosa  walau sepenuh lamgit dan bumi akan diampunkan oleh Yang Maha Pengampun.

    ~ Makna Tauhid Rububiyyah Allah 

   Maknanya, meyakini bahwa Allah adalah Dzat yang menciptakan, menghidupkan, mematikan, memberi rizki, mendatangkan segala manfaat dan menolak segala mudharat. Dzat yang mengawasi, mengatur, penguasa, pemilik hukum dan selainnya dari segala sesuatu yang menunjukkan  kekuasaan tunggal bagi Allah. Dari sini, seorang mukmin harus meyakini bahwa tidak ada seorangpun yang menandingi Allah dalam hal ini. Allah mengatakan : “ Katakanlah ! Dialah Allah Yang Maha Esa . 


    Baca juga artikel yang terkait:


Bentuk-bentuk Energi


Energi Listrik

Baterai sebagai contoh energi listrik

Lampu senter yang kita gunakan dapat menyala karena ada energi listrik yang mengalir pada lampu. Energi listrik terjadi karena adanya muatan listrik yang bergerak. Muatan listrik yang bergerak akan menimbulkan arus listrik. Energi listrik banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya sebagai penerangan. Energi listrik juga dapat digunakan untuk menggerakkan mesin-mesin. Energi listrik yang biasa kita gunakan dalam rumah tangga berasal dari pembangkit listrik. Pembangkit listrik tersebut menggunakan berbagai sumber energi, seperti air terjun, reaktor nuklir, angin, atau matahari. Energi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik sangat besar. Untuk menghasilkan sumber energi listrik yang lebih kecil, kita dapat menggunakan aki, baterai, dan generator.

Energi Bunyi

Lonceng sebagai contoh energi bunyi

Bunyi dihasilkan dari benda yang bergetar. Ketika kita mendengar bunyi guntur yang sangat keras, terkadang kaca jendela rumah kita akan ikut bergetar. Hal ini disebabkan bunyi sebagai salah satu bentuk energi merambatkan energinya melalui udara. Sebenarnya ketika terjadi guntur, energi yang dimiliki guntur tidak hanya mengenai kaca rumah tetapi mengenai seluruh bagian rumah. Akan tetapi, energi yang dimiliki Guntur tidak cukup besar untuk menggetarkan bagian rumah yang lainnya.

Energi Kalor (Panas)

Api unggun sebagai contoh energi panas

Masih ingatkah kamu apa yang dimaksud dengan kalor? Kalor merupakan salah satu bentuk energi yang dapat mengakibatkan perubahan suhu maupun perubahan wujud zat. Energi kalor biasanya merupakan hasil sampingan dari perubahan bentuk energi lainnya. Energi kalor dapat diperoleh dari energi kimia, misalnya pembakaran bahan bakar. Energi kalor juga dapat dihasilkan dari energi kinetik benda-benda yang bergesekan. Sebagai contoh, ketika kamu menggosok-gosokkan telapak tanganmu maka kamu akan merasakan panas pada telapak tanganmu.

Energi Cahaya

Lampu senter sebagai contoh energi cahaya

Matahari merupakan salah satu sumber energi cahaya. Energi cahaya dapat diperoleh dari benda-benda yang dapat memancarkan cahaya, misalnya api dan lampu. Energi cahaya biasanya disertai bentuk energi lain seperti energi kalor (panas). Bahkan dengan menggunakan sel surya, energi yang dipancarkan oleh matahari dapat diubah menjadi energi listrik.

Energi Gerak

  Energi gerak adalah energi yang dimiliki oleh benda yang bergerak

  Energi gerak disebut juga energi kinetik.

  Energi gerak dapat dihasilkan oleh air mengalir, angin, orang berlari, listrik

  Contoh alat yang menghasilkan energi gerak adalah  : bor listrik, kipas angin, blender  

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...