HOME

25 Februari, 2021

Mustasna (الْمُسْتَثْنَى)

Mustasna (الْمُسْتَثْنَى)

Isim Mustasna adalah isim (kata benda) yang dibaca nashab yang terletak setelah satu huruf istisnak untuk menjelaskan hukum yang berbeda dengan sebelumnya. Dengan pengertian sederhana mustasna merupakan isim yang dikecualikan oleh lafadz illa (إِلاَّ) atau oleh salah satu saudaranya illa (إِلاَّ). Sedangkan isim yang terletak sebelum huruf istisnak dinamakan mustsna minhu (مُسْتَثْنَى مِنْهُ). Contoh;

جَاءَ الْمَدَارِسُ إِلاَّ عَلِيًّا = Para guru telah datang kecuali Ali

Lafadz sebelum illa (إِلاَّ) al madaris (الْمَدَارِسُ) sebagai mestatsna minhu (مُسْتَثْنَى مِنْهُ), dan lafadz setelah illa (إِلاَّ) adalah aliyyan (عَلِيًّا) sebagai mustastna (مُسْتَثْنَى).

Jenis-jenis mustastna (مُسْتَثْنَى) dibagi menjadi 2 yaitu Muttashil (متصل) dan Munqoti’ (منقطع).

1.      Muttashil (متصل), jika mustasna sejenis dengan mustasna minhu-nya. Contoh;

 حَضَرَ الاَسَاتِيْذُ إِلاَّ سَعِيْداً= Para guru telah hadir kecuali Sa’id

Lafadz sebelum illa (إِلاَّ) al asatidu (الاَسَاتِيْذُ) sebagai mestatsna minhu (مُسْتَثْنَى مِنْهُ), dan lafadz setelah illa (إِلاَّ) sa’idan (سَعِيْداً) sebagai mustastna (مُسْتَثْنَى). Mustatsna’ muttashil ini berfungsi sebagai takhshis (khusus) setelah ta’mim (umum).

 

2.      Munqoti’ (منقطع), jika mustasna tidak sejenis dengan mustasna minhu-nya. Contoh ;

جَاءَ القَوْمُ إِلاَّ سَيَّارَةً= Kaum itu telah datang kecuali mobil

Lafadz sebelum illa (إِلاَّ) al qaumu (القَوْمُ) sebagai mestatsna minhu (مُسْتَثْنَى مِنْهُ), dan lafadz setelah illa (إِلاَّ) sayyarotan (سَيَّارَةً) sebagai mustastna (مُسْتَثْنَى). Mustatsna Munqati’ berfungsi untuk istidra’ (kebalikan/pengecualian) bukan takhsis (pengkhususan).

Huruf-huruf istisnak ada 8 macam yaitu illa (إِلاَّ), ghoiru (غَيْرُ), suwan (سُوًى), siwan (سِوًى), sawaaun (سَوَاءٌ), khola (خَلاَ), ‘ada (عَدَا), hasa (حَاشَا). Sebelum mengenal penggunaan illa (إِلاَّ) dan saudaranaya, ada beberapa bentuk istilah yang harus diketahui. Diantranya;

a.         Kalam Tam Mujab adalah kalimat yang didalamnya disebutkan mustasna dan mustasna minhu-nya namun tidak didahului oleh maa nafi atau shibhun nafi. Syibhun Nafi terdiri dari laa nafi atau istifham inkary. Contoh;

نَامَتْ الأُسْرَةُ إلاَّ الطِّفْلَ = Keluarga itu telah tidur kecuali anak itu

b.         Kalam Tam Manfi adalah kalimat yang didalamnya disebutkan mustasna dan mustasna minhu-nya serta didahului oleh ma nafi atau shibhun nafi. Pada susunan ini bisa di-i’rab rafak dan nashab. Di-i’rab rafak karena sebagai badal, dan bisa di-i’rab nashab karena sebagai mustasna.Contoh;

- ما جاء القوم إلا عليٌ/عليًّا  (contoh yang maa nafi)

- لا يقمْ أحدٌ إلا سعيدٌ/سعيدًا (contoh yang laa nafi)

- هل فعل هذا الرجلُ إلا أنتَ/إيَّاكَ (contoh yang istifham)

c.         Kalam Naqish adalah  kalimat yang tidak disebutkan mustasna minhu-nya, serta wajib disertai/didahului oleh maa nafi atau syibhu nafi, dan mustasna menyesuaikan apa yang dibutuhkan kalimat. kalau kalimat kurang fa’il (subjek) maka mustasna sebagai fa’il yang ber-i’rab rafak. Apabila kalimat kurang maf’ul (objek) maka mustasna sebagai maf’ul yang ber-i’rab nashab.


    Baca juga artikel yang terkait:

Berikut beberapa contoh-contoh macam penggunaan penggunaan illa (إِلاَّ) dan saudaranaya;

·           Penggunaaan huruf illa (إِلاَّ)

إِلاَّ بَعْدَ اْلكَلَامِ التَّامِّ الْمُوْجَبِ

Illa Setelah Kalam Taam Mujab

حَضَرَ التَّلاَمِيْذُ فِى القِسْمِ إِلاَّ حَمْدَانَ

Para siswa hadir di kelas kecuali Hamdan

متصل

اِسْتَحْمَمْنَا صَبَاحًا إِلاَّ هِرَّةً

Kita mandi pagi kecuali kucing

منقطع

                                  إِلاَّ بَعْدَ اْلكَلَامِ الْمَنْفِىِّ

Illa Setelah Kalam Taam Manfi

لاَيُسَافِرُ الشُّيُوْخُ إِلىَ جَاكَرْتَا إِلاَّ جَدُّكَ (جَدُّ : بدل ل " الشُّيُوْخُ" مرفوع)

Para orang tua tidak bepergian ke Jakarta kecuali kakekmu

متصل

لاَيُسَافِرُ الشُّيُوْخُ إِلىَ جَاكَرْتَا إِلاَّ جَدَّكَ (جَدَّ : مستثنى منصوب)

لَمْ تَتَسَلَّقِ اْلقِرَدَةُ شَجَرَةً بِسُلَّمٍ إِلاَّ سُفْيَانَ (سُفْيَانَ : مستثنى منصوب)

Kera itu tidak memanjat pohon dengan selamat kecuali Sufyan

منقطع

إِلاَّ بَعْدَ اْلكَلَامِ النَّاقِصِ

Illa Setelah Kalam Taam Naqish

مَا نَظَّفَ هَذِهِ الحُجْرَةَ آنِفًا إِلاَّ لَطِيْفَةُ (ناقص فاعل، و"لَطِيْفَةُ" فاعل مرفوع)

Tidak ada yang membersihkan kamar ini tadi kecuali Latifah

لاَ يَعْرِفُ عِمْرَانُ فِى هَذِهِ اْلمَدِيْنَةِ إلاَّ بَيْتَكَ (ناقص مفعول، و"بَيْتَ" مفعول منصوب)

Imran tidak tahu apapun di kota ini kecuali rumahmu

لَمْ نُؤْمِنْ إِلاَّ بِااﷲِ وَرَسُوْلِهِ (ناقص مفعول، و"اﷲ" اسم مجرور)

Kita tidak beriman kecuali kepada Allah dan Rasul-Nya

 

·           Penggunaaan huruf  غَيْرُ، سُوًى، سِوًى، سَوَاءٌ, Mustatsna jenis ini majrur selamanya melalui idhafah.

(غَيْرُ، سُوًى، سِوًى، سَوَاءٌ) بَعْدَ اْلكَلَامِ التَّامِّ الْمُوْجَبِ

اِغْتَرَبَ الشَّبَابُ فِى هَذِهِ القَرْيَةِ غَيْرُ حَامِدٍ

Para pemuda di sini pindah keluar negeri kecuali Hamid

متصل

تَنَاوَلَتْ اُسْرَتُكَ اْلفُطُوْرَ غَيْرَ طَيْرٍ

Keluargamu sarapan pagi kecuali burung

منقطع

(غَيْرُ، سُوًى، سِوًى، سَوَاءٌ) بَعْدَ اْلكَلَامِ الْمَنْفِىِّ

لَمْ يُصَلِّ أَصْحَابِى اْلفَجْرَ غَيْرُ مَنْصُوْرٍ (غيرُ : بدل من "أَصْحَابِى" مرفوع)

Teman-temanku tidak shalat subuh kecuali Manshur

متصل

مَا مَلَكْتُمُ الكِتَابَ غَيْرَ الغَنَمِ (غيرَ : منصوب، لأن الكلام منفيّاً، و لم يَتقدم فيه المستثنى على المستثنى منه، لأنها وقعت في استثناء مُنقطع)

Tidak ada yang memiliki buku kecuali kambing

منقطع

(غَيْرُ، سُوًى، سِوًى، سَوَاءٌ) بَعْدَ اْلكَلَامِ النَّاقِصِ

لَا اَخَذَ لِصٌّ مِنْ دُكَّانٍ غَيْرَ سِجَارَةٍ (ناقص مفعول به، و"غَيْرَ" مفعول منصوب)

Pencuri tidak mengambil apapun dari toko kecuali sebatang rokok

متصل

مَااسْتَعْمَلَ فَانِلَّةً عِنْدَ الصَّلاَةِ سَوَاءُ لُقْمَانَ (ناقص فاعل، و"سَوَاءُ" فاعل مرفوع)

Tidak ada yang menggunakan kaos ketika shalat kecuali Luqman

 

لَمْ يَتَكَلَّمْ اَعْضَاءُ ثُكْنَةٍ اْلفَارِسِى بِسُوَى/بِسِوَى اْلعَرَبِيَّةِ (مجرور بحرف الجر لأن الكلام منفيا و لم يذكر المستثنى منه)

Tidak akan berbicara anggota al Farisi kecuali dengan Bahasa Arab

منقطع

·           Penggunaaan huruf khola (خَلاَ), ‘ada (عَدَا), hasa (حَاشَا), mustasna jenis ini memiliki dua hukum. Pertama Manshub sebagai maf’ul bih, karena dianggap sebagai fi’il madhi. kedua Majrur karena dianggap sebagai huruf jar.

اجْتَمَعَ السُّكَّانُ فِى الْمَسْجِدِ لِأَدَاءِ صَلاَةِ الجَنَازَةِ خَلاَ مَيْمُوْنٍ (مَيْمُوْنٍ : اسم مجرور بخلا)

Para penduduk berkumpul di masjid untuk menunaikan shalat janazah kecuali Maimun

اجْتَمَعَ السُّكَّانُ فِى الْمَسْجِدِ لِأَدَاءِ صَلاَةِ الجَنَازَةِ خَلاَ مَيْمُوْنًا (مَيْمُوْنًا : مفعول به منصوب)

يُكْرِمُنَا اْلجُيُوْشُ عَدَا سَالِمٍ (سَالِمٍ : اسم مجرور بخلا)

Kita menghormati para tentara kecuali Salim

يُكْرِمُنَا اْلجُيُوْشُ عَدَا سَالِمًا (سَالِمًا : مفعول به منصوب)

لَمْ نَأْكُلِ اْلأَغْشَابَ كُلَّ يَوْمٍ حَاشَا جَامُوْشٍ (جَامُوْشٍ : اسم مجرور بخلا)

Kita tidak makan rumput setiap hari kecuali kambing

لَمْ نَأْكُلِ اْلأَغْشَابَ كُلَّ يَوْمٍ حَاشَا جَامُوْشًا (جَامُوْشًا : مفعول به منصوب)

Tamyiz (التَّمْيِيْزُ)

Tamyiz (التَّمْيِيْزُ)

Tamyiz adalah isim (kata benda) yang dibaca nashab untuk menjelaskan benda yang masih samar. Tamyiz merupakan isim yang menjelaskan suatu kata yang masih rancau atau belum jelas, maka mumayyiz adalah kata rancau yang dijelaskan oleh tamyiz. Tamyiz harus terdiri dari isim nakirah dan terletak setelah susunan kalimat yang sempurna. Contoh;

اشْتَرَيْتُ رِطْلاً = Saya membeli setengah kilo

اشْتَرَيْتُ رِطْلاً تُفَّاحًا = Saya membeli setengah kilo buah apel

Lihatlah perbedaan dua kalimat di atas, kalimat pertama hanya menuliskan kata رِطْلاً, dengan kata tersebut (setengah kilo) tidak melafalakan barang/benda yang dihitung. Sehingga kalimat pertama belum bisa dinamakan kalimat yang jelas. Kalimat kedua, setelah kata رِطْلاً diikuti kata تُفَّاحًا, kata tersebut menjadi penjelas barang yang dihitung atau kata yang masih belum jelas. Sehingga kata رِطْلاً sebagai mumayyiz (dijelaskan) dan kata تُفَّاحًا sebagi tamyiz (penjelas).

هِشَامٌ أَوْسَعُ مِنْكَ مَعْرَفَةً = Hisyam lebih luas darimu pengetahuanya

أَنَا أَقَلُّ مِنْ اُخْتِى الصَّغِيْرَةِ مَالاً = Saya lebih sedikit dari adikku hartanya

يَزْدَادُ حِلْمَانُ عُمْرًا = Hilman bertambah umurnya

جُفِّفَتْ هِنْدٌ بَلُوْزَةً = Hindun mengeringkan blus

قَاوَلْتُ خَمْسِيْنَ ثَلاَّجَةً = Saya memborong 50 kulkas

تَحْجُزُ فَاطِمَةُ لِتْراً بِتْرُوْلاً = Fatimah memesan seliter minyak tanah

Haal (الحَالُ)

Haal (الحَالُ)

Haal adalah isim (kata benda) yang dibaca nashab untuk menjelaskan keadaan yang masih samar. Maksudnya haal menjelaskan keadaan perilaku fa’il atau maf’ul bih ketika perbuatan sedang terjadi. fa’il atau maf’ul bih yang dijelaskan haal dinamakan shohib al haal (صاحب الحال).

    
    Baca juga artikel yang terkait:

Sedangakan haal sendiri memiliki beberapa ketentuan. Ketentuan yang pertama haal harus berupa isim nakirah. Kedua haal harus berada setelah susunan kalimat yang sempurna (telah dimengerti maksudnya), karena haal hanya berfungsi sebagai pelengkap. ketiga shohibul haal harus terdiri dari isim ma'rifat. Contoh;

HAAL

SHOHIBUL HAAL

KALIMAT

NO

مَاشِيَيْنِ

عِمْرَانُ وَسَارَّةُ

ذهَبَ عِمْرَانُ وَسَارَّةُ اِلَى الْمَطْعَمِ مَاشِيَيْنِ عَلَى اْلأَقْدَامِ

(Imran dan Sarah ke restaurant dengan jalan kaki)

1

عَمْدًا

يُوْنُسُ

دَاسَ يُوْنُسُ رِجْلَكَ اْليُسْرَى عَمْدًا

(Yunus menginjak kakimu yang kiri dengan sengaja)

2

مَقْتُوْلِيْنَ

جُيُوْشَهُ

وَجَدَ اْلقَائِدُ جُيُوْشَهُ مَقْتُوْلِيْنَ فِى مَيْدَانِ اْلحَرْبِ

(Pemimpin menemukan tentaranya terbunuh di medan perang)

3

جَيِّدًا

اَنْتَ

اسْمَعْ هٰذِهِ اْلكَلِمَاتِ جَيِّدًا ثُمَّ كَرِّرْهَا

(Dengarkanlah kalimat-kalimat ini dengan baik kemudian ulangi)

4

Dhorof Makan (ظَرْفُ الْمَكَانِ)

Dhorof  Makan (ظَرْفُ الْمَكَانِ)

Dharaf Makan adalah isim (kata benda) kata keterangan tempat yang dibaca nashab dengan memperkirakan makna فِى (di/pada) yang menerangkan di mana kejadian berlangsung. Berikut beberapa isim dhorof makan yang memperkirakan makna فِى, diantaranya;

§   اَمَامَ (di depan)

§   خَلْفَ (di belakang)

§   وَرَاءَ (di belakang)

§   عِنْدَ (di samping)

§   فَوْقَ (di atas)

§   حَوْلَ (di sekitar)

§   تَحْتَ (di bawah)

§   جَانِبَ (disamping)

يُصْلِحُ اَبُوْكَ جَوَّالَتَهُ اَمَامَ اْلبَيْتِ = Ayahmu memberbaiki ponselnya di depan rumah

وَضَعَ عُثْمَانُ اْلأَخْذِيَةَ تَحْتَ اْلخِزَانَةِ = Utsman meletakkan sepatu-sepatu di bawah lemari

جَانِبَ الدَّوْرَةِ شَقَّةٌ وَحَدِيْقَةٌ = Di samping tempat kursus tempat tinggal dan taman

لَقِيَتْ زَيْنَبٌ صَاحِبَتَهَا حَوْلَ مَيْدَانِ الْمَدِيْنَةِ = Zaenab menemui temanya di sekitar alun-alun kota

Dhorof Zaman (ظَرْفُ الزَّمَانِ)

Dhorof Zaman (ظَرْفُ الزَّمَانِ)

Dhorof Zaman adalah isim (kata benda) keterangan waktu yang dibaca nashab dengan memperkirakan makna فِى (di/pada) yang menerangkan waktu kapan terjadinya pekerjaan. Berikut beberapa isim dhorof zaman yang memperkirakan makna فِى, diantaranya;

§   صَبَاحًا (subuh)

§   اللَّيْلَةَ  (malam)

§   مَسَاءً (sore)

§   غُدْوَةً  (pagi-pagi)

§   غَدًا (besok)

§   بُكْرَةً  (pagi-pagi)

§   اليَوْمَ  (hari/sekarang)

§   نَهَارًا (sepanjang hari)

 Contoh;

سَيَزُوْرُنِي سُفْيَانُ يَوْمَ اْلأَحَدِ = Sufyan akan mengunjungiku pada hari minggu

وُلِدْتْ لَطِيْفَةُ سَنَةَ اَلْفَيْنِ وَعَشْرٍ مِيْلَادِيَّةٍ = Latifah dilahirkan pada tahun 2010 masehi

نَقْرَأُ سُوْرَةَ يٰس كُلَّ لَيْلَةِ اْلجُمْعَةِ = Kita membaca surat yasin di setiap malam jum’at

لَعِبَ اْلأَوْلاَدُ كُرَةَ اْلقَدَمِ مَسَاءً = Anak-anak bermain sepak bola pada waktu sore

رَاجَعْتُ الدُّرُوْسَ السَّاعَةَ الثَّامِنَةَ تَمَامًا = Saya mengulang pelajaran pada jam 8 tepat

Materi Akidah Akhlak Kelas VII Semester Genap BAB II : Iman Kepada Para Malaikat

  Materi Akidah Akhlak Kelas VII Semester Genap BAB II : Iman Kepada Para Malaikat dan Makhluk Ghaib PEMBAHASAN 1.        Malaikat Pengertia...