HOME

19 Januari, 2022

Studi Al-Qur'an

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................... 1

DAFTAR ISI...................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang........................................................................................... 4

B.     Rumusan Masalah..................................................................................... 5

C.     Tujuan....................................................................................................... 5

D.    Manfaat...................................................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Al-Qur’an................................................................................. 6

B.     Bagian Bagian Al-Qur’an........................................................................... 8

C.     Sejarah Turunnya Al-Qur’an...................................................................... 11

D.    Pemeliharaan Al-Qur’an............................................................................. 12

E.     Tadwin Al-Qur’an...................................................................................... 14

F.      Penyempurnaan Al-Qur’an......................................................................... 16

G.    Qira’at Al-Qur’an....................................................................................... 20

BAB III PENUTUP

A.    Kesimpulan................................................................................................. 24

B.     Saran........................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA


BAB I

LATAR BELAKANG

Al-Qur’an merupakan kitab suci umat islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai salah satu mu’jizat Nabi SAW melalui perantara malaikat jibril. Al-Qur’an adalah kitab suci umat islam yang merupakan sumber hukum tertinggi umat islam diseluruh dunia. Penting sekali bagi kaum muslim untuk mempelajari seluk beluk tentang apa itu Al-Qur’an, dan apa saja yang tekandung didalamnya, karena Al-Qur’an merupakan petunjuk kearah yang sebaik-baiknya. Segala dasar dari ajaran islam yang mengandung serangkaian pengetahuan tentang akidah, pokok-pokok akhlak dan perbuatan semuanya terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Studi Al-Qur’an adalah ilmu yang membahas tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam yang berlaku sepanjang zaman tidak akan pernah habis dan selesai untuk dibahas. Inilah yang membuktikan kemukjizatan Al-Qur’an sekaligus perbedaan Al-Qur’an dengan kitab suci lainnya. Pengkajian studi ini sangatlah penting bagi umat islam khususnya, agar dapat mengetahui berbagai hal yang terkandung di dalam kitab suci tersebut. Oleh karena itu dibuatlah suatu makalah tentang studi Al-Qur’an, Adapun yang menjadi objek pembahasan makalah ini meliput, definisi Al-Qur’an, wahyu dan ilham, kajian Al-Qur’an di kalangan muslim generasi awal, pendekatan dalam studi Al-Qur’an, perkembangan mutakhir, dan kontribusi para ilmuan barat dalam studi Al-Qur’an

1.      Rumusan Masalah

a.       Apa yang dimaksud dengan  Al-Qur’an ?

b.      Bagaimana cara penjagaan Al-Qur’an ?

2.      Tujuan

a.       Mengetahui pengertian, sejarah turunnya, serta bagian-bagian  Al-Qur’an

b.      Mengetahui  cara pemeliharaan Al-Qur’an sesuai kaidah yang ada

3.      Manfaat

a.       Dapat dengan mudah mempelajari Al-Qur’an yang merupakan kitab suci umat islam

b.      Dapat menjaga kitab suci Al-Qur’an baik secra tulisan dan lisan


BAB II

PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN AL-QUR’AN

1. Pengertian al-Qur`an secara etimologi

Secara etimologi, para ulama mempunyai beberapa pendapat yang berbeda tentang pengertian al-Qur`an. Perbedaan tersebut terletak pada adanya ulama yang menyebutkan al-Qur`an dengan hamzah ( القُرْآن ) ataukah tidak ( القُرَن ) dan apakah al-Qur`an itu musytāq (ism yang dibentuk dari sebuah kata dan memiliki makna yang berbeda dari kata pembentuknya) atau bukan musytāq.[1]

a.       Ulama yang menyebutkan al-Qur`an dengan القُرْآن terbagi ke dalam dua pendapat:

1)      Ada yang berpendapat bahwa al-Qur`an adalah “kata bentukan” dari qara’a artinya “membaca”, seperti kata rujhān dan gufrān. Al-Lihyānī (w. 215 H) adalah

di antara yang berpendapat demikian, berdasarkan firman Allah Swt yang artinya:

”Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaan itu.” (QS. Al-Qiyāmah [75] : 17-18)

2)      Ada yang berpendapat bahwa al-Qur`an adalah “kata sifat”, dari kata dasar alqur’u ( القُرْأ ) artinya “menghimpun”. Sehingga arti al-Qur`an adalah himpunan surat, ayat, kisah, perintah dan larangan, atau dalam arti lain menyimpan intisari dari kitab-kitab suci sebelumnya. Di antara ulama yang berpendapat demikian adalah az-Zujāj (w. 311 H).

b.      Ulama yang menyebut al-Qur`an dengan القُرَن pun ada dua pandangan, yaitu:

1)      Ada yang berpendapat bahwa al-Qur`an dari kata qa-ra-na ( قرنََ ) artinya “menyertakan”. Hal ini karena al-Qur`an menyertakan di dalamnya ayat, surat, dan huruf-huruf. Abu Al-Hasan Al-Asy’āri (w. 324) termasuk yang berpendapat demikian.

2)      Ada yang berpendapat al-Qur`an dari kata qarā’in (ِ قر اََئن ) artinya “tanda atau penguat”. Hal ini karena menurut mereka ayat satu dengan yang saling menguatkan, demikian menurut Al-Farrā` (w. 207 H).

Pendapat-pendapat di atas juga merupakan penguat bahwa kata al-Qur`an adalah kata jadian atau musytāq.[2] Sedang, yang berpendapat bahwa kata al-Qur`an bukanlah musytāq mengatakan bahwa kata al-Qur`an adalah nama personal atau al-‘A̅ lam as-Syakhsyi. Hal itu sebagaimana disebutkan pada QS. An-Nahḷ [16]: 89: Artinya: (dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (al-Qur`an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.

Kata al-Kitāb yang dimaksud adalah nama khusus al-Qur`an sebagaimana nama dari kitab-kitab suci sebelumnya.Secara harfiah Al-Qur’an berarti bacaan sempurna, tidak ada bacaan lain yang mampu menandingi Al-Qur’an Al-karim bacaan sempurna lagi mulia.[3]

Dapat di simpulkan bahwa kata Al-Qur’an berasal dari bahasa arab dengan kata dasar qaraa, yaqra-u, qiratan wa qur-anan yang memiliki makna sesuatu yang dibaca. Selain  itu kata Al-Qur’an juga memiliki makna lain yaitu al-jam'u yang memiliki berarti menghimpun atau mengumpulkan. Al-Qur’an menghimpun beberapa huruf menjadi kata, beberapa kata menjadi kalimat, beberapa kalimat menjadi ayat, beberapa ayat menjadi surat dan menhimpun beberapa surat menjadi mushaf. setiap hubungan antara kata-kata maupun kalimat ataupun surat dalam Al-Qur’an tersusun dalam rangkaian kata yang indah, oleh karena itu Al-Qur’an harus dibaca dengan benar huruf demi huruf sesuai dengan kaidahnya, dipahami maknanya agar nantinya makna yang terkandung dalam Al-Qur’an dapat amalkan.[4]

1.   Pengertian Terminologi (istilah) al-Qur`an

a.       Menurut Mannā’ al-Qatṭạ̄ n:

“Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Dan membacanya adalah ibadah.”

b.      Menurut al-Jurjānī (w. 417 H/1079 M):

“Yang diturunkan kepada Rasulullah Saw., ditulis dalam mushaf, dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.”

c.       Menurut kalangan pakar Usụ l Fikih, Fikih dan Bahasa Arab:

“Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi-Nya, Muhammad Saw. Lafadzlafal nya mengandung mukjizat, membacanya merupakan ibadah, diturunkan secara mutawātir, dan ditulis pada muallaf, mulai dari awal surat al-Fātihah sampai pada surat An-Nās.”[5]

Secara terminologis sebaimana yang telah disepakati para ulama’ dan ahli ushul fikih mendefinisikan Al-Qur’an merupakan kalam Allah yang mengandung mukjizat yang diturunkan kepada pungkasan para Nabi dan Rasul saw melalui malaikat jibril yang tertulis pada mushaf yang diriwayatkan kepada kita secara mutawatir, bernilai ibadah pabila membacanya, yang dimulai dari surah al-Fatihah dan diakhiri dengan surah an-Nas.[6]

B.     BAGIAN-BAGIAN DARI AL-QUR’AN

1.      SURAH

Secara bahasa kata surah jamaknya suwar  memiliki arti kedudukan atau tempat yang tinggi. Bila dilihat dari terminologi, surah adalah sejumlah atau kumpulan ayat-ayat al-Quran yang memiliki permulaan dan penghabisan.[7] Surah memiliki arti kumpulan ayat Al-Qur’an yang terdapat awalan dan akhiran. Jumlah surah dalam Al-Qur’an yang disepakati oleh jumhur ulama ada sebanyak 114 surah dan masing-masing diawali dengan basmalah, kecuali surah Baraah. Akan tetapi sebagian ulama  menghitungnya 113 surah, karena surah al-Anfal dan surah al-Bara’ah dihitung satu surah mengingat tidak ada pemisah basmalah antara kedua surah tersebut.[8]

a.       Macam-macam surah

Dilihat dari panjang pendeknya surah dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu:

1)      Surah al - Thiwal, yaitu surah yang jumlah ayatnya lebih dari  100 sampai 200-an ayat atau lebih panjang dari pada yang lain.

2)      Surah al - Mi’un, yaitu surah yang jumlah ayatnya sekitar 100-an  atau lebih sedikit.

3)      Surah al - Matsani, surah yang jumlah ayatnya  kurang di bawah  al - Mi’un (seratusan ayat),

4)      Surah Al - Mufashshal, yaitu surah yang jumlah ayat-ayatnya kurang dari jumlah ayat surah al - Matsani dan dikenal juga dengan sebutan surat pendek.

b.      Surah makkiyah dan surah madaniyah

Al-Qur’an diturunkan dikota Mekkah dan Madinah, surah Al-Qur’an yang diturunkan di Mekkah dinamakan Surah Makkiyah dan surah yang diturunkan di Madinah dinamakan surah Madaniyah.

Adapun ciri- ciri Surah Makkiyah dan Madaniyah, yakni :

1)      Ciri-ciri Surah Makkiyah :

a)      Isinya pendek-pendek.[9]

b)      Di dalamnya terdapat ayat-ayat sajdah.[10]

c)      Di dalamnya terdappat keterangan adat istiadat orang kafir, orangmusyrik, yang suka mencuri, merampok, membunuh, mengubur hidup-hidup anak perempuannya dan sebagainya.[11]

d)     Didalamnya terdapat cerita tentang kemusyrikan.[12]

e)      Memuat nasehat dan ibarat dalam aneka kisah.[13]

f)       Isinya masalah keislaman.[14]

g)      Memuat prinsip-prinsip moral dan pranata sosial yang agung, dan bersifat universal dan insklusif.[15]

h)      Di dalamnya terdapat cerita-cerita para Nabi dan umat terdahulu, selain dalam Q.S.al-Baqarah, dan Q.S.al-Maidah.[16]

2)      Ciri-ciri Surah Madaniyyah:

a)      Kebanyakan Ayat dan Surahnya panjang

b)      Memuat hukum pidana (hudud) dalam Q.S.al-Baqarah, Q.S.an-Nisa’, Q.S.al-Maidah, Q.S.ash-shura, dan lain sebagainya

c)      Memuat hukum fara’id (Q.S.al-Baqarah, Q.S.an-Nisa’, Q.S.al-Maidah

d)     Berisi hukum ibadah (Q.S.al-Baqarah, Q.S.Ali Imran, Q.S.an-Nisa’, , Q.S.al-Maidah, Q.S.al-Anfal, Q.S.at-Taubah,Q.S.al-Hajj, Q.S.an-Nur, dan lain-lain.)[17]

Atau dapat di simpulkan ciri-ciri surah Makkiyah dan Madaniyah adalah sebagai berikut :

1)      jumlah ayat-ayatnya surah Makkiyah pada umumnya lebih sedikit dibandingkan surah Madaniyah

2)      ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah lebih banyak atau 4780 ayat (19/30), sedangkan ayat yang turun di Madinah lebih sedikit 1456 ayat (11/30)

3)      ayat Makkiyah ditandai dengan kata-kata Ya Aiyuhannas, sedangkan ayat Madaniyah ditandai dengan kata Ya Aiyuhallazi na’amanu

4)      ayat Makkiyah berisi prinsip-prinsip keimanan dan akhlaq, sedangkan ayat Madaniyah berisi peraturan-peraturan yang mengatur hubungan seseorang dengan Tuhan [18]

2.      AYAT

Ayat dari segi bahasa berarti tanda, alamat, bukti/ dalil dan mukjizat.[19] Ayat adalah kalam Allah yang berupa bacaan terdiri dari kalimat sempurna, mempunyaipermulaan, dan akhiran dan merupakan bagian dari surah. Ayat adalah bagian dari surah dalam al Qur-an yang tersusun dari kata.[20]

Terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama mengenai jumlah ayat dalam dalam Al-Qur’an. Mereka sepakat bahwa terdapat enam ribu lebih jumlah ayat dalam Al-Qur’an, namun terdapat perbedaan pendapat jumlah angka setelah enam ribu. Ibn Abbas menghitung jumlah ayat al Qur-an sebanyak 6.616 ayat. Penduduk Mekah menghitungnya sejumlah 6.213 ayat. Penduduk Madinah menghitungnya sejumlah 6.214 ayat. Penduduk Bashrah menghitung 6.216 ayat. Penduduk Kufah menghitung 6.236 ayat. Angka simpangannya terletak di antara 213 s/d 616.

C.    SEJARAH TURUNNYA AL QUR-AN

Penurunan wahyu al Qu-an pertama terjadi saat malaikat jibril mengunjungi Nabi yang sedang bertakhannus di Gua Hiro dan memintanya untuk membaca. Nabi menjawab : “Ma ana bi qari” (sayat idak bias membaca). Malaikat jibri lmendesakknya dan berkata: “iqra” (bacalah)! Untuk kedua kalinya; dan hal ini diulang sampai tiga kali. Setelah ketiga kalinya  malaikat itu membacakan kepadanya lima ayat pertama Surat al-Alaq sebagai Wahyu awal al Qur-an.[21] Pada permintaan ketigalah Nabi membacakan wahyu pertama yang disampaikan oleh jibril. Peristiwa Gua hiro ini terjadi pada tanggal 17 Ramadlan, ketika beliau berusia 40 tahun atau 10 tahun sebelum beliau hijrah.Karena merasa kedinginan berada di dalam gua Hiro  Nabi pun pulang ke rumahnya yang kemudian disambut oleh istrinya dengan menyandangkan selimut ke tubuhnya  dan turunlah ayat selanjutnya sebagaimana disebut dalam surah al-Mudatstsir.[22]

Adapun pengalaman nabi menerima wahyu yang dijelaskan pada sebuah hadist yang berbunyi: “Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Yusuf;dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Malikbin Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari AisyahUmm al mu’minin, bahwa al Harits bin Hisyambertanya kepada Rasulullah saw. "Wahai Rasulullah,bagaimana caranya wahyu turun kepada engkau?"Maka Rasulullah saw. menjawab: "Terkadang wahyuitu datang kepadaku seperti suara gemerincinglonceng dan cara ini yang paling berat buatku laluterhenti sehingga aku dapat mengerti apa yang disampaikan.Dan terkadang datang malaikat menyerupaiseorang laki-laki lalu berbicara kepadaku, maka akuikuti apa yang diucapkannya". Aisyah berkata: "Sungguhaku pernah melihat turunnya wahyu kepadaNabi pada suatu hari yang sangat dingin lalu terhentidan aku lihat dahi Nabi mengucurkan keringat." (HR:Bukhari).[23]

Nabi tetap aktif menerima wahyu tahap demitahap dari permulan ayat pertama sampai terakhir tanpaketinggalan satu hurufpun. Al Qur-an turun berangsur-ansur selama selama 23 tahunatausepanjanghidupnya, sampaibeberapasaatsebelumNabiwafat. Dengan turunnya ayat secaraberangsur-angsur memberi kesempatan kepada umatIslam untuk menghafalnya ayat demi ayat dan memberikankemantapan kepada umat Islam untuk menerimadan mengamalkan ajaran yang terkandung didalamnya. Setiap kali ayat turun mendorong umat Islamuntuk menghafal dan menulisnya sekaligus. Dengandemikian al Qur-an itu telah terpelihara dari perubahandan penggantian, karena sejak pertama kali turunsampai ayat terkahir melalui hafalan dan tulisan yangdilakukan oleh umat Islam.

D.    PEMELIHARAAN AL QUR-AN

Hingga saat ini al Qur-an masih terjaga keasliannya. Hal ini tentu tidak lepas dari pemeliharaan umt isam terhadapnya. Pemeliharaan al Qur-an tebagi menjadi beberapa priode. Diantranya : Pemeliharaan al Qur-an pada masa kenabian Nabi Muhammad SAW. Didominasi dengan cara menghafal. Penurunan al Qur-an yang berangsur-angsur mendukung upaya pmeliharaan  al Qur-an dengan cara ini. Kemampuan menghafal pada zaman Nabi juga didukung oleh kebiaasaan masyarakat yang sering membaca syair-syair.

Pemeliharaan al Qur-an pada masa khulafaur Rasidin. Pada masa ini terbagi lagi  yakni: Pada masa Abu Bakar Asy Syidiq dimana pemeliharaan al Qur-an pada masa ini dilakukan dengan upaya pengumpulan al Qur-an atas dasar inisiatif dari Umar bin Khatttab.

Pada masa Utsman bin Affan dilakukan dengan upaya penyalinan dan penulisan al Qur-an Pada masa pemerintahan Usman, wilayah Negara Islam telah meluas sampai ke Tripoli Barat, Armenia dan Azarbaijan. Pada waktu itu Islam sudah masuk wilayah Afrika, Syiriah dan Persia. Para hafidz pun tersebar, sehingga menimbulkan persoalan baru, yaitu silang pendapat mengenai qiraat Al-Qur’an. Ketika terjadi perang Armenia dan Azarbaijan diantara orang yang ikut menyerbu kedua kota tersebut adalah Khuzaifah bin al-Yaman. Ia menemukan banyak perbedaan dalam cara-cara membaca Al-Qur’an, bahkan sebagian qiraat itu bercampur dengan dengan kesalahan. Masing-masing mempertahankan bacaannya serta menetang setiap bacaaan yang tidak berasal dari gurunya. Melihat kedaan yang memprihatinkan ini Khuzaifah segera melaporkan kepada Khalifah Usman tentang sesuatu yang telah dilihatnya. Usman segara mengundang para sahabat bermusyawarah mencari jalan keluar dari masalah serius tersebut. Akhirnya dicapai suatu kesepakatan agar Mushaf Abu Bakar disalin kembali menjadi beberapa mushaf untuk dijadikan rujukan apabila terjadi perselisihan tentang cara membaca Al-Qur’an. Untuk terlaksananya tugas tersebut Usman menunjuk satu tim yang terdiri dari empat orang sahabat, yaitu Zaid bin Tsabit, Abdullah bin Zubair, Sa’id bin Ash dan Abdul Rahman bin Haris bin Hisyam. Hasil kerja tersebut berwujud empat mushaf Al-Qur’an standar. Tiga diantaranya dikirm ke Syam, Kufah dan Basrah, dan satu mushaf ditinggalakan di Madinah untuk pegangan khalifah yang kemudian dikenal dengan al-Mushaf al-Imam. Agar persoalan silang pendapat mengenai bacaan dapat diselesaikan dengan tuntas maka usman memerintahkan semua mushaf yang berbeda dengan hasil kerja panitia yang empat ini untuk dibakar.[24] Sehingga tidak ada perselisihan tentang keabsahan al-Quran.

Pada masa kholifah Ali bin Abi Tholib, pada masa ini banyak bangsa non-Arab yang menjadi muallaf yang merasa kesulitan dalam membaca al Qur-an mushaf utsmani yang tidak ada tanda baca maupun tanda titik yang membedakan suatu huruf dengan huruf yang lain. Hal ini menjadi salah penyebab Ali bin Abi Tholib memberi instruksikepada abu al-Awad ad-Du’ali  untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa Arab. Maka dari itu munculllah ilmu Nahwu, Ilmu I’rab al Qur-an, juga ilmu Qira’at al Qur-an.[25] . Dengan usahanya itu telah berhasil menghindarkan timbulnya fitnah dan mengikis sumber perselisihan serta menjaga Qur’an dari perubahan dan penyimpangan sepanjang zaman.

E.     TADWIN AL-QURAN

1.      Pengertian Tadwin Al-Quran

Secara bahasa, kata Tadwin bermakna artinya : “mengikat yang terpisah dan mengumpulkan yang terurai (dari tulisan-tulisan) pada suatu diwaan. Dan kata “diwaan” adalah kumpulan kertas-kertas atau kitab (buku) yang biasanya dipakai untuk mencatat keperluan tertentu. Adapun “Tadwin Al-quran” adalah  pengumpulan atau tata letak penulisan al-quran yang berbentuk lembaran atau buku (kitab).

2.      Proses Penulisan Al-Quran    

a.       Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Rasulullah 

Nabi SAW , tidak hanya menghafalkan  dan membacakannya kepada para sahabat dan kemudian dihafalkann oleh mereka, melainkan beliau menuliskannya dalam lembaran-lembaran . Untuk itu beliau memiliki para penulis wahyu . Apabila ada wahyu yang diturunkan kepada Nabi SAW, beliau memenggil sebagian para penulis wahyu , kemudian memerintahkan mereka untuk menuliskan wahyu yang diturunkan, menunjukkan tempat wahyu itu harus diletakkan , dan tatacara penulisannya sesuai dengan petunjuk penjaga  wahyu, yakni malaikat jibril. Selanjutnya beliau memerintahkan beberapa sahabat untuk menulis Al Quran, yaitu Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Tholib, Muawiyah bin Abi Sufyan, Ubay bin Ka’ab dan  Zaid bin Tsabit dan Khalid bin Walid, Tsaid bin Qois.[26]

Pada waktu itu  perangkat tulis sulit diperoleh  sehingga mereka menuliskan ayat Al-Qur’an pada benda-benda yang mudah diperoleh, seperti daun, pelapah kurma, bebatuan, tulang-belulang dan sebagainya. Seperti yang dikatakan  oleh Zaid Ibn Tsabit,”Pada masa Rasulullah SAW., kami menulis Al-Qur’an dari pelapah kurma .  

Adapun penyebab timbulnya penulisan Al-Qur’an pada masa Nabi SAW ialah:

1) Tulisan dapat memperkuat hafalan sehingga Al-Qur’an dapat memiliki sarana-sarana pemeliharaannnya, baik hafalan maupun penetapan (dalam beentuk tulisan).[27]

2)    Penyampaian wahyu secara sempurna, sebab penyampaian  wahyu bersandarkan para sahabat tidak memadai karena mereka tidak luput dari kelupaan atau kematian, sedangkan tulisan akan senantiasa ada atau kekal dan tidak akan hilang.[28]

b.      Penulisan Al-Qur’an pada masa Abu Bakar R.A.

Tatkala Rasulullah meninggal, Abu Bakar Assiddiqlah yang di angkat sebagai khalifah, dan dalam masa pemerintahannya terjadilah peristiwa yammah pada tahun ke-12 hijriyyah,banyak terjadi pembunuhan dikalangan para sahabat dan banyak di antara para aenghafal Al-Qur’an yang meninggal duniahingga menuruit  sattu pendapat hingga mencapai 500 orang.Oleh karna itu atas kehendak Allah telah menjadikan kebenaran pada lidah dan hati Umar,  Umar merasa takut bahwa ahli qiraah  yang masih tersisa akan banyak terbunuh dan di antara mereka ada yang memiliki Al-Qur’an sehingga semua itu akan hilang dengan kematiannya.Sehingga ia mengisyaratkan kepada Abu Bakar  untuk menghimpun Al-Qur’an   dalam satu tempat . kemudian Abu Bakar mengutus Zaid ibn Tsabit untuk melakukan pekerjaan yang mulia itu.[29]

Menurut Syekh Muhammad Ali Ash-shabuni, kelebihan mushaf pada masa Abu Bakar diantaranya ialah:

1)      penelitian yang sangat berhati-hati, detail, cermat dan sempurna.

2)      yang ditulis pada mushaf hanya ayat yang sudah jelas tidak dinaskh bacaannya.

3)      telah menjadi ijmak umat secara mutawatir bahwa yang tercatat itu adalah ayat-ayat Al-Qur’an

4)      mushaf itu memiliki qiraah sab’ah yang dinuqil secara sahih.

c.       Penulisan Al-Qur’an Pada Masa Utsman R.A.

Ketika Utsman  memegang kekhalifahan, dan para sahabat berpencar diberbagai Negara dan masing-masing membawa bacaan  (al-qira’ah) yang didengarnya dari RasulullahSAW., serta di antara mereka ada yang memiliki bacaan yang tidak dimiliki oleh lainnya, orang-orang berbeda pendapat dalam bacaan. Setiap pembaca (qari) menggunakan bacaannya (qiraat)-nya dan menyalahkan bacaan qari yang lainnya sehingga permasalahan itu menjadi besar dan perselisihanpun semakin memuncak .Krmudian Utsman dan para sahabat bersepakat untuk menyatukan manusia pada satu mushaf agar tidak terjadi perselisihan dan pertentanggan dalam masalah bacaan tersebut.[30]

F.     PENYEMPURNAAN PENULISAN AL-QUR’AN

1.      Penyempurnaan pada abad ke-1 H sampai abad ke-2 H

Pada zaman Ali ibn Abi Thalib menjadi khalifah sekitar tahun 65-70 Hijriyah, Ziyad ibn Abihi yang menjadi Gubernur di Bashrah (Irak) mendapati banyak orang keliru membaca al-quran apalagi bagi orang-orang non Arab yang telah memeluk Islam karena Islam terus menerus berkembang baik wilayah maupun pemeluknya. Islam tidak lagi hanya dianut oleh orang-orang arab. Banyak orang-orang non arab yang telah memeluk islam, maka sebagai konsekuensi logisnya, benturan-benturan cultural antara dengan orang-orang  ‘ajam (non Arab) itupun tidak dapat dielakkan. Sejak saat itulah perkembangan yang dirasa menggembirakan itu ternyata juga membawa kekhawatiran. Kekhawatiran yang dimaksud adalah terancamnya keselamatan kemurnian bahasa Arab. Sebab dikalangan masyarakat islam terutama yang non Arab sering terjadi kesalahan dalam melafalkan ayat-ayat Al-quran.

Hal itu terjadi terutama pada kata-kata yang memang terbuka kemungkinannya untuk dibaca salah.karena tata-tulis al-Mushhaf al-'Utsmani tidak memakai titik dan harakat (Syakal). Karena itu Ziyad ibn Abihi atau 'Abd. Malik ibn Marwan menurut riwayat yang lain dengan seizin Khalifah 'Ali meminta kepada Abu al-Aswad al-Du'ali (w  69 H), yang faham Bahasa Arab untuk memberi tanda baca. Pada awalnya permintaan itu ditolak, Karena Abu al-Aswad merasa harus menjaga otentitas al-Mushaf al-Utsmani. Tapi menurut riwayat, pada suatu saat Abu al-Aswad (w.69 H/638 M) pernah mendengar seseorang di Bashrah membaca ayat-ayat al-quran dengan cara yang salah, sehingga mengubah seluruh pengertian dan maksud yang terkandung di dalam ayat yang dibacanya itu. Ayat yang dimaksud adalah : 

إِنَّ اللَّهَ بَرِيْءٌ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ وَ رَسُوْلِهِ.... "        

Artinya : Bahwasannya Allah dan Rasul-Nya terlepas (memutuskan hubungan) dengan orang-orang Musyrik….. (Q.S. At-Tuabah [9]:3)

Sumber kekeliruan orang itu dalam membaca ayat tersebut adalah dengan mengkasrahkan "ل" nya. Dan artinya berubah menjadi “Bahwasannya Allah memutuskan hubungan dengan orang-orang musyrik dan rasulnya”. Mendengar kesalahan bacaan tersebut Abu al-Aswad terkejut.  Dan sejak peristiwa itulah Abu al-Aswad mulai bekerja, dan hasilnya sampai kepada pembuatan tanda fathah berupa satu titik di atas huruf, tanda kasrah berupa satu titik dibawah huruf, tanda dhammah berupa satu titik di sela-sela atau samping huruf, dan tanda sukun berupa dua titik.

Adapun teknis dalam melaksanakan upaya tersebut adalah bahwa Abu Aswad meminta agar disiapkan seorang staf untuk dijadikan juru tulis, tetapi Ziyad gubernur Bashrah pada saat itu malah menyiapkan sebanyak tiga puluh orang. Namun, abu al-aswad tetap memilih seorang diantara mereka. Orang itu berasal dari kabilah qais. Abu al-aswad kemudian memerintahkan kepada staf yang dijadikan juru tulisnya itu untuk mengambil mushaf dan zat pewarna yang berbeda dengan warna yang digunakan untuk menulis mushaf. Selanjutnya al-aswad berpesan kepadanya: “jika  kamu melihat bibibrku terbuka lebar ketika aku menyebutkan huruf berbunyi ‘a’ (fathah) maka letakkanlah satu titik diatasnya, dan jika kedua bibirku agak terkatub ketika aku mengucapkan huruf berbunyi ‘I (kasroh) maka letakkanlalah satu titik dibawah huruf itu, jika bibirku mencuat agak kemuka mengucapkan ‘u maka letakkanlah titik disamping hurup. Sedang jika suaraku berbunyi berdengung (gunnah) maka letakkanlah dua titik diatas huruf itu. Setelah itu, abu al-aswad dengan perlahan-lahan membacakan alquran. Sementara itu juru tulisnya sibuk bekerja sesuai perintah abu al-aswad diatas. Begitu seterusnya… Keadaan tata-tulis ini berlanjut sampai menjelang akhir-akhir abad II Hijriyah. dan adapun tokoh ulama disamping Abu Aswad yang berjasa dalam proses penyempurnaan mushaf dengan memberikan tanda-tanda titik yang bentuk dasarnya sama yaitu Yahya ibnu ya’mur, Hasan al-Bishry, dan Nasr bin ‘Ashmin al-Laitsiy.

Pada tahap berikutnya terjadi perubahan bentuk atau ketentuan harakat berupa huruf. Ide tersebut dicetusakan oleh Khalil bin ahmad, seorang ulama nahwu terkemuka di zamannya, pada sekitar tahun 170 Hijriyah, melalui kreasi al-Khalil tata tulis tersebut disempurnakan dengan cara titik-titiknya dipakai untuk membedakan huruf yang sama, sedangkan tanda bacanya diganti “harakat” atau “Syakal” seperti yang kita kenal sampai sekarang ini.

2.      Kesempurnaan penulisan al-qur’an pada abad ke-3

Pada abad ke-3 Hijriyah terjadi penyempurnaan yang lebih lengkap lagi terhadap penulisan al-qur’an. Dimana pada abad ini, para ulama selanjutnya berijtihad untuk semakin mempermudah orang untuk membaca dan menghafal Al Quran khususnya bagi orang selain arab dengan menciptakan tanda-tanda baca tajwid yang berupa Isymam, Rum, dan Mad.

Sebagaimana mereka juga membuat tanda Lingkaran Bulat sebagai pemisah ayat dan mencamtumkan nomor ayat, tanda-tanda waqaf (berhenti membaca), ibtida (memulai membaca), menerangkan identitas surah di awal setiap surah yang terdiri dari nama, tempat turun, jumlah ayat.

Tanda-tanda lain yang dibubuhkan pada tulisan Al Quran adalah Tajzi yaitu tanda pemisah antara satu Juz dengan yang lainnya berupa kata Juz dan diikuti dengan penomorannya (misalnya, al-Juz-utsalisu: untuk juz 3) dan tanda untuk menunjukkan isi yang berupa seperempat, seperlima, sepersepuluh, setengah Juz dan Juz itu sendiri.

Mereka juga telah memberikan tanda a’in (asyar) untuk setiap sepuluh ayat serta tanda kha (khamasah) untuk setiap lima ayat,dan senantiasa menyebutkan kata-kata Makiyah, serta Madaniyah untuk ayat-ayat Madaniyah. Sebelum ditemukan mesin cetak, Al Quran disalin dan diperbanyak dari mushaf utsmani dengan cara tulisan tangan. Keadaan ini berlangsung sampai abad ke16 M.

3.      Percetakan Al-Qur’an Mulai pada Abad ke-16 M

Ketika Eropa menemukan mesin cetak yang dapat digerakkan (dipisah-pisahkan) dicetaklah Al-Qur’an untuk pertama kali di Hamburg, Jerman pada tahun 1694 M. Mushaf utsmani sepenuhnya telah mencapai kesempurnaanya atau dilengkapi dengan tanda baca. Adanya mesin cetak ini semakin mempermudah umat islam memperbanyak mushaf Al Quran. Mushaf Al Quran yang pertama kali dicetak oleh kalangan umat islam sendiri adalah mushaf edisi Malay Usman yang dicetak pada tahun 1787 M dan diterbitkan di St. Pitersburg Rusia.

Cetakan Al Quran yang banyak dipergunakan di dunia islam sekarang ini adalah cetakan Mesir yang juga dikenal dengan edisi Raja Fuad karena dialah yang memerintah. Edisi ini ditulis berdasarkan Qiraat Ashim riwayat Hafs dan pertama kali diterbitkan di Kairo pada tahun 1344 H/ 1925 M. Selanjutnya, pada tahun 1947 M untuk pertama kalinya Al Quran dicetak dengan tekhnik cetak offset yang canggih dan dengan memakai huruf-huruf yang indah. Pencetakan ini dilakukan di Turki atas prakarsa seorang ahli kaligrafi turki yang terkemuka Said Nursi.

4.      Penyempurnaan Penulisan Al-Quran setelah Masa Kholifah

Mushaf yang ditulis atas perintah ‘Utsman tidak memiliki harakat dan tanda titik sehingga dapat dibaca dengan salah satu qira’at yang tujuh. Pada masa Khalifah ‘Abd Al-Malik (685-705), ketidakmemadainya mushaf ini telah dimaklumi para sarjana muslim terkrmuka saat itu dan karena itru pula penyempurnaan mulai dilakukan. Dua tokoh yang berjasa dalam hal ini, yaitu ‘Ubaidillah bin Ziyad (w.67 H) dan Hajjaj bin Yusuf Ats-Tsaqafi (w.95 H).

Upaya penyempurnaan itu tidak berlangsung sekaligus, tetapi bertahap dan dilakukan oleh setiap generasi sampai abad III H. Ketika proses penyempurnaan naskah Al-Quran selesai dilakukan tercatat tiga nama orang yang pertama kali meletakkan tanda titik pada mushaf ‘Utsman, yaitu Abu Al-Aswad Ad-Dauli, Yahya bin Yamar, dan Nashr bin ‘Ashim Al-Laits. Adapun orang-orang yang pertama kali meletakkan hamzah, tasydid, Al-raum, dan Al-isymam adalah Al-Khalid bin Ahmad Al-Farahidi Al-Azdi yang diberi kunyah Abu Abdirrahman.                  

G.    QIRO’AT AL-QUR’AN

Pada periode awal kaum muslimin memperoleh ayat-ayat al-Qur’an langsung dari nabi saw, kepada para sahabat dan dari sahabat ini kemudian kepada para tabi’in serta para imam-imam qiraat pada masa selanjutnya. Pada masa Nabi saw, ayat-ayat ini diperoleh dari nabi dengan cara mendengarkan, membaca lalu beberapa sahabat menghafalkannya. Sehingga pada periode ini al-Qur’an belum dibukukan, pedoman dasar bacaan dan pelajarannya langsung bersumber dari Nabi saw, serta para sahabat yang hafal al-Qur’an. Hal ini berlangsung hingga masa para sahabat yang pada perkembangannya al-Qur’an dibukukan atas dasar iktiar dari khalifah Abu Bakar dan inisiatif Umar bin Khattab.

Pada perkembangan berikutnya, al-Qur’an justru tertata lebih rapi karena khalifah Usman berinisiatif untuk menyalin mushaf dan dicetak lebih banyak untuk kemudian disebarkan kepada kaum muslimin di berbagai kawasan.

Setelah masa itu, maka muncullah para qurra’ (para ahli dalam membaca al-Qur’an), merekalah yang menjadi panutan di daerahnya masing-masing dan dari bacaan mereka dijadikan pedoman serta cara-cara membaca al-Qur’an.

Untuk membatasi berkembangnya jumlah qira’at Abu Bakar bin Mujahid hanya memilih tujuh guru al-Qur’an terkenal dan menyatakan bahwa bacaan mereka shahih karena diterima dari Nabi dengan Sanad muttashil (rangkaian periwayatan yang bersambung). Berikut ini adalah para imam qira’at yang terkenal dalam sebutan qira’at Sab’ah[31] :

1.      Nafi’al-Madani

Nama lengkapnya adalah Abu Ruwaim Nafi’ bin Abdurrahman bin Abu Nu’aim al-Laitsi, maula Ja’unah bin Syu’ub al-Laitsi. Berasal dari Isfahan. Wafat di Madinah pada tahun 177 H.

Ia mempelajari qira’at dari Abu Ja’far Yazid bin Qa’qa’, Abdurrahman bin Hurmuz, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin ‘Iyasy bin Abi Rabi’ah al-Makhzumi; mereka semua menerima qiraat yang mereka ajarkan dari Ubay bin Ka’ab dari Rasulullah. Perawi qira’at Imam Nafi’ yang terkenal ada dua orang, yaitu  Qaaluun (w. 220 H) dan Warasy (w.197 H).

2.      Ibn Kasir al-Makki

Nama lengkapnya adalah Abdullah ibn Kasir bin Umar bin Abdullah bin Zada    bin Fairuz bin Hurmuz al-Makki. Lahir di Makkah tahun 45 H. dan wafat juga di Makkah tahun 120 H.

Beliau mempelajari qira’at dari Abu as-Sa’ib, Abdullah bin Sa’ib al-Makhzumi, Mujahid bin Jabr al-Makki dan Diryas (maula Ibn ‘Abbas). Mereka semua masing-masing menerima dari Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Umar bin Khattab; ketiga Sahabat ini menerimanya langsung dari Rasulullah SAW. Perawi qira’at Ibn Kasir al-Makki yang terkenal ada dua orang, yaitu Bazzi (w. 250 H) dan Qunbul (w. 251 H).

3.      Abu’Amr al-Basri

Nama lengkapnya Zabban bin ‘Alla’ bin ‘Ammar bin ‘Aryan al-Mazani at-Tamimi al-Bashr. Ada yang mengatakan bahwa namanya adalah Yahya. Beliau adalah imam Bashrah sekaligus ahli qiraat Bashrah. Beliau lahir di Mekkah tahun 70 H, besar di Bashrah, kemudian bersama ayahnya berangkat ke Makkah dan Madinah. Wafat di Kufah pada tahun 154 H.

Beliau belajar qira’at dari Abu Ja’far, Syaibah bin Nasah, Nafi’ bin Abu Nu’aim, Abdullah ibn Kasir, ‘Ashim bin Abu al-Nujud dan Abu al-‘aliyah. Abu al-‘Aliyah menerimanya dari Umar bin Khattab, Ubay bin Ka’ab, Zaid bin Sabit dan Abdullah bin Abbas. Keempat Sahabat ini menerima qira’at langsung dari Rasulullah SAW.

Murid beliau banyak sekali, yang terkenal adalah Yahya bin Mubarak bin Mughirah al-Yazidi (w. 202 H.) Dari Yahya inilah kedua perawi qiraat Abu ‘Amr menerima qiraatnya, yaitu al-Duuri (w. 246 H) dan al-Suusii (w. 261 H).

4.      Abdullah bin ‘Amir al-Syami

Nama lengkapnya adalah Abdullah bin ‘Amir bin Yazid bin Tamim bin Rabi’ah al-Yahshabi. Nama panggilannya adalah Abu ‘Amr, ia termasuk golongan Tabi’in. Beliau adalah imam qiraat negeri Syam, lahir pada tahun 8 H, wafat pada tahun 118 H di Damsyik.

Ibn ‘Amir menerima qira’at dari Mugirah bin Abu Syihab, Abdullah bin Umar bin Mugirah al-Makhzumi dan Abu Darda’ dari Utsaman bin Affan dari Rasulullah SAW.

Di antara para muridnya yang menjadi perawi qiraatnya yang terkenal adalah Hisyam (w. 145 H) dan Ibn Zakwaan (w. 242 H).

5.       ‘Ashim al-Kufi

Nama lengkapnya adalah ‘Ashim bin  Abu al-Nujud. Ada yang mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Abdullah, sedang Abu al-Nujud adalah nama panggilannya. Nama panggilan ‘Ashim sendiri adalah Abu Bakar, ia masih tergolong Tabi’in. Beliau wafat pada tahun 127 H.

Beliau menerima qira’at dari Abu Abdurrahman bin Abdullah al-Salami, Wazar bin Hubaisy al-Asadi dan Abu Umar Saad bin Ilyas al-Syaibani. Mereka bertiga menerimanya dari Abdullah bin Mas’ud. Abdullah bin Mas’ud menerimanya dari Rasulullah SAW.

Di antara para muridnya yang menjadi perawi qiraatnya yang terkenal adalah Syu’bah (w.193 H) dan Hafs (w. 180H).

6.      Hamzah al-Kufi

Nama lengkapnya adalah Hamzah bin Habib bin ‘Ammarah bin Ismail al-Kufi. Beliau adalah imam qiraat di Kufah setelah Imam ‘Ashim. Lahir pada tahun 80 H., wafat pada tahun 156 H di Halwan, suatu kota di Iraq.

Beliau belajar dan mengambil qiraat dari Abu Hamzah Hamran bin A’yun, Abu Ishaq ‘Amr bin Abdullah al-Sabi’I, Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Ya’la, Abu Muhammad Talhah bin Mashraf al-Yamani dan Abu Abdullah Ja’far al-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Zainul ‘Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib serta Abdullah bin Mas’ud dari Rasulullah SAW.

Di antara para muridnya yang menjadi perawi qira’at -nya yang terkenal adalah Khalaf  (w. 150 H) dan Khallad (w. 229 H).

7.      Al-Kisa’i al-Kufi

Nama lengkapnya adalah Ali bin Hamzah bin Abdullah bin Usman al-Nahwi. Nama panggilannya Abul Hasan dan ia bergelar Kisa’i karena ia mulai melakukan ihram di Kisaa’i. Beliau wafat pada tahun 189 H.

Beliau mengambil qira’at dari banyak ulama. Diantaranya adalah Hamzah bin Habib al-Zayyat, Muhammad bin Abdurrahman bin Abu Laia, ‘Ashim bin Abun Nujud, Abu Bakar bin’Ilyasy dan Ismail bin Ja’far yang menerimanya dari Syaibah bin Nashah (guru Imam Nafi’ al-Madani), mereka semua mempunyai sanad yang bersambung kepada Rasulullah SAW. Murid-murid Imam Kisaa’i yang dikenal sebagai perawi yang dikenal sebagai perawi qira’at-nya adalah al-Lais (w. 240 H) dan Hafsh  al-Duuri (w. 246 H).

Baca juga artikel yang lain:

  1. Ulumul Hadist (Ilmu-ilmu Hadist)
  2. Pengertian Bid'ah
  3. Konsep Manusia Menurut Aliran Humanisme dan Islam
  4. Konsep Manusia dalam Prespektif Aliran Psikoanalisa dan Behaviorisme
  5. Psikologi Perkembangan Pada Masa Anak-Anak
  6. Keterkaitan Ilmu Pengetahuan dan Agama
  7. Studi Al-Qur'an
  8. Studi Fikih (Hukum Islam)
  9. Urgensi Pengantar Studi Islam
  10. Etika Politik dan Nilai Pancasila Sebagai Sumber Politik

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Studi Al-Qur’an adalah ilmu yang membahas tentang segala sesuatu yang ada kaitannya dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam yang berlaku sepanjang zaman tidak akan pernah habis dan selesai untuk dibahas.

Persamaan Al-Qur’an dan wahyu adalah sama-sama perkataan Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat jibril secara beransur-ansur.

Perbedaan Al-Qur’an dan wahyu. Wahyu adalah potongan-potongan Al-Qur’an yang belum disatukan yang sedikit demi sedikit disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur yang disampaikannya secara rahasia tanpa diketahui oleh orang lain.

Al-Qur’an adalah kalam Allah dengan lafadz-Nya bukan kalam Jibril ataupun Muhammad. Al-Qur’an bisa juga disebut dengan  potongan-potongan wahyu Allah yang telah dijadikan satu oleh Nabi Muhammad dan sekertaris Nabi Muhammad (sahabatNya) yang sebelumnya dituliskan secara terpisah-pisah dalam berbagai pelepah tamar, daun-daun kering dan tulang-tulang suci.

Manfaat al-Qur’an ialah untuk mengetahui ihwal kitab Al-Qur’an sejak dari turunnya wahyu yang pertama kepada Nabi Muhammad SAW, sampai keadaan kitab itu hingga sekarang.Untuk memahamai isi kandungannya. Untuk dijadikan senjata pamungkas

B. SARAN 

Dari penjelasan yang telah dipaparkan, penulis menyarankan kepada pembaca, agar dapat memanfaatkan makalah ini sebagai sumber ilmu dan referensi untuk membuat tulisan terkait, yang lebih baik lagi. Selain itu, agar dapat memahami Studi Al-Qur’an meliputi pengertian, sejarah turunnya, pembukuan Al-Qur’an, penamaan Al-Qur’an, pengelompokan surah dan keistimewaan-keistimewaannya. Dan juga mempelajari tentang Ilmu Tafsir yang meliputi pengertian, pentingnya ilmu tafsir, corak-corak ilmu tafsir dan kitab-kitab tafsir yang terkenal.


DAFTAR PUSTAKA

al-Qattan , Manna’ Khalil. 2007. Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an terj: Mudzakir. Jakarta: Halim Jaya.

As Shlih, Subhi. 2004. Membahas Ilmu-Ilmu al Quran terj: Tim Pustaka Firdaus. Jakarta: Pustaka Firdaus.

Asmuni, M. Yusran. 1997. Dirasah Islamiyah 1, Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Aziz, Moh.Ali dan Bambang Subandi. 2009. Pengeahuan Tentang Al-Qur’an.  Surabaya: Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Deffer , Ahmad Von. 1998.  Ilmu al-Qur’an Pengenalan Dasar. Jakarta: Rajawali Press.

Kadir, H.Abd. 2016. Dirasat Islamiyah,. Surabaya: Dwi Putra Pustaka Jaya,.

Setiyawan , Andik. Dkk. 2014. Tafsir-Ilmu Tafsir. Jakarta : Kementerian Agama.

Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Al-Qur’an. Bandung: Mizan.

Syuhbah, Muhammad Abu. 2003. Studi Ulumul Qur’an terj: Taufiqurrahman, Bandung, Pustaka Setia.

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel Surabaya. 2012. Studi Al-Qur’an, Surabaya: IAIN Sunan Ampel Surabaya Press.

Zuhdi, Achmad, dkk. 2016. Studi Al-Qur’an . Surabaya : UIN Sunan Ampel Press

http://yhunha-makalah.blogspot.co.id/2015/11/tadwin-al-quran.html

http://makalahpelajaran.blogspot.co.id/2011/04/banyak-sekali-berbagai-pendapat.html


Footnote

[1] Andik Setiyawan, Roli Abdul Rahman dkk, Tafsir-Ilmu Tafsir, (Jakarta : Kementerian Agama, 2014), h. 5

[2] Ibid, 6

[3] M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1996), 3

[4] H.Abd. Kadir, Dirasat Islamiyah, (Surabaya: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2016), 40

[5] Andik Setiyawan, Roli Abdul Rahman dkk, Tafsir-Ilmu Tafsir, (Jakarta : Kementerian Agama, 2014), h.7

[6] H.Abd. Kadir, Dirasat Islamiyah, (Surabaya: Dwi Putra Pustaka Jaya, 2016), h, 42

[7] ibid, 44.

[8] Ibid, 44

[9] Ibid, 49.

[10] Ibid, 183

[11] ibid

[12] ibid

[13] Ibid, 184

[14]  H. Abd. Kadir, Dirasat Islamiyah (Sidoarjo : Dwiputra Pustaka Jaya, 2016), 49.

[15] Ibid, 184

[16] Ibid, 183

[17] Ibid, 184

[18] M. Yusran Asmuni, Dirasah Islamiyah 1, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 15

[19]  H. Abd. Kadir, Dirasat Islamiyah (Sidoarjo : Dwiputra Pustaka Jaya, 2016), 49.

[20]  Ibid., 49.

[21] H. Abd. Kadir, Dirasat Islamiyah (Sidoarjo : Dwiputra Pustaka Jaya, 2016), 54.

[22] Ibid., 55.

[23] Ibid., 57.

[25]  Achmad Zuhdi dkk, Studi Al-Qur’an ( Surabaya : UIN Sunan Ampel, 2016), 17.

[26] Subhi As Shlih,, Membahas Ilmu-Ilmu al Quran terj: Tim Pustaka Firdaus, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2004), h.86.

[27] Muhammad Abu Syuhbah, Studi Ulumul Qur’an terj: Taufiqurrahman, (Bandung, Pustaka Setia, 2003) hal.27.

[28] Subhi as-Shalih, op.cit. h. 32.

[29] Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu al-Qur’an terj: Mudzakir, (Jakarta: Halim Jaya, 2007) h. 188

[30] Ahmad Von Deffer, Ilmu al-Qur’an Pengenalan Dasar, (Jakarta: Rajawali Press, 1998) h. 53

[31] DR. H. Abd. Kadir. Dirasat Islamiyah. (Sidoarjo: Dwiputra Pustaka Jaya. 2016). Hal. 74


Keterkaitan Ilmu Pengetahuan dan Agama

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Tidak puasnya manusia dalam mencari ilmu dan mecari kebenaran dalam kehidupan, membuat banyaknya pemahaman-pemahaman yang beragam. Hal ini mendorong manusia untuk mentelaah ilmu lebih dalam. Manusia pun berlomba untuk mempengaruhi manusia lainnya agar berpikir sama dengannya. Suatu keinginan mencari kebenaran timbul dari sebuah pemikiran manusia tersebut. Kebenaran yang dicari dan didapatkan manusia tersebut terkadang membuat keraguan oleh manusia lainnya, manusia lainnya melakukan pengujian dan mencari kebenaran tersebut, dan hal ini berlanjut terus menerus.

Keinginan manusia mencari kebenaran terhadap sesuatu, membuat ilmu  pengetahuan berkembang hingga seperti saat ini. Teknologi yang ada pada saat ini merupakan hasil dari perkembangan dan pengaplikasian ilmu pada saat ini. Banyak manfaat dari ilmu yang didapatkan pada saat ini, tetapi ilmu juga sebagai  penyebab munculnya kemudaratan di muka bumi. Sebagai contoh, pada negara-negara maju yang mengembangkan ilmu untuk mencari senjata pemusnah massal sebagai alat agar negaranya ditakuti oleh negara lain. Dalam penggunaan ilmu diperlukan sesuatu untuk mengatur pemakaian ilmu untuk keberlangsungan hidup manusia. Sesuatu yang diperlukan untuk  pengatur penggunaan itu adalah sesuatu yang membuat ilmu itu ada. Sesuatu yang membuat ilmu itu adalah Allah SWT yang menciptakan semesta alam dan semua kejadian yang ada dimuka bumi dan menurunkan agama untuk mengatur segala yang ada dibumi. Ini membuat sebagian manusia menelusuri keterkaitan dan kebenaran ilmu dengan agama.

Oleh karena itu, dalam makalah ini kami mengangkat masalah hubungan antara ilmu dengan agama. Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang kami miliki, kami mencoba merangkum berbagai tulisan yang berkaitan ilmu dengan agama.


B.     Rumusan Masalah Masalah yang dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa pengertian ilmu dan agama ?

2. Bagaimana pandangan antara ilmu dan agama ?

3. Bagaimana hubungan antara ilmu dan agama ?


C.     Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :

1.   Mengetahui pengertian ilmu dan agama.

2.   Mengetahui pandangan antara ilmu dan agama.

3.   Mengetahui hubungan antara ilmu dan agama.


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Ilmu Pengetahuan

Pengertian ilmu, kata ilmu merupakan terjemah dari kata science, yang secara etimologi berasal dari kata latin scire, yang artinya to know. Dalam pengertian yang sempit science diartikan untuk menunjukkan ilmu pengetahuan alam, yang sifatnya kuantitatif dan objektif.[1]

Ilmu pengetahuan adalah suatu sistem pengetahuan dari berbagai pengetahuan, mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa menurut asas-asas tertentu, hingga menjadi kesatuan atau sistem dari berbagai pengetahuan. James menjelaskan, ilmu pengetahuan adalah rangkaian konsep dan kerangka konseptual yang saling berkaitan dan telah berkembang sebagai hasil percobaan dan pengamatan.[2] Ilmu pengetahuan tidak dipahami sebagai pencarian kepastian, melainkan sebagai penyeledikan yang berkesinambungan.

Pengertian pengetahuan secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa inggris yaitu knowledge. Sedangkan secara terminology ialah menurut Gazalba, pengetahuan adalah apa yang di ketahui atau usaha pekerjaan tahu. Pekerjaan tahu tersebut adalah hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti, dan pandai.Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran.[3]

Ilmu pengetahuan juga bisa merupakan upaya menyingkap realitas secara tepat dengan merumuskan objek material dan objek formal.Upaya penyingkapan realitas dengan memakai dua perumusan tersebut adakalanya menggunakan rasio dan empiris atau mensintesikan keduanya sebagai ukuran sebuah kebenaran (kebenaran ilmiah). Penyingkapan ilmu pengetahuan ini telah banyak mengungkap rahasia alam semesta dan mengeksploitasinya untuk kepentingan manusia.

Dewasa ini, ilmu pengetahuan yang bercorak empiristik dengan metode kuantitatif (matematis) lebih dominan menduduki dialektika kehidupan masyarakat. Hal ini besar kemungkinan karena banyak dipengaruhi oleh perkembangan pemikiran positivistiknya Auguste Comte yang mengajukan tiga tahapan pembebasan ilmu pengetahuan.[4] Pertama, menurut Auguste Comte ilmu pengetahuan harus terlepas dari lingkungan teologik yang bersifat mistis. Kedua, ilmu pengetahuan harus bebas dari lingkungan metafisik yang bersifat abstrak. Ketiga, ilmu pengetahuan harus menemukan otonominya sendiri dalam lingkungan positifistik.


B.     Pengertian Agama

Agama disebut dengan istilah din. Dalam bahasa Semit, din berarti undang-undang atau hukum. Dalam bahasa Arab kata ini mengandung arti menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, kebiasaan. Bila lafal din disebutkan dalam rangkaian din-ullah, maka dipandang datangnya agama itu dari Allah, bila disebut dinunnabi dipandang nabilah yang melahirkan dan menyiarkan, bila disebut dinul-ummah, karena dipandang manusialah yang diwajibkan memeluk dan menjalankan. Ad-din bisa juga berarti syari‟ah: yaitu nama bagi peraturan-peraturan dan hukum-hukum yang telah disyari‟atkan oleh Allah selengkapnya atau prinsip-prinsipnya saja, dan dibedakan kepada kaum muslimin untuk melaksanakannya, dalam mengikat hubungan mereka dengan Allah dan dengan manusia. Ad-din berarti millah, yaitu mengikat.

Maksud agama ialah untuk mempersatukan segala pemeluk-pemeluknya, dan mengikat mereka dalam suatu ikatan yang erat sehingga merupakan batu  pembangunan, atau mengingat bahwa, hukum-hukum agama itu dibukukan atau didewankan. Ad-din berarti nasihat, seperti dalam hadis dari Tamim ad-Dari R.A.  bahwa Nabi SAW bersabda: Ad-dinu nasihah. Para sahabat bertanya: “Ya Rasulullah, bagi siapa?” Beliau menjelaskan: “Bagi Allah dan kitab-Nya, bagi Rasul-Nya dan bagi para pemimpin muslimin dan bagi seluruh muslimin.” (HR. Muslim, Abu Dawud, Nasa‟i dan Ahmad). Jadi agama adalah sesuatu yang diturunkan Pencipta manusia melalui utusannya yang mengajarkan cara dan aturan hidup serta apa yang ada di alam semesta.

Menurut Edgar sheffield   Brightiman agama ialah suatau unsur mengenai pengalaman-pengalaman yang dipandang nilai yang tertinggi, pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang di percaya sebagai sesuatau yang terjadi asal muala yang menambah dan melestarikan nilai-nilai, dan  sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta pengabdian tersebut, baik dengan jalan melakukan upacara-upacara yang simbolis maupun melalui perbuatan-perbuatan yang lain yang bersifat perseorangan, dan kemasyarakatan.[5]

Jadi, agama adalah keseluruhan pendapat tentang Tuhan, dunia, hidup dan mati, tingkah laku, serta baik buruknya yang berlandaskan wahyu. Wahyu adalah penerangan Tuhan secara istimewa kepada manusia secara langsung atau tidak langsung. Agama merupakan kumpulan apa yang diturunkan Allah SWT kepada para Nabi dan Rasul melalui wahyu untuk merealisasikan kesempurnaan manusia kepada Tuhan.


C.    Pandangan Antara Ilmu dan Agama

Pandangan antara Ilmu dan Agama Dalam kehidupan sekarang yang banyak terpenuhi dan terpuaskan oleh ilmu pengetahuan, beberapa orang beranggapan bahwa ilmu yang telah didapat tidak terkait dengan agama. Banyak pemikiran dan penyimpulan tanpa dilandasi oleh kepastian pasti membuat hubungan antara ilmu (sains) dengan agama memiliki tolak belakang. Pemikiran-pemikiran seperti ini sebenarnya salah agama adalah pedoman hidup setiap manusia yang telah diatur dan dibuat oleh Sang Pencita. Sebagaimana pemisalan sebuah telepon genggam yang dirancang manusia, terdapat panduan yang harus ditaati dan dipahami agar telepon genggam tersebut dapat dijalankan dan digunakan dengan baik serta sesuai dengan keinginan si  perancang. Begitu juga manusia yang diciptakan Allah SWT terdapat panduan atau pedoman berupa Al-Qur‟an dan Hadist yang harus ditaati agar kehidupan manusia berjalan sesuai dengan ketetapan Allah SWT sebagai Sang Pencipta. Apabila gedung paling tinggi di dunia sekarang yang ada di Dubai sekarang yang namanya „Burj Dubai dibutuhkan arsitek, tenaga sipil, kontraktor yang mendesainnya, serta tenaga ahli dan tenaga kerja yang banyak untuk membangunnya agar kelihatan indah dipandang mata dan tahan dalam jangka waktu yang lama. Bangunan ini pun perlu hitungan matematis untuk mengetaahui sejauh mana kekuatan dari bangunan ini dan memiliki panduan dan peraturan agar  bangunan ini tetap terjaga.

Mengamati alam semesta yang luas, banyak fenomena yang luar biasa, dimana setiap planet dapat berputar pada porosnya dan tidak bertabrakan, setiap planet memiliki gravitasi dan cahaya yang berbeda-beda, pergantian siang dan malam, adanya makhluk hidup dan hal-hal yang luar biasa lainnya. Tidak mungkin tidak ada yang mengatur dan menciptakannya. Hal ini dijelaskan dalam Al-Qur‟an sebagai pedoman manusia "Sesungguhnya pada penciptaan langit dan bumi,  pergantian malam dan siang, kapal yang berlayar di laut dengan (muatan) yang  bermanfaat bagi manusia, apa yang diturunkan Allah dari langit berupa air, lalu 5 dengan air itu dihidupkan-Nya bumi setelah mati (kering), dan Dia tebarkan di dalamnya bermacam-macam binatang, dan perkisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, (semua itu) sungguh merupakanlanda-tanda bagi orang-orang yang mengerti". (QS. 2/ Al-Baqoroh: 164)


D.    Hubungan Antara Ilmu dan Agama

Dalam kitabnya Minhajul Abidin, Al-Ghazali mengatakan ilmu adalah imamnya amal dan amal adalah makmumnya. Ilmu adalah pemimpin dan pengamalan adalah pengikutnya. Ilmu ibarat permata yang harus digali dan terus dicari oleh semua orang.[8]

Dari segi akal, ilmu merupakan keutamaan yang harus dimiliki dan diraih oleh manusia demi mendekatkan diri kepada tuhannya. Orang yang berilmu, ilmunya akan mengantarkannya menuju jalan kebenaran dan kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Al-Ghazali membagi ilmu terpuji dan ilmu tercela. Ilmu terpuji adalah ilmu yang dapat mengantarkan seseorang kepada kebenaran dan kebahagiaan disisi Tuhan. Ilmu fiqih, tauhid, dan ilmu-ilmu agama lainnya dikategorikan dalam kategori ini. Ilmu tercela adalah ilmu yang menyebabkan berbagai kerusakan baik kerusakan individual maupun kerusakan social. Sihir, mantra, ramalan dan sebagianya masuk dalam kategori ini. Dalam mempelajari ilmu Astronomi (perbintangan), hendaklah dibatasi dengan pembahasan dan pendalaman dalam mencari suatu arahan dan mencari kiblat. Dalam ilmu kimia hendaklah dibatasi dengan ilmu kedokteran secukupnya.[6]

Disisi lain, Al-Ghazali juga membagi ilmu menjadi ilmu fardhu ain dan fardhu kifayah. Ilmu fardhu ain adalah ilmu yang dapat menyelamatkan dari kebinasaan dan memperoleh derajat yang tinggi. Sementara ilmu-ilmu yang lebih dari itu adalah fardhu kifayah bukan fardhu ain.[7]

Secara filosofis al-Ghazali emmbagi ilmu kedalam ilmu syar’yah dan ilmu aqliyah. Oleh al-Ghazali ilmu yang terakhir ini disebut juga ilmu ghairu syar’iyah. Ilmu nonfilosofis menurutnya dipandang sinonim dengan ilmu religious, karena dia menganggap ilmu itu berkembang dalam suatu peradaban yang memiliki syari’ah (hukum wahyu).[8]

Tidak hanya berhenti pada pandangan akan pembagian ilmu, al-Ghazali juga membagi ilmu-ilmu berdasarkan kadar kepentingannya. Kadar kepentingan dalam tingkatan ilmu diukur dari kedekatannya dengan akhirat. Seperti ilmu syariat lebih utama dari pada ilmu yang lainnya. Hal ini menurut al-Ghazali, karena segala macam ilmu termasuk dalam af’al (perbuatan-perbuatan) Allah dan sifat-Nya.

Al-Ghazali bahkan beranggapan bahwa ilmu pengetahuan yang dapat digali dari al-Qur’an tidak dapat dihitung. Al-Ghazali sangat gigih berupaya menjadilan al-Qur’an sebagai sumer segala macam ilmu pengetahuan, baik yang bersifat duniawi maupun ukhrawi. Dia mengklaim bahwa semua jenis ilmu pengetahuan dapat digali dari al-Quran. [9]

Hubungan antara ilmu dan agama adalah pandangan yang telah lama dikemukakan oleh para ulama, filosof dan teologi. Masalah ini telah diungkapkan dari sudut pandang yang berbeda-beda dalam telogi dan filsafat ilmu-ilmu social dan filsafat ilmu.

Sebagai Hujjatul Islam, al-Ghazali tidak mentabukan adanya hubungan antara ilmu dan agama. Dalam kitabnya Mukhtashar ihya’Ulumuddin, beliau berkata “iman itu telanjang pakaiannya adalah takwa perhiasannya adalah rasa malu dan buahnya adalah ilmu.” Ilmu dan ibadah adalah dua mata rantai yang saling terkait. Pada dasarnya segala sesuatu yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan dan kita pelajarai adalah hanya untuk ilmu dan ibadah. Bagi al-Ghazali, ilmu dan agama sangat terikat dan keduanya tidak dapat dipisahkan. Dalam mendeskripsikan hubungan keduanya, beliau menggunakan logikanya dengan mencoba memahami sebuah pohon. Pada sebuah pohon, ilmu merupakan pohonnya dan agama merupakan buahnya. Maka jika kita beragama dan  beribadah sesuai tuntutannya tanpa dibekali ilmu, ilmu tersebut akan lenyap bagaikan debu ditiup angin, buah pun tidak dapat diraih. Sebaliknya, jika pohon itu hanya mampu memberi daun dan tidak bias menghasilkan sebuah buah maka eksistensi pohon itu menjadi kurang sempurna.[10]

Menurut Muhammad Abduh, agama merupakan sebuah produk Tuhan. Tuhan juga mengajarkannya kepada umat manusia, dan membimbing manusia untuk menjalankanya. Agama merupakan alat untuk akal dan logika, bagi orang-orang yang ingin kabar gembira dan sedih. agama menurut sebagian orang merupakan sesuatu hal yang menyangkut hati; suatu hal yang sangat berarti; suatu hal  yang menuntun jiwa untuk menemukan keyakinan. Agama dengan eksistensinya telah membuatnya berbeda dengan segala apa yang pernah ada, membuatnya berbeda dengan dengan segala yang pernah dimiliki manusia. Agama membuat orang melakukan aktifitas yang harus bersesuaian dengan apa yang diajarkannya, baik tuntunan itu berat ataupun ringan.

Agama menjadikan kehidupan manusia lebih teratur dalam kehidupannya, karena segala dorongan dan keinginannya menjadi lebih terarah. Agama menjadi pemimpin roh jiwa manusia. Ia juga berperan aktif membimbing manusia untuk memahami ajaran-ajaranya. Diibaratkan seorang manusia layaknya seorang yang berada diujung pedang, jika salah maka orang tersebut mati olehnya, tetapi agama agama datang sebagai penyelamat. Apapun yang terjadi pada manusia, ia tidak akan bisa terlepas dari agama. Sangat mustahil memisahkan kehidupan manusia dari agama. Seperti halnya menghilangkan luka bekas operasi dari kulit manusia.[11]       

Bagi kalangan barat, agama adalah penghalang kemajuan. Oleh karena itu, mereka beranggapan, jika ingin maju maka agama tidak boleh lagi mengatur hal-hal yang berhubungan dengan dunia. Seorang Karl marx mengatakan bahwa agama adalah candu masyarakat, candu merupakan zat yang dapat menimbulkan halusianasi yang membius. Marks mendefinisikan bahwa setiap pemikiran tentang agama dan tuhan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. sebagai seorang materialisme, Marks sama sekali tidak percaya adanya Tuhan dan secara tegas ia ingin memerangi semua agama. Dalam pernyataan Marks, sebenarnya yang dimaksud dengan candu masyarakat merupakan kritik terhadap realitas yang tidak berpihak pada kaum lemah. Misalnya orang yang sedang kelaparan hanya membutuhkan nasi atau sepotong roti untuk mengisi perutnya, bukan membutuhkan siraman rohani ataupun khutbah yang berisikan tentang kesabaran, namun tidak memperdulikan tentang realitas sosial

Dalam pandangan saintis, agama dan ilmu pengetahuan mempunyai perbedaan. Bidang kajian agama adalah metafisik, sedangkan bidang kajian sains / ilmu pengetahuan adalah alam empiris. Sumber agama dari tuhan, sedangkan ilmu pengetahuan dari alam.

Dari segi tujuan, agama berfungsi sebagai pembimbing umat manusia agar hidup tenang dan bahagia didunia dan di akhirat. Adapun sains / ilmu pengetahuan berfungsi sebagai sarana mempermudah aktifitas manusia di dunia. Kebahagiaan di dunia, menurut agama adalah persyaratan untuk mencapai kebahagaian di akhirat.

Menurut Amstal, bahwa agama cenderung mengedepankan moralitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan, eksklusif dan subjektif. Sementara ilmu pengetahuan selalu mencari yang baru, tidak terikat dengan etika, progesif, bersifat inklusif, dan objektif. Meskipun keduanya memiliki perbedaan, juga memiliki kesamaan, yaitu bertujuan memberi ketenangan. Agama memberikan ketenangan dari segi batin karena ada janji kehidupan setelah mati, Sedangkan ilmu memberi ketenangan dan sekaligus kemudahan bagi kehidupan di dunia.[12]  Misalnya, Tsunami dalam Konteks agama adalah cobaan Tuhan dan sekaligus rancangan-Nya tentang alam secara keseluruhan. Oleh karena itu, manusia harus bersabar atas cobaan tersebut dan mencari hikmah yang terkandung dibalik Tsunami. Adapun menurut ilmu pengetahuan, Tsunami terjadi akibat pergeseran lempengan bumi, oleh karena itu para ilmuwan harus mencari ilmu pengetahuan untuk mendeteksi kapan tsunami akan terjadi dan bahkan kalau perlu mencari cara mengatasinya.

