Ekonomi makro (makro ekonomi) merupakan salah
satu payung besar yang mendasari pembagian utama cabang ilmu ekonomi yang
mengkhususkan mempelajari ekonomi sebagai suatu keseluruhan yang luas. Misalnya,
pendapat nasional, tingkat pertumbuhan industri tertentu, inflasi, tingkat
harga, dan sebagainya. Makro ekonomi merupakan kebalikan dari mikro ekonomi
yang justru mempelajari ekonomi dari berbagai sudut terpusat seperti perilaku
individu dan rumah produksi untuk mengalokasikan sumber dayanya.
Ekonomi makro ibaratnya seperti memandang
hutan rimba secara
keseluruhan, terlepas dari
rimbunnya pohon yang
menutupinya. Dibalik pohon rimbun tersebut terdapat berbagai detail yang
dipelajari oleh ekonomi mikro. Sementara itu, ekonomi makro merupakan studi
yang sangat luas, karena mempelajari berbagai
variabel agregat ekonomi
seperti :pendapatan nasional,
total tabungan, total konsumsi,
total investasi, jumlah
uang beredar, tingkat harga
umum, pengangguran, tingkat pertumbuhan ekonomi, perkembangan ekonomi,
dll.
Dalam praktiknya, organisasi perusahaan atau
pemerintahan dapat memecahkan berbagai permasalahan sumber daya dan tata kelola
dengan menerapkan ekonomi makro sebagai alat bantu untuk membuat keputusan.
Misalnya, melalui ekonomi makro dapat diketahui bahwa pertumbuhan suatu negara
pada tahun tertentu ternyata tidak sesuai ekspektasi. Informasi tersebut dapat
menjadi pembantu keputusan besar bagi perusahaan maupun pemerintahnya sendiri
untuk membuat keputusan dalam bagaimana menyalurkan sumber dayanya pada tahun
itu.
Dengan demikian, ekonomi makro merupakan ilmu
yang penting untuk dipelajari untuk menyeimbangi komplementernya, yakni ekonomi
mikro. Berikut adalah berbagai pemaparan mengenai ekonomi makro, mulai dari
pengertian hingga ke berbagai permasalahan atau ruang lingkup yang dijamahi,
dan kebijakan-kebijakan makro ekonomi.
Pengertian Ekonomi Makro
Menurut Saleh (2015, hlm. 3) ekonomi makro
adalah bagian dari ilmu ekonomi yang mengkhususkan mempelajari mekanisme
bekerjanya perekonomian sebagai suatu keseluruhan. Keseluruhan artinya dalam
cakupan luas, dalam hal general, bukan detail-detail individu atau rumah
produksi di dalamnya. Melainkan bagaimana tingkat pertumbuhan suatu negara,
tingkat penganggurannya seperti apa, bagaimana inflasi yang terjadi selama ini,
dan sebagainya.
Seperti yang diungkapkan oleh Asmarani (2020,
hlm. 5) ekonomi makro adalah ilmu ekonomi yang mempelajari mekanisme kerja
perekonomian secara keseluruhan, seperti tingkat pengangguran, pendapatan
nasional, tingkat pertumbuhan, inflasi dan tingkat harga.
Sementara itu, menurut Sulaeman dkk, 2020,
hlm. 17) ekonomi makro adalah bagian dari ilmu ekonomi yang secara khusus
mengeksplorasi kondisi ekonomi suatu negara dan wilayah secara luas dan
menyeluruh serta merupakan studi tentang agregat dan rata-rata keseluruhan
aspek ekonomi.
Selanjutnya, menurut Wibowo (2020, hlm. 18)
ekonomi makro adalah studi tentang mode agregat ekonomi, dengan fokus khusus
pada masalah yang terkait dengan mode tersebut yang meliputi masalah
pertumbuhan, siklus bisnis, pengangguran dan inflasi.
Dapat disimpulkan bahwa ekonomi makro adalah
cabang ilmu ekonomi yang mengkhususkan mempelajari mekanisme umum bekerjanya
suatu perkonomian secara keseluruhandengan fokus pada mode agregat yang dapat
meliputi masalah-masalah pertumbuhan ekonomi, siklus bisnis,inflasi, dan
sebagainya.
Tujuan Ekonomi Makro
Tujuan utama dalam mempelajari ekonomi makro
adalah untuk mengetahui dan memahami berbagai peristiwa yang berkaitan dengan
perekonomian di suatu negara atau suatu daerah dan meningkatkan kebijakan
ekonomi di negara atau wilayah tersebut. Ekonomi makro juga dapat membantu
memahami dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan ekonomi dan juga sebagai
alat untuk menentukan arah kebijakan yang akan diambil untuk saat ini dan di
masa depan. Selain itu, tujuan-tujuan ekonomi makro menurut Sulaeman dkk (2020,
hlm. 16 adalah sebagai berikut.
1.
Mempelajari cara meningkatkan
pendapatan nasional.
2. Memahami konsep untuk
meningkatkan peluang kerja kepada masyarakat dan meningkatkan kapasitas
produksi.
3. Mempelajari cara mengontrol
tingkat inflasi di suatu negara dan menjaga kestabilan perekonomian.
4.
Mempelajari cara menyeimbangkan
neraca pembayaran luar negeri.
5.
Memahami konsep untuk
meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
Permasalahan Ekonomi Makro
Terdapat beberapa permasalahan yang menjadi
fokus utama dari ilmu ekonomi makro. Permasalahan-permasalahan ini juga sering
disebut sebagai ruang lingkup ekonomi makro. Permasalahan ekonomi makro di
antaranya meliputi: inflasi, pengangguran, neraca pembayaran yang timpang, dan
pertumbuhan penduduk yang tinggi, yang akan dijelaskan sebagai berikut.
1.
Inflasi
Inflasi
adalah peningkatan harga komoditi pada umum disebabkan oleh non-sinkron antara
program sistem pengadaan komoditas (produksi, penentuan harga, pencetakan uang
dan lain sebagainya dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat.
Sebenarnya inflasi bukanlah masalah yang terlalu bermakna jika situasinya
disertai dengan ketersediaan komoditas yang dibutuhkan cukup dan diikuti oleh
peningkatan pendapatan lebih besar dari % tingkat inflasi (daya beli masyarakat
meningkat lebih besar dari tingkat inflasi).
2.
Pengangguran
Pengangguran
terjadi karena ada kesenjangan antara penyediaan pekerjaan dengan jumlah
pekerja yang mencari pekerjaan. Selain itu, pengangguran juga dapat terjadi
meskipun jumlah peluang kerja yang tinggi tetapi informasi terbatas, perbedaan
dasar dalam keahlian yang tersedia dari apa yang dibutuhkan atau bahkan dengan
sengaja memilih untuk menganggur (pengangguran sukarela).
3.
Neraca
pembayaran yang timpang
Neraca
pembayaran atau Balance of Payment adalah catatan tentang transaksi ekonomi
negara terhadap negara-negara lain dalam periode waktu tertentu (umumnya dalam
periode 1 tahun). Dalam BOP ini, kemampuan/produktivitas penduduk suatu negara
menuju penduduk negara lain tercermin dari defisit atau surplusnya perdagangan
dan kehabisan modal. Sepintas akan sangat menguntungkan jika BOP suatu negara
mengalami surplus, dan sangat merugikan bila defisit, tetapi bukan kenyataan
dalam politik ekonominya.
4.
Pertumbuhan
Penduduk yang Tinggi
Jika
pertumbuhan penduduk yang besar jika diikuti oleh tingkat produktivitas yang
tinggi akan menyebabkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Namun,
masalahnya adalah jika media dalam bentuk tanah (bumi) tidak meningkat dan jika
eksploitasi berjalan terus menerus terlepas dari daya dukung dan daya tahannya
akan dengan cepat menurun dan jika ini akan diteruskan, berdampak pada
kemiskinan/bencana evolutif.
Sementara itu, menurut menurut Sukirno (2016,
hlm. 9) terdapat lima permasalahan makro ekonomi yang utama, yakni: masalah
pertumbuhan ekonomi, ketidakstabilan kegiatan ekonomi, pengangguran, inflasi
(kenaikan harga) dan masalah neraca perdagangan dan pembayaran yang akan
dijelaskan pada pemaparan di bawah ini.
1.
Masalah
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan
ekonomi suatu negara merupakan tolok ukur keberhasilan pembangunan. Pertumbuhan
ekonomi nasional dapat diukur dari tingkat pertumbuhan Produk Domestik Bruto
(PDB) dan untuk lingkup wilayah diukur dengan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB). Selain dipengaruhi faktor internal, pertumbuhan ekonomi di suatu negara
dapat juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, terutama setelah era ekonomi yang
semakin mengglobal. Secara internal, menurut Kalsum (2017, hlm. 87) terdapat
tiga komponen utama yang menentukan pertumbuhan ekonomi tersebut adalah
pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat.
Pertumbuhan
ekonomi merupakan perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan
barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi perekonomian Indonesia tidak terlepas dari permasalahan
kesenjangan dalam pengelolaan perekonomian, di mana para pemilik modal besar
selalu mendapatkan kesempatan yang lebih luas dibandingkan dengan para
pengusaha kecil dan menengah yang kekurangan modal.
2.
Masalah
Ketidakstabilan Kegiatan Ekonomi
Dalam sistem
ekonomi bebas atau sistem ekonomi pasar, kegiatan ekonomi sering mengalami
pasang surut. Adakalanya pada suatu periode pertumbuhan ekonomi maju pesat
sehingga menimbulkan kenaikan harga-harga. Pada periode lainnya, perekonomian
berjalan lambat, bahkan kadang-kadang merosot, berada di tingkat yang lebih
rendah dari periode sebelumnya. Pergerakan naik turun kegiatan
perusahaan-perusahaan di dalam jangka panjang disebut Konjungtor atau siklus
kegiatan perusahaan (business cycle) (Sukirno, 2016, hlm. 12).
Siklus dalam
suatu periode konjungtor berbeda dengan keadaan konjungtor pada periode lain.
Tetapi sifat-sifat dasar setiap siklus sama. Kurva konjungtur ekonomi terdiri
dari masa pertumbuhan, masa puncak kemakmuran (peak of wealth), masa
kemunduran, masa keterpurukan (peak of crises). Setelah krisis dapat
teratasi, akan terjadi masa pemulihan (recovery), pertumbuhan, dan
seterusnya.
3.
Masalah
Pengangguran
Pengangguran
adalah suatu keadaan di mana seseorang yang tergolong dalam angkatan kerja
ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Seseorang yang
tidak bekerja, tetapi tidak secara aktif mencari pekerjaan tidak tergolong
sebagai penganggur. Sebagai contoh, ibu rumah tangga yang tidak ingin bekerja
karena ingin mengurus keluarganya tidak tergolong sebagai penganggur.
Terdapat
hubungan yang erat di antara tingkat pendapatan nasional yang dicapai dengan
penggunaan tenaga kerja yang dilakukan; semakin tinggi pendapatan nasional,
semakin banyak penggunaan tenaga kerja dalam perekonomian. Para pengusaha memproduksi
barang dan jasa dengan maksud untuk mencari keuntungan. Keuntungan tersebut
hanya akan dapat diperoleh apabila para pengusaha dapat menjual barang yang
mereka produksikan. Semakin besar permintaan, semakin banyak barang dan jasa
yang akan mereka wujudkan. Kenaikan produksi yang dilakukan akan menambah
penggunaan tenaga kerja.
4.
Masalah
Kenaikan Harga (Inflasi)
Inflasi
dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku
dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi (persentasi pertambahan kenaikan
harga) berbeda dari satu periode ke periode lainnya, dan berbeda pula dari satu
negara ke negara lain. Adakalanya tingkat inflasi adalah rendah, yaitu mencapai
di bawah 2 atau 3 persen. Tingkat inflasi yang moderat mencapai 4-10 persen. Inflasi
yang sangat serius dapat mencapai tingkat beberapa puluh atau beberapa ratus
dalam setahun.
Akibat buruk
inflasi yaitu menurunkan taraf kemakmuran segolongan besar masyarakat. Sebagian
besar pelaku-pelaku kegiatan ekonomi terdiri dari pekerja-pekerja yang bergaji
tetap. Inflasi biasanya berlaku lebih cepat dari kenaikan upah para pekerja.
Oleh sebab itu, upah riil para pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi dan
keadaan ini berarti tingkat kemakmuran segolongan besar masyarakat mengalami
kemerosotan.
5.
Masalah
Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran
Dua neraca
penting dalam suatu neraca pembayaran adalah neraca perdagangan dan neraca
keseluruhan. Neraca perdagangan menunjukkan perimbangan di antara ekspor dan
impor. Sedangkan neraca keseluruhan menunjukkan perimbangan di antara
keseluruhan aliran pembayaran ke luar negeri dan keseluruhan aliran penerimaan
dari luar negeri.
Defisit
neraca pembayaran berarti pembayaran ke luar negeri melebihi penerimaan dari
luar negeri. Salah satu faktor penting yang menimbulkan masalah ini adalah
impor melebihi ekspor. Pengaliran modal yang terlalu banyak ke luar negeri
adalah faktor lain yang menimbulkan defisit tersebut.
Kebijakan Ekonomi Makro
Terdapat beragam kebijakan makro ekonomi yang
biasa diterapkan oleh suatu negara maupun organisasi besar tertentu. Beberapa
kebijakan ekonomi makro tersebut secara umum dapat dibagi menjadi kebijakan
fiskal, moneter, dan segi penawaran yang akan dijelaskan pada pemaparan di
bawah ini.
1.
Kebijakan
Fiskal
Kebijakan
fiskal adalah berbagai langkah-langkah pemerintah membuat perubahan dalam
bidang perpajakan dan pengeluaran pemerintah dengan maksud untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat dalam perekonomian (Sari, 2020, hlm. 8). Menurut pandangan
Keynes (dalam Sari (2020, hlm. 8) kebijakan fiskal sangat penting untuk
mengatasi pengangguran yang relatif serius. Melalui kebijakan fiskal,
pengeluaran agregat dapat ditambah dan langkah ini akan menaikkan pendapatan
nasional dan tingkat penggunaan tenaga kerja.
Di bidang
perpajakan, langkah yang perlu dilaksanakan adalah mengurangi pajak pendapatan.
Pengurangan pajak ini akan menambah kemampuan masyarakat untuk membeli barang
dan jasa dan akan meningkatkan pengeluaran agregat. Seterusnya pengeluaran
agregat dapat lebih ditingkatkan lagi dengan cara menaikkan pengeluaran
pemerintah untuk membeli barang dan jasa yang diperlukannya maupun untuk
menambah investasi pemerintah.
Dalam masa
inflasi atau pada ketika kegiatan ekonomi telah mencapai tingkat penggunaan
tenaga kerja penuh dan kenaikan harga-harga sudah semakin pesat, langkah
sebaliknya harus dijalankan, yaitu pajak dinaikkan dan pengeluaran pemerintah
dikurangi. Langkah ini akan menurunkan pengeluaran agregat dan tekanan inflasi
dapat dikurangi.
2.
Kebijakan
Moneter
Kebijakan
moneter merupakan langkah-langkah pemerintah yang dilaksanakan oleh Bank
Sentral (di Indonesia Bank Sentral adalah Bank Indonesia) untuk mempengaruhi
(mengubah) penawaran uang dalam perekonomian atau mengubah suku bunga, dengan
maksud untuk mempengaruhi pengeluaran agregat (Sari, 2020, hlm. 10). Salah satu
komponen dari pengeluaran agregat adalah penanaman modal (investasi) oleh
perusahaan-perusahaan. Suku bunga yang tinggi akan mengurangi penanaman modal
dan apabila suku bunga rendah lebih banyak penawaran modal akan dilakukan.
Dengan
demikian salah satu cara yang dapat dijalankan pemerintah untuk mempengaruhi
pengeluaran agregat ialah dengan mempengaruhi penanaman modal. Apabila
pengangguran berlaku dalam perekonomian, pengeluaran agregat perlu ditambah
untuk mengurangi pengangguran. Menurunkan suku bunga untuk menggalakkan
pertambahan penanaman modal adalah salah satu cara untuk mencapai tujuan
tersebut. Tujuan ini dapat dicapai pemerintah dengan menjalankan kebijakan
moneter.
3.
Kebijakan
Segi Penawaran
Salah satu
kebijakan segi penawaran adalah kebijakan pendapatan (incomes policy),
yaitu langkah pemerintah yang bertujuan mengendalikan tuntutan kenaikan
pendapatan pekerja. Tujuan dari kebijakan segi penawaran adalah untuk mencegah
kenaikan pendapatan yang berlebihan.
Pemerintah
akan melarang tuntutan kenaikan upah yang melebihi kenaikan produktivitas
pekerja. Kebijakan seperti itu akan menghindari kenaikan biaya produksi yang
berlebihan. Kebijakan segi penawaran yang lain lebih menekankan pada: meningkatkan
kegairahan tenaga kerja untuk bekerja, dan meningkatkan usaha para pengusaha
untuk mempertinggi efisiensi kegiatan memproduksinya.
Di samping
dengan meningkatkan kegairahan tenaga kerja untuk bekerja dan memberi insentif
kepada perusahaan, kebijakan segi penawaran dapat dijalankan dengan cara:
mengembangkan infrastruktur, dan peningkatan pelayanan pemerintah dalam
mengembangkan kegiatan usaha sektor swasta. Infrastruktur yang lebih baik dan
peraturan pemerintah yang kondusif kepada pengembangan sektor swasta sangat penting
peranannya dalam mengembangkan kegiatan usaha swasta dan meningkatkan efisiensi
kegiatan tersebut.
BACA ARTIKEL BERIKUTNYA YANG BERKAITAN;
- PENGERTIAN ILMU EKONOMI DAN BERBAGAI PENGANTARNYA (PENDAPAT AHLI)
- SISTEM EKONOMI – PENGERTIAN & MACAMNYA: TERPUSAT, PASAR, KOMANDO DAN LAINNYA
- MOTIF EKONOMI: PENGERTIAN, MACAM, DAN CONTOH
- PRINSIP EKONOMI: PENGERTIAN, CIRI, 10 PRINSIP MANKIW & CONTOHNYA
- EKONOMI MIKRO: PENGERTIAN, RUANG LINGKUP, TEORI, ANALISIS, DAN SEBAGAINYA
- EKONOMI MAKRO: PENGERTIAN, TUJUAN, PERMASALAHAN, DAN KEBIJAKAN
Referensi
1. Kalsum, U. (2017). Pengaruh
Pengangguran Dan Inflasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Sumatera Utara.
Ekonomikawan Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 17(1).
2. Saleh, M. S. S. (2015). Pengantar
Ekonomi Makro. Jember: UPT Penerbitan Universitas Jember.
3.
Sukirno, S. (2016). Makroekonomi
Teori Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.
4.
Wibowo, A. (2020). Pengantar
ekonomi makro. Semarang: Yayasan Prima Agus Teknik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar