HOME

06 Maret, 2023

MAKALAH KARANGAN, SERTA HUBUNGAN MEMBACA DAN MENGARANG

 BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Sebagai bagian dari kegiatan berbahasa, menulis berkaitan erat dengan aktivitas berpikir. Keduanya saling melengkapi. Menurut Syafie’ie, secara psikologis menulis memerlukan kerja otak, kesabaran pikiran, kehalusan perasan, kemauan yang keras. Menulis dan berpikir merupakan dua kegiatan yang dilakukan secara bersama dan berulang-ulang. Dengan kata lain, tulisan adalah wadah yang sekaligus merupakan hasil pemikiran. Melalui kegiatan menulis, penulis dapat mengkomunikasikan pikirannya. Melalui kegiatan berpikir, penulis dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis.

Mengemukakan gagasan secara tertulis tidaklah mudah. di samping dituntut kemampuan berpikir yang memadai, juga dituntut berbagai aspek terkait lainnya, misalnya penguasaan materi tulisan, pengetahuan bahasa tulis, dan motivasi yang kuat. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, setiap penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis, yaitu keterampilan berbahasa, keterampilan penyajian, dan keterampilan pewajahan. Ketiga keterampilan ini harus saling menunjang atau isi-mengisi. Kegagalan dalam salah satu komponen dapat mengakibatkan gangguan dalam menuangkan ide secara tertulis.

Karangan adalah suatu karya tulis hasil dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikanya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.

B.   Rumusan Masalah ?

1.        Apa pengertian karangan ?

2.        Sebutkan jenis-jenis karangan !

3.        Sebutkan sifat dan ciri-ciri karangan !

4.        Bagaimana proses penulisan karangan ?

5.        Bagaimana hubungan antara membaca dan mengarang ?

C.     Tujuan

Untuk mengetahui pengertian karangan, jenis-jenis karangan, sifat dan ciri-ciri karangan, proses penulisan karangan, dan hubungan antara membaca dan mengarang.

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Pengertian Karangan

Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangan dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan juga berarti rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan dalam bentuk tulisan yang teratur.[1]

 

B.       Jenis-jenis Karangan

                   Karangan sendiri dapat terbagi atas beberapa perihal, misalnya dari tujuan, dan sebagainya. Berikut ialah jenis-jenis dari karangan:

1.        Penulisan yang bertujuan memberikan informasi, penjelasan, keterangan, atau pemahaman termasuk golongan pemaparan. Hasilnya dapat disebut Paparan atau Eksposisi.

2.        Penulisan yang bertujuan meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pihak lain agar pendapat pribadi diterima termasuk golongan perbahasaan. Hasilnya dapat disebut bahasan Persuasi atau Argumentasi.

3.        Penulisan yang sifatnya bercerita, baik berdasarkan pengamatan maupun perekaan, dan tujuannya lebih banyak menghimpun, tergolong kategori pengisahan. Hasilnya dapat disebut Kisahan atau Narasi.

4.        Penulisan yang menggambarkan bentuk objek pengamatan, rupanya, sifatnya, rasanya, atau coraknya termasuk golongan pemerian. Hasilnya dapat disebut Perian atau Deskripsi.[2]

5.        Karangan Ilmiah yaitu karangan yang membahas masalah-masalah keilmuan. Karangan ilmiah menggunakan ragam bahasa yang dipahami masyarakat pada umumnya.

6.        Karangan Khas yaitu karangan yang melukiskan suatu pernyataan guna lebih terperinci, sehingga apa yang dilaporkan dapat tergambar dalam imajinasi pembaca.[3]

C.      Sifat dan Ciri-ciri Karangan

Formal harus memenuhi syarat :

a.         Lugas dan tidak emosional, mempunyai satu arti sehingga tidak ada tafsiran sendiri-sendiri (interprestasi yang lain)

b.        Logis, disusun berdasarkan urutan yang konsisten

c.         Efektive , satu kebulatan fikiran, ada penekanan dan pengembangan

d.        Efisien, hanya mempergunakan kata atau kalimat yang penting dan mudah dipahami

e.         Ditulis dengan bahasa Indonesia yang baku[4]

 

Ciri-ciri karangan yaitu, sebagai berikut :

a. Relevansi

Judul harus mempunyai pertalian dengan topik, serta pokok pikiran. Atau setidak-tidaknya, ada pertalian antara judul dengan beberapa bagian penting dari karangan. Dengan hanya membaca judulnya, pembaca sudah dapat meraba, apa kira-kira yang akan diuraikan pengarangnya. Dalam karangan populer yang tidak berpretensi ilmiah, judul umumnya hanya sekedar membayangkan diantara isi karangan, dan tidak sepenuhnya mengungkapkan isinya.

b. Ekonomis

Judul tak perlu terlalu panjang, cukup singkat saja. Tetapi tetap harus diperhatikan agar tidak mengurangi arti, isi atau luas cakupan masalah yang dibahas. Setiap kata dan tanda baca yang dipergunakan dalam judul harus terselsi dengan baik, dan fungsional. Kata dan tanda baca yang tidak perlu lebih baik dibuang. Namun ekonomis tidak berarti kata-kata untuk judul boleh disingkat penulisannya. Kependekan (singkatan) kata judul sepadat mungkin dihindari.

c. Jelas

Meskipun ekonomis, judul harus tetap jelas maknanya, bahasa, kalimat ataupun kata-kata yang dipilih hendaknya gampang segera dimengerti maksudnya. Kalimat dan kata-kata yang kabur atau ambivalen sebaiknya tidak dipergunakan.

d. Provokatif

Judul harus mampu memancing rasa ingin tahu pembaca, sehingga tertarik membacanya. Judul merupakan daya pikat pertama dan utama. Apabila pembaca menaruh perhatian atau merasa tertarik setelah membaca judul, maka itu merupakan langkah pertama karangan kita bakal dibaca orang.

e. Logis

Dari sudut logika, maka yang terkandung dalam judul seyoginya dapat dipertanggungjawabkan. Kendati provokatif, tetapi judul tidak boleh mengakibatkan segi makna secara logika. Dan tata bahasa dalam judul tidak terhindar dari keharusan mengikuti aturan gramatikal.[5]

D.      Proses Penulisan Karangan

Sebelum mengarang, lakukan langkah-langkah berikut:

1.        Menentukan Tema

Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Tema disyaratkan sebagai berikut.

a.     Tema menarik perhatian penulis

b.     Tema dikenal/diketahui dengan baik.

c.     Bahan-bahannya dapat diperoleh.

d.    Tema dibatasi ruang lingkupnya.

2.        Menentukan Judul

Judul adalah nama yang dipakai untuk buku, bab dalam buku, kepala berita, dan lain-lain; identitas atau cermin dari jiwa sekuruh karya tulis, bersifat menjelaskan diri dan yang menarik perhatian dan adakalanya menenetukan wilayah (lokasi).

3.        Membuat kerangka karangan

Langkah-langkah dalam menyusun kersngka karangan adalah sebagai berikut,

a.    Rumuskan tema

b.    Mengadakan inventarisasi topik-topik bawahan yang dianggap merupakan perincian dari tesis atau pengungkapan maksud tadi.

c.    Penulis berusaha mengadakan evaluasi semua topik yang telah tercatat pada langkah kedua diatas.

4.      Untuk mendapatkan sebuah kerangka karangan yang sangat terperinci maka langkah kedua dan ketiga dikerjakan berulang-ulang untuk menyusun topik-topik yang lebih rendah tingkatannya.

 

Pola susunan karangan :

1)      Pola Alamiah

Suatu urutan unit-unit kerangka karangan sesuai dengan keadaan yang nyata dialam. Sebab turunnya pola alamiah dibagi menjadi tiga bagian utama :

·            Urutan waktu/kronologis, adalah urutan yang didasarkan pada runtutan peristiwa atau tahap-tahap kejadian.

·            Urutan ruang/spasial, digunakan dalam tulisan-tulisan bersifat deskriptif.

·            Topik yang ada, suatu pola yang dimaksukkanm dalam pola alamiah adalah urutan berdasarkan topik yang ada.

2)      Pola Logis

Macam-macam urutan logis yang dikenal :

a.       Urutan Klimaks dan Anti Klimaks

Dalam urutan klimaks pengarang menyusun bagian-bagian dari topik itu dalam suatu urutan yang semakin meningkat kepentingannya, dari yang paling rendah kepentingannya, bertingkat-tingkat naik hingga mencapai ledakan pada akhir rangkaian.

b.      Urutan klausal

Urutan kausal mencakup dua pola yaitu urutan dari sebab ke akibat, dan urutan akibat ke sebab.

c.       Urutan Pemecahan Masalah

Urutan pemecah masalah dimulai dari suatu masalah tertentu, kemudian bergerak menuju kesimpulan umum atau pemecahan atas masalah tersebut.

d.      Urutan Familiaritas

Dimulai dengan menggemukakan sesuatu yang sudah dikenal, kemudian berangsur-angsur pindah kepada hal-hal yang kurang dikenal.

e.       Urutan Akseptabilitas

Urutan Akseptibilitas mempersoalkan apakah suatu gagasan diterima atau tidak diterima oleh para pembaca.[6]

5.        Menyusun atau mengambangkan kerangka karangan

Dengan mengikuti langkah-langkah mengarang tersebut, dapat disusun karangan dengan mudah.[7]

 

E.       Hubungan antara Membaca dan Mengarang

Hubungan membaca dan mengarang merupakan hubungan simetris. Tanpa adanya  kegiatan membaca, kegiatan mengarang sampai terjadi penulisan tidak akan terjadi. Pengarang yang baik pada dasarnya adalah pembaca yang baik. Referensi yang banyak akan membantu keterampilan dan kemampuan menulis pengarang. Membaca dan mengarang bagaikan kakak dan adik kandung yang tak terpisahkan. Korelasi keduanya rapat sekali. Semakin banyak membaca semakin pula isi karangannya. Retno kurniawati dalam esainya yang berjudul manfaat membaca menjelaskan bahwa salah satu manfaat membaca sebagai sumber inspirasi.[8]

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Karangan adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarangan dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan juga berarti rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan dalam bentuk tulisan yang teratur. Karangan sendiri dibagi menjadi beberapa bagian yaitu narasi, eksposisi, argumentasi, deskripsi, khas, ilmiah. Karangan juga memiliki ciri-ciri dan sifat tertentu. Dalam proses penulisan karangan juga memerlukan tahapan-tahapan yang harus dilalui agar memudahkan penulis untuk membuat sebuah karanngan. Hubungan membaca dan mengarang memiliki korelasi yang sangat erat. Pengarang yang baik ialah seorang yang sering membaca.

 

B.     Saran

Dalam pembuatan karangan haruslah dibuat suatu kerangka karangan agar mendapatkan suatu hasil karangan yang sistematis, logis, jelas, terstruktur dan teratur tentunya akan menghasilkan suatu karangan yang berkualitas.

 

DAFTAR PUSTAKA

Alek, & P., Achmad. H. (2011). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Prenada Media Group.

Bahtiar, Ahmad. (2014). Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Bogor: In Media.

Kurniawati, Retno. (2019). Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta Barat: Graf Literature.

Mulyati. (2015). Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Fajar Interpratama Mandiri.

Pratiwi, Sukma. (2015). Rangkuman Penting Intisari 4 Mata Pelajaran Utama SD. Jakarta: ARC Media.

Putra, Rangga. (2016, Desember 20). Macam, Sifat, dan Bentuk Karangan. Retrieved Februari 2020, 13, from https://ranggaputra14ekonomi.wordpress.com


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Makalah Hukum Jaminan Dalam Bank Syari’ah
  2. Makalah Tentang Mudharabah
  3. Jurnal Tentang Gadai Sebagai Alternatif Pembiayaan
  4. Manfaat Dan Hikmah Mempelajari Filsafat Ilmu
  5. Makalah Pemeriksaan Dan Penyidikan Pajak
  6. Makalah Penggunaan Kata Baku Dan Kata Tidak Baku
  7. Makalah Karangan, Serta Hubungan Membaca Dan Mengarang
  8. Jurnal Kelembagaan Pasar Modal (Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Lembaga Kliring dan Penjaminan)

[1] Sukma Pratiwi, S.Pd., Rangkuman Penting Intisari 4 Mata Pelajaran Utama SD  (Jakarta: ARC Media, 2015) Hal.  408

[2] Dr. Alek & Prof. Dr. H. Achmad H.P, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi (Jakarta :PRENADA MEDIA GROUP, 2011) Hal. 184

[3] Sukma Pratiwi, S.Pd., Hal. 409

[4] Rangga Putra, Macam, Sifat, dan Bentuk Karangan,  https://ranggaputra14ekonomi.wordpress.com (Diakses tgl 20 Desember 2016, pukul 08:00 AM)

[5] Dra. Mulyati, M.Pd., Bahasa Indonesia, (Jakarta : PT Fajar Interpratama Mandiri, 2015), Hal. 132-133

[6] Ahmad Bahtiar, M.Pd., Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi (Bogor: IN MEDIA, 2014), Hal. 76-77

[7] Ibid, Hal. 74-76

[8] Retno Kurniawati S.Pd, Inovasi Pembelajaran Bahasa Indonesia (Jakarta Barat : Graf Literature, 2019), Hal. 136

MAKALAH PENGGUNAAN KATA BAKU DAN KATA TIDAK BAKU

 

BAB I

PENDAHULUAN

1.     Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah Indonesia. Cikal bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa negara berawal dari pernyataaan sikap politik pemuda nusantara dengan ikrar  sumpah pemuda. Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, disamping menjadi alat komunikasi antar etnis yang mempunyai bahasa daerah masing-masing sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia juga telah menjadi alat komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan antar etnis di Indonesia. Oleh karena itu pengetahuan tentang bahasa baku cukup penting untuk mempelajari bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan Indonesia itu ada yang disebut bahasa baku. Dimana bahasa baku merupakan standar penggunaan bahasa yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita berusaha menggunakan bahasa yang baku”. (Pateda, 1997 : 30).

Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”, tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Berdasarkan uraian diatas, ada beberapa hal yang menarik untuk  dibahas tentang pengertian bahasa baku, pengertian bahasa tidak baku, pengertian bahasa Indonesia baku, pengertian bahasa Indonesia tidak baku, ciri-ciri bahasa baku dan bahasa tidak baku, pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta contoh-contoh kesalahan berbahasa.

 

2.     Rumusan Masalah

1)    Apa pengertian dari kata baku dan kata tidak baku?;

2)    Apa saja ciri-ciri kata baku dan kata tidak baku?;

3)    Apa saja fungsi penggunaan kata baku?;

4)    Apa penyebab ketidakbakuan kata?.

 

3.     Tujuan Masalah

1)      Untuk mengetahui pengertian dari kata baku dan kata tidak baku;

2)    Untuk mengetahui ciri-ciri kata baku dan kata tidak baku;

3)    Untuk mengetahui fungsi kata baku;

4)    Untuk mengetahui hal-hal penyebab ketidakbakuan kata.

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

PENGGUNAAN KATA BAKU dan KATA TIDAK BAKU

 

A.   Pengertian Kata Baku dan Tidak Baku

Seperti telah dikemukakan di atas, pada hakikatnya, bahasa Indonesia itu bergam. Ditinjau dari segi situassi kebahasan yang ada, dikenal adanya dua ragam bahasa Indonesia, yaitu ragam bahasa Indonesia baku dan ragam bahasa Indonesia nonbaku. Ragam bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi formal atau dalam wacana ilmiah (Karangan ilmiah) dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia Baku. Selanjutnya, ragam bahasa Indonesia nonbaku adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi nonformal dan tidak sepenuhnya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, tetapi lebih banyak mengikuti kaidah bahasa Indonesia nonbaku.[1]  

Disamping istilah bahasa Indonesia baku, dikenal juga istilah bahasa Indonesia yang baik dan benar. Dibandingkan istilah bahasa Indonesia baku, istilah bahasa Indonesia baik dan benar jauh lebih popular di masyarakat. Bahasa Indonesia yang baik mengacu pada pemakaian bahasa indonesia yang sesuai dengan situasi kebahasaan yang ada, sedangkan bahasa Indonesia yang benar mengacu pada pemakaian bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah bahasa. Dengan demikian, bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat dijelaskan sebagai ragam pemakaian bahasa indonesia yang sesuai dengan situasi kebahasaan dan kaidah kebahasaan yang ada.[2]

Kaidah kebahasaan itu ada yang tergolong kaidah baku dan adapula yang tergolong kaidah nonbaku jika situasi kebahasaannya tergolong resmi, hendaknya digunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah baku, sedangkan jika situasi kebahsaan tergolong tidak resmi, dapat digunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah nonbaku.[3]

B.      Ciri-Ciri Kata Baku dan Tidak Baku

a.         Ciri-Ciri Kata Baku

1. Bentuknya tetap dan tidak mudah berubah.

2. Tidak terpengaruh bahasa asing ataupun daerah.

3. Penggunaan sesuai konteks dalam kalimat dan biasanya bukan bahasa yang digunakan percakapan sehari-hari.

4. Memiliki arti yang pasti, tidak rancu, dan tidak berlebihan.

b.     Ciri-Ciri Kata Tidak Baku

1. Umumnya digunakan dalam percakapan sehari-hari.

2. Dipengaruhi oleh bahasa daerah dan asing.

3. Dipengaruhi oleh zaman.

4. Bentuknya mudah berubah.[4]

 

C.   Fungsi Penggunaan Kata Baku

Fungsi- fungsi bahasa Indonesia baku dapat dijelaskan satu per satu berikut ini :

1.         Fungsi Pemersatu

 

Berarti bahwa bahasa Indonesia baku diharapkan mampu untuk menyatukan penutur yang berbeda raganm bahasa Indonesia yang digunakanya, apalagi berbeda bahasa daerahnya. Artinya, ragam bahasa Indonesia baku akan menimbulkan persatuan antar suku bangsa.[5]

 

2.         Fungsi Pemberi Kekhasan

 

Bahwa bahsa Indonesia baku akan mampu membedakanya dengan ragam bahasa Indonesia lainya maupun dengan bahsa lainnya terutama di negara tetangganya. Dengan bahasa Indonesia baku, akan ditunjukkan adanya perbedaan bahasa yang dimiliki bangsa Indonesia dengan bahasa melayu yang dimiliki masyarakat Malaysia dan brunai.

 

3.        Fungsi Pembawa Wibawa

 

Bahasa Indonesia baku yang digunakan penutur bahasa Indonesia akan memperlihatkan wibawa bagi penuturnya diantara penutur-penutur sendiri. Selain itu, bahasa Indonesia baku juga memberi wibawa bagi penuturnya diantara penutur bahasa lain dinegara tetangga terutama asia tenggara.

 

4.        Fungsi Sebagai Kerangka Acuan

Bahwa bahasa Indonesia baku merupakan tolak ukur untuk menentukan benar atau tidaknya pemakaian bahasa oleh penutur maupun golongan. Hal itu dapat berterima karena bahasa Indonesia baku memiliki norma atau kaidah yang jelas.[6]

 

 

D.   Hal-hal yang Menyebabkan Ketidakbakuan Kata

1.    Faktor Pemakai Bahasa

Pemakaian bahasa amat besar pernannya dalam usaha menaggulangi kesalahan-kesalahan dalam berbahasa. Betapapun sempurnanya aturan bahasa, aturan-aturan itu tidak akan ada artinya jika pemakai bahasa itu sendiri tidak mau memahami dan sekaligus menerapkannya di dalam kegiatan berbahasa. Pembicaraan yang menyangkut faktor pemakaian baha ini akan dirinci sebagai berikut.

a)        Kurang Adanya Kesadaran Pihak Pemakain Bahasa

Jika kita amati pemakaian bahasa seseorang khususnya pelajar, mahasiswa, dan pemuka-pemuka masyarakat, terlihatlah bahwa banyak diantara mereka berbahasa diluar aturan yang telah ada. Dengan kata lain, mereka sering berbuat kesalahan dalam berbahasa Indonesia. Padahal, jika ditinjau dari segi tingkat pendidikan mereka, rasanya kesalahan itu tidak mesti muncul. Mereka sudah banyak menimbah pengetahuan tentang aturan-aturan bahasa Indonesia melalui pendidikan formal.[7] 

b)        Kekurangpahaman terhadap Aturan Bahasa Indonesia

Pengetahuan tentang aturan bahasa yang benar amat penting artinya bagi pemakai bahasa dalam berbahasa secara taat asas. Ajakan pemerintah Indonesia untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar akan tidak pernah menjadi kenyataan jika para penutur bahasa Indonesia tidak memiliki pengetahuan yang memadai tentang kaidah-kaidah bahasa Indonesia baku. Dengan pengetahuan ini, seseorang akan bisa membedakan pemakaian bahasa yang salah dan yang benar.[8]


c)        Ketidaksengajaan Pemakaian Bahasa

Kesalahan dalam berbahasa, terutama berbahasa lisan, juga bisa terjadi karena ketidaksengajaan pemakaian bahasa. Biassanya, kesalahan yang tidak sengaja ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti pembicaraan yang terlalu cepat sehingga tidak sempat mengontrol pemakaian bahasa tersebut; pembicara belum berpengalaman atau belum biasa berbicara di depan orang banyak dalam situasi resmi sehingga ia menjadi gugup.[9]

2.    Faktor Psikologis

Walaupun jumlahnya tidak terlalu besar, adakalanya kesalahan itu muncul karena adanya rasa enggan untuk menggunakan ragam bahasa yang benar dan akhirnya lari ke ragam bahasa yang salah dengan menggunakan bentukkan kata-kata yang benar seakan-akan ada semacam rasa yang tidak enak dalam diri pemakai bahasa. Dengan menggunakan bentukkan atau ucapan yang benar seolah-olah ada tanggapan yang kurang baik yang sebetulnya tidak diinginkan oleh pemakai bahasa itu sendiri.[10] Contoh; pengucapan c menjadi se.

3.    Faktor Lingkungan

Seperti kita ketahui bahwa manusia merupakan makhluk sosial. Manusia tidak bisa hidup mandiri, melainkan selalu membutuhkan bantuan orang lain. Hanya dengan hidup bermasyarakatlah manusia itu bisa menyempurnakan dirinya. Jadi, lingkungan sangat penting artinya bagi kualitas hidup manusia. Lingkungan yang bagus bisa menjadikan kualitas kehidupan manusia lebih meningkat, sebaliknya lingkungan yang tidak baik bisa mengakibatkan kualitas kehidupan manusia semakin buruk. Jadi, lingkungan bisa berpengaruh positif dan juga negatif.[11]


4.    Faktor Bahasa

Kesalahan dalam berbahasa juga bisa disebabkan oleh faktor bahasa yang dalam hal ini karena kesuliatan bahasa Indonesia itu sendiri dan pengaruh bahasa lain terhadap bahasa Indonesia.

a)         Kesulitan Bahasa

Pada umumnya, masyarakat termasuk mereka yang sudah beberapa tahun belajar bahasa Indonesia mengakui bahwa bahasa indonesia itu mempunyai sejumlah aturan yang memang menyulitkan para pemakai bahasa. tidak jarang terjadi pemakai bahasa sulit menentukan mana sebenarnya bentukkan bahasa yang baku atau benar dan mana yang tidak baku atau tidak benar.[12]

b)      Pengaruh Bahasa Lain terhadap Bahasa Indonesia

Kita akui bersama bahwa bahasa indonesia berasal dari bahasa Melayu. Walaupun demikian bahasa Indonesia yang kita pakai dewasa ini sudah tentu tidak sama dengan bahasa Melayu pada kerajaan Sriwijaya. Hal ini wajar karena bahasa Melayu itu sudah mengalami perkembangan yang berabad-abadn lamanya.[13] Salah satunya pengaruh:

1.        Pengaruh Bahasa Daerah

Bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua (B2) bagi sebagaia penduduk Indonesia. Bahasa pertam (B1) mereka adalah bahasa daerah mereka sendiri seperti bahasa Bali, Jawa, Sunda, Madura, Dayak, dan Bugis.[14]

 

2.        Pengaruh Bahasa Asing

Diantara sekian bahasa asing yang ada, bahasa Inggris yang paling besar pengaruhnya terhadap bahasa Indonesia. Dewasa ini, kata-kata bahasa Inggris yang tepakai pada bahasa indonesia hampir tak terhitung jumlahnya. Disamping itu, sering juga kita temui struktur kalimat bahasa Inggris yang dipakai dalam bahasa Indonesia. Dengan kata lain, banyak juga kita temui kalimat-kalimat bahasa Indonesia dengan menggubakan struktur kalimat bahasa Inggris. Pengaruh yang semacam inilah yang dapat merusak perkembangan bahasa Indonesia atau menghambat usaha pembinaan bahasa Indonesia itu sendiri.[15]

I Nengah Suandi, I Nyoman Sudiana, I Gede Nurjaya. 2018. Keterampilan Bahasa Indonesia. (Depok: PT RajaGrafindo Persada.


Bab III

PENUTUP

Kesimpulan

Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok acuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan waktu dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

Bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa nonbaku sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman, dan lain-lain.

Ditinjau dari segi situassi kebahasan yang ada, dikenal adanya dua ragam bahasa Indonesia, yaitu ragam bahasa Indonesia baku dan ragam bahasa Indonesia nonbaku. Ragam bahasa Indonesia baku adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi formal atau dalam wacana ilmiah (Karangan ilmiah) dan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia Baku. Selanjutnya, ragam bahasa Indonesia nonbaku adalah ragam bahasa Indonesia yang digunakan dalam situasi nonformal dan tidak sepenuhnya sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, tetapi lebih banyak mengikuti kaidah bahasa Indonesia nonbaku.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Makalah Hukum Jaminan Dalam Bank Syari’ah
  2. Makalah Tentang Mudharabah
  3. Jurnal Tentang Gadai Sebagai Alternatif Pembiayaan
  4. Manfaat Dan Hikmah Mempelajari Filsafat Ilmu
  5. Makalah Pemeriksaan Dan Penyidikan Pajak
  6. Makalah Penggunaan Kata Baku Dan Kata Tidak Baku
  7. Makalah Karangan, Serta Hubungan Membaca Dan Mengarang
  8. Jurnal Kelembagaan Pasar Modal (Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Lembaga Kliring dan Penjaminan)

DAFTAR PUSTAKA

Suandi, I Nengah dan Sudiana, I Nyoman, Nurjaya, I Gede. 2018. Keterampilan Bahasa Indonesia. Depok: PT RajaGrafindo Persada.

Ermanto dan Emidar.2018. Bahasa Indonesia: Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Depok,PT Raja grafindo Persada.

https://dosenbahasa-com.cdn.ampproject.org/v/s/dosenbahasa.com/sebutkan-ciri-ciri-kata-baku-dan-kata-tidak-baku-besertacontohnya. (Diakses 13 Februari 2020. 11.50).



[1] I Nengah Suandi, I Nyoman Sudiana, I Gede Nurjaya. Keterampilan Bahasa Indonesia. (Depok: PT RajaGrafindo Persada). Halaman: 49.

[2] Ibid;50.

[3] Ibid;50.

[4]  https://dosenbahasa-com.cdn.ampproject.org/v/s/dosenbahasa.com/sebutkan-ciri-ciri-kata-baku-dan-kata-tidak-baku-besertacontohnya/amp?amp_js_v=a3&amp_gsa=1&usqp=mq331AQCKAE%3D#aoh=15815663840807&referrer=https%3A%2F%2Fwww.google.com&amp_tf=Dari%20%251%24s&ampshare=https%3A%2F%2Fdosenbahasa.com%2Fsebutkan-ciri-ciri-kata-baku-dan-kata-tidak-baku-beserta-contohnya (Diakses 13 Februari 2020, 11.50)

[5] ermanto & emidar, bahasa Indonesia: pengembangan kepribadian di perguruan tinggi" (depok,PT Raja grafindo Persada) hal.19

[6] Ibid., hal20

[7] I Nengah Suandi, I Nyoman Sudiana, I Gede Nurjaya. Keterampilan Bahasa Indonesia. (Depok: PT RajaGrafindo Persada). Halaman: 72.

[8] Ibid;72.

[9] Ibid;73.

[10] I Nengah Suandi, I Nyoman Sudiana, I Gede Nurjaya. Keterampilan Bahasa Indonesia. (Depok: PT RajaGrafindo Persada). Halaman: 74.

[11] Ibid; 74.

[12] Ibid; 75.

[13] Ibid; 75.

[14] I Nengah Suandi, I Nyoman Sudiana, I Gede Nurjaya. Keterampilan Bahasa Indonesia. (Depok: PT RajaGrafindo Persada). Halaman: 77.

[15] Ibid; 78.

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...