Karekteristik agama dan ilmu pengetahuan tidak selau harus dilihat dalam Konteks yang berseberangan, tetapi juga perlu dipikirkan bagaimana keduanya bersinergi dalam membantu kehidupan manusia yang lebih layak. Osman Bakar mengatakan bahwa epistemology, metafisika, teologi dan psikologi memiliki peran penting dalam mengembangkan intelektual untuk merumuskan berbagai hubungan konseptual agama dan ilmu pengetahuan.[13] Peran utamanya adalah memberikan rumusan-rumusan konseptual kepada para ilmuan secara rasional yang bisa dibenarkan dengan ilmiah dan dapat dipertanggung jawabkan untuk digunakan sebagai premis-premis dari berbagai jenis sains. Misalnya kosmologi, dengan adanya kosmologi dapat membantu meringankan dan mengkonseptualkan dasar-dasar ilmu pengetahuan seperti fisika dan biologi.

Ilmu pengetahuan yang dipahami dalam arti pendek sebagai pengetahuan objektif, tersusun, dan teratur. Ilmu pengetahuan tidak dapat dipisahkan dari agama. Sebut saja al-Quran, al-Quran merupakan sumber intelektualitas dan spiritualitas. Ia merupakan sumber rujukan bagi agama dan segala pengembangan ilmu pengetahuan. Ia merupakan sumber utama inspirasi pandangan orang islam tentang keterpaduan ilmu pengetahuan dan agama. Manusia memperoleh pengetahuan dari berbagai sumber dan melalui banyak cara dan jalan, tetapi semua pengetahuan pada akhirnya berasal dari Tuhan. Dalam pandangan al-Quran, pengetahuan tentang benda-benda menjadi mungkin karena Tuhan memberikan fasilitas yang dibutuhkan untuk mengetahui. Para ahli filsafat dan ilmuan muslim berkeyakinan bahwa dalam tindakan berpikir dan mengetahui, akal manusia mendapatkan pencerahan dari Tuhan Yang Maha mengetahui sesuatu yang belum diketahui dan akan diketahui dengan lantaran model dan metode bagaimana memperolehnya.[14]

Al-Quran bukanlah kitab ilmu pengetahuan, tetapi ia memberikan pengetahuan tentang prinsip-prinsip ilmu pengetahuan yang selalu dihubungkan dengan pengetahuan metafisik dan spiritual. Panggilan al-Quran untuk “membaca dengan Nama Tuhanmu” telah dipahami dengan pengertian bahwa pencarian pengetahuan, termasuk didalamnya pengetahuan ilmiah yang didasarkan pada pengetahuan tentang realitas Tuhan. Hal ini dipertegas oleh Ibnu Sina yang menyatakan, Ilmu pengetahuan disebut ilmu pengetahuan yang sejati jika menghubungkan pengetahuan tentang dunia dengan pengetahuan Prinsip Tuhan.[15]

Agama dan ilmu pengetahuan memang berbeda metode yang digunakan, karena masing-masing berbeda fungsinya. Dalam ilmu pengetahuan kita berusaha menemukan makna pengalaman secara lahiriyah, sedangkan dalam agama lebih menekankan pengalaman yang bersifat ruhaniah sehingga menumbuhkan kesadaran dan pengertian keagamaan yang mendalam. Dalam beberapa hal, ini mungkin dapat dideskripsikan oleh ilmu pengetahuan kita, tetapi tidak dapat diukur dan dinyatakan dengan rumus-rumus ilmu pasti.[16]

Sekalipun demikian, ada satu hal yang sudah jelas, bahwa kehidupan jasmani dan rohani tetap dikuasai oleh satu tata aturan hukum yang universal. Ini berarti, baik agama maupun ilmu pengetahuan, yaitu Allah. Keduanya saling melengkapi dan membantu manusia dalam bidangnya masing-masing dengan caranya sendiri.[17]

Fungsi agama dan ilmu pengetahuan dapat dikiaskan seperti hubungan mata dan mikroskop. Mikroskop telah membantu indera mata kita yang terbatas, sehingga dapat melihat bakteri-bakteri yang terlalu kecil untuk dilihat oleh mata telanjang. Demikian pula benda langit yang sangat kecil dilihat dengan mata telanjang, ini bisa dibantu dengan teleskop karena terlalu jauh. Demikian halnya dengan wahyu Ilahi, telah membantu akal untuk memecahkan masalah-masalah rumit yang diamati oleh indera.[18] Jika ini hanya dilakukan oleh akal maka akan menyesatkan manusia.    

Antara agama dan ilmu pengetahuan tak ada pertentangan, just ru keduanya saling mengisi. Ilmu pengetahuan tak dapat menggantikan peran agama, karena agama memberikan kasih sayang, harapan, cahaya, dan kekuatan, agama meninggikan nilai kita, membantu mewujudkan keinginan kita. Begitu pula agama juga tak dapat menggantikan peran ilmu pengetahuan, melalui ilmu pengetahuan kita dapat mengenal alam, kita dapat mengetahui hukum alam, dan kita pun dapat mengenal siapa diri kita sendiri.

Dan agama tanpa ilmu pengetahuan berakhir dengan kemandekan dan prasangka buta, dan tak dapat mencapai tujuan. Kalau tak ada ilmu pengetahuan, agama menjadi alat bagi orang-orang pandai yang munafik.

Ilmu pengetahuan tanpa agama adalah seperti sebilah pedang tajam di tangan pemabuk yang kejam. Juga ibarat lampu di tangan pencuri, yang digunakan untuk membantu si pencuri mencuri barang yang berharga di tengah malam.

Baca juga artikel yang lain:

  1. Ulumul Hadist (Ilmu-ilmu Hadist)
  2. Pengertian Bid'ah
  3. Konsep Manusia Menurut Aliran Humanisme dan Islam
  4. Konsep Manusia dalam Prespektif Aliran Psikoanalisa dan Behaviorisme
  5. Psikologi Perkembangan Pada Masa Anak-Anak
  6. Keterkaitan Ilmu Pengetahuan dan Agama
  7. Studi Al-Qur'an
  8. Studi Fikih (Hukum Islam)
  9. Urgensi Pengantar Studi Islam
  10. Etika Politik dan Nilai Pancasila Sebagai Sumber Politik

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Agama islam banyak memberikan penegasan mengenai ilmu pengetahuan baik secara nyata maupuan tersamar, seperti yang tersebut dala surat al-mujadalah ayat 11. Jelas bahwa pada prinsipnya kita diperintah oleh allah untuk membaca bukan saja membaca secara sempit atau membaca secara harfiah.

Agama dan ilmu dalam berberapa hal berbeda,namun pada sisi tertentu memiliki kesamaan. Agama lebih mengedepankan moalitas dan menjaga tradisi yang sudah mapan (ritual), Cenderung eksklusif, dan subjektif. Sementara ilmu selalu mencari yang baru, Tidak terlalu terikat dengan etika, Progresif, bersifat inklusif, dan objekif. 

Agama selaras dengan ilmu pengetahuan. Tidak ada pertentangan antara agama dengan ilmu pengetahuan. Agama tidak mengekang ilmu pengetahuan. Agama hanyalah mengatur agar ilmu pengetahuan tidak melewati batas-batas norma dan etika yang adanya. Di dalam agama, untuk hal-hal yang sifatnya bukan ibadah umum terdapat kaidah ”segala hal itu diperbolehkan kecuali yang dilarang.” Dengan demikian ilmu pengetahuan dapat terus berkembang dan bermanfaat bagi umat manusia.

Ilmu pengetahuan tanpa agama bagaikan sebilah pedang yang tajam di tangan pemabuk yang kejam, yang artinya orang yang memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi tanpa dilandasi dengan agama orang tersebut tidak bisa mengendalikan agama dan ilmu pengetahuan saling berkaitan dan saling mengisi.


DAFTAR PUSTAKA

Burhanuddun. Logika Material FilsafatIlmuPengetahuan. Jakarta: RinekaCipta

Qadir. Ilmu Pengetahuan dan Metodenya. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Bakhtiar Amsal. Filasafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada

The Liang Gie. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty

Syafi’i kencana inu.  filsafat Kehidupan. Jakarta: Bumi Aksara

al-Ghazali. Ihya’ulumuddin Mukhtashar.  Bairut. Bandung : Mizan

al-Ghazali. Mukhtashar

Baktiar Amtsal. Filsafat Ilmu. Jakarta : Rajawali Pers

Sibawaihi. Eskatologi al-Ghazali dan Rahman Fadzlur. Yogyakarta: Islamika

Abduh Muhammad. Islam Ilmu Pengetahuan dan Msyarakat Madani. Jakarta: Raja Grafindo

Bakhtiar Amtsal. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Bakar Osma. DR. Tawhid and Science. Islamic perspective on Religion and Science. Malaysia: sdn BHR

Soedewo. Ilmu pengetahuan dan Agama. Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah


Foodnoot

[1] Burhanuddun. Logika Material FilsafatIlmuPengetahuan.(RinekaCipta, Cet. Ke- I. Jakarta. 1997).Hlm. 29-30 

[2] Qadir, Ilmu Pengetahuan dan Metodenya, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1938), 37.

[3] Amsal Bakhtiar. Filasafat Ilmu. (Pt. Raja Grafindo Persada, Cet. Ke-10. Jakarta. 2011). Hlm.85

[4] The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu (Yogyakarta: Liberty, 2004), 39.

[5] Inu kencana Syafi’i.  filsafat Kehidupan.( Bumi Aksara,  Cet,. Ke-1. Jakarta, 1995). hlm.55. 

[6] al-Ghazali, Mukhtashar Ihya’ Ulumiuddin ( Bairut : Muassasah al-Kutub as-Tsaqafiah, 1990) trj. Irwan Kurniawan ( Bandung : Mizan, 1997), hlm. 32

[7] al-Ghazali, Mukhtashar…, hlm.26.

[8] Amtsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, ( Jakarta : Rajawali Pers, 2004 ), hlm. 123.

[9] Sibawaihi, Eskatologi al-Ghazali dan Fadzlur Rahman (Yogyakarta : Islamika, 2004), hlm. 169.

[10] Lihat : Minhajul Abidin, trj hlm. 17

[11] Muhammad Abduh, Islam; Ilmu Pengetahuan dan Msyarakat Madani,terj olehHaris Fadillah (Jakarta: Raja Grafindo, 2004) hal.4.

[12] Amtsal Bakhtiar,  Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), hal.230-231

[13] Osma Bakar, DR, Tawhid and Science; Islamic perspective on Religion and Science,  (Malaysia: sdn BHR, 2008), hal.60.

[14]  Ibid, hal.149.

[15]  Ibid, hal.150.

[16] Soedewo, Ilmu pengetahuan dan Agama, (Jakarta: Darul Kutubil Islamiyah, 2007),  59.

[17] Ibid,. 60.

[18]  Ibid,. 61.

Psikologi Perkembangan Pada Masa Anak-Anak

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Perkembangan Masa Awal Anak-anak

Masa anak- anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, beberapa ciri perkembangan pada masa ini adalah :

1.         Perkembangan fisiologi[1]

Selama masa anak-anak awal, pertumbuhan fisik berlangsung lambat di bandingkan dengan tingkat pertumbuhan selama masa bayi. Pertumbuhan fisik yang lambat ini berlangsung sampai mulai munculnya tanda-tanda pubertas, yakni kira-kira 2 tahun menjelang anak matang secara seksual dan pertumbuhan fisik kembali berkembang pesat. Beriku ini merupakan perkembangan-perkembangan fisik :

a.       Tinggi dan berat

Selama masa anak-anak awal, tinggi rata-rata anak bertumbuh 2,5 inci dan berat bertambah antara 2,5 hingga 3,5 Kg setiap tahunnya. Pada usia 3 tahun, tinggi anak sekitar 38 inci dan beratnya sekitar 16,5 Kg. Pada usia 5 tahun, tinggi anak mencapai 43,6 inci dan beratnya 21,5 Kg.

b.      Perkembangan otak

Di antara perkembangan fisik yang sangat penting selama masa anak-anak awal ialah perkembangan otak dan sistem saraf yang berkelanjutan. Meskipun otak terus bertumbuh pada masa awal anak- anak, namun pertumbuhannya tidak sepesat pada masa bayi. Pada saat bayi mencapai usia 2 tahun, ukuran otaknya rata-rata 75% dari otak orang dewasa, dan pada usia 5 tahun, ukuran otaknya telah mencapai sekitar 90% otak orang dewasa.

Pertumbuhan otak selama awal masa anak-anak disebabkan oleh pertambahan jumlah dan ukuran urat saraf yang berujung di dalam dan di antara daerah-daerah otak. Ujung-ujung urat saraf itu terus bertumbuh setidak-tidaknya hingga masa remaja. Beberapa pertambahan ukuran otak juga disebabkan oleh pertambahan myelination, yaitu suatu proses dimana sel-sel urat saraf ditutup dan disekat dengan suatu lapisan sel-sel lemak. Proses ini berdampak terhadap peningkatan kecepatan informasi yang berjalan melalui sistem urat saraf.

c.       Perkembangan motorik

Dengan bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur sistem syaraf-otot (neuromuskuler) memungkinkan anak-anak usia ini lebih lincah dan aktif bergerak. Dengan meningkatnya usia nampak perubahan dari gerakan kasar mengarah kearah gerakan yang lebih halus yang memerlukan kecermatan dan kontrol otot-otot yang lebih halus serta koordinasi. Keterampilan dan koordinasi gerakan harus dilatih dalam hal kecepatannya dan keluwesannya.

Beberapa permainan dan alat bermain yang sederhana seperti kertas koran, kubus-kubus, bola, balok titian, tongkat dapat digunakan untuk membantu memperkembangakan aspek motorik ini. Beberapa keterampilan motorik yang perlu dilatih dalam hal keluwesan, kecepatan dan ketepatannya antara lain ialah: keterampilan koordinasi anggota gerak seperti tubuh untuk berjalan, berlari, melompat, keterampilan tangan,  jari-jemari dalam hal makan, mandi, berpakaian, melempar, menangkap, merangkai dan lain-lain, keterampilan kaki misalnya meniti, berjingkat, menari, menendang dan lain-lain.

d.      Keterampilan Gerakan Kasar

Perkembangan motorik kasar yang membutuhkan keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, dengan menggunakan otot-otot besar, sebagian atau seluruh anggota tubuh. Contohnya, berjalan, berlari, berlompat, dan sebagainya.

Perkembangan motorik kasar pada bayi memiliki rangkaian tahapan yang berurutan. Artinya setiap tahapan harus dilalui dan dikuasai dulu sebelum memasuki tahapan selanjutnya. Tidak semua bayi akan menguasai suatu keterampilan di usia yang sama, karena perkembangan anak bersifat individual. Tapi perbedaan itu tidak disebabkan bayi yang satu lebih pandai daripada bayi yang lain. Perkembangan keterampilan tidak ada pengaruhnya langsung dengan kecerdasan.

Berikut merupakan tahapan perkembangan motorik pada anak sesuai dengan pertumbuhan usianya:

1)      Anak usia 3 tahun

a)      berbalik atau berhenti secara tiba-tiba atau cepat

b)      melompat dengan lompatan kurang lebih 37-60 cm

c)      naik tangga tanpa dibantu

d)     meloncat dengan tambahan beberapa variasi lompatan

2)      Anak usia 4 tahun

a)     sangat aktif, mampu meniru, mengikuti dan menikmati berbagai gerakan yang dicontohkan

b)   mampu mengontrol gerakan dan memberikan respon bila diberi petunjuk orang dewasa. Seperti berhenti, memulai, atau berputar yang lebih efektif

c)      naik turun tangga dengan langkah kaki yang saling bergantian

3)      Anak usia 5 tahun

a)      mampu melakukan gerakan dengan konstan dan waktu istirahat yang pendek

b)      mampu mengikuti permainan fisik yang bersifat sosial

c)      mampu menaik sepeda roda tiga

d)     berjalan di garis lurus ke depan atau ke belakang

e)      lompat ditempat dengan 1 kaki

f)       berjalan di atas papan keseimbangan

2.      Perkembangan Kognitif[2]

Menurut Piaget (1952), perkembangan kognitif anak usia prasekolah berada pada tahap pemikiran preoperasional.

a.       Berpikir Praoperasional

Pada tahap ini anak belajar untuk berfikir dengan menggunakan simbol dan imajinasi. Bermain merupakan metode non verbal untuk menstimulasi proses berfikir egosentrik, seperti dalam penelitian Piaget (1952), anak selalu menunjukkan egosentrik seperti anak akan memilih sesuatu atau ukuran yang besar walaupun isi sedikit. Masa ini sifat pikiran bersifat transduktif menganggap semuanya sama, seperti seorang pria di keluarga adalah ayah, maka semua pria adalah ayah, pikiran kedua adalah animisme selalu memperhatikan adanya benda mati, seperti apabila anak terbentur benda mati maka anak akan memulainya kearah benda tersebut. Periode ini dibagi dalam 2 tahap :

1)   Tahap fungsi simbolik

Pada masa ini kemampuan berpikir dikuasai oleh kemampuan berpikir simbolik dan kemampuan mempresentasikan dunia sekitarnya secara mental.

Egosentrismeadalahketidakmampuan seseorang untuk membedakan antara pandangan sendiri dengan pandangan orang lain.

Animisme adalah pada masa ini anak percaya bahwa benda yang bukan tergolong makhluk hidup mempunyai sifat seperti makhluk hidup yang dapat berbuat.

Dalam Dolgin dan Behrend 1984 dan Bullock 1985  “Anak yang masih menggunakan animisme adalah anak yang pengetahuannya dan pengertiannya belum lengkap belum mempunyai konsep yang umum tentang dunia”.

2)   Tahap berpikir intuitif pada anak usia 4 s/d 7 tahun.

Berpikir intuitif merupakan mengetahui tanpa menggunakan pikiran yang rasional.Selama rentang waktu ini anak masih berpikir primitif dan selalu ingin mengetahui jawaban berbagai pertanyaan atau dapat dikatakan sebagai cara berpikir pralogis (cara berpikir yang masih jauh jika dibandingkan dengan standar berpikir orang dewasa).

Piaget  menyebut sebagai periode intuitif karena, pada satu pihak anak yakin akan pengetahuan dan pengertiannya tetapi dilain pihak ia sendiri tidak tahu mengapa ia menjawab demikian.

Beberapa aspek lain dalam perkembangan kognitif anak usia prasekolah

a)      Perhatian

b)      Ingatan.


b.      Berbicara untuk berkomunikasi

1)      Anak 2,5 tahun bicara makin lama makin relevan dengan ucapan orang lain.

2)      Anak 3 tahun melakukan terobosan perhatian dalam berkomunikasi :

a)      Anak berusaha mencari kejelasan dan membetulkan kesalahpahaman

b)      Pengucapan dan tata bahasa mengalami kemajuan pesat.

c)      Terjadi peningkatan penggunaan bahasa sebagai alat pengontrol.


3)      Anak usia 4 tahun pengetahuan mengenai dasar-dasar konversasi :

a)      Anak mampu mengalihkan percakapan sesuai dengan pengetahuan si pendengar. Arti harfiah asli lagi satu-satunya petunjuk untuk pengertian.

b)      Usul-usul kerjasama adalah hal yang umum.

c)      Perselisihan dapat diselesaikan dengan kata-kata.

c.       Kreativitas

Kreativitas memegang peranan yang penting. Keberhasilan seseorang banyak ditentukan oleh aspek itu karena menggunakan daya kreasi, ia dapat menciptakan sesuatu yang unik lain daripada yang lain. Sesuatu dapat disebut kreatif bila ia diluar kebiasaan, artinya berani mengatasi hambatan tradisi dengan menggunakan pandangan-pandangan baru diluar kebiasaan kita. Gagasan kreatif harus punya makna tahan pada waktu artinya gagasan yang betul-betul kreatif walaupun awalnya tidak terlihat tapi kelamaan akan terbukti dengan  berjalan waktu.


3.    Perkembangan Emosi dan Sosial

Perkembangan emosi dan sosial anak usia prasekolah ditentukan oleh  kualitas hubungan anak dan keluarga. Gaya pengasuhan yang berbeda pada setiap orangtua akan mempengaruhi kepribadian anak dan kegiatan bermain anak.

a.    Keluarga

Keluarga mempunyai beberapa fungsi antara lain :

1)      Sebagai Unit Ekonomi

2)      Sebagai pemeliharaan dan wadah sosialisasi bagi generasi baru

Hal-hal yang mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial dalam keluarga :

1)      Gaya pengasuhan

Gaya pengasuhan orang tua secara relatif stabil untuk jangka waktu yang cukup lama.

2)      Hubungan Antar Saudara

Hubungan anak dengan orangtua lebih positif dan bervariasi dari pada dengan saudara kandung.

3)      Keluarga yang berubah

Tak selalu keluarga utuh. Perceraian menyebabkan keluarga berubah. Kondisi-kondisi yang membawa pengaruh terhadap perkembangan sosial anak :

a)    Ibu bekerja

Pengaruh Ibu bekerja pada anak :

·      Usia Bayi 2 tahun : Kelekatan dengan ibu menjadi berkurang atau hilang.

·      Usia Prasekolah: Menimbulkan problem perilaku.

·      Usia SD – Remaja: Menjadikan anak mandiri.

b)   Perceraian

Perceraian adalah peristiwa yang sangat emosional dan membenamkananak ke dalam konflik.Kerugian yang diderita oleh anak sebagai akibat perceraian :

·      Absennya salah satu orangtua berarti hilangnya salah satu model.

·      Kesulitan ekonomi akan mempengaruhi segala aspek perkembangan anak.

·      Secara sosial anak mengalami ketidakdewasaan bersikap terlihat pada prestasi sekolah yang menurun.

b.    Teman Sebaya

Salah satu fungsi terpenting teman sebaya adalah sebagai sumber informasi dan bahan pembanding di luar lingkungan keluarga.Melalui teman anak memperoleh umpan balik tentang kemampuan yang dimilikinya

c.    Bermain

Bermain merupakan hal yang essensial bagi kesehatan anak. Adapun manfaat bermain adalah :

1)   Meningkatkan kerjasama, tanggung jawab.

2)   Menghilangkan ketegangan

3)   Meningkatkan perkembangan kognitif

4)   Meningkatkan eksplorasi

5)   Memperluas kesempatan bagi anak untuk mengobrol danberinteraksi dengan teman sebaya.

d.   Disiplin

Disiplin adalah suatu pembatasan yang dikenakan kepada anak dalam rangka pengasuhan dan pendidikan anak, ada beberapa bentuk disiplin yang biasa diterapkan orang tua yaitu :

1)      Disiplin dengan pemaksaan, disiplin ini dilaksanakan dengan cara : hukuman fisik, pemaksaan dan kekuasaan secara langsung,  mengurangi pemberian materi.

2)      Disiplin tanpa paksaan, adalah konsekuensi disiplin terhadap perilaku anak. Ada dua teknik disiplin yang tergolong jenis ini, yaitu :

a)      Tehnik disiplin yang berbentuk cinta-menolak. Dalam hal ini orangtua tidak memberikan hukuman fisik melainkan dengan cara mengabaikan, menunjukan ketidaksenangan.

b)      Tehnik Pembawa, yaitu tehnik mendisiplinkan anak dengan cara memberi penjelasan atau alasan mengapa anak harus mengubah tingkah laku mereka.

4.    Perkembangan Kepribadian

Tahap-tahap pada masa usia prasekolah yaitu :

1)   Jati diri adalah dimana anak merasa bahwa dirinya adalah miliknya sendiri dengan segala kemampuan yang dimilikinya. Misalnya : Kasih sayang dan pujian yang diberikan oleh orangtua kepada anak akan membentuk jati diri yang positif.

2)   Peran Jenis Kelamin, adalah salah satu harapan yang bersifat sosial tentang bagaimana seseorang harus bertindak dan berfikir baik sebagai perempuan ataupun sebagai laki-laki, misalnya : seorang anak laki-laki menginginkan benda dan mainan laki-laki.

3)   Perkembangan moral, hal ini berkaitan dengan peraturan dan kebiasaan yang seharusnya dilakukan oleh seseorang dalam rangka berhubungan dengan orang lain. Perkembangan moral dapat terlaksana bila :

a)    Anak sudah mampu berfikir tentang aturan yang menyangkut etika perbuatan.

b)   Perilaku anak sesuai dengan suasana dan lingkungan moral.

c)    Anak merasa bersalah apabila melanggar aturan yang telah ditetapkan, dan sebaliknya ia merasa senang bila dapat melawan godaan.


B.  Perkembangan Masa Akhir Anak-anak

Akhir masa kanak-kanak berlangsung dari usia enam sampai anak mencapai kematangan seksual, yaitu sekitar 13 tahun bagi anak perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki. Oleh para pendidik disebut usia “sekolah dasar” dan oleh ahli psikologi disebut “usia kelompok” atau “usia kreatif”.

1.    Ciri Akhir Masa Kanak-kanak[3]

a.       Label yang digunakan oleh orang tua

Kebanyakan anak laki-laki pada masa ini kurang memperhatikan dan juga tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda miliknya sendiri. Bahkan orang tua menyebut periode ini sebagai usia yang ceroboh dengan penampilan dan juga kamarnya yang sangat berantakan.

b.      Label yang digunakan oleh para pendidik

Para pendidik melebelkan akhir masa kanak-kanak dengan sebutan usia sekolah dasar. Pada usia ini anak diharapakan mampu untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan yang dianggannya sangat penting untuk berhasilannya nanti. Para pendidik memandang periode ini dengan sebutan periode kritis.

c.       Label yang digunakan ahli psikologi

Usia kelompok dimana pada masa ini anak lebih fokus terhadap keinginan untuk diterima oleh teman sebayanya. Usia penyesuaian diri sangat penting dimana anak akan menyesuaikan diri dengan standar kelompoknya. Dalam usia ini anak akan berbeda pendapat sekalipun itu dengan kelompok, dirinya sendiri, keluarga dan disekolah. Usia kreatif dimana pada usia ini anak akan berimajinasi apa yang mereka pikirkan. Karena pada masa ini, anak cenderung lebih suka menggambar dari pada menuli ataupun membaca. Usia bermain jadi dalam periode ini anak akan lebih suka bermain sampai-sampai anak tidak kenal waktu.

2.    Perkembangan Motorik pada Masa Akhir Anak-Anak

Perkembangan motorik merupakan perkembangan yang membutuhkan koordinasi fungsional yang baik antara neuromuscularsystem yaitu pensyaratan dan otot dengan fungsi psikis yang meliputi kognifit, afektif, dan konatif. Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa antara motorik kasar yang berupa otot dan syaraf saling berhubungan dengan motorik halus berupa aspek psikis. Sehingga dapat dipastikan perkembangan motorik anak akan menjadi normal ketika motorik kasar dan halus saling berkoordinasi dengan baik.

Menurut Sukadiyanto yang dikutip dalam sebuah jurnal keolahragaan mengatakan bahwa “kemampuan motorik adalah suatu kemampuan seseorang dalam menampilkan keterampilan geraknya atau kemampuan umum yang dimiliki seseorang dalam menampilkan berbagai keterampilan dan geraknya.

Pada masa anak-anak akhir usia 6-12 tahun pertumbuhan motorik mulai lambat.[4] Biasanya pada usia ini tinggi badan anak hanya akan bertambah 5 cm pertahun dan berat badan akan bertambah banyak daripada tinggi badan juga pada usia sekitar 10 tahun tubuh anak laki-laki akan terlihat jauh lebih pendek dan kecil dari anak perempuan. Namun, pada usia 15 keatas tinggi dan berat badan anak laki-laki akan mengejar dan meningkat jauh diatas perempuan.

Pada usia 6 tahun perkembangan fisik sudah relatif berkembang dengan baik. Dibuktikan dengan penambahan panjang tangan dan kaki, juga dada dan badan yang terlihat semakin besar sehingga badan menjadi bertambah kuat. Dari penambahan tersebut, anak usia ini sudah dapat melakukan aktifitas yang berhubungan dengan gerak seperti berjalan, berlari, melompat, bahkan jauh lebih cepat dari usia sebelumnya. Berikut adalah perkembangan fisik pada masa anak-anak akhir:[5]

a.       Rata-rata tinggi badan anak perempuan pada usia 11 tahun sekitar 58 inci dan anak laki-laki 11 tahun 57,5 inci.

b.      Pada usia ini kenaikan berat badan pada anak relatif bervariasi, biasanya berat badan anak perempuan berkisar 88,5 pon dan anak laki-laki 85,5 pon dengan kenaikan berat badan sekitar 3 sampai 5 pon pertahun.

c.       Pada masa ini wajah wajah sudah semakin terlihat indah dengan bertambah besarnya mulut dan rahang, dahi yang lebar, leher menjadi lebih panjang, dada melebar, dan kaki dan tangan mulai membesar.

d.      Pada usia ini anak masih belum dapat memperhatikan cara berpakaiannya. Mereka cenderung mengikuti cara berpakaian teman-temannya, sehingga menjadi lebih terlihat sederhana.

e.       Pada usia awal pubertas biasanya gigi anak telah mempunyai 22 gigi tetap dan keempat gigi lainnya akan tumbuh ketika usia dewasa.

Pada satu anak ke anak lainnya pasti terdapat perbedaan pada fisiknya. Perbedaan pada fisik anak ini tidak hanya pada fisik yang terlihat saja seperti warna kulit, warna mata, jenis suara dan lainnya. Tetapi juga mencakup aspek yang tidak dapat dilihat seperti usia, pendengaran, penglihatan, dan sebagainya.[6] Perbedaan aspek fisik pada anak juga dapat dilihat dari kesehatan anak. Anak yang kesehatannya kurang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan motoriknya, seperti badan yang kurus ketika sakit, badan lemah, dan lain sebagainya.

3.    Perkembangan Kognitif pada Masa Akhir Anak-Anak

a.       Perkembangan Pengamatan.

Dalam psikologi mengamati yaitu suatu kegiatan untuk menggunakan alat indera sebagai sarana pengamatan. Alat-alat indera antara lain menggunakan mata untuk melihat, menggunakan telinga untuk mendengar, menggunakan hidung untuk mencium aroma sesuatu, menggunakan jari-jari tangan untuk merasakan sesuatu, dan menggunakan lidah untuk mengecap. Dari hasil penelitian diatas terdapat dua tipe pengamatan yakni :

1)   Tipe “Pelihat warna”

Dalam tipe ini anak lebih mudah dan tanggap bila mempelajari yang berhubungan dengan warna-warna. Bilamana anak sedang menggambar dia lebih suka untuk mewarnai untuk memperindah corak-corak gambar tersebut.

2)   Tipe “Pelihat bentuk”

Dalam tipe ini anak lebih mudah dan lebih memperhatikan bagian atau sebuah bentuk. Karena perkembangan perasaannya lebih cepat terhadap bentuk. Seperti halnya jika anak menggambar dia lebih puas jika gambar sesuai aslinya dan jika gambar tidak sesuai maka dia akan merasa kurang puas.

b.      Perkembangan Fantasi.

Sejak anak umur 6 tahun keatas, anak mulai dikenalkan dengan dunia luar atau lingkungan sekitar. Tetapi bukan berarti fantasinya menjadi lenyap, akan tetapi ia masih tetap ada untuk membuat suasana yang baru. Seperti halnya mendengarkan cerita, membaca buku.

1)   Beberapa macam fantasi:

a)      Masa dongeng dari umur 4 – 8 tahun

Pada masa ini anak di bawa kearah dunia kenyataan. Anak akan senang sekali jika ia mendengarkan cerita kehidupan.

b)      Masa Robinson Crusoe dari umur 8 – 12 tahun

Pada masa ini anak mulai memasuki masa yang realisme kritis, yaitu tidak lagi menyukai dongeng yang fantastis atau dongeng yang tidak masuk akal.

2)   Ada beberapa nilai kebaikan dan keburukan dari fantasi

Nilai Fantasi yang bermanfaat seperti dapat digunakan sebagai hiburan, memudahkan anak dalam menerima pelajaran, dan membentuk budi pekerti anak menjadi lebih baik. Sedangkan dampak dari fantasi seperti anak terbelenggu dengan dunia fantasinya terlalu berangan-angan sehingga anak lebih sering melamun.

c.       Perkembangan berfikir

Dalam psikologi disebut intelek dan intelegensi. Intelek ialah berfikir dan intelegensi ialah kemampuan kecerdasan. Berfikir berarti menimbang-nimbang, menguraikan, menghubung-hubungkan sampai akhirnya mengambil keputusan. Sedangkan kecerdasan berarti kemampuan seseorang dalam memecahkan masalah. Dalam pertumbuhan anak, pikiran terus berkembang sesuai usianya, sampai anak berumur 8-12 ingatannya menjadi kuat, dalam usia ini anak memulai masa belajar, menambah pengetahuan, kemampuan dan kebiasaan baik.

Dalam usia ini 8-12 tahun, anak tidak lagi bersifat egosentrism; yang berarti anak tidak lagi memandang bahwa dirinya merupakan pusat perhatian lingkungan. Akan tetapi anak lebih memperhatikan lingkungannya dengan objektif. Mereka mulai penasaran terhadap kenyataan dan mendorong dirinya untuk menyelidiki lingkungannya. Anak sangat tertarik dengan benda-benda yang bergerak. Menurutnya hal yang mengandung kegiatan sangat menarik perhatiannya. Anak akan dengan senang mengikuti suatu kegiatan walaupun fokusnya bisa berpindah-pindah pada sesuatu yang lain. Anak harus berikan kesempatan untuk banyak bergerak, berbuat dan bertindak. Karena apabila “kegiatan” ini kurang mendapat perhatian dan bimbingan, maka akan bisa bertindak dengan asal berbuat saja.

d.      Perkembangan perasaan

Perasaan yang dimiliki anak-anak lebih kuat berpengaruh dibanding dengan perasaan orang dewasa. Anak sekolah sering merasa puas, gembira, dan sangat jarang menyesali perbuatannya. Mereka belum bisa merasakan apa yang orang lain rasakan.

1)   Perasaan intelek

Perasaan intelek yaitu perasaan yang disertai perasaan berfikir. Anak-anak biasanya merasakan perasaan intelek yaitu saat menyelesaikan soalsoal matematika, IPA, IPS dan sebagainya. Saat mereka memulai mengerjakan soal mereka akan merasa tegang. Tetapi jika mereka telah selesai mereka akan kembali merasakan kepuasan.

2)   Perasaan seksual

Seks adalah masalah pribadi, Anak sebaiknya membicarakan masalah seks pada orang tua mereka sendiri. Harapan anak supaya orang tua terbuka dan tidak sungkan menjawab pertanyaan mereka tentang seks. Karena anak juga ingin mengetahui tubuh mereka sendiri yaitu tentang bentuk dan wujudnya. Serta perubahan yang terjadi baik jasmani maupun rohani.

Orang tua menyadari bahwa pendidikan seks penting dibicarakan dengan anak meraka, namun masih banyak orang tua yang segan membicarakan seks dengan anak mereka. Padahal anak remaja sangat membutuhkan pendidikan itu. Semua itu terjadi karena banyak orang tua yang kurang informasi atas aspek seksualitas. Sehingga anak akan berusaha mencari informasi sendiri dari berbagai sumber yaitu buku, film dan teman-temannya.

Sebelum berumur 12 tahun, perasaan seksualitas anak belum berkembang. Perbedaan jasmani dan rohanipun belum tampak jelas kelihatan antara laki-laki dan perempuan.

2)   Perasaan keindahan

Perasaan keindahan adalah Perasaan saat individu menghayati sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu yang indah atau buruk. Untuk menentukan indah dan buruk diperlukan alat ukur dalam diri yang disebut “cita rasa”. Anak dapat mengatakan bahwa itu indah atau buruk hanya menirukan orang dewasa saja. Yang disebut bagus oleh seorang anak berarti sesuatu yang disukainya bukan berarti benda tersebut memang bagus. Faktor pembawaan dan lingkungan sangat berpengaruh besar terhadap “perasaan keindahan” pada anak.

3)   Perasaan keagamaan

Perasaan keagamaan yaitu perasaan menghayati berhubungan dengan Tuhan. Perasaan ini luhur dalam jiwa manusia. Menggerakkan hati supaya selalu berbuat baik. Sejak kecil anak-anak dibiasakan dengan suasana ketuhanan, namun mereka sendiri belum mengerti betul apa nilai-nilai keagamaan. Mereka hanya mengikuti orang tuanya.

e.       Perkembangan rasa sosial

Saat anak mulai keras kepala seakan-akan perkembangan rasa sosial telah berhenti. Masa krisis pertama merupakan permulaan timbulnya kesadaran akan sikap objektif. Sebenarnya krisis pertama adalah tempat meletakkan dasar perkembangan sosial yang sesungguhnya.

Anak memulai sekolah akan gembira dengan kenalan baru, semua adalah teman, kemudian mereka anak berkelompok-kelompok. Semakin lama anak akan banyak memegang peran dalam kelompoknya. Dan anak mulai mengetahui bahwa dirinya pandai bermain kasti, anak jenaka dsb. Maka muncullah “ pemimpin dan pengikutnya” didalam kelas.

Anak akan berusaha membangkitkan rasa sosial dan usaha memperoleh nilai-nilai sosial dengan bergaul dan menyesuaikan diri dengan teman-temannya. Dan ada bantuan dari pihak guru. Dengan teknik sosiometri, guru akan mengetahui hubugan sosial dikalangan murid-muridnya. Dengan pengetahuan itu guru akan dapat membantu murid-murid yang mempunyai kesulitan dalam bergaul dengan temannya.

Dalam keluarga anak laki-laki diajarkan berperan sebagai laki-laki dan perempuan diajarkan berperan sebagai perempuan. Dan guru mengajarkan peran sosial sewajarnya masing-masing untuk murid laki-laki dan murid perempuan.

4.    Pengelompokan Sosial dan Perilaku Sosial Masa Akhir Anak-anak[7]

a.       Ciri geng pada anak-anak

1)      Geng anak-anak merupakan kelompok bermain

2)      Untuk menjadi anggota geng, anak harus diajak

3)      Anggota geng terdiri dari jenis kelamin yang sama

4)      Geng mempunyai tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari pengawasan orang-orang dewasa

5)      Pemimpin geng mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih unggul daripada anggota-anggota yang lain

b.      Teman pada masa akhir anak-anak

Biasanya yang dipilih ialah yang dianggap serupa dengan dirinya sendiri dan memenuhi kebutuhan. Terdapat kecenderungan yang kuat bagi anak-anak untuk memilih teman dari kelasnya sendiri di sekolah.

5.    Perubahan-perubahan Kepribadian[8]

Mutu hubungan dengan orang tua, saudara kandung dan sanak saudara lain dan pandangan anak mengenai metode pelatihan anak yang digunakan di rumah, semuanya berperan dalam menentukan perkembangan kepribadian anak. Pencarian identitas dimulai pada bagian akhir masa anak-anak dan mencapai tahap kritis pada masa remaja. Menurut Erick son, ”identitas diri’ berarti perasaan dapat berfungsi sebagai seseorang yang tersendiri tetapi yang berhubungan erat dengan orang lain.


BAB III

PENUTUP

A.  Kesimpulan

Perkembangan masa anak-anak awal berlangsung dari umur 2 tahun sampai 6 tahun, ciri perkembangan pada masa ini ada beberapa macam yaitu, perkembangan fisiologi yang mencakup  tinggi dan berat, perkembangan otak, perkembangan motorik, dan keterampilan gerakan kasar. Lalu perkembangan kognitif yang mempunyai tahapan berpikir praoperasional, berbicara untuk berkomunikasi, dan kreatifitas. Kemudian perkembangan emosi dan sosial yang ditentukan oleh  kualitas hubungan anak dan keluarga. Serta perkembangan kepribadian yang dialami anak-anak prasekolah untuk membentuk sifat dan karakternya.

Akhir masa kanak-kanak berlangsung dari usia enam sampai anak mencapai kematangan seksual, yaitu sekitar 13 tahun bagi anak perempuan dan 14 tahun bagi anak laki-laki. Dimulai dari perkembangan sistem motorik pada anak lalu perkembangan koginitifnya, hingga mulai ada pengelompokan sosial pada anak dan akhirnya akan mulai terlihat perubahan-perubahan kepribadiannya.

B.  Saran

Sebaiknya perkembangan anak-anak selalu diperhatikan, perkembangan fisiknya  hingga kepribadian agar jika suatu saat ada yang salah dengan perkembangannya bisa langsung diketahui dan segera diarahkan menuju yang baik.


DAFTAR PUSTAKA

Fahyuni, Eni Fariyatul & Istikomah. 2016. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sidoarjo: Nizamia Learning Center.

Haditono, Siti Rahayu. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


Foodnoot

[1] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 184.

[2] Ibid, 185.

[3] Ibid, 203.

[4] Siti Rahayu Haditono, Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), 177.

[5] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 205.

[6] Eni Fariyatul Fahyuni & Istikomah, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2016), 32.

[7] Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), 208.

[8] Ibid, 213.

Baca juga artikel yang lain:

  1. Ulumul Hadist (Ilmu-ilmu Hadist)
  2. Pengertian Bid'ah
  3. Konsep Manusia Menurut Aliran Humanisme dan Islam
  4. Konsep Manusia dalam Prespektif Aliran Psikoanalisa dan Behaviorisme
  5. Psikologi Perkembangan Pada Masa Anak-Anak
  6. Keterkaitan Ilmu Pengetahuan dan Agama
  7. Studi Al-Qur'an
  8. Studi Fikih (Hukum Islam)
  9. Urgensi Pengantar Studi Islam
  10. Etika Politik dan Nilai Pancasila Sebagai Sumber Politik

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...