HOME

17 November, 2022

TEKS KHUTBAH JUM'AT TENTANG AKHLAK RASULULLAH MANUSIA YANG SANGAT MULIA

 Akhlak Rasulullah, Manusia Yanga Sangat Mulia


Khutbah Pertama:

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وَ إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

أَمَّا بَعْدُ


Ibadallah, ittaqullah Ta’ala..


 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ ٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” [Quran Ali Imran: 102]

Bertakwalah kepada Allah Ta’ala. Senantiasalah merasa diawasinya. Sadarilah bahwasanya suatu saat nanti kita akan berdiri di hadapan Allah. Di hari yang tidak lagi bermanfaat harta dan kerabat. Relasi dan jabatan. Allah Ta’ala berfirman,

يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ (88) إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ (89)

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” [Quran Asy-Syu’ara: 88-89].

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Ayat ini merupakan kaidah penting dalam meneladani Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dalam ucapan, perbuatan, dan tindak-tanduk beliau.”

Betapa butuh kita meneladani Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Karena beliaulah teladan kita sepanjang masa. Mari kita teladani akhlak beliau. Beliau lah manusia yang paling baik akhlaknya. Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم أَحْسَنَ النَاسِ خُلُقًا

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling baik akhlaknya.”

Ummul Mukmini Shafiyah radhiallahu ‘anhu berkata,

مَارَأَيْتُ أَحْسَنَ خُلُقًا مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم

“Aku tidak pernah melihat ada yang lebih baik akhlaknya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Dan Allah ‘Azza wa Jalla sendiri memuji akhlak beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam:

 وَإِنَّ لَكَ لَأَجْرًا غَيْرَ مَمْنُونٍ

“Dan sesungguhnya bagi kamu benar-benar pahala yang besar yang tidak putus-putusnya.” [Quran Al-Qalam: 3]

Ummul Mukminin Aisyah radhaillahu ‘anha pernah ditanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau menjawab,

كَانَ خُلُقُهُ القُرْآنَ

“Akhlak beliau adalah Alquran yang dipraktikkan.”

Ibadallah,

Hendaknya kita berkeinginan kuat untuk mempraktikkan akhlak beliau pada diri kita. Semangat memperbaiki diri kita dengan meneladani manusia terbaik yang pernah Allah ciptakan. Wajib bagi kita mencintai beliau. Lebih dari cinta kita kepada ibu dan bapak kita, serta istri dan anak-anak kita. Allah Ta’ala berfirman,

 ٱلنَّبِىُّ أَوْلَىٰ بِٱلْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنفُسِهِمْ 

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri.” [Quran Al-Ahzab: 6]

Dalam Shahihain terdapat sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَلَدِهِ وَوَالِدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ

“Tidak seorang pun di antara kalian beriman dengan iman yang sempurna sampai aku lebih dicintainya daripada anaknya, orangtuanya, dan seluruh umat manusia [HR. Muslim no. 44].

Wajib bagi kita untuk mengetahui bahwa mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam meurpakan turunan dari mencintai Allah. Allah Ta’ala berfirman,

 قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَٱللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Quran Ali Imran: 31]

Kita mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam karena Allah mencintai beliau dan Allah memerintahkan kita agar mencintai beliau. Dan Allah pilih beliau dari semua makhluknya. Dan mencintai apa yang Allah cintai termasuk sebuah kewajiban.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, dari Watsilah bin al-Asqa’, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ اللهَ اصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِبْرَاهِيْمَ إِسْمَاعِيْلَ وَاصْطَفَى مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ بَنِي كِنَانَةَ وَاصْطَفَى مِنْ بَنِي كِنَانَةَ قُرَيْشًا وَاصْطَفَى مِنْ قُرَيْشٍ بَنِي هَاشِمٍ وَاصْطَفَانِيْ مِنْ بَنِي هَاشِمٍ.

“Sesungguhnya Allah telah memilih Ismail dari anak Nabi Ibrahim, memilih Bani Kinanah dari anak Ismail, memilih Quraisy dari Bani Kinanah, memilih Bani Hasyim dari Quraisy, dan memilihku dari Bani (anak anak cucu) Hasyim.”

Allah Ta’ala telah memuliakan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menjadikannya orang yang lapang dadanya, menghilangkan bebannya, meninggikan penyebutannya, dan Allah melebihikannya dari semua makhluk-Nya. Beliau adalah kekasih Allah. Dan rahmat untuk sekalian alam. 

 وَمَآ أَرْسَلْنَٰكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَٰلَمِينَ

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

[Quran Al-Anbiya: 107]

Allah memuji sifat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai seorang yang santun dan lemah lembut. Sebagaimana firman-Nya,

 لَقَدْ جَآءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِٱلْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” [Quran 9:128].

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sosok yang sangat menginginkan kebaikan untuk umatnya. Semangat agar umatnya mendapat hidayah. Allah Ta’ala berfirman,

 لَقَدْ مَنَّ ٱللَّهُ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِّنْ أَنفُسِهِمْ يَتْلُوا۟ عَلَيْهِمْ ءَايَٰتِهِۦ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ٱلْكِتَٰبَ وَٱلْحِكْمَةَ وَإِن كَانُوا۟ مِن قَبْلُ لَفِى ضَلَٰلٍ مُّبِينٍ

“Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” [Quran Ali Imran: 164]

Dari semua sifat-sifat mulia ini dan cintanya beliau kepada umatnya, sudah menjadi keharusan pula kita mencintai beliau. Di antara bentuk kecintaan kita kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah menaati apa yang beliau perintahkan. Allah Ta’ala berfirman,

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ أَطِيعُوا۟ ٱللَّهَ وَأَطِيعُوا۟ ٱلرَّسُولَ وَأُو۟لِى ٱلْأَمْرِ مِنكُمْ 

“بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” [Quran An-Nisa: 59]

 مَّن يُطِعِ ٱلرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ ٱللَّهَ 

“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” [Quran An-Nisa: 80]

Mencintai beliau juga diekspresikan dengan meniru akhlak beliau. Di antara akhlak beliau adalah penyayang. Saat putra beliau tengah menghapi sakaratul maut, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis. Kemudian beliau bersabda,

إنَّ العَيْنَ تَدْمَعُ، والقَلْبَ يَحْزَنُ، ولَا نَقُولُ إلَّا ما يَرْضَى رَبُّنَا، وإنَّا بفِرَاقِكَ يا إبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ.

“Sesungguhnya mata ini menitikkan air mata dan hati ini bersedih, namun kami tidak mengatakan sesuatu yang tidak diridhai Rabb kami. Sesungguhnya kami bersedih dengan kepergianmu wahai Ibrahim.” [HR. al-Bukhari 1303].

إنِّي لأدخلُ في الصلاةِ أريدُ أن أطيلَها فأسمعُ بكاءَ الصبيِّ فأتجوزُ في صلاتي خشيةَ أن تُفتنَ أمُّهُ

Anas radhiallahu ‘anhu mengatakan: Rosulullah –shallallahu alaihi wasallam– pernah mendengar tangisan seorang anak kecil bersama ibunya, sedang beliau dalam keadaan sholat, karena itu beliau membaca surat yang ringan, atau surat yang pendek.” [al-Muhalla 4/198].

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga seorang yang memiliki rasa malu yang besar. Sebagaimana diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari, dari Abu Said al-Khudri radhiallahu ‘anhu, ia berkata,

كان رسول اللَّه صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم أَشَدَّ حَيَاءَ مِنَ الْعَذْرَاءِ في خِدْرِهَا ، فَإذَا رأى شَيْئاً يَكْرَهُه عَرَفْنَاهُ في وَجْهِهِ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah sosok yang memiliki rasa malu yang besar. Lebih dari  seorang gadis yang dipingit di dalam rumah. Apabila beliau melihat sesuatu yang tidak disukainya, maka kami akan mengetahui dari raut muka beliau.” [HR.al-Bukhori)

Beliau juga bukan seorang yang terbiasa mengucapkan kalimat kotor atau sesekali mengucapkan kalimat kotor. Dengan kedudukannya yang tinggi di hadapan Allah dan juga di tengah masyarakat, beliau tetaplah seorang yang rendah hati. Beliau tidak ingin manusia mengagung-agungkan melebihi batas beliau sebagai seorang hamba Allah. beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ، فَقُوْلُوْا: عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلِهِ

“Janganlah kaliah berlebih-lebihan memuji diriku sebagaimana orang-orang Nasrani berlebih-lebihan memuji Ibnu Maryam. Sesungguhnya aku adalah hamba, maka katakanlah, ’Hamba Allah dan Rasul-Nya.” [HR. Bukhari no. 3445].

Di antara bentuk kerendahan hati Nabi, beliau lebih dulu mengucapkan salam kepada anak-anak. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu mengatakan,

يَمُرُّ بِاصِبْيَانِ فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِمْ

“Tatkala nabi melewati sekelompok anak-anak, beliau yang terlebih dulu mengucapkan salam kepada mereka.”

Beliau juga membesuk orang sakit dan mengantarkan jenazah. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu berkata,

كانَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ يَعودُ المريضَ ، ويشيِّعُ الجنازةَ ، ويجيبُ دعوةَ المملوكِ ، ويركَبُ الحمارَ

“Rasulullah terbiasa menjenguk orang sakit. Mengantar jenazah. Memenuhi undangan para budak. Dan mengendarai keledai.” 

Ketika di rumah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak selalu mengandalkan istrinya untuk melayaninya. Beliau terbiasa melayani diri sendiri. Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,

عن عائشةَ أنَّها سُئِلت: ما كان النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم يعمَلُ في بيتِه ؟ قالت: كان يَخيطُ ثوبَه ويخصِفُ نعلَه ويعمَلُ ما يعمَلُ الرِّجالُ في بيوتِهم

Aisyah pernah ditanya mengenai apa yang diperbuat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di rumahnya. Aisyah menjawab, “Beliau menjahit bajunya, mengesol sandalnya, dan mengerjakan sesuatu yang biasa dilakukan oleh laki-laki lain di rumah mereka.” [Shahih Ibnu Hibban 5677].

Ibadallah,

Inilah akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. alangkah indahnya akhlak ini. Sangat layak bagi kita meneladaninya dan berakhlak dengan akhlak seperti ini. 

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا، وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ؛ فَإِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN;


Khutbah Kedua:


الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ، وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَلاَّ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ تَعْظِيمًا لِشَانِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوانِهِ، صَلَّى اللهُ عَليْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَعْوَانِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا..


أَمَّا بَعْدُ: أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى:


Ibadallah,

Rasulullah adalah seorang yang mampu menguasai diri dan pemaaf. Dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim, Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu menceritakan,

كُنْتُ أَمْشِي مع النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ وعليه بُرْدٌ نَجْرَانِيٌّ غَلِيظُ الحَاشِيَةِ، فأدْرَكَهُ أَعْرَابِيٌّ فَجَذَبَهُ جَذْبَةً شَدِيدَةً، حتَّى نَظَرْتُ إلى صَفْحَةِ عَاتِقِ النبيِّ صَلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ قدْ أَثَّرَتْ به حَاشِيَةُ الرِّدَاءِ مِن شِدَّةِ جَذْبَتِهِ، ثُمَّ قالَ: مُرْ لي مِن مَالِ اللَّهِ الذي عِنْدَكَ، فَالْتَفَتَ إلَيْهِ فَضَحِكَ، ثُمَّ أَمَرَ له بعَطَاءٍ.

“Aku pernah berjalan bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketika itu beliau mengenakan kain syal dari Najran yang kasar ujungnya. Lalu ada seorang Arab badui menemui beliau. Langsung ditariknya Rasulullah dengan kuat hingga  kulihat permukaan bahu beliau membekas lantaran ujung syal yang ditarik Arab badui itu. Arab badui tersebut berkata, “Wahai Muhammad berikan kepadaku dari harta yang diberikan Allah padamu”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menoleh kepadanya diiringi senyum serta menyuruh salah seorang sahabat untuk memberikan sesuatu kepadanya.” [HR. al-Bukhari 5362].

Beliau juga bukan seorang yang kaku. Beliau biasa bermain dan bercanda dengan para sahabatnya. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إنِّي لأمزح، ولا أقول إلَّا حقًّا

“Sungguh aku juga bercanda. Namun aku tidak mengatakan yang dusta.” [HR. Ath-Thabrani dalam al-Mu’jam al-Kabir 2/59].

Dan masih banyak lagi akhlak-akhlak mulia beliau. Seperti pemberani dan dermawan. Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu menceritakan,

كان النبِيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ أحسنَ الناسِ وأَجْوَدَ الناسِ وأَشْجَعَ الناسِ ولقدْ فَزِعَ أهلُ المدينةِ ذاتَ ليلةٍ فانطلقَ الناسُ قِبَلَ الصَّوْتِ فَاسْتَقْبَلهُمُ النبيُّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ قد سَبَقَ الناسَ إلى الصَّوْتِ وهوَ يقولُ لَنْ تُرَاعُوا لَنْ تُرَاعُوا وهوَ على فَرَسٍ لِأَبي طلحةَ عُرْيٍ ما عليهِ سَرْجٌ في عُنُقِهِ سَيْفٌ فقال لقدْ وجَدْتُهُ بَحْرًا أوْ إنَّهُ لَبَحْرٌ

“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang paling tampan. Paling dermawan. Dan paling pemberani. Pernah suatu malam penduduk Madinah mengalami ketakutan. Lalu orang-orang menuju sumber suara, ternyata mereka jumpai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah lebih dulu tiba di sana. Beliau mengatakan, ‘Jangan takut. Jangan takut’. Kami jumpai beliau sedang menunggang kuda milik Abu Thalhah. Kuda yang tidak berpelana. Beliau mengalungkan pedang dan berkata, ‘Kulihat hanyalah kuda’.” [Shahih Adabul Mufrad 232].

Inilah di antara akhlak Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. profil manusia yang sungguh luar biasa. Tatkala hari ini pemuda-pemuda Islam mencari keteladanan dan profil orang sukses, mereka baca biografi tokoh-tokoh dunia, tapi mereka melupakan apa yang mereka miliki sendiri. Di tengah mereka, di hadapan mereka, ada biografi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mengagumkan. Ada seorang Nabi teladan dan tokoh besar sepanjang sejarah umat manusia.

﴿إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56]، وَقَالَ ‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا» [رَوَاهُ مُسْلِم].

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ . وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرِ الصِّدِّيْقِ ، وَعُمَرَ الفَارُوْقِ ، وَعُثْمَانَ ذِيْ النُوْرَيْنِ، وَأَبِي الحَسَنَيْنِ عَلِي، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.

اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنِ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةَ نَبِيِّكَ صلى الله عليه وسلم ، وَاجْعَلْهُمْ رَأْفَةً عَلَى عِبَادِكَ المُؤْمِنِيْنَ

عِبَادَ اللهِ : اُذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ ،  وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ  

KHUTBAH JUM'AT TENTANG CARILAH HARTA DENGAN JALAN YANG HALAL

 Carilah Harta dengan Jalan yang Halal!


Khutbah Pertama:


إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

وَ إِنَّ أَصَدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ ، وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلالَةٌ ، وَكُلَّ ضَلالَةٍ فِي النَّارِ

أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral Muslimin wa zumratal mukminin, rahimani wa rahimakumullah!

