HOME

07 Februari, 2022

Jarh wa Ta'dil

 

BAB II

PEMBAHASAN 

A.    Pengertian Al-Jarh wa Ta’dil

الجَرْحُ عِنْدَ المُحَدِّثِينَ الطَعْنُ فِيْ رَاوِي الحَدِيثِ بِمَا يَسْلُبُ أوْ يُخِلُّ بِعَدَالَتِهِ أوْ ضَبْتِهِ

    Jarh menurut muhadditsin adalah menunjukkan sifat-sifat cela rawi sehingga mengangkat atau mencacatkan ‘adalah atau ke-dhabit-annya.

وَالتَعْدِيْلُ عَكْسُهُ وَهُوَ تَزْكِيَةُ الرَّاوِى وَالحُكْمُ عَلَيْهِ بِأَنَّهُ عَدْلٌ أَوْ ضَابِطٌ

Ta’dil adalah kebalikan dari Jarh, yaitu menilai bersih terhadap seorang rawi dan menghukuminya bahwa ia adalah adil atau dhabith.

Ilmu al-jarh wa at-ta’dil adalah “timbangan” bagi para rawi hadits. Rawi yang “berat” timbangannya, diterima riwayatnya; dan rawi yang “ringan” timbangannya, ditolak riwayatnya. Dengan ilmu ini, kita bisa mengetahui periwayat yang dapat diterima haditsnya dan kita dapat membedakannya dengan periwayat yang tidak dapat diterima haditsnya.

Oleh karena itulah, para ulama hadits memperhatikan ilmu ini dengan penuh perhatian dan mencurahkan segala pikirannya untuk menguasainya. Mereka pun berijmak akan validitasnya, bahkan kewajibannya karena kebutuhan yang mendesak akan ilmu ini.

Sebagian ulama’ tasawuf bertanya kepada Abdullah bin al-Mubarak, “apakah engkau berbuat ghibah menggunjing orang lain?”

Abdullah menjawab, “Diamlah! Kalau tidak demikian kita tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengetahui kebenaran dan kebatilan.”

Abu Turab al-Nakhsyubi al-Zahid berkata kepada Ahmad bin Hanbal, “Ya Syaikh, jangan menggibah para ulama!” Imam Ahmad menjawab, “celakalah kamu. Ini adalah nasihat. Ini bukan ghibah.”

Abu Bakar bin Khallad berkata kepada Yahya bin Sa’id, “Apakah engkau tidak khawatir kalau orang-orang yang kau tinggalkan haditsnya itu menjadi musuhmu di hadapan Allah nanti?”

Yahya menjawab, “Sungguh saya lebih senang mereka menjadi musuhku daripada yang menjadi musuhku adalah Rasulullah Saw. Di mana beliau berkata, ‘Mengapa engkau tidak tumpas kedustaan dari haditsku?’”

Seandainya para tokoh kritikus rawi itu tidak mencurahkan segala perhatiannya dalam masalah ini dengan meneliti keadilan para rawi, menguji hafalan dan kekuatan ingatannya, hingga untuk itu mereka tempuh rihlah yang panjang, menanggung kesulitan yang besar, mengingatkan masyarakat untuk berhati-hati terhadap para rawi pendusta yang lemah dan kacau hafalannya, seandainya bukan usaha mereka, niscaya akan menjadi kacau balaulah urusan Islam, orang-orang zindik akan berkuasa, dan para Dajal akan bermunculan.[1]

B.     Syarat-syarat Ulama al-Jarh wa al-Ta’dil

Seorang ulama al-jarh wa al-ta’dil harus memenuhi kriteria-kriteria yang menjadikannya objektif dalam upaya mennguak karakteristik para periwayat. Syarat-syaratnya yakni sebagai berikut :

1.  Berilmu, bertakwa, wara’, dan jujur. Karena apabila ia tidak memiliki sifat-sifat ini, maka bagaimana ia dapat menghukumi orang lain dengan al-jarh wa al-ta’dil yang senantiasa membutuhkan keadilannya.

Al-Hafidz berkata, “seyogyanya al-jarh wa al-ta’dil tidak diterima kecuali dari orang yang adil dan kuat ingatannya, yakni orang yang mampu mengungkapkan hadits dan kuat ingatannya sehingga menjadikannya berhati-hati dan ingat dengat tepat terhadap hadits yang ia ucapkan.

2.    Ia mengetahui sebab-sebab al-jarh wa al-ta’dil. Al-Hafizh Ibnu Hajar menjelaskan  dalam Syarh al-nukhbah, “Tazkiyah (pembersihan terhadap diri orang lain) dapat diterima apabila dilakukan oleh orang yang mengetahui sebab-sebabnya, bukan dari orang yang tidak mengetahuinya, agar ia tidak memberikan tazkiyah hanya dengan apa yang kelihatan olehnya dengan sepintas tanpa mendalami dan memeriksanya.”

3.      Ia mengetahui penggunaan kalimat-kalimat bahasa Arab, sehingga suatu lafadz yang digunakan tidak dipakai untuk selain maknanya, atau men-jarh dengan lafadz yang tidak sesuai untuk men-jarh.

C.     Tata Tertib Ulama al-Jarh wa al-Ta’dil

Ada beberapa poin tata tertib yang perlu diperhatikan oleh ulama al-jarh wa al-ta’dil. Diantaranya yang terpenting adalah sebagai berikut:

1.      Bersikap objektif dalam tazkiyah, sehingga ia tidak meninggikan seorang rawi dari martabat yang sebenarnya atau merendahkannya sebagaimana yang terjadi bagi kebanyakan manusia dewasa ini.

2.      Tidak boleh jarh melebihi kebutuhan, karena jarh itu disyariatkan lantara darurat; sementara darurat itu ada batasnya.

3.      Tidak boleh hanya mengutip jarh saja sehubungan dengan orang yang dinilai jarh oleh sebagian kritikus tetapi dinilai adil oleh sebagian lainnya, karena sikap yang demikian berarti telah merampas hak rawi yang bersangkutan dan para muhadditsin mencela sikap yang demikian.

4.      Tidak boleh jarh terhadap rawi yang tidak perlu di-jarh, karena hukumnya disyariatkan lantaran darurat. Maka dalam kondisi tidak ada daruratnya, jarh tidak dapat dilaksanakan. Para ulama mencela perbuatan yang berlebihan dan melarang keras serta memperingatkan bahwa perbuatan itu adalah sebuah kesalahan. Akan tetapi, sayangnya hal itu tidak memberi faedah pada sebagian orang yang merasa berlebihan dalam berilmu dewasa ini. Mereka beranggapan bahwa menjatuhkan lawan dengan mencela dan menuduh adalah tanda kesempurnaan pengetahuan dan pemahaman mereka, sehingga terciptalah tradisi yang jelek, ketika mereka berdiskusi dengan salah seorang yang alim dalam suatu disiplin ilmu tertentu maka mereka akan berusaha mrncrla perbuatan-perbuatan pribadinya, mencari-cari kesalahannya, menyertakan ribuan kedustaan kepada satu kejujuran, mengemukakan kata-kata celaan kepadanya dengan cara membuat para pengikutnya tercengang. Tujuannya semata-mata ingin membungkam lawannya dengan cara mencerca seperti itu sehingga menjadikan forum diskusi sebagai forum caci-maki, mencari kesalahan orang dan permusuhan.

Sosiolinguistik Amerika dan Indonesia

 

Sosiolinguistik sebagai sebuah disiplin ilmu mulai berkembang sejak 50 tahun terakhir. Sosiolinguistik mengkaji aspek sosial dalam bahasa dan hubungan antara bahasa dan masyarakat. Seharusnya sosiolinguistik ada sejak manusia memiliki bahasa, sebab tidak ada masyarakat tanpa bahasa dan bahasa tanpa masyarakat (penuturnya).

Ilmu sosiolinguistik di Amerika sebagai sebuah disiplin ilmu bahasa yang interdisipliner, maka sebagai seorang sosiolinguis mereka harus mengetahui kedua disiplin ilmu utamanya, yaitu sosiologi dan linguistik, agar  kajian yang mereka lakukan menjadi sebuah kajian yang utuh. Karena sosiolinguistik sebagai sebuah komponen utama dalam disiplin ilmu linguistik. Dewasa ini sosiolinguistik mengandung beberapa topik di dalamnya, di antaranya perencanaan bahasa, studi mengenai bahasa dan jenis kelamin, variasi bahasa (dialek), register, pidgin, creol, dan lain-lain.

Posisi bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang banyak terpengaruh oleh keberadaan dan bahasa Inggris sebagai bahasa internasional. Banyak masyarakat beranggapan bahasa Inggris bernilai jual tinggi dan memiliki posisi lebih strategis dari bahasa nasional kita. Memang tak salah memelajari bahasa Inggris. Yang salah adalah dengan memelajari bahasa baru tersebut kita terkesan mengabaikan bahasa sendiri. Dalam kaitannya dengan dinamika kebahasaan, situasi ini merupakan fenomena yang wajar. Fenomena ini di dalam kajian sosiolinguistik disebut sebagai fenomena diglossia dimana suatu bahasa tergeser oleh keberadaan bahasa lainnya karena bahasa yang satu dianggap memiliki prestige yang lebih tinggi daripada bahasa yang lainnya. apalagi bahasa Indonesia telah dijadikan bahasa persatuan di Asia Tenggara.

Tentunya Indonesia menjadi sebuah ladang subur bagi kajian sosiolinguistik. Menurut peta bahasa yang diterbitkan Lembaga Bahasa Nasional pada tahun 1992 terdapat 418 Bahasa daerah di Indonesia dengan jumlah penutur berkisar antara 100 orang (Irian Jaya) sampai dengan kurang lebih 50 juta orang (bahasa jawa). Kebanyakan orang Indonesia akan mempelajari dan memakai bahasa daerah sebagai bahasa pertama, sedangkan bahasa Indonesia sebagai bahasa kedua. Orang tersebut dinamakan berdwibahasa. Selain itu, masyarakat Indonesia sangat multikultur, sehingga akan terdapat banyak klasifikasi sosial yang membuat kajian sosiolinguistik menjadi menarik.

Baca juga artikel yang lain;

  1. Konsep Dasar Psikologi
  2. Metode Kajian Psikologi
  3. Biografi Ibnu Thuffail
  4. Konsep Dasar Puasa Sunnah
  5. Pendidikan Wanita dalam Islam
  6. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu-ilmu yang Lain
  7. Sejarah Pendidikan Islam
  8. Sejarah Perkembangan Psikologi
  9. Jarh wa Ta'dil
  10. Sosiolinguistik Amerika dan Indonesia
  11. Menonton Telivisi dan Pembentukan Karakter
  12. Budaya Membaca dan Budaya Menonton TV

Menonton Telivisi dan Pembentukan Karakter

 

Pernahkah kita menghitung, berapa jam setiap hari yang kita habiskan untuk menonton televisi? dan berapa jam pula yang kita habiskan untuk membaca? Tidak dapat dipungkiri, budaya menonton televisi telah mengakar di masyarakat.

perlu dipahami bahwa pembentukan karakter anak bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor. Tontonan TV pun dapat memiliki dampak tersendiri terhadap karakter anak. Walau channel yang diberikan sebagai tontonan anak terbilang aman dan sesuai usianya, namun orangtua tetap perlu mendampingi. Dengan begitu, anak bisa memahami setiap karakter yang ada di dalam tontonan termasuk antara sifat baik atau buruk. Bukan tidak mungkin kalau karakter penjahat yang ada di dalam tontonan anak justru menarik perhatiannya. Jangan heran jika keesokan harinya, anak memiliki keinginan untuk menjadi seorang penjahat.

