Sunnah atau hadis
sebagai dasar tasyri’ yang kedua setelah Aluran dalam sejarahnya telah melalui beberapa tahapan perkembangan yang
cukup panjang. Para ahli berbeda pendapat di dalam menentukan periodisasi
pertumbuhan dan penghimpunannya.[1]Dalam
makalah ini dijelaskan dalam tiga periodisasi, yakni masa Rasulullah SAW,
sahabat dan tabi’in.
1.
Hadis pada masa
Rasulullah SAW
Seluruh perbuatan,
ucapan serta gerak- gerik Nabi dijadikan pedoman hidup bagi umatnya. Ada suatu
keistimewaan pada masa ini yang membedakannya dengan masa lainnya, yaitu umat
Islam dapat secara langsung memperoleh hadis dari Rasulullah SAW sebagai sumber
hadis. Pada masa ini tidak ada jarak atau hijab yang dapat menghambat atau
mempersulit pertemuan mereka.
Ada beberapa cara
yang digunakan Rasulullah SAW dalam menyampaikan hadis kepada para sahabatnya,
yaitu:
a.) Melalui
para jamaah yang berada dipusat pembinaan atau majelis al- ilmi.
b.) Dalam banyak kesempatan, Rasulullah SAW juga
menyampaikan hadisnya melalui para sahabat tertentu, kemudian mereka
menyampaikannya kepada orang lain.
c.) Cara
lain yang dilakukan Rasulullah SAW adalah melalui ceramah atau pidato ditempat
terbuka, seperti haji wada’ dan futuh makkah.
d.)
Para sahabat dalam
menerima hadis Nabi berpegang teguh pada hafalannya, yakni menerima dengan
jalan hafalan bukan jalan menulis. Mereka mendengar dengan hati-hati apa yang
Nabi sabdakan kemudian makna atau lafadz tergambar dalam dzin (benak)
mereka. Pun juga mereka menyampaikan kepada orang lain lewat hafalan pula.[2]
2.
Hadis
pada masa Sahabat
Periode kedua sejarah perkembangan hadis adalah masa
sahabat, khususnya Khulafa’ al-Ras}idun yaitu sekitar tahun 11 H sampai
40 H. Masa ini juga disebut masa sahabat besar. Karena
pada masa ini perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan
penyebaran al-Qur’an. Periwayatan hadis belum begitu berkembang dan masih
dibatasi. Oleh karena itu para ulama menganggap masalah ini sebagai masa yang
menunjukan adanya masa pembatasan periwayatan (al-Tasabbut
wa al-Iqlal min al-Riwayah).[3]
Meskipun begitu Rasul
sangat memerintahkan sahabat untuk mentablighkan hadis seperti dibawah
ini:
نَضَّرَاللهُ امْرَاءً سَمِعَ
مِنِّيْ مَقَالَتِيْ مَحَفِظَهَا وَوَعَاهَا فَاَدَّاهَا كَمَا
سَمِعَ فَرُبَّ مُبَلَّغِ اَوْعَى مِنْ سَامِعٍ[4].
“Mudah-mudahan Allah
mengindahkan seseorang yang mendengar ucapanku, lalu dihafalkan dan dipahamkan
dan disampaikan kepada orang lain persis sebagaimana yang dia dengar karena
banyak sekali orang yang disampaikan berita kepadanya, lebih paham dari pada
yang mendegarkan sendiri“. (HR. Tirmidzi )
Hadis pada masa
Abu Bakar dan Umar hanya disampaikan kepada yang memerlukan saja dan apabila
perlu saja, belum bersifat pelajaran. Pada masa ini hadis belum diluaskan
karena beliau mengerahkan minat umat untuk menyebarkan al-Qur’an dan
memerintahkan para sahabat untuk berhati-hati dalam menerima riwayat-riwayat
itu. Perkembangan hadis dan riwayatnya terjadi pada masa Utsman dan Ali.
Pada masa Utsman dan
Ali hadis lebih diaplikasikan dalam kehidupan untuk menjawab semua permasalahan
dalam masyarakat dikala itu.
3.
Hadis pada masa
Tabi’in
Sesudah masa Utsman
dan Ali, timbulah usaha yang lebih serius untuk mencari dan menghfal hadis
serta menyebarkannya ke masyarakat luas dengan mengadakan perlawatan-perlawatan
untuk mencari hadis.
Pada tahun 17 H
tentara islam mengalahkan Syiria dan Iraq. Pada tahun 20 H mengalahkan Mesir.
Pada tahun 21 H mengalahkan Persia. Pada tahun 56 H tentara islam sampai di Samarkand. Pada tahun 93 H tentara
islam menaklukan Spanyol. Para sahabat berpindah ketempat-tempat itu. Kota itu
menjadi “perguruan“ tempat mengajarkan al-Qur’an dan hadis yang menghasilkan
sarjana-sarjana tabi’in dalam bidang hadis.
Tercatat beberapa kota sebagai pusat pembinaan dalam periwayatan hadis, sebagai tempat tujuan para tabi’in dalam mencari hadis, ialah Madinah al-Munawarah, Makkah Al-Mukaramah, Kufah, Basrah, Syam, Mesir, Maghribi dan Andalusia.
Intinya pajda masa ini periwayatan hadis masih bersifat dari mulut ke mulut (al-Musyafahat ), seperti seorang murid langsung memperoleh hadis dari guru dan mendengarkan langsung dari penuturan mereka, dan selanjutnya disimpan melalui hafalan mereka. Perbedaannya dengan periode sebelumnya adalah bahwa pada masa ini periwayatan hadis sudah semakin meluas dan banyak sehingga dikenal dengan Iktsar al-Riwayah (pembanyakan riwayat)[5]
- Pengertian Hadis, Sunnah, Khabar, & Atsar
- Pengertian & Bentuk-Bentuk Hadist
- Hadist Tentang Keringanan Siksa Abu Lahab Setiap Hari Senin
- Perang Khandaq
- Tata Cara Ruqyah
- Cara Menyikapi Hadis Rasulullah SAW
- Teori Kesahihan Hadist
- Argumentasi Kehujjahan Hadis
- Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur'an
- Sejarah Perkembangan Hadis
- Pengertian, Objek, Dan Kegunaan Ilmu Hadist
- Pembagian & Cabang Ilmu Hadist
- Sejarah Pertumbuhan & Penghimpunan Ilmu Hadist
- Kitab-Kitab Ilmu Hadist