Kami sebagai khatib menasehatkan diri kami sendiri dan juga hadirin sekalian, untuk terus meningkatkan iman dan takwa kepada Allah ta’ala. Dan terus menghitung-hitung diri kita.

Apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya, seberapa banyak yang sudah kita amalkan, dan seberapa banyak yang masih kita lalaikan?

Apa-apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya, seberapa banyak yang sudah kita tinggalkan, dan seberapa banyak yang masih kita langgar dan kita kerjakan sampai hari ini?

Yang baik mari kita pertahankan atau bahkan kita tingkatkan. Dan yang buruk mari kita kurangi atau bahkan kita tinggalkan sama sekali.

Hadirin sidang Jum’at, rahimani wa rahimakumullah!

Kaum Muslimin yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah ta’ala. Hendaknya kita senantiasa bertakwa kepada Allah ta’ala dalam mencari rezeki. Carilah rezeki dengan jalan yang halal. Karena harta dunia itu remeh dan rendah, tidak layak kita mengorbankan akhirat demi mencarinya. Allah ta’ala berfirman:

وَلَا تَشْتَرُوا بِآيَاتِي ثَمَنًا قَلِيلًا

“Dan janganlah kamu menukarkan ayat-ayat-Ku dengan harga yang rendah.” (QS. al-Baqarah: 41) 

Maksud ayat ini adalah, jangan melakukan pelanggaran terhadap agama demi mencari dunia. Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan: “Maksudnya, jangan menukar keimanan terhadap ayat-ayat-Ku dan keimanan kepada Rasul-Ku dengan dunia dan syahwatnya, karena dunia itu hal yang kecil (remeh).” (Tafsir Ibnu Katsir)

Allah ta’ala sebutkan dalam al-Qur’an bahwa siapa yang menerjang perkara yang Allah haramkan demi kenikmatan dunia dan meninggalkan yang halal, maka ia telah mengikuti langkah-langkah setan. Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (QS. al-Baqarah: 168)

Kaum Muslimin yang semoga senantiasa dirahmati oleh Allah ta’ala. Ketahuilah bahwa harta haram itu membahayakan diri Anda. Karena ia akan menjerumuskan Anda ke neraka. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّهُ لاَ يَرْبُو لَحْمٌ نَبَتَ مِنْ سُحْتٍ إِلاَّ كَانَتِ النَّارُ أَوْلَى بِهِ

“Sesungguhnya daging badan yang tumbuh berkembang dari sesuatu yang haram akan berhak dibakar dalam api neraka.” (HR. Tirmidzi, no. 614. Dishahihkan al-Albani dalam Shahih at-Tirmidzi)

Dan harta yang haram akan Allah hilangkan keberkahannya. Sehingga walaupun harta itu banyak dan melimpah namun akan hilang atau sedikit kebaikan yang bisa didapatkan darinya. Allah ta’ala berfirman tentang harta riba:

يَمْحَقُ اللّهُ الْرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ [البقرة:276]

“Allah akan menghancurkan keberkahan harta riba, dan mengembangkan keberkahan orang yang bersedekah.” (QS. al-Baqarah: 276)

Ibadah yang dilakukan dengan harta haram pun tidak diterima oleh Allah ta’ala. Doa yang dipanjatkan pun tidak diijabah oleh Allah ta’ala. Sebagaimana hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan,

أَيُّها النَّاسُ، إنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لا يَقْبَلُ إلَّا طَيِّبًا

“Wahai manusia, sesungguhnya Allah itu Maha Baik, dan tidak menerima (amalan) kecuali dari yang baik.” (HR. Muslim no. 1015)

Ma’asyiral mukminin! Ketahuilah bahwa kenikmatan apapun yang Anda dapatkan dengan harta harammu, itu hanya sebentar nikmatnya dan pasti akan sirna. Setelahnya, Anda akan menanggung akibatnya di akhirat yang kekal. Allah ta’ala berfirman:

إِنَّمَا هَٰذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآخِرَةَ هِيَ دَارُ الْقَرَارِ

“Sesungguhnya kehidupan ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.” (QS. al-Mu’min: 39)

Allah ta’ala juga berfirman:

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ

“Bahkan kalian mengutamakan kehidupan dunia. Padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.” (QS. al-A’la: 16-17)

Sungguh andaikan kita miskin papa, tapi tidak makan harta haram, itu lebih baik daripada kaya raya tapi dengan harta haram. Bagaimanapun kesulitan di dunia ini, sabarlah, sejatinya dunia ini hanya sebentar. Allah ta’ala berfirman:

قَالَ كَمْ لَبِثْتُمْ فِي الأرْضِ عَدَدَ سِنِينَ قَالُوا لَبِثْنَا يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ فَاسْأَلِ الْعَادِّينَ قَالَ إِنْ لَبِثْتُمْ إِلا قَلِيلا لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ

“Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?” Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.” Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (QS. al-Mu’minun: 112-114)

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمِ


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN;


Khutbah Kedua:

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ مُبَارَكًا عَلَيْهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى

وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، وَعَلَى أله وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَمَّا بَعْدُ

Ma’asyiral Mukminin, rahimani wa rahimakumullah!

Sungguh keliru orang yang mengatakan “Yang haram saja susah, apalagi yang halal”. Ketahuilah, sejatinya yang halal itu sangat banyak dan yang haram itu sangat sedikit. Allah ta’ala berfirman:

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا

“Dialah Allah yang telah menciptakan semua yang ada di bumi untuk kalian.” (QS. al-Baqarah: 29)

Dari ayat ini, para ulama mengatakan bahwa segala sesuatu di atas muka bumi ini hukum asalnya mubah (boleh) kecuali beberapa hal saja yang diharamkan syariat. Maka yang halal jauh lebih banyak daripada yang haram. 

Di sana ada jutaan pekerjaan dan peluang usaha setiap harinya untuk kita mencari rezeki dengan cara yang halal. Bagi orang-orang yang bersemangat untuk berusaha dan tidak malas-malasan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

احْرِصْ علَى ما يَنْفَعُكَ، وَاسْتَعِنْ باللَّهِ وَلَا تَعْجَزْ

“Semangatlah pada perkara yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan kepada Allah (dalam perkara tersebut), dan jangan malas.” (HR. Muslim no. 2664)

Yang susah adalah jika penghasilan kita harus mengikuti angan-angan dan hawa nafsu, tentu saja ini susah! Padahal mencari rezeki itu akan mudah jika prinsip ِAnda adalah terus semangat berusaha dan mensyukuri hasil yang banyak maupun sedikit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَن أصبحَ مِنكُم آمِنًا في سِرْبِه ، مُعافًى في جسَدِهِ ، عندَهُ قُوتُ يَومِه ، فَكأنَّمَا حِيزَتْ له الدُّنْيا

“Barang siapa bangun di pagi hari dalam keadaan merasakan aman pada dirinya, sehat badannya, dan ia memiliki makanan untuk hari itu, maka seolah-olah seluruhnya dunia dikuasakan kepadanya.” (HR. Tirmidzi no.2346, dishahihkan al-Albani dalam Silsilah ash-Shahihah, no. 2318)

Dapat sedikit tapi halal, cukup dan berkah, itu sudah menjadi kenikmatan yang luar biasa daripada mencari yang banyak namun dengan menerjang perkara yang Allah haramkan.

Semoga Allah ta’ala memberikan taufik dan hidayah untuk menjauhi semua yang Allah haramkan. Dan semoga Allah ta’ala memudahkan kita untuk mendapatkan rezeki yang halal dan berkah.

إن الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما

اللهم صل على محمد وعلى آل محمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد, اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد.

ربنا ظلمنا أنفسنا وإن لم تغفر لنا وترحمنا لنكونن من الخاسرين

ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رؤوف رحيم

ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب

اللهم أصلح ولاة أمورنا وارزقهم البطانة الصالحة الناصحة التي تدلهم على الخير وتعينهم عليه يا رب العالمين

اللهم انصر إخواننا المؤمنين المستضعفين في بورما، وسوريا، وفلسطين، وفي كل مكان

ربنا آتنا في الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين

KHUTBAH JUMAT: MEMPERSIAPKAN BEKAL SEBELUM KEMATIAN

 Khutbah Pertama

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْه ُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اما بعـد

قال الله تعالى: اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.

 يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

 

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Hadirin Jamaah Shalat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat dan hidayah Allah SWT. Tak henti-hentinya kita panjatkan puja dan puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam; karunia yang teramat besar yang Allah karuniakan kepada hamba-hamba-Nya. Semoga kita selalu termasuk yang mendapatkan hidayah-Nya serta berada dalam keadaan Iman dan Islam hingga akhir hayat kita.

Dan tentunya kita bersyukur kepada Allah atas nikmat berbagai kehidupan yang masih diberikan kepada kita. Sehingga pada kesempatan ini kita masih dapat beribadah kepada-Nya, dapat mengingat-Nya, serta memuji-Nya.

Pujian hanya layak dimiliki oleh Allah. Alhamdulillah; segala puji hanya milik Allah. Sungguh tidaklah pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian, tidak pantas bagi manusia untuk merasa telah berjasa, karena sungguh sejatinya segala pujian hanya milik Allah semata.

Pada kesempatan yang mulia ini, kami selaku khatib mengajak kepada hadirin sekalian, marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT, takwa dalam arti senantiasa berupaya dan berusaha untuk selalu menghadirkan Allah dalam setiap situasi dan kondisi dengan cara senantiasa berzikir dan melaksanakan segala perintahNya. Takwa dalam arti kita senantiasa melibatkan Allah dalam setiap persoalan yang kita hadapi dengan cara berdoa, memohon pertolongan dan bermunajat kepadaNya. Sehingga akan menimbulkan ketentraman dan ketenangan dalam setiap kehidupan kita.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. (Al-Quran, Surat Ali Imran, ayat 102)

Dan tentunya, shalawat serta salam semoga selalu tercurah tak henti-hentinya kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Sidang salat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Dalam Khutbah Jumat singkat ini, mari kita merenung sejenak tentang apa yang terjadi di sekitar kita saat ini, di mana kita sedang menjalani masa pandemi Covid 19 yang sudah berjalan lebih dari setahun. Sudah banyak orang yang meninggal, tidak sedikit di antara mereka adalah Saudara kita, tiba tiba sahabat kita meninggal dunia, siapa saja dan kapan atau di mana saja bisa meninggal dunia.

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِ   

Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.

Kematian adalah sesuatu yang pasti kita hadapi. Sesuatu yang menjadi gerbang dari kehidupan dunia menuju kehidupan akhirat adalah kematian.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Dalam Surat Al-Baqarah ayat 28, Allah berfirman:

كَيْفَ تَكْفُرُوْنَ بِاللّٰهِ وَكُنْتُمْ اَمْوَاتًا فَاَحْيَاكُمْۚ  ثُمَّ يُمِيْتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيْكُمْ ثُمَّ اِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ   

Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinya) mati, lalu Dia menghidupkan kamu, kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkan kamu kembali. Kemudian kepada-Nyalah kamu dikembalikan.

Dalam Tafsir Ibn Katsir, dijelaskan bahwa ayat ini menjelaskan akan kekuasaan Allah dan sungguh aneh orang yang ingkar kepada Allah sementara manusia awalnya tiada, lalu Allah menjadikannya ada di muka bumi ini. Ayat ini juga menunjukkan bahwa kita semua pasti mati. Dan kita semua pasti akan dibangkitkan kembali setelah kematian itu.

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah SWT

Maka apa saja kewajiban kita dalam kehidupan ini sebagai persiapan diri kita sebelum menghadapi kematian? Tentunya ada banyak hal. Namun setidaknya ada tiga hal yang akan kita bahas pada kesempatan berharga ini. 

Pertama, beramal sebaik mungkin. Dalam surat Al-Mulk ayat 1-2, Allah berfirman:

تَبٰرَكَ الَّذِيْ بِيَدِهِ الْمُلْكُۖ وَهُوَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌۙ  ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ  

1. Mahasuci Allah yang menguasai (segala) kerajaan, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. 2. Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Seperti apakah amalan yang terbaik itu? Salah satu indikatornya adalah, pekerjaan itu dilakukan dengan istiqamah. Dalam hadis riwayat Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

فَإِنَّ خَيْرَ الْعَمَلِ أَدْوَمُهُ وَإِنْ قَلَّ

Artinya; sesungguhnya sebaik-baik pekerjaan adalah yang rutin (berkelanjutan), meskipun itu sedikit.

Beramal sebaik mungkin juga berarti bahwa pekerjaan itu kita lakukan dengan seikhlas mungkin, semaksimal mungkin dan dengan sesempurna mungkin. Baik dalam interaksi kita kepada Allah maupun kepada sesama manusia, dalam tiap amal kita patrikan dalam diri kita bahwa bisa jadi itu adalah amal terakhir kita.

Maasyiral muslimin rakhimakumullah!

Yang kedua, menyiapkan amal yang terus mengalir pahalanya. Di antara yang dapat kita persiapkan adalah dengan memperbanyak amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, serta mendidik anak kita menjadi anak yang saleh yang dapat mendoakan kita kelak. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه: أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: ((إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ اِنْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ: صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ، أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ))؛ رواه مسلم

Artinya: diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda, ”Jika manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, sedekah jariyah, ilmu yang diambil manfaatnya, dan anak shalih yang selalu mendo`akan orang tuanya. (HR. Muslim).

Yang ketiga, berdoa agar diberikan husnul khatimah. Apakah itu husnul khatimah? Di antara tanda utama husnul khatimah ialah apabila ia mengucap kalimat laa ilaaha illallaah di akhir hayatnya. Dalam sebuah hadith shahih yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Rasulullah SAW bersabda:

‏” مَنْ كَانَ آخِرُ كَلاَمِهِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ دَخَلَ الْجَنَّةَ ‏”‏

“Barangsiapa yang akhir perkataannya adalah ‘Laa ilaaha illallaah’ maka dia akan masuk Surga.”

Indikator lainnya dari seorang yang husnul khatimah apabila ia mengerjakan pekerjaan baik di akhir hidupnya.

 قَالَ رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم ‏”‏ إِذَا أَرَادَ اللهُ بِعَبْدٍ خَيْرًا اسْتَعْمَلَهُ ‏”‏ ‏.‏ فَقِيلَ كَيْفَ يَسْتَعْمِلُهُ يَا رَسُولَ اللهِ قَالَ ‏”‏ يُوَفِّقُهُ لِعَمَلٍ صَالِحٍ قَبْلَ الْمَوْتِ‏” ‏”

Rasulullah SAW bersabda: Apabila Allah menghendaki kebaikan kepada seseorang, maka Allah akan membuatnya beramal. Para sahabat bertanya; Bagaimana membuatnya beramal? beliau menjawab: Allah akan memberikan taufiq padanya untuk melaksanakan amal shalih sebelum dia meninggal. (HR. Ahmad dan Tirmidzi)

Selain berusaha dengan segenap amal saleh untuk mencapai husnul khatimah, kita juga harus selalu berdo’a agar Allah mewafatkan kita dalam keadaan husnul khatimah.

Akhirnya, semoga kita menjadi hamba Allah yang berhasil dalam mempersiapkan kehidupan kita,  yang mampu meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT. dan Allah menjadikan kita sebagai orang-orang yang wafat dalam keadaan husnul khatimah. 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فيِ القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنيِ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلْ مِنيِّ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ َإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. 

أَقُوْلُ قَوْليِ هذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ ليِ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ  فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN;


Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيْقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَانَبِيَّ بَعْدَهُ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا آيُّهَا الحَاضِرُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

 أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم. إنَّ اللهَ وملائكتَهُ يصلُّونَ على النبِيِّ يَا أيُّهَا الذينَ ءامَنوا صَلُّوا عليهِ وسَلّموا تَسْليمًا

اللّـهُمَّ صَلّ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا صلّيتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيم وبارِكْ على سيّدِنا محمَّدٍ وعلى ءالِ سيّدِنا محمَّدٍ كمَا بارَكْتَ على سيّدِنا إبراهيمَ وعلى ءالِ سيّدِنا إبراهيمَ إنّكَ حميدٌ مجيدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.

اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

Ya Allah, Ya Rabb, hanya dalam kuasa-Mu segala apa yang terjadi pada hamba-Mu ini, tiada daya dan upaya selain keagungan-Mu. Ya Allah, jadikanlah segala nikmat dan titipan-Mu menjadikan hamba-Mu semakin pandai bersyukur.

Berikanlah kekuatan iman dan Islam kepada kami, ya Allah. Tuntunlah setiap langkah kami dijalan-Mu, ya Allah. Curahkanlah segala rahmat dan karunia-Mu kepada keluarga dan anak-anak kami, ya Allah

Ya Allah, ya Rabb, di hari yang engkau ciptakan ini, ajarkanlah kami agar senantiasa menempatkan-Mu ditempat yang paling agung, karena kami sadar seringkali dunia ini lebih kami pentingkan daripada Engkau ya Allah.

Ya Allah, wahai yang maha Menatap, wahai yang maha Agung dan maha Perkasa, Engkaulah yang Maha Tahu, ampunilah sebusuk apapun diri-diri kami selama ini, ampuni sekelam apapun masa lalu kami, tutupi seburuk apapun aib-aib kami, ampunilah kami ya Allah. Bukakan lembaran-lembaran baru yang bersih yang menggantikan lembaran yang kelam, masa lalu kami.

Ya Allah, ampuni dan selamatkan orang tua kami, darah dagingnya melekat pada tubuh kami, ya Allah. Ampuni jika selama ini kami telah menzhaliminya, jadikan sisa umur kami menjadi anak yang tahu balas budi, ya Allah.

Ya Allah, lindungi kami dari mati suul khitimah, lindungi kami dari siksa kubur-Mu ya Allah

Ya Allah, satukanlah hati kami dalam ketaatan dan keistiqamahan dalam menjalankan kewajiban-Mu ya Allah

Jadikanlah kami orang-orang yang istiqamah dijalan-Mu, ya Allah. Anugerahkanlah segala kemuliaan-Mu kepada hamba-Mu ini, ya Allah.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ .

عباد الله، ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذي القربي وينهي عن الفحشاء والمنكر والبغي لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم واسألوه من فضله يعطكم ولذكر الله اكبر


MATERI KHUTBAH JUM'AT HIKMAH MORALITAS DAN MAULID NABI

 

Khotbah

Hikmah Moralitas dalam Maulid Nabi

 

الحمد لله الذي له ما في السماوات والأرض وهو على كل شيء قدير. والصلاة والسلام على معلم الناس الخير محمد بن عبد الله الذي أوتي القرآن ومثله معه، وجعل الله طاعته من طاعته هو سبحانه. أما بعد،  أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن الا وأنتم مسلمون

 Ma’asyiral Muslimin Hafidzakumullah

Marilah kita bersama-sama berdo’a kepada Allah SWT agar kita senantiasa berada di bawah naungan rahmat-Nya. Marilah kita bersama-sama meningkatkan taqwa kita kepada-Nya, Sebab taqwa merupakan jembatan bagi kita untuk menggapai ridha dan kemulian di sisi-Nya, baik di dunia maupun akhirat. Sebagaimana firman Allah:

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ

“Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisiku ialah orang yang bertaqwa.” (QS: al-Hujurat, 14)

Beberapa hari yang lalu, tepatnya Selasa 12 Rabi’ul Awal 1435 H, kita bersama-sama memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Adalah sudah menjadi tradisi mayoritas umat Islam merayakan hari kelahiran Nabi tersebut. Bagi muslim Indonesia, tradisi maulid  sudah membumi di benak kolektif masyarakat. Peringatan maulid merupakan salah satu bukti kecintaan kita terhadap Nabi SAW. Ungkapan cinta itu diluapkan dengan ekpresi yang beraneka ragam. Misalnya, di Yogyakarta dan Surakarta kita menemukan sekaten, di banjar ada istilah Baayun Maulid, demikian pula di daerah-daerah lain, mereka memiliki istilah dan tradisi sendiri dalam memperingati maulid Nabi SAW.

Peringatan maulid Nabi memiliki dampak positif dalam pembentukan karakter umat Islam. Pada acara itu kita bisa mendengar berbagai macam ceramah yang menjelaskan tentang sosok Nabi Muhammad SAW. Mungkin saja, bayangan Nabi SAW itu sudah terlupakan dalam benak kita, lantaran kesibukan dunia. Seorang pemimpin bisa jadi sudah lupa bagaimana cara memimpin masyarakat yang benar, wakil rakyat mungkin saja lupa dengan janji-janjinya selama ini, para pejabat yang sudah lupa bagaimana cara menyimpan uang rakyat, sehingga banyak uang rakyat yang tercecer ke kantong pribadinya,  dan bisa jadi sebagai muslim kita sudah lupa bagaimana berakhlak mulia. Momentum maulid Nabi ini sangat tepat dijadikan sarana untuk melawan penyakit amnesia yang tengah mewabah itu. 

 Jama’ah Jum’at yang berbahagia

Ada banyak contoh yang dapat kita tiru dari Rasulullah SAW. Jika al-Qur`an diibaratkan mutiara yang memantulkan beraneka ragam warna cahaya, demikian pula dengan Nabi SAW. Kita bisa memetik hikmah apasaja yang terdapat dalam diri beliau. Terutama perihal akhlak dan budi pekertinya. Allah SWT berfirman.

 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا.

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah.” (QS: al-Ahdzab ayat 21)

 Dalam ayat lain Allah SWT berfirman:

 وأنك لعلى خلق عظيم 

Dan sesungguhnya, kamu (muhammad) benar-benar berbudi perketi yang agung (QS. Al-Qalam 68: 4)

Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa dalam diri Nabi tertanam akhlak yang mulia. Keelokan perangainya itu tidak hanya diakui kalangan Islam saja, non-muslim pun memuji akan akhlaknya tersebut. Tak heran di usia belia rasul dijuluki dengan gelar al-Amin, dan kejujurannya tersohor ke saentaro dunia. Kebaikan akhlaknya itu digambarkan  Imam al-Bushiri dalam gubahan syairnya: “Alangkah agungnya Rasul yang selalu dihiasi oleh budi pekerti yang sangat mulia itu. Kepribadiannya selalu diselimuti kebaikan. Wajahnya selalu dihiasi oleh senyum keramahan yang menawan. Dia lemah lemah lembut ibarat bunga, mengundang pesona ibarat bulan purnama, luas kedermawanannya ibarat samudera, dan sangat pasti cita-citanya ibarat perjalanan masa.”

Kaum muslimin yang dirahmati Allah.

Misi utama diutusnya Nabi SAW ke permukaan bumi ini ialah untuk memperbaiki akhlak manusia. Syeikh Yusuf al-Qardhawi dalam bukunya berjudul kaifa nata’amal ma’a al-Qur`an, menyebutkan salah satu tujuan dari syari’at Islam ialah untuk menyucikan hati manusia dan meluruskan akhlak. Dalam sebuah hadis riwayat Abu Hurairah disampaikan bahwa Nabi bersabda:

إِنما بُعِثْتُ لأُتَمِّمَ مَكَارِمَ الأَخْلاَقِ

“Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus hanyalah untuk menyempurnakan (memperbaiki) akhlak manusia.” (HR: al-Baihaqi)

 Dengan modal akhlak yang mulia itu pula Islam menyebar dalam tempo yang sangat singkat di Jazirah Arab. Praktik kehidupan Nabi, baik di Mekah ataupun Madinah, memberi gambaran kepada kita bahwa peranan akhlak dalam kehidupan ini sangatlah urgen. Penerimaan masyarakat terhadap kebenaran yang disampaikan sangat berkaitan dengan moral si penuturnya. Kebenaran akan meresap cepat ke dalam hati sabubari apabila disampaikan dengan cara-cara yang santun seperti yang dicontohkan Nabi SAW.

 Hadirin yang berbahagia

Berbicara mengenai moral atau akhlak pada hari ini membuat  air mata kita menetes. Bagaimana tidak, hampir setiap hari media cetak maupun elektronik mengabarkan kepada kita perihal kemungkaran sosial yang terjadi di negeri ini. Bukan berati negeri ini penuh dengan penjahat, tidak. Namun, suara kejahatan  lebih masih ketimbang kebaikan. Menengok kembali  kepribadian Nabi SAW adalah solusi nyata untuk keluar dari jeratan masalah ini. Rasul telah mencontohkan kepada kita bagaimana mengatur negara yang baik dan masyarakat yang bermoral. Dalam menjalankan kekuasaan Rasulullah SAW selalu menekankan aspek kebaikan, kejujuran, kaselahan, dan keadilan bagi semua kalangan tanpa memandang warna kulit, keyakinan, serta ras.

Selain itu, Rasulullah SAW selalu mewanti-wanti agar umatnya tidak selalu menuruti hawa nafsunya. Karena hawa nafsu sumber kemungkaran dan kemerosotan akhlak. Orang akan mudah terjerumus untuk korupsi, menipu, dan kemungkaran sosial lainnya jika terlalu menuruti nafsu rakusnya.  Bahkan Rasulullah mengancam status keimanan umatnya yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsunya. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan ‘Amr bin al-‘Ash, Nabi berkata:

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُونَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga hawa nafsunya mengikuti apa yang aku bawa.”     

 Jama’ah jum’at yang dirahmati Allah SWT

 

Demikianlah khutbah jum’at kali ini. Semoga dengan peringatan maulid Nabi ini dapat membawa perubahan dalam tingkah laku kita. Peringatan maulid bukan hanya sekedar formalitas atau seremonial belaka. Lebih dari itu, peringatan maulid sebagai sarana bagi kita untuk menambah wawasan tentang kehidupan Nabi SAW, kemudian  mengamalkan dan mengkontekstualkan dalam kehidupan sehari-hari.      

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ. 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN;

 

TEKS KHUTBAH JUM'AT TENTANG MARI BERJUANG DI JALAN ALLAH

 

Mari Berjuang di Jalan Allah

 

Disampaikan pada Khutbah Jumat

Di Masjid Kampus Unimus “11-11-2016” oleh Akhmad Fathurohman

Disarikan dai berbagai sumber.

 

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan hrta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar." (QS: Al-Hujurat 49:15)

Sidang Jum'at yang dirahmati Allah

Salah satu tugas manusia adalah berjuang di jalan Allha SWT baik dengan harta maupun dengan jiwa dan raga. Dalam arti bahwa sebagai umat Nabi Muhammad SAW hendaknya selalu meningkatkan perjuangan di jalan Allah "Jihad fi Sabilillah".

"Jihad fi Sabilillah" ini jangan diartikan sebagai bom bunuh diri karena bom bunuh diri itu sudah keluar dari kriteria yang diamanatkan oleh NAbi Muhammad SAW dan firman Allah SWT.

Jihad dalam arti yang luas bukan seperti yang digembor-gemborkan oleh para teroris, sebab di dalam Al-Qur'an dinyatakan bahwa kita dilarang mencampakkan dengan tangan, kewenangan, dan kekuasaan kita kepada kerusakan, sebagaimana firman Allah SWT:

 

" Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (Al-Baqarah 2: 195).

Sebagai umat Nabi Muhammad SAW dengan dalih dan sebab apapun kita dilarang untuk mencampakkan orang lain. Ini merupakan hal yang fundamental dalam Islam, karena agama Islam itu diturunkan untuk membawa rahmat dan kasih sayang bagi seluruh alam ini "Rahmatan lil 'alamin", baik untuk manusia maupun untuk lingkungan sekitarnya.

 

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

1. Jihad dengan Harta

Orang-orang yang berjuang di jalan Allah "Jihad fi Sabiillah" itu yang pertama adalah dengan hartanya "Biamwalihim". Mungkin diri kita sibuk dan berhalangan untuk melakukan jihad fi sabilillah maka kita keluarkan harta-harta kita untuk meningkatkan jihad fi sabilillah.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Al Baqarah: 261)

 

2. Dakwah Syiar Agama / Amar Ma’ruf Nahyil Munkar

Dalam segala segi kehidupan (sosial, politik ekonomi)

Pengertian jihad fi sabilillah itu luas sekali, diantaranya yang berhubungan dengan syiar agama, yang berhubungan dengan kemaslahatan dan kesejahteraan umat adalah termasuk dalam sabilillah, dan jangan hanya diartikan dengan berperang saja.

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru menuju Allah, mengerjakan amal yang shalih dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. [QS: Fushshilat:33].

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (QS: Ali Imraan : 104).


3. Jihad dalam arti Perang (dijelaskan Oleh Majelis tarjih Muhammadiyah pada lampiran)

Al-Qur'an memberikan kriteria tentang jihad dalam arti perang, yaitu firman Allah dalam surat Al-Hajj (22) ayat 39:

"Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesunggunya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu".

Jihad, di dalam arti perang itu memiliki kriteria, diantaranya adalah ada musuhnya yang jelas dan ada orang-orang yang teraniaya (jika umat Islam teraniyaya), yaitu pertama orang-orang yang dibunuh tanpa alasan yang hak dan kedua orang-orang yang diusir dari tempat tinggalnya. Dan dalam perangpun terdapat kriterianya yaitu dilarang melakukan kerusakan.

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Surat Al-Qashash (28) ayat 77

Dalam penjelasan lain pada Surat Al-Qashash (28) ayat 77 memberikan isyarat agar kita mencari bekal untuk negeri akhirat, meskipun demikian jangan lupa nasib kita di dunia ini, jangan sampai melarat, susah dan tidak bisa beribadah.

 

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

Allah SWT juga memerintahkan agar kita memelihara dan memperindah apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kita, diantaranya tanah air yang luas, banyak hasil tambang yang menjadi kewajiban kita untuk memperbagus dan menyuburkan tanah air ini, misalnya dengan hutan yang ada kita suburkan dan bukan digunduli.


Allah SWT memberikan negeri ini subur dan makmur, maka kewajiban kita untuk memelihara dan meningkatkan kesuburan anugerah Allah itu. Allah juga melarang kita untuk berbuat kerusakan di muka bumi ini, sebagai penguasa maupun pengusaha dan sebagai apapun kita dilarang untuk mencari-cari kerusakan di negeri ini.


Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan, misalnya para teroris yang membunuh orang yang tidak berdosa, menghancurkan gedung-gedung yang indah itu adalah termasuk berbuat kerusakan yang dilarang oleh Allah SWT.



4. Menuntut Ilmu / majelis Ilmu

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata,

“Menuntut ilmu adalah bagian dari jihad di jalan Allah karena agama ini bisa terjaga dengan dua hal yaitu dengan ilmu dan berperang (berjihad) dengan senjata.

Sampai-sampai sebagian ulama berkata, “Sesungguhnya menuntut ilmu lebih utama daripada jihad di jalan Allah dengan pedang.”

Karena menjaga syari’at adalah dengan ilmu. Jihad dengan senjata pun harus berbekal ilmu. Tidaklah bisa seseorang berjihad, mengangkat senjata, mengatur strategi, membagi ghonimah (harta rampasan perang), menawan tahanan melainkan harus dengan ilmu. Ilmu itulah dasar segalanya”. (Syarh Riyadhus Sholihin, 1: 108)

Di halaman yang sama, Syaikh Ibnu ‘Utsaimin berkata bahwa ilmu yang dipuji di sini adalah ilmu agama yang mempelajari Al Qur’an dan As Sunnah.

Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdillah bin Baz pernah ditanya, “Apakah afdhol saat ini untuk  berjihad di jalan Allah ataukah menuntut ilmu (agama) sehingga dapat bermanfaat pada orang banyak dan dapat menghilangkan kebodohan mereka? Apa hukum jihad bagi orang yang tidak diizinkan oleh kedua orang tuanya, namun ia masih tetap pergi berjihad?”

Jawab beliau, “Perlu diketahui bahwa menunut ilmu adalah bagian dari jihad. Menuntut ilmu dan mempelajari Islam dihukumi wajib. Jika ada perintah untuk berjihad di jalan Allah dan jihad tersebut merupakan semulia-mulianya amalan, namun tetap menuntut ilmu harus ada. Bahkan menuntut ilmu lebih didahulukan daripada jihad. Karena menuntut ilmu itu wajib. Sedangkan jihad bisa jadi dianjurkan, bisa pula fardhu kifayah. Artinya jika sebagian sudah melaksanakannya, maka yang lain gugur kewajibannya. Akan tetapi menuntut ilmu adalah suatu keharusan. Jika Allah mudahkan bagi dia untuk berjihad, maka tidaklah masalah. Boleh ia ikut serta asal dengan izin kedua orang tuanya. Adapun jihad yang wajib saat kaum muslimin diserang oleh musuh, maka wajib setiap muslim di negeri tersebut untuk berjihad. Mereka hendaknya menghalangi serangan musuh tersebut. Termasuk pula kaum wanita hendaklah menghalanginya sesuai kemampuan mereka. Adapun jihad untuk menyerang musuh di negeri mereka, jihad seperti ini dihukumi fardhu kifayah bagi setiap pria.” (Majmu’ Fatawa Ibnu Baz, 24: 74)

Sumber: https://almanhaj.or.id/2713-tugas-dakwah.html

 

Ma’asyirol Muslimin Rahimakumullah

Orang-orang yang berjuang di dalan Allah dengan harta dan dirinya maka disebut oleh Al-Qur'an sebagai Shadiqin, yaitu orang-orang yang membela kebenaran dan orang-orang yang jujur. Al-Qur'an juga memberikan predikat lain bagi orang-orang yang berjuang di jalan Allah dengan harta dan dirinya adalah diangkat derajatnya oleh Allah SWT melebihi orang lain yang tidak berjuang, dan orang yang berjuang di jalan Allah itu termasuk orang-orang yang mendapat kemenangan "Faizin".


Selain jihad jiwa dan harta, Nabi Muhammad SAW juga mengisyaratkan untuk jidah melawan hawa nafsu. memang berat mengendalikan hawa nafsu, sebab Allah memberikan keleluasaan secara demokratis di dalam diri manusia, kejahan "Faalhamaha Fujuroha" dan ketakwaan "Wa taqwaha". Rasulullah menyatakan bahwa manusia yang kuat adalah seorang yang mampu berjihad melawan hawa nafsunya.

 

 

Lampiran:

Penjelasan Jihad Perang Menurut Majelis Tarjih Muhammadiyah

Perlu diketahui bahwa ayat tersebut tidaklah berdiri sendiri, melainkan masih erat hubungannya dengan ayat lainnya, terutama ayat tentang perang. Maka untuk memahaminya perlu dikutipkan ayat-ayat lain yang mempunyai tema yang sama, yaitu qital (peperangan), sekalipun tidak semuanya. Baiklah kami kutipkan ayat-ayat dimaksud:

Artinya: “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah suatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. Al Baqarah: 216.


Artinya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah: Berperang pada bulan haram itu adalah dosa besar; tetapi (menghalangi) manusia dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) masjid  al haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar dosanya di sisi Allah. Dan berbuat fitnah lebih besar dosanya daripada membunuh. Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka dapat mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup. Barang siapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”. Al Baqarah: 217.

 

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Al-Baqarah: 218.

 

Artinya: “Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu”. Al Hajj: 39.

Pada ayat 216 Surat Al Baqarah, ditegaskan bahwa Allah telah mewajibkan kaum muslimin memerangi orang-orang kafir, padahal perang adalah pekerjaan yang sangat berat, sebab perang itu akan menghabiskan harta, dan menghilangkan jiwa begitu banyak. Tetapi kadang-kadang sesuatu yang dibenci di dalamnya terdapat kebaikan dan manfaat yang besar, dan sesuatu yang disenangi di dalamnya terdapat hal-hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat atau membahayakan. Maka janganlah merasa tidak senang terhadap kewajiban berperang melawan musuh., sebab di dalamnya terdapat kebaikan, cepat atau lambat. Sudah menjadi sunnah Allah atau tabiat, bahwa solusi suatu masalah harus melalui jalan yang berat, sebagaimana penyembuhan penyakit, harus minum obat yang pahit.

Ayat ini adalah ayat yang pertama diturunkan mewajibkan berperang, diturunkan pada tahun 2 H. Pada priode sebelumnya, yaitu pada priode Makkah, Allah belum mengizinkan berperang, sebab pada priode tersebut kekuatan kaum muslimin belum memadai. Setelah Nabi saw berhijrah, barulah diizinkan memerangi kaum musyrikin yang memerangi Nabi saw, dengan diturunkan ayat 39 surat Al Hajj:

 

Artinya: “Telah diizinkan berperang bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya…

Setelah itu barulah Allah mewajibkan berperang. (Al Maraghi, 1969, I: 132).

Telah menjadi sunnah Allah juga, bahwa hal-hal yang enak, yang menyenangkan, di belakangnya terdapat hal-hal yang membahayakan. Misalnya meninggalkan jihad di jalan Allah, atau berperang melawan musuh, pada permulaannya tidak menimbulkan korban, baik jiwa maupun harta, dan tampak sangan aman dan tentram, tetapi sebenarnya di belakang ketenangan tersebut terdapat bahaya yang mengancam, seperti penguasaan orang-orang terhadap negara-negara kaum muslimin dan harta mereka, seperti kita saksikan sekarang, betapa sombong negara-negara yang dikuasai orang-orang kafir terhadap negara-negara muslim, mereka dengan seenaknya menuduh orang-orang muslim sebagai teroris.

Hanya Allah-lah yang mengetahui hikmah segala macam peristiwa yang terjadi, dan kita harus yakin bahwa Allah tidak memerintahkan sesuatu, melainkan untuk kebaikan dan kemaslahatan. Kita harus meyakini bahwa Allah akan membela kebenaran dan menghancurkan kebatilan, sekalipun jumlah pembela kebenaran hanya sedikit, sebagaimana ditegaskan dalam firmanNya:

 

Artinya:

“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar”. Al Baqarah: 249.

 

Tentu saja dalam masalah jihad, harus mempersiapkan segala kemampuan, baik fisik maupun non fisik.

Setelah menjelaskan bahwa perang adalah wajib bagi kaum muslimin apabila diserang musuh, maka pada ayat berikutnya Allah menjelaskan pertanyaan para sahabat tentang perang pada bulan haram, yaitu Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab.

Sebab turun (sababun nuzul) ayat ini, menurut riwayat dari Ibn ‘Abbas, bahwa Rasulullah saw pada bulan Jumadal Akhirah, dua bulan sebelum perang Badar, mengutus ‘Abdullah Ibn Jahsy membawa satu pasukan untuk menghadang kafilah orang Quraisy yang terdiri dari ‘Amr Ibn ‘Abdillah dan tiga orang lainnya. Pasukan tersebut berhasil membunuh ‘Amr dan menahan dua orang dan menggiring kafilah tersebut beserta dagangannya. Peristiwa itu terjadi pada awal bulan Rajab, tetapi mereka menyangka bulan Jumadal Akhirah. Maka berkatalah orang-orang Quraisy: Muhammad telah menghalalkan bulan haram., yang seharusnya pada bulan itu orang-orang merasa aman untuk mencari kehidupan. Kemudian Rasulullah saw menghentikan kafilah tersebut, tetapi mereka berkata: Kami akan berhenti hingga sampai ke tempat kembali kami. Kemudian turunlah ayat:

 

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan haram…”

Apakah dihalalkan perang berperang di bulan haram? Rasulullah saw menjawab setelah menerima wahyu dari Allah swt: Perang itu sendiri masalah besar, tetapi menghalang-halangi kamu dari jalan Allah, dan dari al Masjid al Haram, dan mengingkari Allah serta mengusir kamu dari al Makkah al Mukarramah, padahal kamu adalah penghuninya, semua itu lebih besar kejahatan dan dosanya menurut Allah dari membunuh seorang musyrik yang selalu memfitnah kamu sekalian. Fitnah yang dilakukan oleh kaum musyrikin adalah lebih besar dosanya menurut Allah dari pada pembunuhan. Tidak apalah kamu menyerang kaum musyrikin pada bulan haram, sebab mereka telah melakukan kejahatan yang lebih keji, mereka telah memfitnah agamamu, dan fitnah adalah lebih kejam dari pada pembunuhan.

Al maraghi dalam tafsirnya menjelaskan, dimaksudkan dengan fitnah yang dilakukan kaum musyrikin terhadap kaum muslimin ialah memasukkan keragu-raguan dalam kalbu kaum muslimin, atau melakukan penganiayaan, sebagaimana mereka lakukan terhadap ‘Ammar Ibn yasir, Bilal Ibn Rabah, Khabbab Ibn al Arats dan lain-lainnya. Mereka menganiaya ‘Ammar dengan api agar kembali kepada kekafiran, dan menganiaya saudara dan ibunya. Ketika mereka melakukannya dengan penganiayaan yang sangat keji itu, Rasulullah saw bersabda: Sabarlah keluarga Yasir! Sabarlah! Tempatmu adalah surga. Yasir wafat dalam penganiayaan tersebut, sedang ibunya wafat karena ditikam pada anggota kesuciannya. Adalah Bilal disiksa oleh Umayyah Ibn Khalaf dengan tidak diberi makan dan minum satu hari satu malam, kemudian punggungnya dilemparkan di atas pasir yang telah dipanaskan, lalu ditekan dengan batu besar. Ketika itu berkatalah Umayyah Ibn Khalaf: Kamu akan diperlakukan terus seperti ini hingga mati atau ingkar kepada Muhammad, dan menyembah Lata dan ‘Uzza. Tetapi ia tetap tabah, tidak menyerah dalam meyakini dan menjaga agamanya.

Kaum musyrikin tidak hanya menganiaya para sahabatnya, melainkan juga menganiaya Rasulullah saw, dengan meletakkan isi perut unta di atas punggungnya ketika beliau melakukan shalat, kemudian disingkirkan oleh Fatimah, dan tidak hanya sampai di situ, sering sekali beliau diperlakukan dengan berbagai macam penganiayaan, yang kemudian diselamatkan oleh Allah swt, sebagaimana diungkapkan dalam firmanNya:

 

Artinya: “Sesungguhnya Kami memelihara kamu dari pada kejahatan orang-orang yang memperolok-olokkan kamu”. Al Hijr: 95.

  Setelah kaum muslimin berhijrah ke Madinah dan jumlah mereka bertambah besar, barulah mereka memerangi kaum musyrikin untuk memusnahkan fitnah dan profokasi mereka (Al Maraghi, 1969, I: 135).

Selanjutnya Allah mengungkapkan bahwa tujuan perang bagi kaum musyrikin adalah agar Islam tidak tersebar di muka bumi ini, sebab permusuhan mereka terhadap Islam sangat mendalam. Maka menunggu iman mereka hanya dengan dakwah, merupakan harapan kosong belaka. Karena itulah Allah mengizinkan perang melawan kaum musyrikin di bulan haram. Mereka memang sangat mengharapkan agar kaum muslimin kembali kepada kekafiran, tetapi apabila iman sudah menjadi darah daging, tidaklah mungkin dapat memurtadkan mereka.

Murtad adalah perbuatan yang sangat besar dosanya, maka Allah mengancam siapa saja yang murtad dan mati dalam kekafiran, semua amal kebaikannya terhapus, seakan-akan tidak pernah berbuat kebaikan, dan merugi baik di dunia maupun di akhirat.

Kemudian pada ayat berikutnya, yaitu ayat 218, Allah menerangkan bahwa orang-orang yang beriman, berhijrah dan berjihad di jalan Allah itulah yang benar-benar mengharapkan rahmat Allah. Para ulama berbeda pendapat mengenai hijrah dari negara kafir ke negara Islam pada masa sekarang. Sebagian ulama berpendapat bahwa kewajiban berhijrah itu tergantung kepada ‘illat (alasannya), apabila benar-benar tidak dapat melaksanakan kewajiban agama, karena terancam jiwanya, maka berhijrah adalah wajib. (Rasyid Ridha, tt, II: 320).

Dimaksudkan dengan jihad pada ayat tersebut, ialah mencurahkan segala kemampuannya untuk membela agama Allah, dan jihad tidak selalu berarti perang. Sebab perang baru diizinkan apabila telah didhalimi dan difinah., sebagaimana telah ditegaskan dalam surat al Hajj : 39.

Al Quran telah menggariskan beberapa peraturan dan etika perang; kapan dan di mana perang itu dibolehkan, apa yang harus dilakukan terhadap tahanan, bagaimana pemanfaatan harta rampasan, dan kapan perang itu harus diakhiri, serta kapan harus diadakan perdamaian.

Pertama, perang diizinkan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, seperti ditegaskan dalam surat al Baqarah : 90. Kedua, untuk membalas karena telah didhalimi, seperti ditegaskan dalam surat al Hajj : 39. Ketiga, untuk menegakkan kebenaran, seperti disebutkan dalam surat al Bara’ah : 12. Keempat, untuk menghilangkan penganiayaan, seperti disebutkan dalam surat al Baqarah : 193. Kelima, untuk mempertahankan ketenangan agama, sebagaimana disebutkan dalam surat al Baqarah : 191.

Dari penjelasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa perang dalam Islam prinsipnya adalah untuk pembelaan diri (defensive). Islam melarang umatnya menyerang musuh lebih dahulu, tetapi apabila diserang musuh, Islam dilarang mundur setapakpun, sebagaimana ditegaskan dalam surat al Anfal: 15-16. Pada ayat tersebut Allah menegaskan, barang siapa mundur dalam peperangan, maka ia akan membawa kemurkaan Allah swt. Jika kaum muslimin diberi kemenangan pun tidak boleh berbuat sewenang-wenang terhadap musuh yang kalah, sebagaimana diatur dalam surat al Mumtahanah : 7-8. Terhadap tawanan perang Islam memberikan dua alternatif; membebaskan tanpa tebusan, dan membebaskan dengan tebusan, sebagaimana diatur dalam surat Muhammad : 4.

Perang dalam arti saling membunuh antara manusia memang telah terjadi sejak permulaan sejarah kehidupan manusia, sebelum diturunkan kitab Taurat, Zabur, Injil dan al Quran. Karena pada waktu itu jumlah manusia belum begitu banyak.

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...