HOME

17 Maret, 2023

ISU DAN PERMASALAHAN REMAJA SERTA IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

 

A.    Pertumbuhan Fisik Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

1.        Perubahan fisik

adalah perubahan yang berlangsung secara fisik dan merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja. Perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh, perubahan proporsi tubuh, munculnya ciri-ciri kelamin primer dan sekunder. Penyebab perubahan fisik pada remaja adalah adanya dua kelenjar yang menjadi aktif bekerja dalam sistem endoktrin. Kelenjar pituitari yang terletak di dasar otak mengeluarkan dua macam hormon yang erat hubungannya dengan perubahan masa remaja. Kedua hormon itu adalah hormon pertumbuhan yang menyebabkan terjadinya perubahan ukuran tubuh dan hormon gonadotropik atau sering disebut hormon yang merangsang gonad agar mulai aktif bekerja.

2.        Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik
Apabila sistem endokrin berfungsi normal, ukuran tubuh akan normal pula. Sebaliknya juga, kekurangan hormon pertumbuhan akan menyebabkan kerdil, sedangkan kelebihan hormon pertumbuhan akan menyebabkan ukuran tubuh terlalu besar sehingga tidak sesuai dengan anak sebayanya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan fisik adalah sebagai berikut.

a. Pengaruh keluarga.

b. Pengaruh gizi.

c. Gangguan emosional.

d. Jenis kelamin.

e. Status sosial ekonomi.

f. Kesehatan.

g. Pengaruh bentuk tubuh.

B.     Perkembangan Intlek Peserta Didik Usia Sekolah Menangah (Remaja)

1.      Pengertian Intelek dan Intelegensi

Istilah intelek berarti kekuatan mental yang menyebabkan manusia dapat berpikir aktivitas yang berkenaan dengan proses berpikir atau kecakapan yang tinggi untuk berpikir.
Secara definitif istilah itu tidak mudah dirumuskan. Banyak rumusan tentang intelegensi, seperti yang dikemukakan oleh Singgih Gunarsa dalam bukunya Psikologi Remaja (1991), yang mengajukan beberapa rumus intelegensi sebagai berikut.

a.    Intelegensi merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang yang memungkinkannya memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkan ilmu tersebut dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul.

b.    Wechler (1958) merumuskan intelegensi sebagai “keseluruhan kemampuan individu dalam berpikir dan bertindak secara terarah sweerta kemampuan mengolah dan menguasai lingkungan secara efektif”.

2.      Karakteristik Perkembangan Intelek Remaja
Intelegensi pada masa remaja tidak mudah diukur karena perubahan kecepatan perkembangan kemampuan tersebut tidak mudah terlihat. Pada masa remaja, kemampuan untuk mengatasi masalah yang majemuk terus bertambah. Pada awal remaja, kira-kira pada umur 12 tahun, anak berada pada masa yang disebut masa operasi formal (berpikir abstrak). Pada masa ini, ia telah berpikir dengan mempertimbangkan hal yang mungkin disamping hal yang nyata (Gleitmen, 1986: 475-476).

3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Perkembangan Intelek

a.       Peran pengalaman dari sekolah terhadap intelegensi

Anak yang mengalami prasekolah sebelum sekolah dasar menunjukkan perbedaan kemajuan atau nilai rata-rata IQ mereka lebih besar daripada mereka yang tidak mengalami prasekolah.

b.        Pengaruh lingkungan terhadap perkembangan intelegensi.

Pengaruh belajar dalam arti faktor lingkungan terhadap perkembangan intelegensi ternyata cukup besar.

c.         Jika dua anak kembar diasuh bersama dalam lingkungan yang sama, nilai IQ mereka akan hampir sama jika dibandingkan dengan bila mereka diasuh secara terpisah di lingkungan yang berbeda. Demikian pula bila anak-anak yang berbeda diasuh bersama pada lingkungan yang sama, terdapat korelasi yang cukup bermakna (+0,24) di antara mereka. Kesimpulannya adalah tidak terdapat hubungan genetik, tetapi menunjukkan bahwa kesamaan IQ adalah karena kesamaan pengalaman belajar di lingkungan yang sama.

4.      Implikasi Perkembangan Intelek Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan

Piaget menyebutkan bahwa sebagian besar remaja mampu memahami dan mengkaji konsep-konsep abstrak dalam batas-batas tertentu. Menurut Bruner, siswa usia remaja ini dapat menggunakan bentuk-bentuk symbol dengan cara yang canggih. Guru dapat membantu mereka dengan menggunakan pendekatan keterampilan proses (discover approach) dengan memberi penekanan pada penguasaan konsep-konsep abstrak.
Karena siswa pada usia remaja ini masih dalam proses penyempurnaan penalaran, guru hendaknya tidak menganggap bahwa mereka berpikir dengan cara yang sama dengan guru. Untuk itu, guru perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengadakan diskusi secara baik serta memberikab tugas-tugas penulisan makalah. Dalam hal ini, guru hendaknya mengamati kecenderungan-kecenderungan remaja untuk melibatkan diri dalam hal-hal yang tidak tergali. Cara yang baik dalam mengatasi bentuk-bentuk pemikiran yang belum matang ialah membantu siswa menyadari bahwa mereka telah melupakan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Namun, bila permasalahan tersebut merupakan masalah kompleks dengan bobot emosi yang cukup dalam, hal itu bukan tugas yang mudah.

 

C.    Perkembangan Bakat Khusus Peserta Didik Usia Sekolah Menengah (Remaja)

1.      Pengertian Bakat

Bakat adalah kemampuan alamiah untuk memperoleh pengetahuan atau keterampilan yang relatif bersifat umum (misalnya bakat intelektual umum) atau khusus (bakat akademis khusus).

2.      Hubungan antara Bakat dan Prestasi

Dengan adanya bakat, seseorang dapat mencapai prestasi dalam bidang tertentu, tetapi diperlukan latihan, pengalaman, pengetahuan dan dorongan atau kesempatan untuk pengembangannya

3.      Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Bakat

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan bakat terletak pada:

a.    Anak itu sendiri

Misalnya, anak itu kurang berminat untuk mengembangkan bakat-bakat yang ia miliki, atau kurang termotivasi untuk mencapai prestasi yang tinggi, atau mungkin pula mempunyai kesulitan atau masalah pribadi sehingga ia mengalami hambatan dalam

mengembangkan bakatnya.

b.    Lingkungan anak

Misalnya, orangtuanya kurang mampu untuk menyediakan kesempatan dan sarana pendidikan yang dibutuhkan anak, atau ekonominya cukup tinggi, tetapi kurang memberi perhatian terhadap pendidikan anaknya.

4.      Implikasi Pengembangan Bakat Khusus Remaja terhadap Penyelenggaraan Pendidikan
Bakat anak dapat dikenali dengan melakukan observasi terhadap apa yang selalu dikerjakan dan digemari anak. Pengenalan terhadap bakat anak sangat bermanfaat bagi orangtua dan guru agar memahami dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka. Dengan mengenal ciri-ciri anak berbakat, orangtua dapat menyediakan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan bakat anak tersebut. Selain itu, dapat membantu anak-anak dalam memahami potensi dirinya, serta tidak melihatnya sebagai suatu beban, tetapi sebagai anugerah yang harus dihargai dan dikembangkan.
Manfaat lain dari kemampuan orangtua untuk mengenal bakat anak ialah orangtua dapat membantu sekolah dalm menyusun program dan prosedur pemanduan anak-anak berbakat, dengan memberikan informasi yang dibutuhkan tentang ciri-ciri dan keadaan mereka.
Anak akan merasa aman secara psikologis

apabila:

a.    guru sebagai pendidik dapat menerima sebagaimana adanya, tanpa syarat dengan segala kekuatan dan kelemahannya, serta memberi kepercayaan bahwa pada dasarnya semua siswa baik dan mampu.

b.    Guru sebagai pendidik mengusahakan suasana yang mengondisikan anak tidak merasa dinilai. Sebab, memberi penilaian terhadap seseorang dapat dirasakan sebagai ancaman, sehingga menimbulkan kebutuhan akan pertahanan diri.

c.    Pendidikan memberikan pengertian dalam arti dapat memahami pemikiran, dan perilaku anak, dapat menempatkan diri dalam situasi anak dan melihat dari sudut pandang atau pola pikir anak. Dalam suasana seperti ini, anak-anak akan merasa aman untuk mengungkapkan atau mengekspresikan bakatnya.

Dengan demikian, anak akan merasa kebebasan psikologis apabila mendapat kesempatan untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Selain itu, pendidikan hendaknya berfungsi sebagai media pengembangan dan pembinaan bakat anak, sehingga tidak hanya semata-mata menyajikan kumpulan pengetahuan yang bersifat abstrak dan skolastik. Pengenalan bakat dan upaya pengembangannya membantu remaja untuk menentukan piilihan yang tepat dan menyiapkan dirinya utnuk mencapai tujuan dan karier kehidupannya.

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

KARAKTERISTIK PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN DAN KARIER REMAJA Serta IMPLIKASINYA DALAM PENDIDIKAN

 

A.  Pengertian Kemandirian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “kemandirian” berasal dari kata mandiri yang berarti keadaan dapat berdiri sendiri; tidak bergantung pada orang lain.

Menurut Basri (1995) kemandirian berasal dari kata "mandiri", yang dalam bahasa Jawa berarti berdiri sendiri. Basri (1995) menyatakan bahwa dalam arti psikologi, kemandirian mempunyai pengertian sebagai keadaan seseorang dalam kehidupannya yang mampu memutuskan atau mengerjakan sesuatu tanpa bantuan orang lain.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh diatas dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang yang berkepribadian diri kuat mempunyai beberapa ciri, yaitu:

1.      Mempunyai keinginan untuk berprestasi,

2.      Mempunyai keinginan untuk bebas dan mandiri,

3.      Mempunyai keinginan untuk berafiliasi,

Untuk mencapai kemandirian, harus ditanamkan sejak dini dalam diri anak agar anak mampu mengerjakan tugasnya dengan kemampuannya sendiri dan tidak bergantung pada orang lain.

Kemandirian pada remaja lebih mengarah tindakan yang melibatkan hati dan pemikirannya (psikis).

 

B.  Karakteristik Perkembangan Kemandirian Anak

1.    Usia 1-2 tahun : anak mampu minum dari gelasnya sendiri tanpa tumpah, mulai makan sendiri dengan menggunakan sendok.

2.    Usia 2-3 tahun : memberitahu orang dewasa kala ingin buang air

3.    Usia 3-4 tahun : anak mampu ke kamar mandi sendiri

4.    Usia 5-7 tahun : anak mampu berpakaian sendiri, mengikat simpul tali sepatu

5.    Usia 8-10 tahun : anak sudah mampu membenahai peralatan pribadinya seperti menyiapkan buku sesuai jadwal pelajaran, mampu memenuhi kebutuhan sendiri seperti, memasak mie instan  saat orang orang tua tidak di rumah.

 

C.  Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian Peserta Didik

Menurut Lovinger (Sunaryo Kartadinata,1988), mengemukakan tingkatan kemandirian dan karakteristiknya, yaitu:

1.     tingkatan implusif dan melindungi diri. Tingkatan ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a)  Peduli terhadap control dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.

b) Mengikuti aturan secara spontanistik dan hedonistic.

c)  Berfikir tidak logis dan tertegun pada cara berfikir tertentu ( stereotype).

2.     konformistik. ciri-cirinya adalah :

a)    Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan social

b)      Cenderung berfikir stereotype dan klise

c)      Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal

3.    tingkat sadar diri ciri-cirinya :

a)      Mampu berfikir alternative

b)      Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi

c)      Memikirkan cara hidup

d)     Penyesuaian terhadap situasi dan peranan

e)      Menekankan pada pentingnya memecahkan masalah

4.     tingkat saksama (conscientious). Ciri-cirinya adalah:

a)      Bertindak atas dasar nilai-nilai internal

b)      Sadar akan tanggung jawab

c)      Mampu melakukan kritik dan penilaian diri

5.    tingkat individualistis. Ciri-ciri tingkatan ini adalah:

a)      Peningkatan kesadaran individualitas

b)      Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan keter-gantungan

c)      Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain

6.    tingkat mandiri. Ciri-ciri tingkatan ini adalah :

a)      Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan

b)      Cenderung besikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain

c)      Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan social

 

D.  Tipe-tipe Perkembangan kemandirian Pada Anak dan Remaja

Kemandirian dapat dilihat dari beberapa aspek seperti yang dikemukakan oleh Havighurst (1972), yang menyatakan bahwa kemandirian memiliki beberapa aspek, yaitu:

1.      Aspek Intelektual, yang merujuk pada kemampuan berpikir, menalar, memahami beragam kondisi, situasi, dan gejala-gejala masalah sebagai dasar usaha mengatasi masalah

2.      Aspek Sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif membina relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang lain di sekitarnya

3.      Aspek Emosi, menunjukkan kemampuan individu untuk mengelola serta mengendalikan emosi dan reaksinya, dengan tidak tergantung secara emosi pada orang tua

4.         Aspek Ekonomi, menujukkan kemandirian dalam hal mengatur ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan ekonomi, dan tidak lagi tergantung pada orang tua.

Steinberg (1995) membagi kemandirian dalam tiga tipe, yaitu kemandirian emosional (emotional autonomy), kemandirian behavioral (behavioral autonomy), dan kemandirian nilai (values autonomy).

a.       Kemandirian Emosional

Kemandirian emosional dapat diartikan sebagai kemampuan individu dalam mengelola emosinya, seperti pemudaran ikatan emosional anak dengan orang tua.

b.      Kemandirian Behavioral

Kemandirian perilaku (behavioral autonomy) merupakan kapasitas individu dalam menentukan pilihan dan mengambil keputusan tanpa ada campur tangan dari orang lain.

c.       Kemandirian Nilai

Kemandirian nilai (values autonomy) merupakan proses yang paling kompleks, tidak jelas bagaimana proses berlangsung dan pencapaiannya, terjadi melalui proses internalisasi yang pada lazimnya tidak disadari, umumnya berkembang paling akhir dan paling sulit dicapai secara sempurna dibanding kedua tipe kemandirian lainnya..

 

 

E.  Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Anak

Faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu faktor kodrati dan faktor dari lingkungan (Masrun dkk., 1986).

1.      Faktor-faktor Kodrati

a.       Urutan Kelahiran

Pengaruh dari urutan kelahiran ini, sebenaraya lebih pada perbedaan perlakuan orang tua dan saudara yang diterima oleh masing-masing anak, demikian pula harapan-harapan yang diberikan terhadap mereka (Hurlock, 1999).

b.      Jenis Kelamin

Conger (Susilowati, 1988) menyatakan bahwa saat menginjak usia 4-5 tahun dan berlanjut hingga masa remaja, terdapat suatu pola yang menuntut anak wanita lebih berlaku merawat dan patuh, sedangkan anak laki-laki dituntut untuk lebih percaya diri dan lebih mengutamakan prestasi.

c.       Umur

Sutton (dalam Susilowati, 1988) menyebutkan bahwa dengan bertambahnya umur serta lewat proses belajar orang semakin tidak tergantung dan mampu secara mandiri menentukan hidupnya.

2.      Faktor-faktor dari Lingkungan

a.      Tingkat Demokratik Orang Tua

Blair dan Burton (Masrun dkk., 1986) menyatakan bahwa peran keluarga, terutama orang tua yang demokratik akan memberi kesempatan kepada anak-anaknya untuk bergabung dengan aktivitas sebayanya, tanpa kehilangan rasa aman dan teijamin di rumahnya.

b.      Kebudayaan

Lingkungan budaya seseorang berpengaruh terhadap tingkat kemandiriannya. Menurut Nuryoto (1992) lingkungan budaya diartikan sebagai lingkungan tempat hidup sehari-hari, dengan tradisi, kebiasaan, gaya hidup tertentu dan beragam untuk tiap daerah. Menurut Monks (Susilowati, 1988), lingkungan budaya ini selanjutnya akan memberikan pola-pola latihan kemandirian yang tertentu, yang akhirnya ikut berperan membentuk generasi berikutnya.

 

c.       Pendidikan

Pendidikan yang dimaksud adalah lingkungan pendidikan seseorang, baik di sekolah sebagai pendidikan formal, maupun di keluarga sebagai pendidikan non formal (Wahjuningsih, 1994). Faktor pendidikan ini mengandung pengertian bahwa penting sekali peran serta yang aktif dari guru dan orang tua dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai pada seseorang

d.      Pekerjaan

Flippo (Masrun dkk., 1986) menyatakan bahwa orang cenderung tidak mandiri bila dihadapkan pada situasi keija yang tidak sesuai dengan kebutuhan dirinya, maka ia cenderung akan mencari pekerjaan lain yang lebih ada kebebasan dan kemandirian.

F.     Pengertian Karier

Menurut Beaomont, Cooper, dan Stockhard yang dimaksud degan perkembangan karir adalah suatu proses perkembangan sepanjang hidup yang dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan, pekerjaan, pengalaman lainnya, dan yang mempengaruhi putusan-putusan setiap individu mengenai karir dan gaya hidup.

Pemilihan karir merupakan perpaduan antara faktor yang ada di dalam individu (internal) dan faktor dari luar (eksternal). faktor yang berada di dalam individu seperti kemampuan yang dimiliki individu dan bakat-bakat khusus yang akan memepengaruhi kepribadian individu berkembang. Sedangkan faktor yang bersifat eksternal yaitu aspek-aspek lingkungan sosial-ekonomi, seperti lingkungan masyarakat, sekolah, keluarga, teman sebaya, dan keadaan ekonomi, kesejahteraan, dan ketenagakerjaan serta seluruh kondisi yang mengharuskan individu untuk berinteraksi.

G.    Orientasi Karier Pada Anak dan Remaja

Oreintasi karier pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya kelak. Orientasi karir pada anak dan remaja merupakan tahap dimana anak dan remaja dikenalkan dengan dunia yang akan digelutinya kelak.

Karakteristik Fase Perkembangan Karir Anak dan Remaja Berdasarkan Usia Menurut Ginzberg, Axelrad dan Herman, perkembangan karir dibagi menjadi 3 tahap pokok yaitu:

1.      Tahap Fantasi : 0-11 tahun ( Masa Sekolah Dasar)

Pada tahap ini anak mulai berfantasi mengenai cita-citanya. Pada tahap ini anak menentukan karirnya tanpa pertimbangan yang rasional.

2.      Tahap Tentatif  : 12-18 tahun (Masa Sekolah Menengah)

Pada tahap tentatif anak mulai menyadari bahwa mereka memiliki minat dan kemampuan yang berbeda satu sama lain.

3.      Tahap Realistis : 19-25 tahun (Masa Perguruan Tinggi)

Pada usia perguruan tinggi (usia 18 tahun ke atas) remaja memasuki tahap realistis, dimana mereka sudah mengenal secara lebih baik minat-minat, kemampuan, dan nilai-nilai yang ingin dikejar.

 

H.    Faktor yang Dapat Mempengaruhi Perkembangan Karier Anak dan Remaja

a.       Faktor Internal

a)    Nilai-nilai kehidupan (Values), yaitu beberapa ideal yang dikejar seseorang dimana-mana dan kapan juga..

b)   Taraf intelegensi, yaitu kemampuan berfikir untuk mencapai prestasi-prestasi.

c)    Bakat khusus, yaitu kemampuan yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian.

d)   Minat, yaitu kecenderungan yang relatif menetap pada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam berbagai kegiatan dengan bidang itu.

e)    Sifat-sifat, yaitu ciri-ciri kepribadian yang bersama-sama memberikan corak khas pada seseorang, seperti: periang, ramah, halus, teliti, terbuka, fleksibel, tertutup, pesimis, atau ceroboh.

f)    Pengetahuan, yaitu informasi yang dimiliki tentang bidang-bidang pekerjaan dan diri sendiri secara akurat.

g)   Keadaan jasmani, yaitu ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang seperti tinggi badan, tampan, ketajaman pengelihatan dan pendengaran, serta jenis kelamin.

b.      Faktor Eksternal

a)    Masyarakat, yaitu lingkungan sosial-budaya dimana individu dibesarkan.

b)   Keadaan sosial ekonomi negara atau daerah, yaitu laju pertumbuhan ekonomi yang lambat atau cepat, sertifikasi masyarakat, serta diversifikasi masyarakat atas kelompok yang terbuka atau tertutup dari kelompok lain.

c)    Status ekonomi keluarga, yaitu tingkat pendidikan orangtua, tinggi rendahnya pendapatan orangtua, jabatan ayah dan ibu, daerah tempat tinggal dan suku bangsa.

d)   Pengaruh dari seluruh anggota keluarga ini (genogram).

e)    Pendidikan sekolah, yaitu pandangan dan sikap yang dikomunikasikan kepada anak didik oleh staf petugas bimbingan dan tenaga pengajar mengenai nilai-nilai yang terkandung dalam bekerja, tinggi rendahnya status sosial jabatan tertentu, dan kesesuaian jabatan tertentu untuk anak laki-laki atau perempuan.

f)    Pergaulan dengan teman sebaya, yaitu beraneka ragam pandangan dan variasi harapan tentang masa depan yang terungkap dalam pergaulan sehari-hari.

g)   Tuntutan yang melekat pada masing-masing jabatan dan pada setiap program studi atau latihan, yang mempersiapkan seseorang untuk diterima pada jabatan tertentu dan berhasil didalamnya.

I.       Perkembangan Remaja Dalam Berkarir

Menurut Holland ada 6 tipe kepribadian yang perlu dipertimbangkan saat mencari kecocokan antara aspek-aspek psikologis seseorang dengan karir mana yang akan dipilih, yaitu :

a.    Realistis. Orang yang memperlihatkan karakteristik maskulin. Mereka paling cocok bekerja pada situasi praktis sebagai buruh, petani, pengemudi bis, dan tukang bangunan.

b.    Intelektual. Orang-orang ini memiliki orientasi konseptual dan teoretis. Mereka lebih tepat menjadi pemikir daripada pekerja.

c.    Konvensional. Orang-orang ini memperlihatkan ketidaksenangannya terhadap kegiatan yang tidak teratur dengan rapi. Mereka paling cocok menjadi bawahan, seperti sekretaris, teller bank, atau pekerjaan administratif lainnya.

d.   Menguasai (enterprising). Orang-orang ini menggunakan kata-katanya untuk memimpin orang lain, mendominasi orang lain, dan menjual berita tau produk. Mereka paling cocok memiliki karir yang berhubungan dengan penjualan, sales, politikus, atau manajemen.

e.    Artistik. Mereka adalah orang yang lebih suka berinteraksi dengan dunia mereka melalui ekspresi seni, menghindari situasi interpersonal serta konvensional dalam banyak kasus. Para remaja tipe ini sebaiknya diarahkan ke karir seni atau penulisan.

 

 

 

J.         Implikasi Perkembangan Karier dalam  Pendidikan

 Memperhatikan banyaknya faktor kehidupan yang berada di lingkungan remaja, maka pemikiran tentang penyelenggaraan pendidikan juga harus memperhatikan faktor faktor tersebut.

Pendidikan yang berlaku di Indonesia, baik pendidikan yang diselenggarakan di sekolah maupun luar sekolah dalam bentuk klasikal, yaitu memberlakukan sama semua tindakan pendidikan kepada semua remaja yang ada di dalam kelas, meskipun pada kenyataannya setiap individu berbeda

Usaha yang dapat dilakukan untuk membimbing minat dan kemampuan remaja untuk mencapai cita-citanya antara lain ;

a.       Bimbingan karir dalam upaya mengarahkan siswa untuk menentukan pilihan jenis pendidikan dan jenis pekerjaan yang sesuai dengan kemampuannya.

b.      Memberikan latihan-latihan praktis terhadap siswa dengan orientasi kepada kondisi (tuntutan) lingkungannya.

c.       Penyusunan kurikulum yang komprehensif dengan mengembangkan kuriklum muatan lokal.

d.      Keberhasilan dalam memilih pasangan hidup untuk membentuk keluarga banyak ditentukan oleh pengalaman dan penyelesaian tugas-tugas perkembangan masa-masa sebelumnya.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...