Hijrah,
Peristiwa Penuh Strategi
Oleh: H Hartono Ahmad Jaiz
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. يَا أَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى
اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ
ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ
الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ
مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيْرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ
بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا. يَا أَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ
لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ
فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
أَمَّا بَعْدُ؛ فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ، وَخَيْرَ الْهَدْيِ
هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَّرَ الأُمُورِ
مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ
ضَلاَلَةٍ فِي النَّارِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الْقِيَامَةِ.
Adegan yang sangat tegang memecahkan genangan air mata Abu
Bakar di dalam gua Tsur, di luar kota Makkah. Musuh-musuh yang pedangnya siap
menebas Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalamberdiri di hadapan Abu Bakar,
hanya berbatas cahaya. Abu Bakar mendampingi Nabi Shalallaahu alaihi wasalam di
dalam gua, sedang musuh-musuh yang siap "menerkam" berdiri di mulut
gua. Isak tangis pun tak bisa ditahan, keluar dari mulut Abu Bakar yang
mengkhawatirkan, Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam ditangkap musuh dan
dibunuh. Nabi Shalallaahu alaihi wasalam membisiki Abu Bakar; “Laa tahzan innallaha
ma'anaa”, janganlah engkau bersedih hati, karena sesungguhnya Allah beserta
kita.
Musuh bebuyutan Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam yang
memimpin pengejaran dan akan membunuh Nabi pun berada di mulut gua Tsur, 5
kilometer dari Makkah. Justru Umayyah Ibnu Khalaf, musuh bebuyutan Nabi itulah
yang menganggap mustahil Muhammad yang sedang dicari-cari itu berada di dalam
gua ini. Maka bubarlah para calon pembunuh yang ingin menggondol 100 unta bila
menemukan Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam ini.
Tiga malam lamanya Nabi Muhammad Shalallaahu alaihi wasalam
dan Abu Bakar As-Shiddiq berada di dalam gua. Sementara orang-orang kafir
Makkah yang sejak semula memusuhi bahkan ingin membunuh Nabi itu meningkat jadi
berlomba mencari hadiah 100 unta dalam rangka membunuh Nabi. Tingkah polah kaum
kafir Makkah yang haus darah dan serakah harta ini tidak mudah diajak kompromi.
Untuk itu, Abdullah bin Abu Bakar memainkan peran yang cukup penting. Setiap
malam Abdullah bin Abu Bakar menginap di dekat kaum Quraisy yang memusuhi Nabi
di Makkah. Pada saat manusia lelap tidur menjelang fajar, Abdullah mendatangi
Nabi, lantas pagi hari Abdullah sudah berada di kalangan kaum Quraisy Makkah.
Maka orang-orang Quraisy menduga, Abdullah tetap berada di Makkah bersama
mereka. Padahal, semua gerak-gerik dan rencana Quraisy telah disadap dan
disampaikan kepada Nabi Shalallaahu alaihi wasalam .
Untuk menghilangkan jejak-jejak kaki Abdullah yang berjalan di
padang pasir antara Makkah dan gua Tsur itu, maka Amir bin Fuhairah menggiring
kambingnya menyusuri bekas-bekas tapak kaki Abdullah, mendekati gua Tsur.
Hilanglah jejak-jejak kaki di padang pasir itu. Sementara, Asma' binti Abu
Bakar membawakan makanan untuk Nabi dan Abu Bakar yang berada di dalam gua.
Untuk melanjutkan perjalanan, keluar dari gua Tsur menuju
Yatsrib (kini bernama Madinah), Abu Bakar sebelumnya telah berjanji dengan
penunjuk jalan yang mahir, bernama Abdullah Bin Uraiqith. Penunjuk jalan ini
disewa, dan diharap menemui Abu Bakar di gua Tsur setelah tiga hari. Sekalipun
Abdullah Bin Uraiqith ini masih belum Islam, namun ia tidak mau membocorkan
perjanjian, dan tidak tergiur oleh sayembara hadiah 100 unta bagi yang mampu
menemukan/membunuh Nabi.
Dalam perjalanan dari gua Tsur menyusuri pantai menuju ke
Yatsrib berkendaraan unta, Nabi dan Abu Bakar yang dipandu oleh Abdullah Bin
Uraiqith ini dikejar oleh Suraqah Bin Malik Al-Mudlaji dengan kuda. Setiap
hampir sampai di belakang Nabi Muhammad SAW, kuda Suraqah terperosok kaki
depannya ke dalam pasir. Sampai tiga kali, dan yang terakhir, dari lobang yang
memerosok-kan kaki kuda itu keluar debu yang amat banyak. Maka Suraqah minta
perlindungan kepada Nabi dan Abu Bakar. Dan Suraqah yakin, Nabi dengan
ajarannya itu akan menang.
Kehadiran Nabi Shalallaahu alaihi wasalam sudah ditunggu-tunggu
oleh masyarakat di Yatsrib. Mereka dengan sangat gembira menjemput Nabi SAW.
Namun Nabi tidak langsung ke Yatsrib, singgah dulu di Quba', mendirikan masjid.
Hingga sekarang dikenal dengan Masjid Quba', dekat Madinah. Peristiwa singgah
di Quba, di tempat Bani Amr bin Auf inilah yang sampai kini dicatat sebagai
peristiwa hijrah yang menurut penyelidikan Mahmud Basya, ahli falak, terjadi
pada 2 Rabi'ul Awwal, bertepatan 20 September 622 Masehi. Tanggal inilah yang
kemudian dijadikan perhitungan tahun pertama Hijriyah. Hal itu ditetapkan dalam
sidang pada masa pemerintahan Umar bin Khothob, 17 Hirjiyah/639 M atas usulan
Ali bin Abi Tholib. Sekalipun Hijrah itu sendiri terjadi pada bulan Rabi'ul
Awwal, namun tidak ada masalah dalam penanggalan Hilaliyah dimulai dengan
Muharram. (lihat Nurul Yaqin, halaman 83 atau terjemahannya hal 108).
Bukan Meninggalkan Medan
Peristiwa hijrah (pindahnya) Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dari Makkah ke
Yatsrib (Madinah) itu bukanlah suatu kejadian pemimpin lari meninggalkan medan.
Karena, walaupun telah "sempurna" kekejaman kaum kafir Quraisyh dalam
memusuhi Nabi dan pengikutnya, tidaklah Nabi lari duluan. Umat Islamlah yang
dipersilakan duluan untuk meninggalkan Makkah. Sedang di Makkah tinggallah
Nabi, Abu Bakar (yang tadinya akan berangkat pula, lalu diminta untuk bersama
Nabi), Shuhaib, Ali, Zaid bin Haritsah dan beberapa orang lemah yang belum siap
berhijrah. Ali bertugas menggantikan tidur di tempat tidur Nabi Shalallaahu
alaihi wasalam saat malam pengepungan oleh kaum Quraish. Sedang Abu Bakar
diminta untuk menunggu Nabi di luar Makkah, yang kemudian bertemu untuk masuk
ke gua Tsur seperti tersebut.
Untuk membela agama yang akan ditumpas oleh kaum kafir Quraisy
ini Abu Bakar membawa harta sebanyak 6.000 Dirham, mata uang perak. Beratnya,
6.000 x 3,12 gram = 18.720 gram. Nilainya sama dengan 2.808 gram emas, (nilai
ini diperbandingkan dalam zakat). Ukuran zakat harta adalah 200 Dirham (perak)
atau 20 Dinar (emas). 20 Dinar emas = 20 mitsqol = 93,6 gram. Ini menurut Fiqh
Islam, H. Sulaiman Rasyid, (192-193) 1. Bekal Abu Bakar 6.000 Dirham itu
dicatat dalam buku "Muharram dan Hijrah", Amir Taat Nasution, hal 32.
Peran Abu Bakar Shiddiq dalam peristiwa Hirjah ini sungguh
besar. Entah berapa dirham Abu Bakar menyewa tukang penunjuk jalan, Abdullah
Bin Uraiqith yang belum memeluk agama Islam, sampai tidak tergiur memilih ikut
sayembara hadiah 100 unta bila menemukan/membunuh Nabi Shalallaahu alaihi
wasalam. Pengaruh Abu Bakar terhadap anak-anaknya, Abdullah dan Asma', hingga
menjadi penyelidik khusus dan penjamin makan yang cukup menanggung risiko dalam
perjalanan Makkah-Gua Tsur. Usaha maksimal Abu Bakar yang penuh risiko, baik
jiwa maupun harta itu, masih pula dilacak oleh kaum kafir Quraisy sampai di
hadapan Abu Bakar, di mulut gua. Maka, menangisnya Abu Bakar, sebagai manusia,
sangat bisa dimaklumi. Apalagi, yang didampingi adalah Nabi Shalallaahu alaihi
wasalam yang akan dibunuh. Tentu saja Abu Bakar amat khawatir, bagaimana nasib
umat Islam yang telah berada di negeri orang, di Madinah (Yatsrib). Siapa
pengayom jiwa mereka. Dan siapa lagi nanti yang akan membimbing menyiarkan
ajaran Islam yang baru embrio ini.
Sewaktu dikejar oleh Suraqah di tengah perjalanan menuju
Yastrib, Abu Bakarlah yang tahu persis bagaimana keganasan orang yang akan
membunuh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan ingin meraih hadiah 100 unta
sebagai pahlawan Quraisy. Abu Bakar senantiasa menengok ke belakang, sedang
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam tetap tegar menghadapkan muka ke depan.
Peristiwa-peristiwa menegangkan yang langsung dialami oleh Abu Bakar dalam
mendampingi Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ini lebih menebalkan keimanannya
yang memang sudah kaliber amat tangguh. Hingga, harta benda seluruhnya
disumbangkan untuk Islam, di bawa ke hadapan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam
pada peristiwa lain. Sampai Nabi Shalallaahu alaihi wasalam terheran-heran.
Ditanya, apa yang masih ada padamu? Malah dijawab oleh Abu Bakar, bahwa Allah
dan Rasul-Nyalah yang ada padanya.
Perjuangan tidak selesai, walau hijrah telah dilaksanakan.
Penggalangan kekuatan umat yang terdiri dari kaum Muhajirin (yang datang dari
Mekkah) dan Anshor (yang asli Madinah) ditata dengan penuh semangat
persaudaraan oleh Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Hingga kaum Anshor rela
mengorbankan harta untuk saudara-saudaranya, kaum Muhajirin. Hingga sebagian
mereka merelakan sebagian isterinya dicerai agar dikawini saudaranya, kaum
Muhajirin. Semua itu dilaksanakan dengan penuh keikhlasan dan kesadaran.
Karena, semuanya menyadari, kaum kafir Makkah tentu tidak rela adanya peristiwa
hijrah massal ini. Ternyata pada tahun kedua Hijriyah, kaum kafir Quraisy telah
menyiapkan 950 tentara, 100 kuda dan 700 unta untuk menyerbu umat Islam.
Terjadilah perang Badr pada bulan Ramadhan, 2 Hijriah. Abu Lahab, dedengkot
kafir Quraisy rela menyumbangkan 100 unta untuk perang menyerbu muslimin yang
berjumlah 313 orang dengan 2 kuda dan 70 unta. Perang yang langsung dipimpin
Nabi Shalallaahu alaihi wasalam ini dimenangkan oleh kaum muslimin, suatu
prestasi yang sangat di luar dugaan. Hingga, seketika Abu Lahab, dedengkot
kafir Quraisy mendengar kabar kekalahan itu, ia langsung berodol jantungnya.
100 unta yang disumbangkan untuk memusuhi muslimin telah sia-sia, hingga ia
sangat menyesalinya.
Pengaruh hijrah dan kemenangan perang Badr ini satu segi lebih
memantapkan muslimin Muhajirin dan Anshor, namun satu segi menjadikan tokoh
Madinah yang akan tergusur pengaruhnya serta kaum Yahudi, menyikapi dengan
tingkah lain. Memilih nifak atau mengadakan makar. Abdullah bin Ubay bin
memilih nifak, sedang kaum Yahudi merencanakan makarnya untuk membunuh Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam. Dengan demikian, peristiwa hijriyah ini disusul
dengan problema yang cukup kompleks. Bukan sekadar penggusuran secara fisik
seperti di Makkah, namun lebih beragam lagi' permusuhan licik, musuh dalam
selimut, dan persekongkolan jahat yang tak henti-hentinya.
Kemunafikan dan persekongkolan yang menghadang di hadapan umat
Islam bukan membuat padamnya Islam, namun justru menambah wawasan dan kecermatan
umat dalam menempuh gelombang hidup. Umat tidak berfirqoh-firqoh (pecah belah),
tidak menonjolkan identitas keaslian daerahnya (Makkah/Muhajirin,
Madinah/Anshor). Semuanya dalam persaudaraan, seia sekata. Tabiat pedagang dari
Makkah yang keras bisa bersatu menjadi bersaudara dengan tabiat petani Madinah
yang lunak dan sopan. Perpaduan yang saling tenggang rasa, tolong menolong,
tanpa mengungkit jasa, tanpa mengeruk keuntungan pribadi dengan dalih demi
kelancaran pembinaan masyarakat; itu semua mewujudkan umat yang terbaik. Khoiro
Ummah, sebaik-baik umat. Jegal-menjegal tidak mereka kenal. Hingga, orang
munafiq seperti Abdullah bin Ubay bin Salul yang ingin senantiasa menjegal Nabi
Shalallaahu alaihi wasalam serta pengikutnya, justru ia sendiri sangat rapi
dalam menyimpan kemunafikannya. Sangat menampakkan keislamannya, setiap shalat
pun di belakang Nabi Shalallaahu alaihi wasalam .
Peristiwa Hijrah yang membuahkan masyarakat berkadar khoiro
ummah ini mengakibatkan tidak berdayanya kaum kafir, dan tidak berkutiknya
orang munafik. Mafhum mukholafah atau analogi logisnya, di saat umat kondisinya
bobrok, orang munafik pun tidak mendapatkan hasil apa-apa. Karena, di saat
masyarakat bobrok kondisinya, tentu saja kebobrokan itu akibat dari banyaknya
orang munafik. Banyaknya jumlah munafik kini mengakibatkan perben-turan
kepentingannya, otomatis akan sia-sia. Ibarat pucuk cemara yang meliuk ikut
hembusan angin, di saat angin sudah berbalik arah, pucuk daun itu belum sempat
berbalik, kemudian bertabrakan sesamanya.
Hijrah membuahkan masyarakat muslim terbaik, dan kemunafikan
tidak berkutik. Sebaliknya, bila muslimin terbaik itu jumlahnya sangat minim,
maka kemunafikan pun tidak membuah-kan hasil. Naluri manusia cenderung membela
kebenaran, yang dalam istilah agama disebut fitrah. Maka Islam disebut pula
agama fitrah, yaitu agama yang memang sesuai dengan naluri manusia itu sendiri.
Hingga tak mengherankan, para musuh bebuyutan, kaum kafir Makkah yang
mengejar-ngejar Nabi Shalallaahu alaihi wasalam hingga Nabi berhijrah itu, 8
tahun kemudian mereka semua masuk Islam dengan sukarela. Sedang Nabi n sama
sekali tidak dendam kepada mereka. Lalu Nabi n menegaskan, tidak ada hijrah
setelah Fathu Makkah (terbukanya Makkah, yaitu penduduk Makkah masuk Islam
semua secara serentak, tahun 8 Hijriyah). Tokoh-tokoh tua, seperti Abu Sufyan
yang tadinya sangat memusuhi Nabi Shalallaahu alaihi wasalam pun masuk Islam.
Tidak ada penolakan atau kata terlambat yang diucapkan oleh Nabi Shalallaahu
alaihi wasalam, sekalipun kesadaran mereka baru datang di masa pensiun.
أَقُوْلُ
قَوْلِيْ هَذَا فَاسْتَغْفِرُوا اللهَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah Kedua
إِنَّ
الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. قَالَ تَعَالَى: يَا أَيُّهاَ
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. قَالَ تَعَالَى: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يَجْعَل لَّهُ
مَخْرَجًا} وَقَالَ: {وَمَن يَتَّقِ اللهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ
وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْرًا}
ثُمَّ اعْلَمُوْا فَإِنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَالسَّلاَمِ عَلَى
رَسُوْلِهِ فَقَالَ: {إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ،
يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا}.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ. اَللَّهُمَّ
أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ باَطِلاً
وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ
أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ
إِمَامًا. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلاَمٌ عَلَى
الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ. وَأَقِمِ
الصَّلاَةَ.
BACA MATERI KHUTBAH LAINNYA YANG BERKAITAN:
Sumber:
Sumber:
www.alsofwah.or.id/khutbah
Posted By http://ichsanmufti.wordpress.com