Bila berkaitan dengan tayangan infotainment gosip dan aib sudah jadi andalan. Kabar yang dihadirkan tak jauh dari putusnya hubungan artis karena ada orang ketiga, putusnya rumah tangga artis atau orang terkenal karena diduga ada orang ketiga, penyitaan harta artis, artis yang terkena kasus narkoba, selebriti yang menikah dengan janda kaya, dan berita lain yang esensinya sama, yaitu main-main dalam privasi dan menyebarkan gosip dan aib.

Infotainment juga dituding menjadi penyebab maraknya gaya hidup hedonistik di kalangan remaja. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama hidup. Bagi penganut pandangan ini, bersenang-senang, pesta pora, dan kesenangan adalah tujuan utama hidup, apakah itu menyenangkan orang lain atau tidak. Karena mereka berpikir bahwa hidup ini hanya sekali, sehingga mereka merasa sangat ingin menikmati hidup.

Infotainment yang menyiarkan kehidupan glamor para selebritas memberikan dorongan kepada para remaja untuk melakukan hal yang sama. Mereka ingin meniru idola mereka dalam gaya hidup mereka, fashion mereka, dan segala sesuatu tentang idola mereka. Terkadang karena kemampuan ekonomi yang tidak mencukupi, para remaja ini mencari jalan pintas untuk memuaskan fantasi kesenangan mereka yang ia tiru dari selebriti idola mereka. Sehingga mereka terjerumus ke hal-hal negatif seperti rela menjual diri, atau menjadi pengedar narkoba.

Sebenarnya menjadi penonton juga bukan hal yang buruk. Banyak hal yang terjadi di dunia ini disaksikan oleh penonton. Permasalahannya adalah ketika kita terbiasa dengan budaya menonton, akan tercipta suatu kondisi dimana kita merasa cukup puas dengan apa yang kita lihat. Sikap pasif dan apatis yang ditimbulkan dari keseringan menonton inilah yang perlu dihindarkan.

Karena jika terlalu sering maka generasi kita berubah menjadi generasi yang vakum dan tidak produktif, karena setiap hari dihabiskan dengan menonton dan terus menonton. Akibatnya mental generasi muda kita adalah mental penonton, bukan mental pemain. Hal ini disebabkan budaya menonton menghasilkan pola pikir liner dan simplitis. Yaitu pemikiran bahwa kehidupan akan terus berjalan dengan sendirinya. Generasi kita malas bertindak, tidak terarah dan tidak memiliki gairah untuk melakukan sesuatu perubahan yang inovatif dan kreatif.

Baca juga artikel yang lain;

  1. Konsep Dasar Psikologi
  2. Metode Kajian Psikologi
  3. Biografi Ibnu Thuffail
  4. Konsep Dasar Puasa Sunnah
  5. Pendidikan Wanita dalam Islam
  6. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu-ilmu yang Lain
  7. Sejarah Pendidikan Islam
  8. Sejarah Perkembangan Psikologi
  9. Jarh wa Ta'dil
  10. Sosiolinguistik Amerika dan Indonesia
  11. Menonton Telivisi dan Pembentukan Karakter
  12. Budaya Membaca dan Budaya Menonton TV

Budaya Membaca dan Budaya Menonton TV

 

Selama ribuan tahun cerita, hiburan, dan pengetahuan disampaikan melalui lembaran buku. Tetapi dengan munculnya teknologi baru, manusia mengisahkan kenangan, penemuan, cerita, atau pun pelajaran hidup melalui berbagai media. Salah satu yang paling revolusioner adalah televisi.

Menonton dan membaca, keduanya merupakan proses reseptif, namun dalam penerapannya sering kali disalah-porsi-kan masyarakat, terutama generasi muda kita. Menonton dan membaca adakalanya sebuah proses yang saling terkait. Seseorang menjadi cerdas bukan hanya karena membaca, tetapi juga dengan pengalaman-pengalaman langsung yang bisa dilihat melalui media audio-visual. Sekali lagi, tentu saja dengan porsi yang tepat dan disesuaikan pada tingkat kebutuhan.

Saat ini, hampir setiap rumah memiliki televisi. Baik di lingkungan pedesaan, apalagi yang berada di wilayah perkotaan. Keberadaan televisi bahkan tidak mengenal status sosial. Miskin atau kaya, semuanya memerlukan televisi. Televisi seolah menjadi kebutuhan primer ketiga setelah kebutuhan sandang-pangan, sebab menonton melibatkan aktivitas pokok masyarakat setelah makan-minum. Siaran yang ditonton pun beragam, mulai dari acara musik, konser dangdut, gosip, sinetron, reality show, bahkan ajang mencari jodoh. Tontonan yang disajikan ini dapat dinikmati kapan saja dan oleh siapa saja.

Kemudahan menikmati layanan televisi dan fungsinya sebagai media hiburan, tampaknya bias menjadi dampak buruk terhadap psikologis generasi muda. Rentang usia 5-16 tahun adalah usia membaca dan menghafal, sementara usia 17 tahun keatas adalah usia berfikir dan menganalisis. Akan tetapi, dengan maraknya hiburan surplus ini banyak generasi muda lalai dan tidak mampu mengembangkan potensinya.

Hal inilah yang membuat Indonesia jauh tertinggal dengan negara-negara berkembang lainnya, misalnya saja Jepang. Walaupun Jepang memiliki sumber daya alam yang terbatas dan wilayah negara yang lebih sempit dibandingkan Indonesia, namun perbedaan kemajuannya sangat mencolok. Ray Bradbury, seorang penulis asal Amerika Serikat berkata “Anda tidak perlu membakar semua buku untuk menghancurkan suatu kebudayaan. Perintahkan saja orang berhenti membaca, itu sudah cukup.” Dengan kata lain, membaca merupakan simbol kemajuan peradaban suatu bangsa. Budaya membaca adalah tolak ukur kualitas bangsa, apakah bangsa itu tergolong maju atau bangsa yang primitif. Berdasarkan kepentingan itulah, membaca dijadikan indeks pembangunan yang dipakai untuk mengukur keberhasilan pembangunan sebuah Negara.

Budaya membaca membuat seseorang menjadi lebih cerdas dan berwawasan. Keterampilan membaca inilah yang menciptakan mind-set seseorang agar terbiasa bersikap kritis, kreatif, dan inovatif. Maka, tidak salah bila kita menyatakan bahwa orang yang menguasai teknologi adalah orang yang membaca, sedangkan orang yang dikuasai teknologi adalah orang yang menonton. Sebenarnya menjadi penonton juga bukan hal yang buruk. Banyak hal yang terjadi di dunia ini disaksikan oleh penonton. Permasalahannya adalah ketika kita terbiasa dengan budaya menonton, akan tercipta suatu kondisi dimana kita merasa cukup puas dengan apa yang kita lihat. Sikap pasif dan apatis yang ditimbulkan dari keseringan menonton inilah yang perlu dihindarkan.

Menonton dan membaca, keduanya merupakan proses reseptif, namun dalam penerapannya sering kali disalah-porsi-kan masyarakat, terutama generasi muda kita. Untuk itu, perlu perhatian serius dan kerjasama yang baik antara masyarakat dengan pihak pemerintah. Sampel yang paling sederhana adalah keluarga. Orang tua adalah madrasah pertama anak sebelum dia mengecap pendidikan yang sesungguhnya dibangku sekolah. Komunikasi dua arah yang baik antara kedua belah pihak dalam rangka mewujudkan generasi cerdas dan cinta membaca yang perlu dilakukan.

Baca juga artikel yang lain;

  1. Konsep Dasar Psikologi
  2. Metode Kajian Psikologi
  3. Biografi Ibnu Thuffail
  4. Konsep Dasar Puasa Sunnah
  5. Pendidikan Wanita dalam Islam
  6. Hubungan Ilmu Akhlak dengan Ilmu-ilmu yang Lain
  7. Sejarah Pendidikan Islam
  8. Sejarah Perkembangan Psikologi
  9. Jarh wa Ta'dil
  10. Sosiolinguistik Amerika dan Indonesia
  11. Menonton Telivisi dan Pembentukan Karakter
  12. Budaya Membaca dan Budaya Menonton TV

05 Februari, 2022

Analisis Alokasi Waktu

Apakah itu analisa alokasi waktu?          

Analisa alokasi waktu adalah pelacakan jumlah minggu dalam semester/ tahun pelajaran terkait dengan pemanfaatan waktu pembelajaranpada mata pelajaran tertentu. Pelacakan ini diarahkan pada jumlah keseluruhan atau jumlah minggu tidak efektif, dan jumlah minggu efektif. Kepastian jumlah minggu efektif pada semester atau tahun pelajaran akan memudahkan guru dalam menyebarkan jam pelajaran pada setiap pelajaran yang telah dipetakan sebelumnya.


Apa saja yang perlu diperhatikan dalam analisis alokasi waktu? 

Hal yang perlu diperhatikan guru dalam analisis alokasi waktu adalah sebagai berikut:

  • Penentuan jumlah minggu pada setiap bulan dalam semester/tahun pelajaran dengan melihat kalender umum
  • Penentuan jumlah minggu yang tidak efektif pada setiap bilan atau semester/tahun pelajaran dengan melihat kalender pendidikan.
  • Penentuan jumlah minggu yang efektif pada setiap bulan dalam semester/tahun pelajaran dengan melihat kalender pendidikan. 
  • Penyebaran jumlah jam pelajaran pada setiap unit pelajaran yang telah dipetakan sebelumnya ( liat hasilpemetaan kompetensi dasar per unit ). 
  • Pengalokasian jam pelajaran untuk ulangan harian ( kalau ada ), ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester. 
  • Pembagian jumlah waktu atau jam pelajaran efektif (dalam satu tahun atau satu semester ) kesemua unut secara proporsional dan semua jenis ulangan. 

Contoh Analisis Alokasi Waktu

Download Contoh Analisis Waktu


Berikut Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 7, 8, dan 9

Download Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 7, 8, dan 9

Download RPP 1 Lembar Bahasa Arab MTs :

  1. Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 7
  2. Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 8
  3. Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 9
Download Analisis Alokasi Waktu Bahasa Arab :

Download Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Bahasa Arab:

Download Silabus Bahasa Arab MTs :

Download Program Tahunan (PROTA) Bahasa Arab MTs :

Download Program Semester Bahasa Arab MTs :

03 Februari, 2022

Download Program Semester (PROMES) Bahasa Arab MTs

Promes adalah bentuk penjabaran dari prota yang memuat gambaran pembelajaran dan pencapaian yang ingin diraih selama satu semester. Dengan adanya promes ini, Bapak/Ibu akan lebih mudah dalam menuntaskan mata pelajaran yang Bapak/Ibu ampu.

1. Fungsi promes adalah sebagai berikut.

  • Bisa mempermudah tugas Bapak/Ibu saat mengadakan pembelajaran selama satu semester.
  • Mampu mengarahkan kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah diprogram.
  • Menjadi pola dasar untuk mengatur tugas dan wewenang setiap pihak yang ikut serta dalam pembelajaran.
  • Menjadi pedoman guru dan dalam bekerja dan belajar.
  • Menjadi tolok ukur efektivitas pada proses pembelajaran.
  • Menjadi bahan untuk menyusun data, sehingga terbentuk keseimbangan kerja.
  • Mampu menghemat waktu, tenaga, biaya, dan alat penunjang karena pembelajaran bisa berlangsung secara efektif dan efisien.

2. Langkah Penyusunan Promes

Untuk menyusun promes, Bapak/Ibu tidak bisa asal membuat. Hal itu karena promes merupakan acuan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

Itulah mengapa, terdapat beberapa langkah untuk menyusun promes. Adapun langkah penyusunannya adalah sebagai berikut.

  • Memasukkan kompetensi dasar, topik, dan sub topik materi/bahasan ke dalam format promes yang tersedia.
  • Menentukan banyaknya jam yang tersedia di kolom minggu dan banyaknya tatap muka setiap minggu per mata pelajaran.
  • Menambahkan catatan di setiap bagian yang membutuhkan keterangan.

Silahkan Download Program Semester Bahasa Arab MTs 

Berikut Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 7, 8, dan 9

Download Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 7, 8, dan 9

Download RPP 1 Lembar Bahasa Arab MTs :

  1. Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 7
  2. Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 8
  3. Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 9
Download Analisis Alokasi Waktu Bahasa Arab :

Download Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Bahasa Arab:

Download Silabus Bahasa Arab MTs :

Download Program Tahunan (PROTA) Bahasa Arab MTs :

Download Program Semester Bahasa Arab MTs :

Download (Program Tahunan) PROTA Bahasa Arab MTs

Prota adalah susunan alokasi waktu pembelajaran selama satu tahun untuk mencapai standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang diharapkan. Alokasi waktu sangat diperlukan agar seluruh SK dan KD bisa diterapkan dan diterima oleh para peserta didik.

Bapak/Ibu bisa menyusun prota setelah jumlah jam mengajar untuk mapel tertentu sudah diketahui. Dari banyaknya waktu yang diberikan, Bapak/Ibu harus mengalokasikan waktu tersebut melalui prota dan biasanya dilakukan di awal tahun ajaran baru.

Keberhasilan Bapak/Ibu membuat protas akan berpengaruh pada administrasi pembelajaran yang lain, misalnya program semester silabus, RPP, dan lainnya.

1. Fungsi Prota adalah sebagai berikut;

  • Mengorganisir pembelajaran agar bisa berjalan secara optimal.
  • Dijadikan pedoman untuk menyusun promes.
  • Dijadikan pedoman dalam menyususn kalender pendidikan.
  • Digunakan sebagai acuan untuk mengoptimalkan penggunaan waktu efektif pembelajaran yang tersedia.

Untuk menyusun prota dan promes, Bapak/Ibu tidak bisa asal membuat. Hal itu karena prota merupakan acuan yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

Itulah mengapa, terdapat beberapa langkah untuk menyusun prota. Adapun langkah penyusunannya adalah sebagai berikut.

 

2. Langkah Penyusunan Prota

Menganalisis kalender pendidikan dan menyesuaikan kebutuhan berdasarkan ciri/karakter unit satuan pendidikan Bapak/Ibu.

Memberikan tanda untuk hari libur, permulaan tahuan ajaran baru, pekan/minggu efektif untuk belajar, dan jam efektif belajar setiap minggu. Adapun hari libur yang perlu diberi tanda meliputi:

  • Libur akhir tahun ajaran;
  • Libur keagamaan;
  • Libur hari besar nasional; dan
  • Libur untuk hari khusus.
  • Memperhatikan minggu efektif guna menyusun alokasi waktu di setiap kompetensi dasar.
  • Menetapkan alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap mata pelajaran, kompetensi dasar, dan pokok bahasannya di pekan efektif. Alokasi waktu yang disediakan harus sesuai dengan ruang lingkup materi, tingkat kesulitan, pentingnya materi, dan waktu untuk melakukan review pada materi tersebut.
Download Kisi-Kisi & Format Soal UAMBK
Silahkan Download PROTA Bahasa Arab MTs di bawah ini;


Berikut Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 7, 8, dan 9

Download Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 7, 8, dan 9

Download RPP 1 Lembar Bahasa Arab MTs :

  1. Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 7
  2. Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 8
  3. Perangkat Pembelajaran Bahasa Arab MTs Kelas 9
Download Analisis Alokasi Waktu Bahasa Arab :

Download Analisis Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) Bahasa Arab:

Download Silabus Bahasa Arab MTs :

Download Program Tahunan (PROTA) Bahasa Arab MTs :

Download Program Semester Bahasa Arab MTs :

Materi Akidah Akhlak Kelas VII Semester Genap BAB II : Iman Kepada Para Malaikat

  Materi Akidah Akhlak Kelas VII Semester Genap BAB II : Iman Kepada Para Malaikat dan Makhluk Ghaib PEMBAHASAN 1.        Malaikat Pengertia...