HOME

20 November, 2016

ALLAH DALAM PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM (FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM)



BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Segala sesuatu yang mempunyai keberadaan pastilah mempunyai sumber keberadaan tersebut. Alam semesta dalam pandangan agama tentulah bersumber pada tuhan yang menciptkan segalanya. Sedangkan dalam Islam sendiri sumber dari segalanya adalah Allah Swt.  
Untuk menerangkan eksistensi keberadaan Allah sendiri, bukti yang paling awal yang bisa kita temui bukan dari luar diri manusia tetapi berada dalam diri manusia itu sendiri, yakni fitrah yang diciptakan Allah pada manusia dengan naluri yang tajam yang merasakan bahwa dibalik segala yang ada di alam semesta yang bersifat terbatas dan berkesudahan ini ada Satu Dzat yang Maujud yang menciptakan segalanya dan menjadi sumber dari segalanya.
Selanjutnya Allah menjelaskan akan eksistensi-Nya sendiri lewat ayat-ayat-Nya yang kita jumpai pada al quran. Melalui Nabi Muhammad al qur'an diinterpretasikan menggunakan hadith sehingga akal mudah untuk menerima pesan-pesan yang disampaikan dalam al qur'an tersebut.
Dalam al qur'an yang ditafsirkan oleh hadith tidak hanya mengandung pesan tauhid (teologi), tapi juga mengandung banyak nilai pendidikan (tarbiyah) yang bisa kita pelajari, meliputi sosial, ekonomi, pengetahuan alam dan histori serta masih banyak lagi jika kita mau mengkaji secara kesluruhannya.
Makalah ini kami sajikan dengan tujuan untuk mengkaji dan mengetahui perihal tersebut. Semoga kehadiran tulisan ini memberikan kemanfaatan bagi penulis khususnya dan khalayak pembaca pada umumnya. Dan bila didapati kesalahan maka kami butuh akan pengkoreksiaanya agar bisa kami benarkan sesuai garis yang benar.

BAB II
PEMBAHASAN

1.    Allah Sebagai Sumber Segalanya
Allah sebagai sumber segalanya mengandung pengertian bahwasannya semua yang ada di dunia seisinya adalah bersumber dari-Nya. Hal ini bisa kita benarkan apabila kita kaitkan dengan pemikiran beberapa filosof yang beragumen bahwasannya alam seisinya berasal dari emanasi tuhan, pancaran tuhan yang menghasilkan matahari dan planet-planet sampai seluruh isinya. Pandangan Islam dan semua agama pun membenarkan bahwa tuhan adalah sebagai sumber segalanya, Dia lah Dzat pertama yang menciptakan segalanya.
Hujjah yang mendukung akan Allah sebagai sumber segalanya adalah bisa kita sandingkan dengan filsafat ketuhanan (teologi), yakni dalam inti filsafat terdapat tiga realitas masalah, yaitu tuhan, manusia dan alam.[1] Al Kindi pun menegaskan bahwasannya falsafat yang paling tinggi dan termulia derajatnya adalah falsafat utama, yakni ilmu tentang yang Benar Pertama (tuhan) yang menjadi sebab bagi segala yang benar.[2]
Di sisi lain, Allah sebagai sumber segalanya tidak hanya berbatas pada perkara materi tetapi hal yang bersifat immateri pun juga berasal dari Allah. Allah adalah Dzat yang Maha Tahu dan sumber segala pengetahuan. Allah memberi pengetahuan kepada siapa pun yang Dia kehendaki dengan cara apa pun yang Dia kehendaki. Karena itu, mkhluk yang lebih mulia tidak harus memiliki pengetahuan yang lebih banyak dibanding dengan makhluk yang tidak lebih mulia. Kenyataan ini terungkap dalam Q.S. Al Baqarah; 31-33
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ  (#qä9$s% y7oY»ysö6ß Ÿw zNù=Ïæ !$uZs9 žwÎ) $tB !$oYtFôJ¯=tã ( y7¨RÎ) |MRr& ãLìÎ=yèø9$# ÞOŠÅ3ptø:$# ÇÌËÈ  tA$s% ãPyŠ$t«¯»tƒ Nßg÷¥Î;/Rr& öNÎhͬ!$oÿôœr'Î/ ( !$£Jn=sù Nèdr't6/Rr& öNÎhͬ!$oÿôœr'Î/ tA$s% öNs9r& @è%r& öNä3©9 þÎoTÎ) ãNn=ôãr& |=øxî ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ãNn=÷ær&ur $tB tbrßö7è? $tBur öNçFYä. tbqãKçFõ3s? ÇÌÌÈ 
" Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!. Mereka menjawab: "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang Telah Engkau ajarkan kepada Kami; Sesungguhnya Engkaulah yang Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana".  Allah berfirman: "Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini." Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, Allah berfirman: "Bukankah sudah Ku katakan kepadamu, bahwa Sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?"
       Menurut pemahaman kami, ayat ini menjelaskan tentang malaikat dan jin yang menganggap dirinya lebih mulia dibanding Adam ternyata memiliki pengetahuan yang berada dibawah pengetahuan Adam ketika Allah menguji akan hal tersebut. Namun kenyataanya, Adam bisa mengalahkan malaikat dan jin padahal Adam saat itu masih kosong pengetahuannya karena baru diciptakan oleh Allah. Hal ini tidak lain karena segala pengetahuan berasal dari Allah, Adam mendapatkan pengetahuan yang lebih dibanding malaikat dan Jin karena sebelumnya Allah memberikan pengetahuan kepadanya.

2.    Allah dan Kitab Suci al-Qur’an
Al-qur’an adalah sumber agama Islam pertama dan yang utama. Menurut keyakinan umat Islam yang diakui kebenaranya oleh penelitian ilmiah, al-qur’an adalah kitab suci yang memuat firman-firman  Allah, sama benar dengan yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada nabi Muhammad sebagai rosul Allah secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mula-mula di Mekkah kemudian di Madinah. Tujuanya, untuk menjadi pedoman dan petunjuk bagi umat manusia dalam hidup dan kehidupannya mencapai kesejahteraan di dunia dan kebahagian di akhirat kelak.[3]
      Al-Qur’an menjadi sumber nilai dan norma umat Islam itu terbagi ke dalam 30 juz, 114 surah, lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf. Al-qur’an yang terdiri dari 30 juz tersebut, 114 surat itu, sistematikanya ditatapkan oleh Allah sendiri melalui malaikat jibril yang disampaikan kepada Rasulnya Muhammad. Allah lah yang menentukan di mana ayat yang turun kemudian disisipkan diantara ayat yang turun lebih dahulu.[4]
Dalam al-Qur’an sendiri telah memberi isyarat bahwa permasalahan pendidikan sangat penting, jika al-Qur’an dikaji lebih mendalam maka kita akan menemukan beberapa prinsip dasar pendidikan, yang selanjutnya bisa kita jadikan inspirasi untuk dikembangkan dalam rangka membangun pendidikan yang bermutu. Ada beberapa indikasi yang terdapat dalam al-Qur’an yang berkaitan dengan pendidikan antara lain; Menghormati akal manusia, bimbingan ilmiah, fitrah manusia, penggunaan cerita (kisah) untuk tujuan pendidikan dan memelihara keperluan sosial masyarakat .
Didalam Al-Qur’an juga terdapat banyak ajaran yang berisi prinsip-prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu. Sebagai contoh dapat dibaca dalam kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat Lukman ayat 12 s/d 19. Cerita itu menggariskan prinsip materi pendidikan yang terdiri dari masalah iman, akhlak ibadah, sosial dan ilmu pengetahuan. Ayat lain menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai sesuatu kegiatan dan amal saleh. Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan harus mendukung tujuan hidup tersebut. Oleh karena itu pendidikan islam harus menggunakan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan islam. Dengan kata lain, pendidiakn Islam harus berlandaskan ayat-ayat Al-Qur’an yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad di sesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan.
Al qur'an memuat beberapa ajaran yang keseluruhannya menunjukkan adanya nilai pendidikan yang diajarkan didalamnya, diantaranya adalah (1) Petujuk Mengenai Aqidah yang harus diyakini oleh manusia. Petunjuk ini berintikan keimanan akan ke-Esaan Tuhan, dan kepastian adanya hari kebangkitan, perhitungan serta pembalasan kelak. (2) Petunjuk Megenai Syaari’ah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam berhubungan dengan Allah dengan sesama insan demi kebahagian hidup manusia di dunia ini dan di akhirat kelak. (3) Petunjuk Tentang Akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan oleh manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial. (4) Kisah-Kisah Umat Manusia di Zaman Lampau.[5]

3.    Nabi Muhammad dan Sunnah (Hadits)
Pada dasarnya intisari ajaran islam merupakan apa yang termaktub dalam al-qur’an. sedangkan hadith ataupun sunnah rosulullah merupakan penjelasan dari apa-apa yang dimaksudkan oleh al-qur’an.[6]
al-Hadith adalah sumber kedua agama dan ajaran Islam. Apa yang telah disebut dalam al-qur’an dijelaskan atau dirinci lebih lanjut oleh Rosulullah dengan sunnah beliau. Karena itu, sunnah Rosul yang kini terdapat dalam hadith merupakan interpretasi atau penafsiran serta penjelasan otentik tentang al-Qur’an.
Sebagai sumber agama dan ajaran Islam, al-Hadith mempunyai peranan penting setelah al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci dan pedoman hidup umat Islam diturunkan pada umumnya dalam kata-kata yang perlu dirinci dan dijelaskan lebih lanjut, agar dapat dipahami dan diamalkan. Sebagai utusan Allah, Nabi Muhammad mempunyai wewenang menjelaskan dan merinci wahyu Allah yang bersifat umum. Dalam surat an-Nahl (16) ayat 44 kalimat kedua Allah menyatakan, “dan kami turunkan kepadamu al-Qur’an, agar kamu (Muhammad) menjelaskan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka... “ Tugas menjelaskan wahyu Allah telah dilaksanakan oleh Rosulullah. Pada ayat tersebut kita dapati bahawasannya Nabi berfungsi dalam menjelaskan wahyu Allah kepada umat, singkat kata nabi juga berprofesi sebagai seorang pendidik bagi umatnya. Semua penjelasan yang disampaikan nabi tersebut kita kenal dengan istilah hadith atau sunnah rosulullah.

4.    Allah dalam Pemikiran Pendidikan Islam
Merujuk kepada informasi al-Qur’an bahwasannya pendidikan mencakup segala aspek jagat raya ini, bukan hanya terbatas pada manusia semata, yakni dengan menempatkan Allah sebagai Pendidik Yang Maha Agung. Konsep pendidikan al-Qur’an sejalan dengan konsep pendidikan Islam yang dipresentasikan melalui kata tarbiyah, ta’lim dan ta’dib.
Penggunaan kata pendidikan dalam pendidikan islam sendiri terdapat tiga istilah yang digunakan, yaitu al tarbiyah, al ta'lim dan al ta'dib. Jalaludin memberikan penjelasan tentang tiga istilah tersebut, bahwasannya kata al tarbiyah, al ta'lim dan al ta'dib semuanya merujuk kepada Allah. Tarbiyah merupakan bentukan dari kata rabb (رَبٌّ) atau rabba (رَبّا) mengacu kepada Allah sebagi Rabb al 'alamin. Sedangakan ta'lim mengacu pada kata 'allama, juga merujuk kepada Allah sebagai Dzat yang Maha 'Alim. Selanjutnya ta'dib seperti termuat pada sabda Rasulullah Saw. " addabany Rabby faahsana ta'diby" memperjelas bahwa sumber utama pendidikan adalah Allah Swt.[7]
Tarbiyah berasal dari kata Robba, pada hakikatnya merujuk kepada Allah selaku Murabby (pendidik) sekalian alam. Kata Rabb (Tuhan) dan Murabby (pendidik) berasal dari akar kata seperti termuat dalam ayat al-Qur’an:
وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرا ً
Artinya: “Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (Q.S. Al-Israa:24)
Menurut Syed Naquib Al-Attas, al-tarbiyah mengandung pengertian mendidik, memelihara menjaga dan membina semua ciptaan-Nya termasuk manusia, binatang dan tumbuhan.[8] Kata Rabb di dalam Al-Qur’an diulang sebanyak 169 kali dan dihubungkan pada obyek-obyek yang sangat banyak. Kata Rabb ini juga sering dikaitkan dengan kata alam, sesuatu selain Tuhan. Pengkaitan kata Rabb dengan kata alam tersebut seperti pada surat Al-A’raf ayat 61:
قَالَ يَاقَوْمِ لَيْسَ بِي ضَلاَلَة ٌ وَلَكِنِّي رَسُول ٌ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Artinya: “Nuh menjawab: Hai kaumku, tak ada padaku kesesatan sedikitpun tetapi aku adalah utusan Tuhan semesta alam.”
Pendidikan diistilahkan dengan  ta’dib, yang berasal dari kata kerja “addaba” . Kata al-ta’dib diartikan kepada proses mendidik yang lebih tertuju pada pembinaan dan penyempurnaan akhlak atau budi pekerti peserta didik. Kata ta’dib tidak dijumpai langsung dalam al-Qur’an, tetapi pada tingkat operasional, pendidikan dapat dilihat pada praktek yang dilakukan oleh Rasulullah. Rasul sebagai pendidik agung dalam pandangan pendidikan Islam, sejalan dengan tujuan Allah mengutus beliau kepada manusia yaitu untuk menyempurnakan akhlak.
Allah juga menjelaskan, bahwa sesungguhnya Rasul adalah contoh teladan bagi kamu sekalian.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَة ٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرا
artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”(Q.S. Al-Ahzab, 21)
Selanjutnya Rasulullah Saw meneruskan wewenang dan tanggung jawab tersebut kepada kedua orang tua selaku pendidik kodrati. Dengan demikian status orang tua sebagai pendidik didasarkan atas tanggung jawab keagamaan, yaitu dalam bentuk kewajiban orang tua terhadap anak, mencakup memelihara dan membimbing anak, dan memberikan pendidikan akhlak kepada keluarga dan anak-anak.
Pendidikan disebut dengan ta’lim yang berasal dari kata ‘alama berkonotasi pembelajaran yaitu semacam proses transfer ilmu pengetahuan. Dalam kaitan pendidikan ta’lim dipahami sebagai sebagai proses bimbingan yang dititikberatkan pada aspek peningkatan intelektualitas peserta didik.[9] Proses pembelajaran ta’lim secara simbolis dinyatakan dalam informasi al-Qur’an ketika penciptaan Adam As oleh Allah Swt. Adam As sebagai cikal bakal dari makhluk berperadaban (manusia) menerima pemahaman tentang konsep ilmu pengetahuan langsung dari Allah Swt, sedang dirinya (Adam As) sama sekali kosong.
Dari ketiga konsep diatas, terlihat hubungan antara tarbiyah, ta’lim dan ta’dib. Ketiga konsep tersebut menunjukkan hubungan teologis  (nilai tauhid) dan teleologis (tujuan) dalam pendidikan Islam sesuai al-Qur’an yaitu membentuk akhlak al-karimah.


BAB lll
KESIMPULAN
Pembahasan tentang Allah dalam pemikiran pendidikan Islam meletakkan Allah sebagai pelaku yang utama dalam pendidikan tersebut. Allah sebagai tuhan yang menciptakan segalanya merupakan sumber dari segalanya. Semuanya baik yang bersifat materi maupun immateri bersumber dari Allah. Pengetahuan yang diperoleh manusia merupakan pancaran yang diberikan Allah kepada manusia tersebut, walaupun manusia mendapatkan pengetahuan tersebut lewat usaha yang ia jalani, namun kebenarannya adalah pengetahuan yang ia dapati karena kehendak Allah, sedangkan usaha yang ia lakukan hanyalah sebab untuk mendapatkan pengetahuan dari-Nya.
Allah sebagai pendidik yang utama memberikan pengajaran yang disampaikan lewat al quran yang kemudian dijelaskan oleh Nabi Muhammad Saw. Sebagai pendidik kedua lewat hadith-hadith yang ia sampaikan. Sejalan dengan pembinaan yang dilakukan Allah terhadap Nabi Muhammad SAW., Allah juga meminta beliau agar membina masyarakat, dengan perintah untuk berdakwah. Dalam hal ini, Rasulullah bertindak sebagai penerima al-Qur’an bertugas menyampaikan petunjuk-petunjuk yang terdapat dalam al-Qur’an dan dilanjutkan dengan mensucikan dan mengajarkan manusia. Mensucikan diidentikkan dengan mendidik dengan pengetahuan yang diberikan Allah kepada Rasulullah yang bertujuan untuk membentuk manusia yang beriman kepada Allah Swt.
DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin, dkk. Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2002.
Harun Nasution. Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Jakarta: UI Press. 1978.
Jalaludin. Teologi Pendidikan Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2003.
Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1998.
Rasyidi, dkk. Islam Untuk Disiplin Ilmu Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang.1988.

Zuhairini, dkk. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.


[1] Rasyidi, dkk., Islam Untuk Disiplin Ilmu Filsafat,(Jakarta: Bulan Bintang,1988), h., 102.
[2] Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya,(Jakarta: UI Press, 1978), h. 15.
[3] Muhammad Daud Ali, Pendidikan Agama Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1998), 93.
[4] Ibid., 93-94
[5] Aminuddin dkk, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), 57-58.
[6] Zuhairini dkk, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1992), 76.
[7] Jalaludin, Teologi Pendidikan Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003 ), h., 73
[8] Ibid, h., 115.
[9] Ibid, h., 133

MAKALAH INTELEKTUAL ANDALUSIA (SEJARAH PERADABAN ISLAM)

BAB I
PENDAHULUAN
A.      LATAR BELAKANGMASALAH
Sejarah Islam merupakan salah satu bidang studi Islam yang banyak menarik perhatian para peneliti baik dari kalangan sarjana Muslim maupun non Muslim, karena banyak manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian tersebut. Bagi umat Islam, mempelajari sejarah Islam selain akan memberikan kebanggaan juga sekaligus peringatan agar berhati-hati, misalnya dengan mengetahui bahwa umat Islam dalam sejarah pernah mengalami kemajuan dalam segala bidang selama beratus-ratus tahun, akan memberikan rasa bangga dan percaya diri menjadi orang Islam. Demikian pula dengan mengetahui bahwa umat Islam juga mengalami kemunduran, penjajahan dan keterbelakangan, akan menyadarkan umat Islam untuk memperbaiki keadaan dirinya dan tampil untuk berjuang mencapai kemajuan.
Sesungguhnya sejarah sebuah kaum adalah materi utama untuk mendidik generasi penerusnya, terutama jika umat yang bersangkutan adalah umat yang berperadaban yang tinggi serta memiliki peranan yang besar dalam memajukan dunia. Saat ini, yang wajib dilakukan umat Islam adalah bagaimana agar mereka senantiasa belajar dari sejarah, baik tentang hal-hal yang positif maupun negatif. Dari sinilah akan ditemukan betapa sejarah umat Islam memiliki keunggulan dari sejarah umat yang lainnya. Pada saat Barat dan Eropa mengalami apa yang mereka sebut sebagai “zaman kegelapan,” justru peradaban Islam sedang mengalami kecemerlangan yang ditandai dengan pesatnya perkembangan dan inovasi ilmu pengetahuan. Dari peradaban Islam inilah, Eropa mendapatkan pencerahan untuk sampai kepada sebuah kebangkitan.
Berdasarkan dengan pernyataan di atas, penulis ingin memaparkan dan menjelaskan tentang sebuah sejarah dan peradaban besar Islam yang pernah tumbuh dan berkembang di benua Eropa, tepatnya di Negara Spanyol yang dulunya terkenal dengan nama “Andalusia”. Oleh karena itu, penulis ingin mengangkat sebuah makalah yang berjudul “Intelektual Andalusia.

B.       RUMUSAN MASALAH
1.                  Apa saja intelektual yang muncul di Andalusia?

C.      TUJUAN
1.      Untuk mengetahui kemajuan intelektual Andalusia pada sejarah Islam.

BAB II
INTELEKTUAL ANDALUSIA
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran). Banyak suku, agama, dan ras hidup bersama-sama di al-Andalus, dan masing-masing menyumbang terhadap kemajuan intelektual di Andalus.
Kemajuan intelektual al-Andalus bermula dari perseturuan intelektual antara Bani Umayyah yang menguasai al-Andalus, dengan Bani Abbasiyah yang berkuasa di Timur Tengah. Penguasa Umayyah berusaha memperbanyak perpustakaan dan lembaga pendidikan di kota-kota al-Andalus seperti Kordoba, untuk mengalahkan ibukota Abbasiyah Baghdad. Walaupun Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah saling bersaing, kedua kekhalifahan ini mengizinkan perjalanan antara kedua kekhalifahan ini dengan bebas, yang membantu penyebaran dan pertukaran ide serta inovasi dari waktu ke waktu.
Kalangan muslim Spanyol telah menorehkan catatan yang mengagumkan dalam sejarah intelektual pada  abad pertengahan di Eropa. Antara abad ke-8 dan ke-13 orang-orang yang telah berbicara bahasa arab telah membawa obor kebudayaan dan peradaban penting yang menyeruak menembus seluruh pelosok dunia. Selain mereka juga perantara yang menghubungakan ilmu dan filsafat Yunani klasik sehingga hasana kuno itu ditemukan kembali. Tak hanya mediator, mereka juga memberikan beberapa penambahan dan proses transmisi sedemikian rupa sehingga memungkinkan lahirnya pencerahan di Eropa. Dalam semua proses tersebut, bangsa Arab-Spanyol mempunyai andil yang sangat besar.[1]
Pada masa pemerintahan Islam pendidikan di Spanyol begitu meluas ke berbagai pelosok, sehingga sebagian muslim Spanyol bisa membaca dan menulis. Padahal, saat itu situasi Eropa belum sampai mengarah ke arah itu. Posisi wanita saat itu juga mendapatkan porsi pendidikan yang besar. Sebelumya ada larangan untuk mengajari wanita keterampilan menulis.[2]
Berikut beberapa bidang intelektual yang berkembang di Andalusia;
1.         Bidang Sains dan Teknologi
Membicarakan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Spanyol, tak bisa lepas dari kerja besar pembangunan peradaban yang dilakukan para pembawa risalah Islam ke kawasan Eropa. Tak bisa juga dipisahkan dari kajian etika serta syari’at Islam yang didakwahkan para da’i. Itulah yang mendorong semangat para ilmuwan Muslim Spanyol. Ilmu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain berkembang dengan baik.
Tak mengherankan jika temuan-temuan para ilmuwan muslim pada zaman ini sangat revolusioner. Jauh sebelum Wilbur Wright dan Oliver Wright menemukan pesawat terbang pada abad 20, usaha menemukan alat transportasi penerbangan sudah dilakukan oleh Abu Abbas Al-Fernass. Bahkan ia sudah mencoba terbang, meski kendaraan yang ditemukannya belum sempurna dan dia orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmuastronomi. Dia dapat menentukan berapa lama waktu terjadinya gerhana matahari dan berhasil membuat tropong moderen yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang.[3]
2.         Bidang Astronomi
Pengkajian ilmu astronomi berkembang dengan pesatnya pada masa ini. Para ahli ilmu perbintangan muslim saat itu berkeyakinan bahwa radiasi bintang-bintang besar pengaruhnya terhadap kehidupan dan kerusakan di muka bumi. Al-majiriyah dari Cordova, al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang sangat terkenal saat itu.
Beberapa tokoh terkemuka dibidang astronomi, antara lain:
a.    Nasiruddin at-Tusi, pendiri observatorium di Maragah, Asia Kecil. Dengan observatoriumnya, ia berhasil merekam perjalanan bintang dalam tabel astronomi Ilkhaniah. Sebuah bola berputar yang tersusun atas berbagai cincin membantu dalam penyelidikannya. Observatorium Maragah dilengkapi alat yang paling baik pada saat itu, antara lain alat pengamatan gerhana dan kedudukan bintang di cakrawala.
b.    Tsabit Ibn Qurra, ahli perbintangan yang memiliki observatorium penyelidik jarak matahari ke bumi. Ia mempelajari perjalanan matahari selama satu tahun.
c.    Al-Battani, oleh orang-orang Eropa lebih dikenal dengan nama Albategnius. Hasil pengamatan dalam observatoriumnya disalin kedalam bahasa latin, kemudian disusun kembali kedalam bahasa Arab.
d.   Abul Wafa, mengembangkan teori al-Battani dan berhasil menemukan teori tentang garis jalan bulan yang baru. Di Eropa jalan tersebut dinamakan variation. Untuk bisa menguasai teori yang ada dibuku Abul Wafa, para ilmuan Barat memerlukan waktu yang beratus tahun lamanya.
e.    Al-Farghani, di Eropa dikenal dengan nama Al-Faraganus. Dia ialah pelopor astronomi modern.
3.         Bidang Ilmu Matematika
Kemajuan dalam bidang matematika ditandai dengan munculnya sejumlah fisikawan muslim terkenal. Di antara mereka adalah al-Zahrawi dan al-Zuhry. Selaian terkenal sebagai fisikawan, mereka juga terkenal sebagai dokter. Al-Zahrawi hidup pada masa al-Hakam II, sedang al-Zuhry pada masa Abu Yusuf Ya’kub al-Mansur, Ubaidillah al-Muzaffar al-Bahily, selain sebagai fisikawan, juga dikenal sebagai pujangga.
4.         Bidang Filsafat
Sumbangan Islam dalam filsafat tak kurang pula terhadap dunia Barat. Minat filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M di masa Khilafah Bani Umayyah, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M). Karya-karya ilmiah dan filosofis dalam jumlah besar diimpor dari Timur, sehingga Cordova menjadi perpustakaan dan universitas besar yang dapat menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia Islam. Dalam keadaan ini, maka Spanyol banyak melahirkan filosof-filosof besar.
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh (Ibn Bajjah). Ia lahir di Saragosa, lalu pindah ke Sevilla dan Granada. Ia bersifat etis dan eskatologi dalam masalah yang dikemukakannya seperti al-Farabi dan Ibn Sina. Magnum opusnya adalah tadbir al-Mutawahhid. Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy (sebuah dusun kecil disebelah timur Granada. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Abad 12 sampai abad 16, aliran Ibn Rusyd (1126-1198 M) mendominasi lapangan filsafat di Iberia dan Eropa. Ibn Rusyd dari Cordova ini, dikenal sebagai komentator pikiran-pikiran Aristoteles sehingga dijuluki Aristoteles II. Ia juga memiliki ciri kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah tentang keserasian filsafat dan agama. Sedang al-Kindi terkenal dengan menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo-Platonis.[4]

5.         Bidang Ilmu Kedokteran
Dalam ilmu kedokteran, ilmuan Islam telah menyumbangkan peran sangat penting dan menentukan sejarah ilmu kedokteran modern. Beberapa tokoh terkemuka dan karyanya berikut ini telah menjadi saksi sejarah bagi ilmuan pada abad sekarang.
a.         Jabir ibn Hayyan, seorang dokter diawal kemajuan Islam. Ia dikenal sebagai Bapak Imu Kimia. Ia telah menulis puluhan buku penting mengenai ilmu kimia. Karya-karyanya menjadi rujukan penting bagi para kimiawan lainnya dan telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa asing.
b.         Abu Bakar bin Zakaria Ar Razi yang lebih dikenal dengan sebutan Ar Razi. Dikalangan Eropa lebih akrab dengan sebutan Rhazes Zakaria Ar-Razi adalah seorang ahli ilmu kedokteran pertama yang menulis masalah pengobatan secara medis atau ilmiah dan penemu air raksa. Karyanya adalah Al-Hawi hingga saat ini dijadikan rujukan ilmu kedokteran di dunia.
c.         Ibnu Sina mempunyai nama lengkap Husein bin Abdillah, ialah seorang dokter dan filsuf ternama. Di Eropa, Ibnu Sina dikenal dengan sebutan Avicenna. Di dunia Islam beliau dikenal sebagai ahli filsafat ketuhanan. Ibnu Sina dilahirkan bukan hanya untuk orang Islam tetapi kaum Yahudi dan zionis pun mengakuinya. Dalam dunia Islam Ibnu Sina dianggap sebagai zenith (puncak ilmu kedokteran). Karyanya yang berjudul al-Qunun Fi at-Tibb dan Asy-Syifa menjadi rujukan dunia ilmu kedokteran sampai saat ini. Oleh karena itu, beliau dikenal sebagai Bapak Kedokteran.

6.         Bidang Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra bermunculan, seperti Al-’Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.[5]

7.         Bidang Sejarah dan Hukum Islam
Ilmu sejarah dan sosiologi juga berkembang pesat di Andalusia semasa pemerintahan Islam. Ahli sejarah dan sosiologi yang menjadi peletak dasar teori-teori sejarah dan sosiologi banyak bermunculan pada masa ini. Mereka antara lain; Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374) seorang sejarawan yang pernah berkunjung ke Indonesia dan Asia Tenggara, Ibnu Jubair dari Valencia (1145 – 1228 M) seorang ahli sejarah dan geografi yang menulis sejarah negeri-negeri muslim Mediterania dan Cicilia, Ibnu Khaldun dari Tunis, seorang ahli filsafat sejarah yang terkenal dengan bukunya Mukaddimah.
Bidang ilmu-ilmu Islam juga turut berkembang pesat di Andalusia, yang pada akhirnya melahirkan tokoh-tokoh yang berkompeten di bidang ini, antara lain Ibnu Rusyd yang terkenal dengan karyanya; Bidayat al-Mujtahid Wa Nihayah al-Mukhtashid, dan Ibnu Hazm yang terkenal dengan karyanya; Al-Ahkam fi Ushul al-Ahkam, dan sebagainya.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kemajuan intelektual al-Andalus bermula dari perseturuan intelektual antara Bani Umayyah yang menguasai al-Andalus, dengan Bani Abbasiyah yang berkuasa di Timur Tengah. Walaupun Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah saling bersaing, kedua kekhalifahan ini mengizinkan perjalanan antara kedua kekhalifahan ini dengan bebas, yang membantu penyebaran dan pertukaran ide serta inovasi dari waktu ke waktu.
Kalangan muslim Spanyol telah menorehkan catatan yang mengagumkan dalam sejarah intelektual pada  abad pertengahan di Eropa. Mereka telah membawa obor kebudayaan dan peradaban penting yang menghubungakan Ilmu-ilmu dan filsafat Yunani klasik sehingga hasana kuno itu ditemukan kembali. Tak hanya mediator, mereka juga memberikan beberapa penambahan dan proses transmisi sedemikian rupa sehingga memungkinkan lahirnya pencerahan di Eropa. Dalam semua proses tersebut, bangsa Arab-Spanyol mempunyai andil yang sangat besar
Intelektual yang berkembang di Andalusia pada masa pemerintahan Islam antara lain;
1.         Bidang Sains dan Tehlonogi, beberapa  toko tokohnya  Abu Abbas Al-Fernass dan Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash.
2.         Bidang astronomi beberapa beberapa tokohnya adalah al-Zarqali, Ibn Aflah, dan Nasiruddin at-Tusi.
3.         Bidang ilmu Matematika  beberapa beberapa tokohnya al-Zahrawi, al-Zuhry, dan
Ubaidillah al-Muzaffar al-Bahily.
4.         Bidang Filsafat salah satu tokohnya adalah Ibn Rusyd.
5.         Bidang Ilmu Kedokteran beberapa beberapa tokohnya Jabir ibn Hayyan, Abu Bakar bin Zakaria Ar Razi, dan Ibnu Sina.
6.         Bidang Bahasa dan sastra salah satu tokohnya adalah Ibn Malik pengarang Alfiyah.
7.         Bidang Sejarah dan Hukum Islam beberapa tokoh diantaranya Ibnu Hazm dengan karyanya Jamharah al-Ahsab dan Rasail fi Fadl Ahlal Andalus, Ibnu Batutah (1304 – 1374).
Daftar Pustaka
Yatim, Badri. Sejarah Peadaban Islam (Jakarta: PT Rajagrfindo Persada, 2013).
Hitti, Phillip K. History of The Arabs (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,  2002).


[1] Philip k. Hitti, History of The Arabs (Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta,  2002), hal 708.
[2] Ibid., 716.
[3] Badri Yatim, Sejarah Peadaban Islam (Jakarta: PT Rajagrfindo Persada, 2013), hal 102.
[4] Ibid., 101-102.
[5] Ibid., 103.

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...