HOME

06 Mei, 2023

MAKALAH RELASI MAKNA SEMANTIK

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Bahasa merupakan media komunikasi yang paling efektif yang dipergunakan oleh manusia untuk berinteraksi dengan individu lainnya. Bahasa yang digunakan dalam berinteraksi pada keseharian kita sangat bervariasi bentuknya, baik dilihat dari fungsi maupun bentuknya. Tataran penggunaan bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat dalam berinteraksi tidak lepas dari penggunaan kata atau kalimat yang bermuara pada makna, yang merupakan ruang lingkup dari semantik.

Dalam suatu bahasa, makna kata saling berhubungan, hubungan ini disebut relasi makna. Relasi makna dapat berwujud macam-macam. Dalam setiap bahasa termasuk bahasa Indonesia, sering kali kita temui adanya hubungan kemaknaan atau relasi semantik antara sebuah kata atau satuan bahasa lainnya dengan kata atau satuan bahasa lainnya lagi. Hubungan atau relasi kemaknaan ini menyangkut hal kelainan makna (homonimi), kegandaan makna (polisemi), ketercakupan makna (hiponimi dan hipernimi).

B.       Rumusan Masalah

1.      Bagaimana homonimia?

2.      Bagaimana polisemi?

3.      Bagaimana hiponimi dan hipernimi?

C.       Tujuan Masalah

1.      Untuk mengetahui homonimia

2.      Untuk mendeskripsikan

3.      Untuk mengetahui

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.           Homonimia

Kata homonimi berasal dari dari bahasa Yunani kuno onoma yang artinya “nama” dan hono yang artinya ‘sama’. Secara harfiah homonimi dapat diartikan sebagai “nama sama untuk benda atau hal lain”. Secara semantik, Verhaar (dalam Chaer, 1978:94) menyatakan bahwa homonimi sebagai ungkapan (berupa kata, frase, atau kalimat) yang bentuknya sama dengan ungkapan lain (juga berupa kata, frase, atau kalimat) tetapi maknya tidak sama. Umpamanya antara kata pacar yang berarti “inai” dengan pacar yang berarti “kekasih”; antara kata bisa yang berarti “racun ular” dan kata bisa yang berarti “sanggup, dapat”. Contoh lain, antara kata baku yang berarti “standar” dengan baku yang berarti “saling”, atau antara kata bandar yang berarti “pelabuhan”, bandar yang berarti “parit” dan bandar yang berarti “pemegang uang dalam perjudian”.

Hubungan antara kata pacar dengan arti “inai” dan kata pacar dengan arti “kek[-asih” inilah yang disebut homonimi. Jadi, kata pacar yang pertama berhemonimim dengan kata pacar yang kedua. Begiru juga sebaliknya karena hubungan homonimim ini bersifat dua arah. Dalam kasus Bandar yang menjadi contoh di atas, homonimi itu itu terjadi pada tiga buah kata. Dalam bahasa Indonesia banyak juga homonimi yang terdiri lebih dari tiga buah kata.

Di dalam kamus kata-kata yang berhomonimi ini biasanya ditandai dengan angka Romawi yang diletakkan di belakang tiap kata (entri) yang berhomonimim itu, atau juga dengan angka Arab yang diangkat setengah opsi dan diletakkan di depan kata-kata tersebut. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta digunakan angka Romawi:

bandar I……….

bandar II……….

bandar III……….

bisa I……….

bisa II……….

Tetapi dalam Kamus Bahasa Indonesia (1983) oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) juga oleh Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, kata-kata yang berhomonimi itu ditandai dengan angka Arab sebagai berikut.

¹bandar……….

²bandar……….

³bandar……….

¹bisa……….

²bisa……….

Hubungan antara dua buah kata yang berhemonim bersifat dua arah. Artinya, kalau kata bisa yang berarti “racun ular’ homonym dengan kata bisa yang berarti “sanggup”, maka kata bisa yang berarti “sanggup” juga homonym dengan kata bisa yang berarti “racun ular”.

Kalau ditanyakan, bagaimana bisa terjadi bentuk-bentuk yang homonimi ini? Ada dua kemungkinan sebab terjadinya homonimi ini.

Pertama, bentuk-bentuk yang berhomonimi itu berasal dari bahasa atau dialek yang berlainan. Misalnya, kata bisa yang berarti “racun ular” berasal dari bahasa Melayu, sedangkan kata bisa yang berarti “sanggup” berasal dari bahasa Jawa. Contoh lain kata bang yang berarti “azan” berasal dari bahasa Jawa, sedangkan kata bang (kependekan dari abang) yang berarti “kakak laki-laki berasal dari bahasa Melayu/dialek Jakarta. Kata asal yang berarti “pangkal, pemulaan” berasal dari bahasa Melayu, sedangkan kata asal yang berarti “kalau” berasal dari dialek Jakarta.

Kedua, bentuk-bentuk yang berhomonim itu terjadi sebagai hasil proses morfologi. Umpamanya kata mengukur dalam kalimat Ibu sedang mengukur kepala di dapur adalah homonimi dengan kata mengukur dalam kalimat petugas agraira itu mengukur luasnya kebun kami. Jelas, kata mengukur yang pertama terjadi sebagai hasil proses pengimbuhan awalan me- pada kata ukur (me + ukur = mengukur), sedangkan kata mengukur yang kedua terjadi sebagai hasil proses pengimbuhan awalan me- pada kata ukur (me + ukur = mengukur).

Sama halnya dengan sinonimi dan antonimi, homonimi ini pun dapat terjadi pada tataran morfem, tataran kata, tataran frase, dan tataran kalimat.

Homonimi dibagi menjadi 4 macam, diantaranya :

1.    Homonimi antarmorfem, tentunya antara sebuah morfem terikat dengan morfem terikat yang lainnya. Misalnya, antara morfem-nya pada kalimat: “ini buku saya, itu bukumu, dan yang disana bukunya” berhemonimi dengan-nya pada kalimat “Mau belajar tetapi bukunya belum ada.” Morfem –nya yang pertama adalah kata ganti orang ketiga sedangkan morfem –nya yang kedua menyatakan sebuah buku tertentu.

2.    Homonimi antarkata, misalnya antara kata bisa yang berarti “racun ular” dan kata bisa yang berarti “sanggup, atau dapat” seperti sudah disebutkan di muka. Contoh lain, antara kata semi yang berarti “tunas” dan kata semi yang berarti “setengah”.

3.    Homonimi antrafrase, misalnya antara frase cinta anak yang berartti “perasaan cinta dari seorang anak kepada ibunya” dan frase cinta anak yang berarti “cinta kepada anak dari seorang ibu” contoh lain, orang tua yang berarti “ayah ibu” dan frase orang tua yang berarti “orang yang sudah tua”. Juga antara frase lukisan Yusuf yang berarti “lukisan milik Yusuf, dan lukisan Yusuf yang berarti “lukisan hasil karya Yusuf, serta lukisan Yusuf yang berarti “lukisan wajah Yusuf”.

4.    Homonimi antarkalimat, misalnya, antara Istri lurah yang baru itu cantik yang berarti “lurah yang baru diangkatitu mempunyai istri yang cantik”, dan kalimat Istri lurah yang baru itu cantik yang berarti “lurah itu baru menikah lagi dengan seorang wanita yang cantik”.

 

B.       Polisemi

Polisemi lazim diartikan sebagai satuan bahasa (terutama kata, bisa juga frase) yang memiliki makna lebih dari satu. Umpamanya, kata kepala dalam bahasa indonesia memiliki makna:

1.      Bagian tubuh dari leher ke atas, seperti terdapat pada manusia dan hewan ;

2.      Bagian dari suatu yang terletak di sebelah atas atau depan dan merupakan hal yang penting atau terutama seperti pada kepala susu, kepala meja, dan kepala kereta api;

3.      Bagian dari suatu yang berbentuk bulat seperti kepala, seperti pada kepala paku dan kepala jarum ;

4.      Pemimpin atau ketua seperti pada kepala sekolah, kepala kantor, dan kepala stasiun ;

5.      Jiwa atau orang seperti dalam kalimat setiap kepala menerima menerima bantuan. Badannya besar tetapi kepalanya kosong.

Padahal menurut pembicaraan terdahulu setiap kata hanya memiliki satu makna yakni yang disebut makna leksikal atau makna yang sesuai dengan referennya. Umpamanya makna leksikal kata kepala diatas adalah bagian tubuh manusia atau hewan dari leher ke atas’. Makna leksikal ini yang sesuai dengan referennya (lazim disebut orang makna asal, atau makna sebenarnya) mempunyai banyak unsur atau komponen makna. Kata kepala di atas, antara lain memiliki komponen  makna:

1.    Terletak disebelah atas atau depan

2.    Merupakan bagian yang penting (tanpa kepala manusia tidak bisa hidup, tetapi tanpa kaki atau lengan masih bisa hidup)

3.    Berbentuk bulat.

Dalam perkembangan selanjutnya komponen-komponen makna in berkembang menjadi makna-makna tersendiri. Pada frese kepala surat dan kepala susu komponen “terletak disebalah atas” yang diterapkan sebagai makna. Pada frase kepala paku dan kepala jarum komponen makna “berbentuk bulat”- lah yang diterapkan sebagai makna ; sedangkan pada frase kepala kereta api komponen makna “bagian yang terpenting”- lah yang ditetapkan sebagai makna, sebab tanpa kepala (lokomotif) kereta api itu tidak dapat bergerak. Kita ambil contoh lain, kata kaki yang memiliki komponen makna antara lain:

1.    Anggota tubuh manusia (juga binatang)

2.    Terletak di sebalah bawah

3.    Berfungsi sebagai penopeng untuk berdiri.

 

C.   Hiponimi dan Hipernimi

          Kata hiponimi berasal dari bahasa yunani kuno yaitu onoma berbarti ‘nama‘ dan hypo berarti ‘dibawah‘. Jadi, secara harfiah berarti ‘nama yang termasuk dibawah nama lain‘. Secara semantik Verharr (dalam Chaer, 1978:137) menyatakan bahwa hiponemi ialah ungkapan (biasanya berupa kata, tetapi sekiranya dapat juga frase atau kalimat). Yang maknanya di anggap merupakan bagian dari makna dari suatu ungkapan lain. Umpamanya kata tongkol adalah hiponim terhadap kata ikan sebab makna tongkol berada atau termaksud dalam makna kata ikan. Tongkol memang ikan tetapi ikan bukan hanya tongkol melainkan juga termasuk bandeng, tenggiri, teri, mujair.

          Kalau relasa antara dua buah kata yang bersinonim, berantonim, dan berhomonim bersifat dua arah maka relasi antara dua buah kata yang berhiponim ini adalah searah. Jadi, kata tongkol berhiponim terhadap kata ikan ; tetapi kata ikan tidak berhiponim terhadap kata tongkol, sebab makna ikan meliputi seluruh jenis ikan. Dalam hal ini relasi antara ikan dan tongkol ( antau jenis ikan lainnya) disebut hipernimi. Jadi kalau tongkol berhiponi terhadap ikan, maka ikan berhipernimi terhadap tongkol.

          Contoh lain kata bemo dan kendaraan. Kata bemo berhiponim terhadap kendaraan, sebab bemo adalah salah satu jenis kendaraan. Sebaliknya kata kendaraan berhipernim terhadap kata bemo, sebab kata kendaraan meliputi kata bemo disamping jenis kendaraan lain ( seperti becak, sepada, kereta api ). Bagaimana hubungan antara tongkol, bandeng, tenggiri, dan mujair yang sama-sama merupakan hiponim terhadap ikan ? biasanya disebut dengan istilah hiponim. Jadi, tongkol berkohiponim dengan tenggiri,dan bandeng dan dengan yang lainnya.

          Dalam definisi Verhaar di atas disebutkan bahwa hiponim kiranya terdapat pula dalam bentuk frase dan kalimat. Tetapi kiranya sukar mencari contohnya dalam bahasa Indonesia karena juga hal ini lebih banyak menyangkut masalah logika dan bukan masalah linguistik. Lalu, oleh karena itu menurut Verhaar (dalam Chaer, 1978:137) masalah ini dapat dilewati saja, tidak perlu dipersoalkan lagi.

          Konsep hiponimi  dan hipernimi mengandaikan adanya kelas bawahan dan kelas atasan, adanya makna sebuah kata yang berada dibawah makna kata lainnya. Karena itu, ada kemungkinan sebuah kata yang merupakan hipernimi terhadap sejumlah kata lain yang hierarkial berada diatasnya. Umpamanya kata ikan yang merupakan hipernimi terhadap kata tongkol, bandeng, cakalang, dan mujair akan menjadi hiponimi terhadap kata binatang. Mengapa demikian? Sebab yang termasuk binatang bukan hanya ikan, tetapi juga kambing, monyet, gajah, dan sebagainya. Selanjutnya binatang ini pun merupakan hiponimi terhadap kata makhluk, sebab yang termasuk makhluk bukan hanya mnejadi binatang tetapi juga manusia.

          Konsep hiponimi dan hipernimi mudah diterapkan pada kata benda tetapi agak sukar pada kata kerja dan kata sifat. Coba anda pikirkan mengapa?

          Disamping istilah hiponimi ada pula istilah yang disebut meronimi. Kedua istilah ini mengandung konsep yang hamper sama. Bedanya adalah: kalau hiponimi menyatakan adamya kata (unsur leksikal) yang maknanya berada dibawah makna kata lain, sedangkan meronimi menyatakan adanya kata (unsur leksikal) yang merupakan bagian dari kata lain. Jadi, kalau dalam hiponimi dikatakan “tenggiri adalah sejenis ikan”. Contoh lain “roda adalah bagian dari kendaraan” dan “kamar” adalah bagian dari rumah”.                                                                                                                         

BAB III

PENUTUP

A.      Simpulan

Relasi makna dapat berwujud macam-macam. Dalam pembahasan relasi makna diatas terdapat beberapa hubungan atau relasi kemaknaan yang menyangkut hal kelainan makna (homonimi), kegandaan makna (polisemi), ketercakupan makna (hiponimi dan hipernimi). Homonimi itu sendiri mempunyai homonimi antarmorfem, homonimi antarkata, homonimi antarfrase, dan homonimi antarkalimat. Hubungan makna antar dua buah kata yang berhenonim memiliki sifat yang memiiliki sifat yang sama yaitu berfifat dua arah. Selain kenyata-kenyataan ini, dalam hubungan makna, ada dua bentuk yang sama tetapi maknanya berbeda, sementara ada kata yang bentuknya berbeda-beda tetapi maknanya sama, dan ada juga kata maknanya sama, da nada juga kata yang maknanya lebih dari satu. Dari sekian banyak hubungan bentuk dan makna yang ada sejumlah diantara memiliki kedudukan yang sentral didalam semantik.

B.       Saran

Walaupun penulis menginginkan kerapihan dan kesempurnaan ketika menyusun makalah ini namun, pada kenyataannya masih banyak sekali kekurangan yang perlu diperbaiki ulang oleh penulis. Maka dari itu, penulis sangat berharap bahwa para pembaca selalu memberikan sebuah kritik dan saran yang dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk selanjutnya.

 

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: RINEKA

CIPTA.

 BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

MAKALAH PENDIDIKAN DAN TUNTUTAN ZAMAN

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  LatarBelakangMasalah

 

      Perkembangan zaman di dunia pendidikan terus berubah dengan signifikan sehingga merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal ini sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Seiring dengan dimasukinya era globalisasi di abad 21, pendidikan semakin urgen dalam rangka menghadapi tuntutan zaman yang penuh persaingan di semua aspek bidang kehidupan. Sekarang ini hampir tidak ada celah bagi bangsa yang kualitas sumber daya manusianya rendah untuk dapat maju dan berkembang. Sebaliknya justru bangsa tersebut secara perlahan tapi pasti akan tenggelam dari peta percaturan dunia, seberapapun besarnya jumlah penduduk dan luas yang dimilikinya.

Pendidikan merupakan sebuah usaha yang berjalan secara terus menurus untuk menjadikan manusia (masyarakat) mencapai taraf kemakmuran. Pendidikan di Indonesia dilihat dari segi mutunya masih sangat memprihatinkan.Pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial. Pendidikan sistem persekolahan hanya mentransfer kepada peserta didik apa yang disebut the dead knowledge, yakni pengetahuan yang terlalu bersifat text-bookish sehingga bagaikan sudah diceraikan baik dari akar sumbernya maupun aplikasinya.

 

1.2  Rumusan Masalah

1.      Apa saja tantangan pendidikan pada masa depan?

2.      Bagaimana cara memperoleh pendidikan sesuai tuntutan zaman?

3.      Apa saja sarana dan prasarana yang membangun terwujudnya pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman?

1.3  Tujuan

1.      Menjelaskan tuntutan pendidikan di masa depan

2.      Mendeskripsikan cara memperoleh pendidikan sesuai tuntutan zaman

3.      Menjelaskan sarana dan prasarana yang membangun terwujudnya pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman

 

 

 

 

BAB II 

PEMBAHASAN

1.    Tantangan Masa Depan bagi Pendidikan

            Menurut Prof Dr Yahya Muhaimin, ada tiga hal yang merupakan tantangan bagi pendidikan Indonesia di masa depan. Pertama, arus globalisasi yang berlangsung sejak awal tahun 1990an hingga kini. Kedua, sistem pendidikan yang masih mencari kemantapan dan kestabilan. Ketiga, nilai-nilai budaya masyarakat indonesia yang belum bisa mendudukan proses pembaharuan, seperti : ”jalan pintas”, tidak disiplin, egosentris. Perkembangan pendidikan secara nasional di era reformasi, yang sering disebut-sebut oleh para pakar pendidikan maupun oleh para birokrasi di bidang pendidikan sebagai sebuah harapan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di negeri ini dengan berbagai strategi inovasi, ternyata sampai saat ini masih berwujud impian. Bahkan hampir bisa dikatakan bahwa yang kita peroleh saat ini bukanlah kemajuan, melainkan “sebuah kemunduran yang tak pernah terjadi selama bangsa ini berdiri”. Kalimat tersebut mungkin sangat radikal untuk diungkapkan, tapi inilah kenyataan yang terjadi, sebagai sebuah ungkapan dari seorang guru yang mengkhawatirkan perkembangan pendidikan dewasa ini.

Tidak dapat dipungkiri, berbagai strategi dalam perubahan kurikulum, mulai dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) sampai pada penyempurnaannya melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan sebuah inovasi kurikulum pendidikan yang sangat luar biasa, bahkan sangat berkaitan dengan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yakni yang menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah, dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal. 

Proses pendidikan tidak hanya sekadar mempersiapkan anak didik untuk mampu hidup dalam masyarakat kini, tetapi mereka juga harus disiapkan untuk hidup di masyarakat yang akan datang yang semakin lama semakin sulit diprediksi karakteristiknya. Kesulitan memprediksi karakteristik masyarakat yang akan datang disebabkan oleh kenyataan bahwa di era global ini perkembangan masyarakat tidak linier lagi. Oleh karena itu, keberhasilan kita di masa lalu belum tentu memiliki validitas untuk menangani dan menyelesaikan persoalan pendidikan masa kini dan masa yang akan datang. Pada era globalisasi, era abad ke-21, di samping dunia mengalami perkembangan teknologi yang dahsyat, termasuk teknologi informasi, dunia juga mengalami keterbukaan yang amat sangat, sehingga umat manusia mengalami mobilitas yang bukan main cepatnya. Karena itu kita juga mengalami perubahan masyarakat yang tidak putus-putusnya, menyebabkan umat juga mengalami ketidakseimbangan. Konstagnasi ini bisa dilihat dari buah pikiran para pemikir dunia, seperti John Naisbitt, Samuel Huntington, Kenichi Ohmae, Francis Fukuyama, dan lain-lain.

Pada dimensi yang lain, globalisasi akan memudahkan masuknya nilai-nilai baru. Begitu deras nilai-nilai baru itu membanjiri masyarakat sehingga amat sering tidak lagi dapat di kontrol secara memadai. Akhirnya anggota masyarakat menjadi mengalami kebingungan dan ketidak-seimbangan hidup. Dalam kondisi seperti itulah maka tidak pernah akan mudah orang memiliki daya kreatifitas dan kompetitif. Selain itu, guna menciptakan dan memelihara anggota masyarakat menjadi ”kuat” maka lembaga dan sistem pendidikan harus menopangnya. Yakni agar lembaga dan sistem pendidikan kita benar-benar berfungsi secara optimal. Sistem ini menyediakan sarana dan prasarana yang memadai, dan pada segi lain juga membina serta memelihara para guru menjadi kuat, menjadi memiliki kompetensi yang memadai antara dengan menjaga harga diri dan wibawa serta kesejahteraan ekonomi para guru sehingga bisa berfungsi secara optimal.

Hal yang penting di dalam proses pendidikan adalah terpeliharanya ”rasa ingin tahu”, sebab tanpa adanya “rasa ingintahu” maka sulit bagi kita untuk mempunyai kreativitas dan inovasi. Dan walaupun kontroversi terhadap dimensi struktural dan kultural hingga kini belum berakhir, namun faktor budaya merupakan faktor yang penting. Nilai-nilai budaya dapat menjadi faktor penunjang yang utama namun juga dapat menjadi tantangan yang serius. Pola budaya yang amat dominan dalam kehidupan orang indonesia adalah patrimonialisme, kolektivisme dan paternalisme.

Paternalisme selama ini telah menjadi faktor stabilisator, demikian juga kolektivisme (sharing atau kebersamaan) telah mendorong terpeliharanya harmoni di dalam masyarakat. Pada masa-masa era zaman klasik, patrimonialisme juga telah mendorong berlangsungnya kestabilan. Namun dalam era keterbukaan dan reformasi, maka pola-pola budaya seperti di atas harus mengalami transformasi sebagaimana Jepang mengalami transformasi dari nilai samurai menjadi nilai entrepreneurial yang begitu inovatif dan kompetitif

 

2.    Pendidikan yang Ber-nilai

            Tanpa mengurangi arti hasil-hasil pendidikan yang telah dicapai selama ini dan juga program yang telah, sedang dan terus dilaksanakan, pendidikan nasional Indonesia ke depan, harus menggunakan konsep kebermaknaan dalam setiap kegiatan pembelajarannya, atau dalam istilah singkatnya pendidikan yang ber-nilai. Artinya, pendidikan jangan lagi difungsikan sebagai formalitas kegiatan pemerintah yang menghabiskan dana trilyunan rupiah, tetapi betul-betul harus mampu memberikan value (nilai) bagi peserta didik sehingga mereka mampu hidup secara dinamis di masyarakat, mampu beradaptasi, dan terbebas dari rasa ketergantungan terhadap orang lain karena ilmu yang diperoleh mampu menopang perjuangannya untuk mencapai penghidupan yang layak.

Untuk dapat memberikan nilai yang lebih pada pendidikan kita, secara teknis upaya pembelajaran yang ofensif dan pro aktif menjadi tuntutan mutlak. Prinsipnya, proses pembelajaran tidak dikendalikan oleh guru, tetapi dikendalikan oleh peserta didik/pembelajar. Apa yang harus diajarkan, bilamana diajarkan, dan bagaimana harus diajarkan semuanya ditentukan oleh pembelajar. Pola pikir yang mendasarinya adalah pendidikan baik formal maupun non formal tidak lagi terpisah dengan dunis bisnis, perdagangan dan politik yang notabene merupakan realita kehidupan sehari-hari.

Dengan konsep pembelajaran yang ber-nilai, kompetensi yang berbasis kecakapan hidup (life skill) menjadi tujuan pembelajaran yang terpenting. Siswa diharapkan tidak hanya mampu mempelajari ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi sebatas teori, tetapi betul-betul menjadi keterampilan hidup yang dapat dijadikan bekal untuk hidup secara bermakna bagi semua peserta didik. Jadi paradigma pendidikan masa depan harus diubah dari sekolah untuk mendapatkan ijazah atau keterangan lulus, menjadi sekolah untuk mendapatkan ilmu sebagai bekal hidup. Dengan demikian, di masa-masa mendatang tidak akan terdengar lagi lulusan sekolah yang menganggur karena tidak mendapatkan pekerjaan, sebab mereka akan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri, bahkan untuk orang lain. Sekolah di masa depan ibaratnya seperti orang “magang”. Jadi ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah langsung bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Hanya saja, agar dapat memberikan pendidikan yang ber-nilai bagi peserta didik dibutuhkan paling tidak 3 konmponen yang berkualitas dan saling menunjang, yaitu guru, kurikulum dan sarana prasarana belajar. Harus diakui, guru adalah komponen terpenting dalam upaya pencapaian pendidikan yang ber-nilai. Karena siapapun pasti sependapat bahwa guru merupakan unsur utama dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya di tingkat institusional dan instruksional. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan muluk karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan ditentukan oleh kinerja guru. Oleh karena itu, supaya pendidikan menjadi ber-nilai, maka guru yang bertanggung jawab terhadap berhasil tidaknya pendidikan haruslah guru yang betul-betul profesional dan memiliki nilai plus. Profesional ditandai dengan keahlian, dan rasa tanggung jawab yang tinggi serta didukung oleh etika profesi yang kuat. Sedangkan nilai plus ditandai dengan wawasan pengetahuan dan atau pengalaman yang luas dalam bidang bisnis, perdagangan dan menyiasati hidup. Tanpa guru yang profesional dan memiliki nilai plus, proses pembelajaran di sekolah tidak akan berjalan optimal dan hanya akan berhenti sebatas teori. Akibatnya tujuan pendidikan agar ber-nilai bagi peserta didik tidak akan pernah tercapai.

Kurikulum, juga merupakan komponen yang tidak kalah pentingnya untuk mencapai pendidikan yang ber-nilai. Karena kurikulum tidak saja menentukan arah dan tujuan pendidikan yang ingin dicapai, tetapi secara teknis kurikulum juga menjadi acuan pelaksanaan program pembelajaran di sekolah. Program pembelajaran yang dimaksud adalah Program Tahunan, Program Semester, maupun program yang digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran yang dikenal dengan nama Satuan Pembelajaran dan Rencana Pembelajaran. Kurikulum yang mendukung pendidikan yang ber-nilai adalah kurikulum yang memberikan akses seluas-luasnya pada peserta didik untuk mengembangkan kecakapan hidup sesuai potensinya. Untuk itu setiap poin kegiatan pembelajaran yang tercantum dalam kurikulum secara jelas dan tegas hendaknya mencantumkan kemampuan riil yang dimiliki peserta didik yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara sarana prasarana pendidikan merupakan komponen penunjang yang tidak dapat diabaikan dalam pencapaian pendidikan yang ber-nilai.

Kuantitas dan kualitas sarana prasarana pendidikan, akan sangat menentukan keberhasilan program pembelajaran di sekolah. Hal ini bisa dipahami karena sarana prasarana pendidikan merupakan pendukung langsung terselenggaranya kegiatan pembelajaran. Termasuk dalam sarana prasarana pendidikan ini adalah alat pembelajaran (buku dan alat tulis), alat peraga, media pendidikan, gedung, meja, kursi, jalan menuju sekolah, asrama, dan sebagainya.

 

3.    Perkembangan Teknologi Pendidikan

Maraknya perkembangan teknologi yang diaplikasikan dalam dunia pendidikan mulai dari perangkat hingga software edukasi memang menopang harapan yang besar dari semua orang agar mampu mewujudkan potret sekolah masa depan yang jauh lebih baik dari kondisi yang ada sekarang. Dimulai dengan demam homeschooling yang terjadi beberapa tahun silam telah menjadi napak tilas kemajuan pendidikan khususnya dalam kaitannya dengan perkembangan teknologi. Dahulu tak pernah terbayang bahwa kita bisa menikmati pelajaran tanpa harus beranjak dari rumah serta mampu melaksanakan ujian di meja belajar kita sendiri dengan bantuan internet.

Selanjutnya perkembangan software edukasi yang marak dikembangkan untuk membantu para siswa belajar baik dalam hal simulasi, praktek teori serta perkembangan e-book dan e-modules yang bisa didapatkan oleh siswa juga makin memperkuat peranan teknologi dalam membantu dunia pendidikan. 

Menggunakan teknologi memungkinkan siswa lebih banyak untuk secara aktif berpikir tentang informasi, membuat pilihan, dan melaksanakan keterampilan daripada yang biasanya dibimbing oleh guru. Apalagi, ketika teknologi digunakan sebagai alat untuk mendukung siswa dalam melaksanakan tugas-tugas otentik, para siswa berada dalam posisi menentukan tujuan mereka, membuat keputusan desain, dan mengevaluasi kemajuan mereka. Peran guru pun turut berubah. Guru tidak lagi menjadi pusat perhatian danpusat informasi, melainkan memainkan peran sebagai fasilitator, menetapkan tujuan proyek dan memberikan pedoman dan sumber daya, bergerak dari siswa untuk siswa atau kelompok ke kelompok, memberikan saran dan dukungan untuk kegiatan siswa.

Kemampuan untuk mendapatkan fasilitas online dengan bantuan guru untuk penelitian proyek adalah keuntungan besar bagi para siswa dan bahkan suatu keharusan dengan pertimbangan bahwa mereka akan perlu melakukannya ketika mereka telah lulus sekolah dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Dengan memanfaatkan teknologi dalam kelas, siswa bisa mendapatkan ilmu baru dan keterampilan yang dapat berguna pada tingkat berikutnya di mana kelak dapat diterapkan pada pekerjaan di masa depan dan kehidupannya sehari-hari.

  

BAB III 

KESIMPULAN 

            Pendidikan berjalan sepanjang hayat masyarakat, dengan menekankan sikap kreatif, kritis, tanggap terhadap permasalahan lingkungan dan memiliki nilai moral yang tinggi. Selain itu pendidikan tidak terlepas dari kultur bangsa sebagai karakter, dan tentunya adanya kesesuaian antara tujuan pendidikan dan kebutuhan sumber daya manusia yang diperlukan di masyarakat. Pemerintah sebagai salah satu tonggak pelaksanaan pendidikan sudah menjadi kewajiban ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan pelayanan pendidikan sebagaimana tercantum dalam UU Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan di Indonesia untuk masa depan selain mengedepankan aspek intelektualitas juga menekankan aspek kesadaran moral sebagai penyeimbang, tatkala seorang peserta didik berinteraksi langsung baik dengan pendidik atau masyarakat umum. Begitu banyak tantangan dan permasalahan dalam pendidikan untuk menghadapi masa depan. Sehingga kualitas pendidikan harus terus ditingkatkan agar kita mampu menghadapi segala tuntutan masa depan. Harus banyak perubahan mulai dari sistem pendidikan itu sendiri, nilai-nilai karakter bangsa dan juga pemanfaatan perkembangan teknologi masa depan.

 

 


 

 DAFTAR PUSTAKA

http://makalah-update.blogspot.com/2012/11/pendidikan-masa-depan-di-indonesia.html

http://futureeducationconcept.blogspot.com/2012/03/permendiknas-standar-isi-dan-kompetensi.html

http://mardiya.wordpress.com/2009/12/22/pendidikan-masa-depan-konsep-dan-tantangan/

http://inspiratif2008.blogspot.com/2012/03/menyambut-konsep-sekolah-masa-depan.html

http://edukasi.kompasiana.com/2012/06/21/tantangan-masa-depan-pendidikan-di-indonesia-dan-pendidikan-global-472201.html

http://fajar-kacamata.blogspot.com/2012/10/tantangan-pendidikan-masa-depan.html

 BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

 

21 April, 2023

KHUTBAH IDUL FITRI : BAGAIMANA CARA MERAYAKAN IDUL FITRI

 KHUTBAH 1

اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ . اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ . اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، اَللهُ أَكْبَرُ ، وَلِلهِ الْحَمْدُ. اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ اْلعَظِيْمُ اْلاَكْبَرْ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِي الْمَحْشَرْ. نَبِيٌّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ أَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّرْ أَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. قالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ، وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ، وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Wasiat takwa senantiasa dan akan terus mengawali setiap khutbah. Karena dalam kehidupan abadi di akhirat kelak, tidak ada yang bermanfaat bagi kita kecuali takwa dan amal saleh. Untuk itu, mengawali khutbah yang singkat ini, kami berwasiat kepada kita semua agar senantiasa berusaha untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah ta’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh larangan.

Hadirin jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah, Selama satu bulan penuh kita telah menjalani pendidikan dan pelatihan di Madrasah Ramadhan. Selama menempuh pendidikan di Madrasah Ramadhan, kita tidak hanya dididik untuk memperbaiki hubungan dengan Allah ta’ala. Tapi juga dilatih untuk memperbaiki hubungan dengan sesama hamba.  

Pada hari ini, di hari raya ini, kita semestinya merayakan kemenangan sebagai orang-orang yang berhasil melewati berbagai rintangan selama menjalani pendidikan di Madrasah Ramadhan. Kita rayakan keberhasilan kita menundukkan hawa nafsu. Kita rayakan kesuksesan kita mengalahkan tipu daya setan. Kita rayakan kemenangan karena kita telah melewati Ramadhan dengan berbagai ibadah dan kebaikan.   Di hari raya ini, kita juga semestinya merayakan kelulusan dari Madrasah Ramadhan dengan meraih predikat sebagai orang-orang yang bertakwa.

Idul Fitri ibarat lembaran awal kertas putih. Tak ada kotoran atau noda yang menempel sehingga senantiasa bersih. Seperti air dari sumber mata air yang mengalir jernih. Kesucian ini harus kita jaga sekuat tenaga agar kertas dan air ini tak ternoda. Mari hindari berbuat dosa, baik itu dosa antarsesama terlebih dosa kepada Allah subhanahu wata’ala. Lantas Bagaimana cara kita merayakan kemenangan yang fitri ini?

Pertama : Mejaga dan meneruskan amal-amal ibadah bulan kita, Ramadhan telah mengajarkan kita untuk menjadi pribadi yang paripurna. Kemampuan kita untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas di bulan puasa, harus senantiasa kita pupuk dan jaga. Jangan sampai bulan Ramadhan berlalu, beriringan dengan itu intensitas ibadah kita pun ikut menjadi layu.

Bentuk wujud bersyukur kita di hari kemenangan ini adalah melanjutkan ketaatan yang telah kita lakukan selama bulan Ramadhan di bulan-bulan berikutnya. Kita telah melaksanakan shalat tarawih dan witir, hal ini perlu dilanjutkan setelah Isya di hari-hari berikutnya. Tidak ada tarawih, witir tetap disunnahkan. Kita yang telah bisa meningkatkan tadarus Al-Qur’an. Ada yang sudah sekali khatam dalam satu bulan Ramadhan. Ada yang sudah dua, tiga, atau bahkan berkali-kali khatam, perlu diteruskan. Selain terus memperbaiki bacaan Al-Qur’an agar semakin enak didengar dan sesuai dengan kaidah tajwid, kita juga perlu memperdalam wawasan pengetahuan kita mengenai Al-Qur’an itu, mendalami makna-makna yang dikandungnya. Hal ini agar dapat membentuk perilaku kita lebih baik ke depannya.

Kedua : Pada hari idul fitri ini marilah kita bersama-sama saling memaafkan. Karena Ramadhan adalah bulan maghfiroh atau bulan ampunan maka Ramadhan telah mnegajarkan kepada kita untuk memaafkan. Jika Allah adalah Dzat Yang Maha Mengampuni, maka mestinya kita juga bisa memaafkan kepada saudara-saudara sesama muslim dan kepada para tetangga, teman dan keluarga kita.

Dalam Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 134 Allah menegaskan, bahwa seorang Muslim yang memiliki ketakwaan dianjurkan mengambil paling tidak satu dari tiga sikap dari seseorang yang telah berbuat kesalahan. Sikap itu adalah amarah ditahan, memaafkan, dan berbuat baik terhadap orang yang berbuat kesalahan.

الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ  

Artinya: “(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” 

Kita perlu ingat bahwa sesama Muslim adalah bersaudara dalam naungan ridha ilahi. Sudah semestinya harus saling berbuat baik kepada sesama dengan sepenuh hati. Persaudaraan itu seperti hubungan tangan kanan dan tangan kiri. Walau berbeda dan tidak sama, namun harus saling membantu, tak kenal iri. Hubungan keduanya selalu harmonis dan saling berbagi peran sekaligus saling melengkapi. Tangan kiri tak akan menyakiti tangan kanan, begitu juga sebaliknya tangan kanan tak sampai hati menyakiti tangan kiri. Apalagi di masa sulit seperti ini, kepekaan terhadap penderitaan orang lain harus terus disemai. Bantulah orang lain dari kesulitan yang mereka hadapi.

Kepekaan sosial yang telah dilatih pada Ramadhan dengan merasakan lapar dan dahaga harus dilanjutkan kembali. Kita harus menjadikan Idul Fitri ini sebagai momentum kebahagiaan bersama yang hakiki. Dalam haditsnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan:

مَا مِنْ مُؤْمِنٍ يُعَزِّي أَخَاهُ بِمُصِيبَةٍ إِلا كَسَاهُ اللهُ سُبْحَانَهُ مِنْ حُلَلِ الكَرَامَةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ 

Maknanya: “Tidaklah seorang mukmin menghibur saudaranya karena musibah yang menimpanya, kecuali Allah akan mengenakan kepadanya pakaian-pakaian kemuliaan di hari kiamat” (HR Ibnu Majah).

   اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Saling memaafkan dan peka terhadap penderitaan orang lain tentunya tidak boleh sampai melupakan kepekaan pada orang yang ada dekat di sekitar kita. Terlebih sosok yang paling berjasa dalam kehidupan kita yaitu orang tua kita.

Dalam ajaran agama, orang tua adalah sosok yang mulia dan harus kita hormati serta sayangi selamanya. Kita harus memperlakukan mereka dengan baik karena mereka adalah ‘Jimat’ kita di dunia. Bagi mereka yang orang tuanya sudah meninggal dunia, ziarahilah makamnya. Panjatkan doa kepada yang kuasa semoga mereka diampuni dosanya dan amal ibadahnya diterima di sisi-Nya. Bagi yang orang tuanya masih dalam keadaan sehat dan masih bersama kita, jagalah dan kunjungilah mereka.  Terlebih sosok ibu yang telah susah payah melahirkan kita kedunia ini. Ia adalah sosok yang paling berjasa dan dapat menghantarkan kita ke surga Allah yang abadi. Apa kabar Ia hari ini? Sudahkah kita bersilaturahmi? Sudahkah kita meraih tangannya yang sudah semakin lemah termakan hari? Ya Allah berilah kesehatan dan keberkahan pada orang tua kami. Jadikanlah kami anak-anak yang berbakti dan tahu berbalas budi.

Kita perlu sadari, sesukses apapun kita tak kan lepas dari doa orang tua. Sebanyak apapun materi yang kita miliki tak kan bisa membalas jasa-jasa mereka. Ridha orang tua akan menjadi sumber kesuksesan kita. Sebaliknya kemarahannya adalah merupakan sebuah bencana dalam kehidupan kita.

    رِضَى اللهِ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللهِ فِي سُخْطِ الْوَالِدَيْنِ 

Artinya: "Keridhaan Allah tergantung kepada keridhaan orang tua dan kemarahan Allah tergantung kemarahan orang tua" 

Mari kita kenang perjuangan mereka, ketika kita masih kecil tak bisa berbuat apa-apa. Dengan kasih sayang, mereka menggendong kita, mencium kita dan membesarkan kita dengan penuh cinta. Bagaimana sebaliknya, ketika mereka tergeletak sakit tak berdaya? Sempatkah kita menjenguknya? Berapa kali kita mengusap keningnya, menyuapinya dan menggantikan pakaiannya ketika ia terbaring sakit di atas tempat tidurnya? Rutinkah kita memeluk tubuhnya yang semakin lemah tak berdaya sambil tersenyum sebagaimana ia lakukan di masa kecil kita? 

Oleh karenanya di hari yang penuh dengan kebahagiaan, mari kita bersama doakan, semoga orang tua kita senantiasa diberikan keberkahan. Semoga mereka senantiasa mendapatkan perlindungan dan kesehatan serta kemudahan. Semoga mereka akan tetap terjaga Islam dan iman saatnya nanti dipanggil oleh Tuhan.

    اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ  

Ma’asyiral muslimin wal muslimat jamaah shalat Idul Fitri rahimakumullah,

Demikianlah Khutbah Idul Fitri yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat memberikan kemanfaatan. Dan marilah kita berdoa, semoga ibadah yang kita lakukan di Bulan Ramadhan diterima Allah SWT dan mendapatkan ganjaran. Semoga semua dosa kita kepada Allah dan dosa kepada sesama akan mendapatkan ampunan. Mari saling memaafkan dan raih keberkahan, sehingga kita akan menjadi insan yang kembali suci mendapatkan kemenangan, "Ja'alana-Llâhu minal 'âidîn wal fâizîn" senantiasa menjadi sebuah doa dan harapan.

 جَعَلَناَ اللهُ وَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اليُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ العُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْاالعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْاالله َعَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ  بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

KHUTBAH 2

اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ (×٣) اللهُ أَكْبَرُ وَ لِلّٰهِ اْلحَمْدُ اللهُ أكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلٰهَ إِلاّاللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ.

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ وَكَفَى وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا، أَمَّا بَعْدُ، اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ .

اللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ مِنْ مَشَارِقِ الْأَرْضِ إِلَى مَغَارِبِهَا بَرِّهَا وَبَحْرِهَا، خُصُوْصًا إِلَى آبَاءِنَا وَاُمَّهَاتِنَا وَأَجْدَادِنَا وَجَدَّاتِنَا وَأَسَاتِذَتِنَا وَمُعَلِّمِيْنَا وَلِمَنْ أَحْسَنَ إِلَيْنَا وَلِأَصْحَابِ الحُقُوْقِ عَلَيْنَا، اللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ .رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...