Maksiat Penduduk
Negeri
Oleh: Syafaruddin
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا
النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ
وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً
وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ
عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا.
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا.
يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ
اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الهَدْيِ
هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ
مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ
ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Kaum muslimin rahimakumullah
Taqwa adalah bekal seorang hamba ketika ia menghadap kepada Sang Pencipta,
bekal yang kelak menjadi hujah baginya di hadapan Tuhannya, bahwa kehidupannya
dialam dunia telah dipergunakan sebaik-baiknya. Untuk itulah wahai kaum
Muslimin sekalian, marilah kita perbaiki dan satukan niat serta tekad, untuk
meraih predikat golongan mahluk Allah yang muttaqin yang selalu meninggalkan
apa-apa yang dilarang oleh Allah dan RasulNya, untuk dapat mengambil apa-apa
yang telah dijanjikan, berupa kehidupan yang baik di dunia dan Surga yang abadi
kelak di akhirat.
“Berbekallah dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa”. (Al-baqarah:
197).
“Sesungguhnya orang-orang bertaqwa itu berada dalam Surga (taman-taman) dan
(didekat) mata air-mata air yang mengalir”. (Al-Hijr: 45).
Kaum muslimin rahimakumullah
Allah ciptakan mahluk dan Allah sertakan bersama mereka nabi-nabi dan
rasul-rasul sebagai utusan yang menerangkan dan menjelaskan konsep tatanan
hidup selama berada di alam yang serba cepat dan fana ini, Allah turunkan pula
kitab-kitab-Nyabersama para utusan-utusan itu, sebagai aturan main di dalam
dunia, baik hubungan sesama mahluk, lebih-lebih hubungan mahluk dengan
penciptanya. Di antara kitab-kitab yang Allah turunkan ialah Al-Qur'an,
mu’jizat nabi mulia yang menjelaskan tuntunan Allah, aturan terakhir penutup
para nabi dan rasul.
“Sesungguhnya kami telah pengutusmu (muhammad) dengan kebenaran sebagai pembawa
berita gembira dan pemberi peringatan”. (Al-Baqarah: 119).
Allah turunkan Al-Qur’an untuk menyelesaikan masalah-masalah
di antara mereka dan juga untuk mengingatkan mereka akan yaumul mii’aad yaitu
hari pembalasan terhadap apa-apa yang telah dilakukan oleh para penghuni alam
dunia.
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar kamu menerangkan kepada umat manusia
apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan”.
(An-Nalh: 44).
Kaum muslimin rahimakumullah
Akan tetapi di balik semua itu, realita yang terjadi, kita sering dan teramat
sering dikejutkan dan dibuat prihatin dengan musibah yang acap kali menimpa
negeri ini. Masih terngiang ditelinga kita peristiwa gempa bumi yang terjadi
beberapa waktu yang lalu, yang memakan korban manusia dan memaksa mengungsi
dari tempat-tempat mereka, banjir yang berulang kali terjadi di beberapa
tempat, padahal baru kemarin kita merasakan beratnya kemarau panjang, gunung di
beberapa tempat sudah mulai aktif dan memuntahkan isi kandungannya, huru-hara
terjadi diberbagai kota diiringi hancurnya tempat-tempat tinggal dan
pusat-pusat keramaian dengan kobaran api yang melalap baik materi maupun
sosok-sosok jiwa sebagai pelengkapnya, pembantaian yang telah dan terus
berlangsung secara biadab terjadi di beberapa tempat dan entah berapa tempat
lagi yang akan terjadi di belahan negeri ini, busung lapar anak manusia negeri
ini sering kita dengar meskipun katanya kita berada di negeri subur nan tropis,
dengan disusul jatuhnya nilai rupiah yang mengakibatkan krisis moneter yang
berdampak kemiskinan, pengangguran dan kelaparan masih saja kita rasakan,
penyakit-pernyakit aneh dan kotor mulai merebak dan meng-gerogoti penduduk
negeri ini dan berbagai musibah yang telah menghadang di hadapan mata, termasuk
di dalam hancurnya generasi-generasi muda penerus bangsa ini disebabkan
terha-nyut dan tenggelam bersama obat-obat setan yang terlarang.
Apakah adzab telah mengintai negeri ini, sebagaimana yang
tersurat di dalam Al-Qur’an surat Ash-Shaffat ayat 25, kaum Nuh yang Allah
tenggelamkan dikarenakan mendustakan seorang rasul, atau kaum Tsamud yang
disebabkan tak beriman, membusungkan dada dan menantang datangnya adzab, Allah
jadikan mereka mayat-mayat yang bergelimpangan dengan gempa yang mengguncang
mereka, atau seperti kaum Luth yang dikarenakan perzinaan sesama jenis,
homosexsual, Allah hujani mereka dengan batu, atau seperti kaum Madyan yang
Allah jadikan mereka mayat-mayat yang bergelimpangan disebabkan curang dalam
takaran dan timbangan serta membuat kerusakan dimuka bumi dan menghalangi orang
untuk beriman, atau seperti kaum ‘Aad yang disebabkan tidak memurnikan tauhid
dan bersujud kepadaNya, Allah kirim kepada mereka angin yang sangat panas yang
memusnahkan mereka.
Kaum-kaum terdahulu Allah hancurkan dan luluh lantahkan
disebabkan satu dua kemungkaran yang dikepalai kesyirikan, sekarang bagaiman
dengan kita, apa yang kita saksikan dan alami sekarang ini, apa yang terjadi
ditempat kita, lingkungan kita, dikota kita, dan bahkan di seantero negeri
kita?, maksiat terjadi dimana-mana, pergaulan lawan jenis dan perzinaan yang
keluar dari norma-norma agama semakin menggila, ditambah lagi media-media masa
visual dan non-visual ikut melengkapi ajang syaitan ini dengan dalih seni dan
hak-hak manusia, padahal Allah dan RasulNya telah jelas-jelas mengharamkan hal
tersebut. Firman Allah.
“Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan jalan yang buruk” (Al-Isra’: 32).
Dan dalam sebuah hadits shahih Rasul bersabda:
مَنْ
وَجَدْتُمُوْهُ يَعْمَلُ عَمَلَ قَوْمِ لُوْطٍ فَاقْتُلُوا الْفَاعِلَ
وَالْمَفْعُوْلَ بِهِ.
“Barangsiapa di antara kalian yang menemui mereka yang
melakukan perbuatan kaum Luth (homosexsual) maka bunuhlah kedua pelakunya”.
(riwayat Abu dawud dan At-Tirmidzi).
Kemana hak Allah dan RasulNya?. Kecurangan dalam perniagaan yang terjadi pada
kaum Madyan pun terjadi sekarang, kecurangan bukan hanya curang dalam timbangan
secara zhahir, tetapi penindasan, tipu muslihat, sampai kepada sogok menyogok
dan riba pun seakan suatu yang harus dilakukan, kemana firman Allah:
“Kecelakaan besarlah
bagi orang-orang yang curang”. (Al-Muthaffifin:1).
Dan Rasulpun melaknat orang yang menyogok dan yang disogok, sebagaimana hadis
shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Imam
Ahmad.
Berbagai bentuk perjudian pun digelar, pembunuhan yang tanpa memperhitungkan
nilai kemanusiaan dan agama pun terus terjadi silih berganti, padahal Rasul
Shalallaahu alaihi wasalam telah memperingatkan untuk meninggalkan tujuh hal
yang menghancurkan.
اِجْتَنِبُوا
السَّبْعَ الْمُوْبِقَاتِ. قِيْلَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ وَمَا هُنَّ؟ قَالَ:
الشِّرْكُ بِاللهِ وَقَتْلُ النَّفْسِ الَّتِيْ حَرَّمَ اللهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ
وَالسِّحْرُ وَأَكْلُ الرِّبَا وَأَكْلُ مَالِ الْيَتِيْمِ وَالتَّوَلِّيْ يَوْمَ
الزَّحْفِ وَقَذْفُ الْمُحْصَنَاتِ الْغَافِلاَتِ الْمُؤْمِنَاتِ.
Yang artinya: “Jauhilah tujuh hal yang menghancurkan
(membina-sakan)”. Bertanya para sahabat, apa itu yang Rasulullah?, bersabda
beliau: “Syirik (menyekutukan Allah), membunuh jiwa yang Allah haramkan, kecuali
yang dibenarkan syari’at, sihir (tenung dan santet), memakan riba, memakan
(menyelewengkan) harta anak yatim, lari dari pertempuran (karena takut),
menuduh wanita baik-baik berzina”. (Ash-Shahihain).
Akan tetapi semua ini berlaku, perbuatan syirik yang merupakan biang malapetaka
dunia dan akhirat kini seolah telah menjadi sesuatu kebutuhan, berapa banyak
kita dapati media masa yang menjajakan kesyirikan, ulama-ulama sesat menyeru
umat kepada perbuatan syirik dengan membungkus sedemikian rupa untuk menipu
umat, dan kini mereka telah menancapkan kaki-kaki mereka.
Kaum Muslimin
Segala sesuatunya kini telah terbalik, yang hak dikatakan dan dianggap batil,
yang batil dipertahankan, dan tidak malu-malu di hadapan yang hak.
Siapakah yang bertanggung jawab akan hal ini?, yang jelas kita semua
bertanggung jawab, kita sebagai umara’, ulama maupun pribadi-pribadi
muslim.“Jikalau sekiranya penduduk-penduduk negeri beriman dan bertakwa,
pastilah Kami limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya”.
(Al-A’raf: 96).
Kaum Muslimin jamaah shalat Jum’at yang mulia.
Islam adalah satu-satunya ajaran yang menjamin ketenteraman dan kesejahteraan
hidup, tidak saja di dunia, tetapi bahkan di akhirat, sebab ajaran ini adalah
ajaran dari Dzat yang maha memberikan jaminan bagi kebutuhan insan.
Kaum Muslimin
Untuk menyelamatkan negeri dan umat ini tidak lain adalah kita kembali
memurnikan dan menegakkan ajaran Allah pencipta kita, ketika umat semakin jauh
dari ajarannya semakin gencar pula azab yang akan diterima dan ditimpahkan,
oleh karena itu ada baiknya kita menilik kembali perkataan Syaikh Ali Hasan
Al-Atsari bahwa tidak ada jalan lain dalam mengembalikan umat dan memperbaiki
umat ini kecuali dengan tashfiyah dan tarbiyah sebagaimana yang disebutkan di
dalam kitabnya “At-Tashfiah wat Tarbiyah”, “Bahwa kondisi yang buruk yang
menimpa kaum muslimin dewasa ini adalah akibat terlalu jauhnya mereka dari
kitab Allah dan sunnah RasulNya “. Kenapa hal itu bisa terjadi, Syaikh
Abdurrahman Ibnu Yahya Al-Muallimi Al-Yamani tokoh ulama salaf abad XIV H yang
dinukil dalam buku At-Tashfiah wat Tarbiyah hal 19-20 bahwa hal itu terpulang
pada tiga persoalan.
1.
Tercampurnya ajaran yang bukan
dari Islam dengan ajaran Islam.
2.
Lemahnya kepercayaan orang akan
apa yang menjadi ajaran Islam.
3.
Tidak adanya pengamalan
(penerapan) terhadap hukum-hukum Islam.
أَقُولُ
قَوْ لِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُوا اللهَ ِليْ وَ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ
الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ
الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ
مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ
فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنَّ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ. أَمَّا بَعْدُ؛
Kaum muslimin jamaah shalat Jum’at yang dimuliakan oleh Allah:
Pada khutbah kedua ini, Syaikh Ali Hasan Al-Atsari melanjutkan
dalam kitabnya bahwa ada tiga hal pokok yang mendasar dalam mengatur sistem
tarbiyah (pembinaan) yang merupakan rangkaian dari tashfiyah.
1.
Menitik beratkan pada kebangkitan
aqidah tauhid dan pembersihan dari segala bentuk bid’ah dan
penyelewengan-penyelewengannya.
2.
Barometer semua pembinaan adalah
Al-Qur’an dan As-Sunah. Dengan praktek-praktek yang diterapkan para salafus
shalih dan ulama-ulama rabbani yang mengakar pemahamannya terhadap Al-Qur’an
dan As-Sunah.
3.
Bahwa tarbiyah haruslah menyangkut
pengarahan umum yang erat hubungannya dengan kehidupan sehari-hari, seperti
keyakinan, norma-norma, adat-adat, tradisi, kegiatan kantor, politik, sosial
dan seterusnya (At-Tashfiah wat Tarbiyah hal. 101).
Kaum Muslimin rahimakumullah
Yang terakhir. Apakah keadaan dan kenyataan yang menimpa kita selama ini tidak
menjadikan kita berfikir dan berbenah diri untuk hidup yang akan datang,
kehidupan abadi yang menentukan sengsara atau bahagia.
“Maka apakah penduduk negeri itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami
kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur”. (Al-A’raf: 97).
“Maka apakah mereka merasa aman dari adzab Allah (yang tidak terduga-duga)?
Tidaklah merasa aman dari adzab Allah kecuali orang-orang yang merugi”. (Al-A’raf:
99).
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ
مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ،
إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ
كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا
بِاْلإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا
رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ
لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ. رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا
عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ
ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ.
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN;
Sumber:
www.alsofwah.or.id/khutbah
Posted By http://ichsanmufti.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar