Efek Negatif Infotainment Pada Anak-anak
Proyek infotaiment memang proyek seksi. Infotainment bisa meraup keuntungan yang banyak, karena semakin disukai masyarakat, maka semakin banyak iklan yang masuk. Namun, diolah seperti apapun infotaiment nampaknya belum layak disebut sebagai sebuah karya jurnalistik karena Infotainment boleh dikatakan belum menyentuh kepentingan umum dan diragukan memberikan mamfaat.
Produk infotainment dinilai tak sesuai dengan produk jurnalistik yang harus menonjolkan objektifitas, factual dan bebas opini baik dalam penulisan maupun siaran beritanya. Produk infotainment dituding tidak mengedepankan kaidah-kaidah jurnalistik dan hanya menyebarkan aib, fitnah, dan tidak cover boat side layaknya karya jurnalistik. Dalam bentuk kabar burung atau gosip saja sudah habis-habisan diberitakan. Sementara salah satu kode etik jurnalistik Indonesia menyebutkan, wartawan Indonesia tidak boleh menyebarkan fitnah, aib serta berita bohong.
Tayangan infotainment dewasa ini dituding lebih banyak memberi pengaruh negatif bagi masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja. Berbagai pihak yang menayangkan infotainment harusnya bijak dalam merilis serta memilah berita-berita yang ditayangkan dan menimbang sejauh mana manfaat bagi para penonton dan tidak hanya melulu bertarget omzet dan rating.
Mengobral gosip dan aib sudah seperti menjadi andalan utama infotaiment.Berita yang dihadirkan tidak jauh dari putusnya pacaran seorang artis lantaran ada orang ketiga, keretakan rumah tangga artis atau orang beken lantaran di duga ada orang ketiga, perebutan harta gono gini artis, artis yang terkena kasus narkoba, artis yang menikah dengan janda kaya, dan berita lain yang intinya sama yaitu mengobok-obok wilayah pribadi dan mengumbar gosip serta aib.
Infotainment juga dituding sebagai penyebab maraknya gaya kehidupan hedonisme dikalangan remaja. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya.
Infotainment yang menayangkan kehidupan glamor selebriti membemberikan dorongan kepada remaja untuk melakukan hal yang sama. Mereka ingin meniru idolanya, gaya hidupnya, mode pakaiannya, dan segala hal tentang idolanya. Terkadang karena kemampuan ekonomi yang tidak mencukupi mendorong remaja-remaja tersebut mencari jalan pintas untuk memuaskan fantasi kesenangannya yang ia tiru dari selebriti idolanya. Sehingga mereka terjerumus ke hal-hal yang negatif seperti rela mejual diri, atau menjadi pengedar narkoba.
Oeh karena itu penulis setuju dengan pernyataan bahwa banyak liputan media tentang selebriti memiliki efek negatif pada anak-anak. Bahkan Majlis Ulamak Indonesia (MUI) merekomendasikan perlu dirumuskan aturan untuk mencegah konten tayangan yang bertentangan dengan norma agama, keadaban, kesusilaan dan nilai luhur kemanusiaan. Juga direkomendasikan kepada Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) diminta untuk meregulasi tayangan infotainment untuk menjamin hak masyarakat memperoleh tayangan bermutu dan melindunginya dari hal-hal negatif. Lembaga sensor film diminta menjamin langkah proaktif untuk menyensor tayangan infotainment guna menjamin terpenuhinya hak-hak publik dalam menikmati tayangan bermutu.
Sayangnya regulasi dan penegakannya masih bisa diakali, ketegasan penerapan aturan main masih bisa dikendorkan. Maklumlah, bagaimanapun jikaq berhadapan dengan konglomerasi media dan kepentingan keuntungan sekelompok orang di Negara Indonesia tercinta ini yang namanya ketegasan dan kejujuran biasanya kalah.
Sekarang tergantung masyarakat apakah infotament masih akan menjadi hidangan utama dirumah anda, setelah melihat pengaruhnya terhadap anak-anak sebagai generasi penerus yang sudah akrab dengan istilah kawin-cerai, nikah siri, istri simpanan, atau kata makian yang keluar dari mulut selebriti atau orbek dari tayangan infotaiment yang disengaja atau tidak mereka tonton.
Akan lebih baik jika para orangtua ikut membimbing dan memilihkan acara yang cocok bagi buah hati. Yang di dalamnya terdapat nilai-nilai edukasi yang bermanfaat. Perlu adanya warning terhadap acara-acara televisi bagi buah hati kita. Jika orangtua sedang tidak di rumah, anak-anak diingatkan, acara-acara televisi tertentu cocok bagi dirinya atau tidak. Ini dapat dilihat dari tulisan singkat di televisi, yaitu semua umur (SU), bimbingan orangtua (BO), remaja dan bimbingan orangtua (R-BO), remaja, dan dewasa.
Apabila nilai-nilai moral terus diajarkan dan dicontohkan pada anak dan orang tua lebih aktif dan intens membimbing dan mendidik mereka dalam konteks acara-acara televisi maupun berbagai hal yang mengandung nilai edukasi, maka dapat dimungkinkan lambat laun nilai-nilai moral tersebut akan terinternalisasi pada diri anak dan dengan sendirinya lambat laun mereka akan senangdalam melakukan kebiasaan-kebiasaan baik hingga menjadi sebuah watak atau karakter.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar