HOME

27 Februari, 2023

MAKALAH AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN DASAR UMUM BISNIS ISLAM

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR         2

BAB I PENDAHULUAN

1.     Latar belakang            4

2.     Rumusan Masalah       4

3.     Tujuan 4

BAB II PEMBAHASAN 

Ayat-Ayat yang Berkaitan dengan Dasar Umum Bisnis Islam

1.     Surat al-Baqarah (2), ayat : 29            5

2.     Surat al-Baqarah (2), ayat 30 :            6

3.     Surat al-Luqman (31) : 20       7

4.     Surat Al-Hadid (57) : 25         8

5.     Surat An-Nahl (16) : 10          9

6.     Surat An-Nahl (16) : 11          9

7.     Surat An-Nahl (16) : 12          10

8.     Surat An-Nahl (16) : 13          11

9.     Surat An-Nahl (16) : 14          11

BAB III PENUTUP

Kesimpulan 13

DAFTAR PUSTAKA          14

LAMPIRAN  15

 

BAB I

PENDAHULUAN

  • Latar belakang

Tafsir al-Quran adalah ilmu pengetahuan untuk memahami dan menafsirkan yang bersangkutan dengan Al-Qur'an dan isinya berfungsi sebagai mubayyin (pemberi penjelasan), menjelaskan tentang arti dan kandungan Al-Qur'an, khususnya menyangkut ayat-ayat yang tidak dipahami dan samar artinya. Kajian terhadap tafsir al-Qur’an mengalami proses yang cukup panjang dalam sejarah perkembangan ilmu tafsir. Proses penafsiran pada setiap masa memiliki kecenderungan berbeda, sehingga akan menghasilkan produk tafsir yang berbeda pula. Kemampuan setiap manusia atau seorang penafsir Al-Qur’an dalam menafsirkan Al-Quran bertingkat-tingkat pula kecenderungan manusia juga berbeda-beda, sehingga pesan-pesan yang adapun dapat berbeda antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan inilah yang kemudian menjadi obyek kajian tafsir sebagai suatu proses penafsiran dan tafsir sebagai suatu produk ekslampar kitab-kitab tafsir. 

Dibawah ini merupakan makalah yang membahas ayat-ayat yang berkaitan dengan dasar umum bisnis islam, yang dimana terdapat asbabun nuzulnya sebelum ayat itu diturunkan oleh Allah SWT. 

  •  Rumusan Masalah
    1.  Bagaimana hukum bisnis dalam Islam?
    2.  Bagaimana penjelasan dalil dalam Alquran tentang bisnis?
    3.  Bagaimana tafsiran ayat Alquran tentang bisnis  Islam?
    4.  Bagaimana munasabah antara Ayat tersebut?
  • Tujuan 
    1.  Untuk mengetahui bisnis dalam hukum Islam.
    2.  Mengetahui ayat yang menjelaskan tentang hukum dasar dari bisnis islam.
    3.  Untuk mengetahui hukum bisnis Islam yang ada dalam ayat.
    4.  Mengetahui tentang pentafsiran ayat Alquran yang menjelaskan tentang dasar bisnis.

BAB II

PEMBAHASAN

Ayat-Ayat yang Berkaitan dengan Dasar Umum Bisnis Islam

1.   Surat al-Baqarah (2), ayat : 29

هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ٢٩

29.  Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.

Mufradat : 

اسْتَوٰٓى = Dia menuju

فَسَوّٰىهُنَّ = maka Dia menyempurnakan

سَمٰوٰتٍ = langit

Munasabah : 

Pada ayat yang lalu diterangkan sikap orang-orang kafir terhadap perumpamaan-perumpamaan yang telah disebutkan Allah, terhadap perjanjian mereka dengan Allah dan terhadap tingkah laku mereka yang merusak agama, manusia, dan kemanusiaan. Pada ayat ini Allah swt mencela sikap orang kafir itu dan memerintahkan mereka agar memperhatikan dirinya, kehidupannya,  kejadiannya, dan ke mana mereka akan kembali. Allah menerangkan bahwasannya Allah menciptakan orang-orang kafir dan semua perkara yang dilihat oleh orang-orang kafir itu termasuk bukti akhir dari penciptaan langit dan bumi titik.

Penafsiran Surat al-Baqarah (2), ayat 29 :

Allah-lah semata yang menciptakan semua yang ada di muka bumi ini bagi kalian, dari seluruh jenis kenikmatan yang dapat kalian manfaatkan. Kemudia Dia berkehendak menciptakan langit-langit dan menjadikannya tujuh lapisan langit. Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Dan IlmuNya meliputi seluruh apa yang diciptakanNya.

2.               Surat al-Baqarah (2), ayat 30 :

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ ٣

30.  Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Mufradat : 

خَلِيْفَةً = Khalifah yang berarti pengganti

Munasabah :

Ayat-ayat ini mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Ny kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat kepada nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan mengingkari nikmat-nikmat-Nya itu. Kemudian para ayat-ayat ini Allah swt menerangkan nikmat-Nya yang jauh lebih besar, yang disyukuri oleh semua keturunan Adam a.s dengan cara menaati perintah-perintahNya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhadap-Nya. Nikmat tersebut ialah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi.

Penafsiran Surat al-Baqarah (2), ayat 30 :

Sebutkanlah wahai Rasul, kepada manusia, yaitu ketika Allah berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan di muka bumi sekumpulan makhluk yang sebagian mereka akan menggantikan sebagian lainnya untuk memakmurkannya.” Para malaikat berkata, “Wahai Tuhan kami, beritahulah kami dan tunjukilah kami hikmah di balik penciptaan mereka itu, sedang sifat mereka itu melakukan kerusakan di muka bumi dan menumpahkan darah secara zhalim dan sewenang-wenang, sementara kami selalu taat terhadap perintahMu, kami menyucikanMu dengan penyucian yang sesuai dengan Sifat-sifatMu yang terpuji dan kebesaranMu, serta mengagungkanMu dengan seluruh sifat kesempurnaan dan keagungan?” Allah menjawab dengan berfirman kepada mereka, “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui hal-hal yang tidak kalian mengerti yang mengandung kemaslahatan besar pada penciptaan mereka.”

3.               Surat al-Luqman (31) : 20

اَلَمْ تَرَوْا اَنَّ اللّٰهَ سَخَّرَ لَكُمْ مَّا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَاطِنَةً ۗوَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُّجَادِلُ فِى اللّٰهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَّلَا هُدًى وَّلَا كِتٰبٍ مُّنِيْرٍ ٢٠

20.  Tidakkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan nikmat-Nya untukmu lahir dan batin. Tetapi di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa Kitab yang memberi penerangan.

Mufradat : 

اَسْبَغ = kata dasarnya sabaga yang berarti “sempurna” atau “luas”

نِعَمَهٗ = nikmat-Nya

عِلْمٍ = ilmu pengetahuan

Munasabah :

Pada ayat sebelumnya diterangkan bukti-bukti keesaan Allah, dan hikmah yang diberikan-Nya kepada Lukman sehingga ia mengetahui akidah yang benar dan akhlak yang mulia. Kemudian akhlak dan akidah itu diajarkan dan diwariskan kepada anaknya. Pada ayat ini, Allah mencela sikap orang musyrik yang selalu menyekutukan-Nya padahal amat banyak yang dapat dijadikan bukti tentang keesaan dan kekuasaan-Nya, di langit dan di bumi. Namun demikian, mereka lebih suka mengikuti ajakan Rasulullah yang membawa mereka pada kebahagiaan.

Penafsiran Surat al-Luqman (31), ayat 20 :

Perbuatan yang ditunjukkan dalam ayat ini menunjukkan Zat yang melakukan, Allah swt, karena Dia menundukkan objek-objek besar, seperti matahari, bulan, bintang, awan, angin, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Semua itu ditundukkan dan dimiliki Allah swt. Dia-lah yang menundukkan apa pun yang ada di langit dan bumi untuk kalian. Kalian jadikan sebagai penerang di siang dan malam, Allah swt. mempermudah seluruh simpanan bumi seperti barang tambang, sungai laut, pohon, tanaman, buah-buahan, dan berbagai manfaat lain yang bisa dimakan dan diminum. 

Allah swt menyempurnakan nikmat-nikmat-Nya suntuk kalian secara lahir dan batin, seperti nikmat nyata yaitu diturunkannya kitab dan diutusnya rasul, seperti itu juga nikmat kesehatan, fisik yang baik, harta, dan lainnya. Namun, mereka tetap saja mendebatkan keesaan Allah swt, sifat-sifat Allah dan diutusnya para rasul tanpa dalil rasional dan hujjah yang benar, alasan mereka tidak lain hanya mengikuti tradisi para leluhur, secara buta, emngikuti hawa nafsu dan setan karena mereka mngingkari Allah swt, mempersekutukan berhla dalam uluhiyah.

4.               Surat Al-Hadid (57) : 25 

لَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنٰتِ وَاَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتٰبَ وَالْمِيْزَانَ لِيَقُوْمَ النَّاسُ بِالْقِسْطِۚ وَاَنْزَلْنَا الْحَدِيْدَ فِيْهِ بَأْسٌ شَدِيْدٌ وَّمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗ وَرُسُلَهٗ بِالْغَيْبِۗ اِنَّ اللّٰهَ قَوِيٌّ عَزِيْزٌ ٢٥

25.  Sungguh, Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan bukti-bukti yang nyata dan kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan, hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya walaupun (Allah) tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Mahakuat, Mahaperkasa. 

Mufradat : 

الْكِتٰبَ = Al-Kitab

الْحَدِيْدَ = dalam terminolgi bahasa Arab yang berarti besi

 Munasabah :

Pada ayat-ayat sebelumnya diterangkan bahwa Allah tidak memerlukan Sesuatu pun dari makhluk-Nya, tetapi Dialah yang diperlukan oleh makhluk-Nya, karena Dialah yang menentukan nikmat-nikmat yang akan diterima seluruh makhluk ciptaan-Nya. Pada ayat berikut diterangkan nikmat Allah yang penting bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di khirat, yaitu pengutusan para rasul yang menyampaikan petunjuk-Nya dan besi sebagai benda yang banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia dan bagi kepentingan menegakkan agama Allah.

 Penafsiran Surat al-Hadid (57), ayat 25 :

  Ayat ini menerangkan bahwasannya Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah mengutuspara nabi lewat Para malaikat nya Allah.  Allah mengutus para nabinya dengan bukti-bukti yang jelas dan juga Allah menurunkan an-nur sama para nabi dengan kitab-kitabnya dan juga dengan keadilannya. Tujuan  dari diturunkannya para nabi dengan timbangan keadilan yaitu supayaumat manusia bisa berbuat adil. Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga menciptakan besi-besi yang sangat kuat yang mana besi tersebut keluar dari bumi(pertambangan). 

 Besi itu pula bisa dimanfaatkan oleh manusia.  Tujuan Allah menurunkan besi-besi yang sangat kuat tersebut yaitu agar manusia tahu bahwasannya hanya Allah yang bisa menolong mereka lewat perantara Rasulullah. Yang dimaksud dengan lewat perantara Rasulullah yaitu lewat ajaran-ajaran yang diberikan oleh Rasulullah baik itu agama yang dibawa Rasulullah Yang dijelaskan dalam kitab-kitab Rosulullah.

5.               Surat An-Nahl (16) : 10

هُوَ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنَ السَّمَاۤءِ مَاۤءً لَّكُمْ مِّنْهُ شَرَابٌ وَّمِنْهُ شَجَرٌ فِيْهِ تُسِيْمُوْنَ  ١٠

10.  Dialah yang telah menurunkan air (hujan) dari langit untuk kamu, sebagiannya menjadi minuman dan sebagiannya (menyuburkan) tumbuhan, padanya kamu menggembalakan ternakmu.

Mufradat : 

 شَجَرٌ= syajar, yang berarti pohon yang kokoh bukan yang merambat.

مَاۤءً\ = air/hujan 

Munasabah :

Pada ayat sebelumnya menerangkan bahwasannya Allah telah menciptakan hewan-hewan karena seperti halnya kambing, sapi, dll. Tujuan Allah menciptakan hewan-hewan tersebut supaya bisa dimanfaatkan oleh manusia. Kemudian pada ayat ini juga diterangkan tentang ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala yang berupa hujan atau air. Ayat ini menjelaskan seperti halnya ayat sebelumnya untuk menjelaskan ciptaan Tuhan yang bisa dimanfaatkan oleh makhlukNya. ayat ini menjelaskan tentang memanfaatkan air dan diberikan oleh Allah subhanahu wa ta'ala agar digunakan untukmeminum dan juga untukmenyuburkan tanaman untuk dimakan.

Penafsiran Surat al-Nahl (16), ayat 10 :

Ayat ini dan ayat-ayat berikut adalah perincian argumentsi keesaan Allah swt. sekaligus uraian tentang aneka nikmat-Nya. Kalau ayat yang lalu berbicara tentang manusia dan binatang, disini diuraikan tentang tumbuh-tumbuhan yang merupakan bahan pangan dan kebutuhan manusia dan binatang.

Ayat ditas mengingatkan manusia dengan tujuan agar mereka mensyukuri Allah dan memanfaatkan dengan baik anugerah-Nya bahwa Dia Yang Maha Kuasa itulah, yang telah menurunkan dari arah langit, yakni awan, air hujan untuk kamu manfaatkan. Sebagiannya menjadi minuman yang segar dan sebagian lainnya menyuburkan tumbuh-tumbuhan, yang padanya, yakni ditempat tumbuhnya, kamu menggembalakan ternak kamu sehingga binatang itu dapat makan dan pada gilirannya dapat menghasilkan untuk kamu susu, daging, dan bulu.

6.               Surat An-Nahl (16) : 11

يُنْۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُوْنَ وَالنَّخِيْلَ وَالْاَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ١١

11.  Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untuk kamu tanam-tanaman, zaitun, kurma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.

Mufradat : 

الزَّرْعَ = tumbuh-tumbuhan

الثَّمَرٰتِ = buah-buahan

 Munasabah :

 Pada ayat sebelumnya diterangkan bahwasannya air untuk menyuburkan Tanaman yang dimakan oleh manusia. Sama halnya dengan ayat ini juga menerangkan tentang menanam tumbuh-tumbuhan dengan air hujan. Ayat ini juga termasuk dari penjelasan atau perincian dari ayat sebelumnya tentang penggunaan air hujan untuk pertumbuhan tanaman titik ayat ini juga menjelaskan secara terperinci penggunaan air terhadap tanaman yang bisa dimanfaatkan oleh manusia.  yang mana tumbuhan tersebut bisa dimanfaatkan oleh makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk makanan sehari-hari.

 Penafsiran Surat al-Nahl (16), ayat 11 :

 Ayat di atas menerangkan tentang perintah dari Allah untuk mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Ayat tersebut juga menjelaskan tentang penggunaan air yang digunakan untuk menanam tumbuhan.  Ayat tersebut menunjukkan kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala dengan adanya tumbuh-tumbuhan yang bisa dimanfaatkan oleh umat manusia.

7.               Surat An-Nahl (16) : 12

وَسَخَّرَ لَكُمُ الَّيْلَ وَالنَّهَارَۙ وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ ۗوَالنُّجُوْمُ مُسَخَّرٰتٌۢ بِاَمْرِهٖ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَۙ ١٢

12.  Dia menundukkan malam dan siang, matahari dan bulan untukmu, dan bin-tang-bintang dikendalikan dengan perintah-Nya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang mengerti,

Mufradat : 

الَّيْلَ = malam

اِنَّ = sesungguhnya

Munasabah :

Munasabah dari ayat ini sama halnya seperti ayat yang sebelumnya. Ayat ini juga menerangkan tentang kebesaran Allah. Ayat sebelumnya menerangkan tentang kebesaran Allah berupa ciptaannya yaitu air hujan yang bisa dimanfaatkan oleh semua umat manusia. sedangkan ayat ini juga menerangkan tentang kebesaran Allah yaitu tu perpindahan malam dan siang. Yang mana perpindahan malam dan siang ini  bukti dari kebesaran Allah subhanahu wa ta’ala yang berupa nikmat yang diberikan oleh Allah kepada makhlukNya.

 

Penafsiran Surat al-Nahl (16), ayat 12 :

 Ayat ini menjelaskan tentang kebesaran  Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Disini Allah menjelaskan tentang penciptaan matahari, Bulan, Bintang, dll. Ayat ini juga menjelaskan tentang perpindahan siang dan malam.

8.               Surat An-Nahl (16) : 13

وَمَا ذَرَاَ لَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُخْتَلِفًا اَلْوَانُهٗ ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّذَّكَّرُوْنَ ١٣

13.  dan (Dia juga mengendalikan) apa yang Dia ciptakan untukmu di bumi ini dengan berbagai jenis dan macam warnanya. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran.

Mufradat : 

لَكُمْ = bagi kalian

ذَرَاَ = yang berarti penciptaan (dalam bentuk pengembangbiakan dengan cara apapun)

Munasabah :

Ayat tersebut juga sama menjelaskan tentang kebesaran Allah. Tetapi Ayat tersebut lebih menjelaskan terhadap perbedaan perbedaan bentuk ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ayat tersebut juga menjelaskan perbedaan ciptaan Allah subhanahu wa taala dalam macam-macam warnanya.

Penafsiran Surat al-Nahl (16), ayat 13 :

Ayat di atas menjelaskan tentang kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Penjelasan tentang kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam ayat tersebut yaitu menjelaskan tentang ciptaan-ciptaan Allah atau makhluk Allah yang berbeda-beda baik dalam segi bentuk ataupun dalam segi warna-warnanya.  Maksud dari ما ذرأ لكم في الأرض  dalam ayat tersebut menjelaskan tentang ciptaan Allah yang berada di bumi untuk manusia yaitu berupa hewan-hewanan dan tumbuh-tumbuhan. Maksud dari ayat مختلفا ألواتنه yaitu menjelaskan bahwasannya Allah menciptakan perbedaan dalam segi warna nya agar manusia bisa membedakan. Ayat tersebut menjelaskan tentang kebesaran Allah yang sudah dijelaskan pada ayat-ayat sebelumnya.

9.               Surat An-Nahl (16) : 14

وَهُوَ الَّذِيْ سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُوْا مِنْهُ لَحْمًا طَرِيًّا وَّتَسْتَخْرِجُوْا مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُوْنَهَاۚ وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيْهِ وَلِتَبْتَغُوْا مِنْ فَضْلِهٖ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ ١٤

14.  Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur.

Mufradat : 

الْبَحْرَ = lautan

تَرَى = yang berarti kamu lihat ditujukan kepada siapa pun yang dapat melihat dengan pandangan mata atau dengan nalar 

Munasabah :

Ayat ini juga sama hanya dengan ayat sebelumnya karena ayat ini menjelaskan tentang kebesaran Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tetapi ayat ini menjelaskan kebiasaan Allah lebih condong terhadap lautan lautan dan isinya yang dapat dimanfaatkan oleh umat manusia.

Penafsiran Surat al-Nahl (16), ayat 14 :

 Pada surat an-nahl ayat 14 Allah Subhanahu Wa Ta’ala menciptakan lautan untuk  dimanfaatkan makhluk Allah. Dalam lautan tersebut Allah juga menjelaskan adanya daging (ikan) yang ada di dalam lautan. Allah juga menjelaskan bahwa didalam laut itu ada perhiasan seperti mutiara dll. Dalam pembahasan terakhir di ayat ini menjelaskan tentang memenfaat kan lautan untuk berlayar atau mencarai ikan. Pembahasan terakhir dari ayat ini menekankan pada perdagangan yang sekarang sudah diblakukan para nelayan.



BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Pada hakekatnya semua yang ada di bumi ini adalah ciptaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tetapi Allah menciptakan semua yang ada di bumi ini untuk dimanfaatkan makhlukNya terutama pada manusia. Maka oleh sebab itu Allah Subhanahu Wa Ta’ala juga menjelaskan cara memanfaatkan ciptaan yang sudah diberikan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’Ala kepada makhlukNya. Tetapi untuk memanfaatkan ciptaan Allah tersebut kita sebagai manusia harus tahu memanfaatkan secara hukum dalam Islam karena Karena Allah telah memberikan cara yang baik jelaskan dalam ayat Alquran ataupun al-hadits.

Tetapi dalam pembahasan kali ini menekankan terhadap hukum dasar bisnis dalam Islam yang dijelaskan melalui ayat-ayat Alquran. Allah menjelaskan dalam ayatnya semua yang diciptakan dalam bumi ini ciptakan untuk dimanfaatkan makhlukNya dengan cara yang baik dan sesuai dengan hukum dan syariat Islam.  Juga dijelaskan dalam ayat ayat yang ada disitu menjelaskan tentang kebesaran Allah yang diperuntukkan untuk dimanfaatkan manusia. Seperti lautan, air hujan, hewan-hewan, pertambangan, dll


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Pengertian Budaya, Unsur, Wujud, Dan Fungsi Menurut Para Ahli
  2. Ekonomi : Pengertian, Jenis: Produksi, Distribusi, Dan Konsumsi
  3. Makalah Ayat-Ayat Yang Berkaitan Dengan Dasar Umum Bisnis Islam
  4. Makalah Tafsir Ayat Tentang Penjualan Jasa (Ijarah)
  5. Contoh Simulasi Usaha ’’Kewirausahaan’’
  6. Proses Penyelesaian Mediasi Di Pengadilan
  7. Jelaskan Kronologi Pengharaman Riba’ Sesuai Dengan Ayat-Ayat Tafsir Hukum Ekonomi Syariah
  8. Apa yang saudara fahami dari ayat dibawah ini, yg konteksnya dengan Etika Bisnis Islam


DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Tafsirnya (Edisi yang Disempurnakan) (Jakarta: Widya Cahaya, 2011).

Dr. Hikmat Basyir, dkk. Tafsir Muyassar Memahami Al-Qur’an Dengan Terjemahan dan Penafsiran Paing Mudah (Jakarta: Darul Haq, 2016).

Muhammad M. Quraish Shihab, Tafsi AL-Mishbah (Jakarta: Lentera Hati, 2002).

Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, Tafsir Al-Wasith (Jakarta: Gema Insani, 2013).

مام أبي الفدا إسماعيل. تفسير ابن كثير. (بيروت لبنان: دار الفكر، 1984 

 (جلال الدين محمد. تفسير جلالين.(بيروت لبنان:دار الفكر

24 Februari, 2023

Filsafat Seni dan Estetika dilengkapi Uraian Pokok Bahasannya

Ketika kita bekerja menggarap sesuatu secara sungguh-sungguh, pasti akan ada masa di mana kita terbentur dengan pertanyaan mendasar mengenai pekerjaan yang kita lakukan. Sebetulnya apa yang sedang kita kerjakan? Apa maknanya bagi kita? Apa artinya pekerjaan ini bagi masyarakat? Apakah hal yang kita lakukan memberikan manfaat pada umat manusia?

Begitu juga dengan seorang seniman atau publik seni pada umumnya. Pada suatu titik mereka akan bertanya mengenai sebetulnya apa yang sedang mereka lakukan? bahkan apa sebenarnya yang dimaksud dengan seni itu sendiri. Pada kondisi inilah biasanya insting berfilsafat akan tumbuh.

Bisa jadi pada satu titik seorang seniman akan lumpuh dalam berkarya karena merasa pekerjaan yang dilakukannya tidak memiliki arti. Mungkin ia juga akan beralih profesi pada pekerjaan lain yang benefit finansialnya lebih baik. Namun, dalam masa yang penuh akan keraguan dan pertanyaan ini, bisa jadi kita menemukan hal yang sebenarnya ingin kita geluti. Misalnya, bisa jadi sebetulnya kita lebih menerima seni sebagai ilmu terapan yang akan mengantarkan kita menjadi seorang desainer.

Dengan mengetahui betul apa yang sebenarnya kita lakukan, maka kita akan lebih yakin dan tidak ragu dalam menggarap apa pun yang sedang kita geluti. Hasilnya pun akan lebih maksimal dan lebih menggambarkan karakteristik utuh dari apa yang kita yakini sebagai seni.

Tentunya, buah pemikiran mengenai seni ini amatlah banyak dan sangat luas cakupannya. Berbagai pemikiran, pertanyaan, keraguan, dan pesimis ini adalah akar dari segala ilmu yang kini telah tumbuh subur di segala bidang. Apa yang sedari tadi kita pikirkan, pertimbangkan, dan pertanyakan tak lain dan tak bukan adalah filsafat. Spesifiknya, filsafat seni dalam aplikasinya pada kehidupan sehari-hari.

Filsafat Seni

Filsafat seni adalah kajian masalah umum dan mendasar mengenai “apa itu seni?” secara sistematis melalui metode-metode ilmiah untuk mendapatkan pemahaman serta kebijaksanaan yang lebih baik dari berbagai pemahaman dan sesuatu yang telah disetujui saat ini.

Intinya, melalui filsafat seni kita terus berusaha untuk mencari tahu mengenai seni baik dari sisi intrinsik (filsafat seni sebagai filsafat) maupun sisi ekstrinsiknya (bersangkutan dengan masyarakat, dsb). Beberapa pertanyaan yang dapat tersirat dari filsafat seni meliputi: “Apakah seni itu harus selalu indah?”, “Apakah seni harus memiliki nilai guna?”, “Bagaimana kaitan sains dengan seni? apakah seni memiliki manfaat untuk manusia?”, dsb.

Filsafat adalah bidang ilmu yang harus dibarengi dengan pemahaman penuh pada dasar-dasar logika dan rasio yang digunakan untuk mempertanyakan dan mempersoalkan hakekat dasar dari suatu bidang. Di sini hanya akan dibahas berbagai pengetahuan umum dan mendasar perihal filsafat seni, tidak akan ada pertanyaan kontroversial ataupun pengolahan ide radikal.

Filsafat seperti pedang bermata dua, tanpa mengerti cara menggunakannya kita dapat melukai jendela pemikiran kita sendiri, atau yang lebih buruk: tidak akan mendapatkan apa-apa. Di bawah ini adalah tautan artikel yang menjelaskan pengertian, ciri, serta contoh filsafat yang dapat digali terlebih dahulu sebelum kita menyelami filsafat seni lebih jauh.

Manfaat Filsafat Seni

Kebanyakan orang hanya terbawa oleh arus dan menerima pendapat pengertian seni seperti yang telah mereka dengar dan alami sehari-hari. Cara berpikir analog/mekanis seperti itu akan mengakibatkan karya seni menjadi seragam dalam suatu zaman. Dengan demikian kita tidak akan mampu mengadakan perkembangan terhadap dunia seni. Pertanyaan filosofis tentang seni akan membuat kita menjadi kritis, sehingga mampu memberikan perubahan dan perkembangan bagi budaya seni.

Maka dari itu, seorang seniman pada akhirnya harus memiliki filsafat seninya sendiri dan mampu mengaplikasikan pada karyanya agar dapat memberikan perkembangan bagi budaya seni. Karena itulah pemahaman pada filsafat seni sangatlah penting.

Tanpa pemahaman yang baik pada filsafat seorang seniman hanya mampu mengepul informasi dari berbagai teori filsafat lalu menjadikannya sebagai sikap hidup berkeseniannya. Misalnya seorang seniman yang banyak membaca berbagai literasi sosialis akan menggunakan prinsip-prinsip teori tersebut terhadap karyanya dan memberikan pesan moral positif. Hal tersebut memang tidak apa-apa, justru bagus, seniman tersebut memberikan kontribusi nyata bagi budaya seni.

Sayangnya hal tersebut justru kurang bersimpangan dengan filsafat. Seseorang yang mengepul informasi yang telah ada lalu mengaplikasikannya adalah seorang teknokrat, bukan filsuf. Walaupun pengalaman dan dedikasi seorang teknokrat sangat baik, tetapi ada kebutuhan yang belum dipenuhi untuk perkembangan seni itu sendiri; pemikiran baru yang tumbuh dari filsuf seni. Karenanya berfilsafat tetap dibutuhkan untuk menghadirkan pesona baru bagi karya seni yang digarap.

Filsafat Seni dan Estetika

Awalnya hubungan filsafat dan seni selalu dikaitkan dengan estetika. Hal itu terdengar sangat masuk akal bagi nalar kita, karena estetika adalah filsafat yang mempertanyakan keindahan. Tetapi hari ini dunia seni telah sadar bahwa seni tidak harus selalu indah. Terdapat banyak komponen lain dari nilai/output yang diberikan oleh karya seni selain kecantikannya. Maka dari itu diperlukan suatu bidang khusus selain estetika untuk mempersoalkan hakekat seni; filsafat seni.

Estetika mempersoalkan hakekat keindahan alam dan karya seni, sementara filsafat seni mempersoalkan hanya karya seni atau definisi seni itu sendiri. Jadi, boleh dikatakan perbedaan yang paling signifikan dari estetika dan filsafat seni adalah objek materialnya. Beberapa perbedaan lainnya dibahas pada table dibawah ini

Pokok Bahasan

Filsafat Seni 

Estetika

Ekspresi

Mengekspresikan gagasan dan perasaan

Tidak menggagaskan sesuatu

Komunikasi/ Pertanyaan

Seni menimbulkan pertanyaan maksud/tujuan dari seniman

Keindahan alam tidak dibuat oleh manusia

Aktivitas                   

Seni dapat meniru alam

Alam tidak dapat meniru seni

Kegunaan                 

Dapat memiliki manfaat praktis  dan indah (perkakas: belati, gelas, dll)

Tidak perlu manfaat praktis untuk menjadi indah

 

Pokok Bahasan Filsafat Seni

Dalam studi filosofis, persoalan selalu muncul dari pertanyaan. Pertanyaan filosofis dari dulu sampai sekarang masih tetap sama, yaitu sesederhana “Apakah seni itu?” pertanyaan yang selalu sama dan sederhana itu nyatanya memunculkan banyak pendapat yang berbeda-beda dan tidak pernah usai dari masa ke masa.

Dalam pertanyaan filosofis kita tidak akan hanya mempertanyakan dari satu sudut pandang/bagian. Seperti dalam dalam seni rupa kita tidak akan hanya mempersoalkan karya seni atau produk seni itu sendiri, tetapi juga aktivitasnya, keterlibatan pihak luar dalam proses hingga ke medan yang dilaluinya. Menurut Jakob Sumardjo (2000, hlm.29) terdapat enam pembahasan pokok dalam filsafat seni, yaitu:

1.         Benda seni

2.         Pencipta seni

3.         Publik seni

4.         Konteks seni

5.         Nilai-nilai seni

6.         Pengalaman seni

Benda Seni

Pokok persoalan seni tentunya diawali oleh wujud konkret yang terindera dan teralami oleh manusia. Tanpa lahirnya benda seni tidak akan muncul persoalan-persoalan seni diatas. Dalam pokok bahasan benda seni dibahas material seni dan atau medium seni. Seni terwujud berdasarkan medium tertentu baik indera pendengaran, pengelihatan, atau gabungan keduanya dan lain-lain. Setiap medium memiliki ciri khasnya sendiri dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Penggolongan tersebut akan melahirkan ilmu-ilmu seni khusus, seperti ilmu sastra, ilmu seni tari, ilmu seni teater, dan lain-lain.

Dalam persoalan benda seni biasanya akan dipermasalahkan apakah suatu karya seni merupakan peniruan kenyataan/alam (mimesis) atau seni merupakan ekspresi jiwa manusia. Dalam rekaman sejarah, debat tentang pokok persoalan tersebut telah dimulai sejak Plato dan Aristoteles dan tak pernah usai hingga sekarang. Persoalan subjektivitas dalam seni (ekspresi) dan objektivitas (mimesis) berlangsung di lingkungan penciptaan (seniman) dan pengamatan (evaluasi kritikus). Benda seni juga mungkin akan mempermasalahkan analisis bentuk da isi seni. Perdebatan yang terjadi dalam konteks ini juga tidak kalah sengit.

Pencipta Seni

Persoalan seni dan seniman menyangkut masalah kreativitas dan ekspresi. Apa itu kreativitas? Apa yang dimaksud ekspresi, dan apa bedanya dengan representasi? Gender juga dapat menjadi pertanyaan, apakah seniman seni berjenis kelamin wanita berbeda dengan seniman lelaki? Pribadi seniman juga akan dipermasalahkan, karena biasanya akan menimbulkan gaya atau style yang berbeda dari setiap individu.

Publik Seni

Seni adalah bentuk komunikasi antar pencipta dan apresiatornya. Seni tidak dapat disebut seni tanpa pengakuan masyarakat seni dan atau dengan masyarakat umumnya. Seniman disebut seniman oleh masyarakat karena status yang diperjuangkannya. Seni itu publik, maka persoalan-persoalan komunikasi, nilai-nilai masyarakat menjadi persoalan seni juga. Apresiasi, insitusi, jarak estetik, empati tidak selalu mencakup seluruh masyarakat, terkadang mungkin ada beberapa pihak yang tidak setuju untuk menerima produk seni. Maka dipersoalkan juga karakteristik masyarakat melalui kajian sosiologi, psikologi dan antropologi seni.

Nilai Seni

Benedetto Croce berpendapat bahwa karya seni atau benda seni tidak pernah ada, sebab seni itu terdapat pada jiwa setiap penanggapnya. Disini dibacarakan nilai-nilai seni yang diciptakan sendiri oleh penanggap seni terhadap sesuatu yang diperlakukannya sebagai benda seni. Disitulah persoalan seni paling rumit dibicarakan dalam pembicaraan mendasar tentangnya. Persoalan seni sebetulnya adalah persoalan nilai-nilai tadi sehingga dalam bidang filsafat kajian seni dikategorikan dalam kelompok kajian tentang nilai, sejajar dengan etika dan logika.

Pengalaman Seni

Seni bukan hanya masalah komunikasi belaka, seni tidak hanya menyampaikan informasi. Komunikasi seni adalah komunikasi nilai-nilai berkualitas, baik kualitas perasaan maupun kualitas medium seni itu sendiri. “Singkat kata, komunikasi seni adalah komunikasi pengalaman yang melibatkan kegiatan nalar, emosi, dan intuisi.”(Jakob Sumardjo, 2000, hlm. 31). Seperti Croce pada nilai seni ada juga yang berpendapat bahwa hakikat itu ada pada pengalaman, bukan benda atau nilai. Memasuki pengalaman seni berarti merasakan pengalaman sejenis dengan pengalaman saat kita sedang merasa terancam bahaya, puas saat memakan masakan yang enak atau euphoria saat memenangkan kontes tertentu.

Simpulan

Persoalan seni ternyata melibatkan berbagai pokok tinjauan, satu sama lain berikatan. Masing-masing pokok seni dapat bersanding dengan baik atau bertentangan. Persoalan benda seni akan melibatkan pembicaraan tentang nilai-nilai dan pengalaman seni yang diperoleh, sedangkan persoalan nilai-nilai akan berkaitan dengan public seni dan konteks sosial-budaya.

Semua pemaparan di atas memperlihatkan bahwa persoalan seni bukanlah persoalan yang mudah dijawab. Dengan menggunakan pokok bahasan tersebut kita dapat mulai mempertanyakan pertanyaan filosofis kita sendiri dengan cara yang lebih tertata dan melanjutkan atau mendebat apa yang telah ditemukan pemikir seni sebelumnya.

Referensi

1.       Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung: Penerbit ITB.

2.      Graham, Gordon. (1997). Philosophy of the Arts. Repository KNC India, Diakses tanggal 2018-01-22, http://www.knc.edu.in/wp-content/uploads/2016/07/P…

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Pengertian Budaya, Unsur, Wujud, Dan Fungsi Menurut Para Ahli
  2. Ekonomi : Pengertian, Jenis: Produksi, Distribusi, Dan Konsumsi
  3. Filsafat: Pengertian, Ciri, Contoh, Dan Fungsi Menurut Para Ahli
  4. Pengertian Logika, Objek Kajian, Jenis, Manfaat & Penalaran
  5. Filsafat Pendidikan: Pengertian, Sistematika, Tujuan & Aliran
  6. Filsafat Ilmu: Pengertian, Ruang Lingkup, Pengetahuan, Dan Ilmu
  7. Metode Filsafat – 10 Contoh, Dan Penjelasan Lengkap
  8. Filsafat Seni dan Estetika dilengkapi Uraian Pokok Bahasannya

DALIL PUASA RAMADHAN DALAM AL-QUR'AN DAN HADIST

  Dalil Puasa Ramadhan dalam Al-Qur'an Berikut empat dalil tentang puasa Ramadhan yang ada dalam Al-Qur'an: 1. Surah Al-Baqarah ...