HOME

02 Maret, 2023

MAKALAH SELUK BELUK KALIMAT

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi manusia. Bahasa mengalami perkembangan sesuai tingkatan usianya, salah satu unsur bahasa kalimat. Kalimat digunakan seseorang untuk mengungkap ide, gagasan dan perasaan. Ada berbagai cara yang dilakukan untuk mendeskripsikan berbagai kalimat yang ada dalam sebuah bahasa. Karena tidak terbatasnya jumlah kalimat, cara-cara yang digunakan untuk menentukan struktur sintaktiknya dilakukan melalui ragam dasar struktur kalimat yang menjadi pola kalimat-kalimat lainnya. Menurut jumlah klausanya, kalimat tunggal dinyatakan sebagai pola dasar kalimat majemuk. Ditinjau dari pola-pola yang dimilikinya, kalimat dapat dibagi menjadi kalimat inti, kalimat luas, dan kalimat transformasional.

Sehubungan dangan hal diatas, dalam makalah ini akan dibahasa seluk beluk kalimat yang berkenaan dengan pengertian kalimat, pola-pola dan bagian kalimat, kalimat sederhana dan luas. Istilah-istilah tersebut sesungguhnya telah kita kenal sejak sekolah. Walaupun demikian, hal ini tersebut seringkali membuat bingung. Karena itu, dengan bahasan ini diharapkan kita dapat memiliki konsep yang jelas tentang ragam kalimat tersebut.

B.     Rumusan Masalah

1)      Apa pengertian kalimat?

2)      Sebutkan pola-pola yang terdapat dalam kalimat?

3)      Sebutkan bagian-bagian yang terdapat dalam kalimat?

4)      Jelaskan mengenai kalimat sederhana dan kalimat luas?

5)      Jelaskan macam-macam keterangan kalimat?

6)      Jelaskan kalimat analisis dan sintetis serta variasi susunannya?

C.    Tujuan

1)      Mengetahui pengertian kalimat

2)      Memaparkan pola-pola yang terdapat dalam kalimat

3)      Mendiskripsikan bagian-bagian yang terdapat dalam kalimat

4)      Menjelaskan kalimat sederhana dan kalimat luas

5)      Menjelaskan macam-macam keterangan kalimat

6)      Menjelaskan kalimat analisis dan sintetis serta variasi susunannya

 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Kalimat

Secara tradisional, kalimat dikonsepsikan secara sederhana, yaitu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan menyatakan pikiran yang lengkap.[1] Secara structural, kalimat dikonsepsikan sebagai satuan gramatikal (kata, frasa, klausa), dapat berdiri sendiri atau bebas, dan dibatasi oleh kesenyapan awal dan diakhiri dengan kesenyapan akhir, yaitu intonasi final.[2]

Dari sudut pandang tersebut, dapat disimpulkan bahwa kalimat merupakan bentuk satuan gramatikal (dapat berupa kata, frasa, klausa) yang memiliki satu pemikiran utuh yang diawali intonasi awal dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam bentuk tulis,   harus diawali denga huruf kapital dan intonasi akhir dapat berupa tanda titil, tanda Tanya, atau tanda seru. Dalam bentuk lisan, kalimat akan diawali dengan kesenyapan awal dan diakhiri denga kesenyapan akhir. Keutuhan kalimat dalam bentuk tulis akan lebih nyata terlihat dan lebih mudah untuk dibuktikan. Namun, untuk mengetahui kalimat dalam bentuk lisan memerlukan kecermatan, sebab kesenyapan akhir dapat pula beruba jeda dan masih berlanjut dalam satu kalimat yang sama. Ide pokok adalah kunci dalam menemukan kalimat yang berbentuk lisan.

 

B.     Pola-pola dan Bagian-bagian Kalimat

a)      Pola-pola Kalimat

Kalimat dasar terdiri dari atas beberapa struktuk kalimat, dengan unsur pembangunnya adalah subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (Ket.). Struktur pembangun minimal kalimat yaitu S-P, sedangkan O, Pel., dan Ket. adalah tambahan yang berfungsi melengkapi dan memperjelas arti kalimat, maka kalimat sederhana terdiri dari subjek dan predikat, sedangkan kalimat kompleks terdiri dari subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.[3]

1.      Subjek

Subjek (S) adalah pokok bahasan atau pembicaraan. Subjek adalah bagia dari kalimat yang menunjukkan pelaku, benda, atau masalah yang menjadi pangkal pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/ frasa verbal.

Contoh :

-          Meja direktur besar

-          Adikku sedang melukis

2.      Predikat

Predikat (P) adalah bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek (S). selain menyatakan tindakan subjek, yang ditandai oleh predikat dapat mulai mengenal sifat, situasi, dan status. Predikat dapat berupa kata atau frasa.

Contoh:

-          Ibu sedang tidur siang.

-          Silvia cantik jelita

3.      Objek

Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat. Objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Objek pada umumnya diisi oleh noma, frasa nomina, atau klausa. Letak objek selalu dibelakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut wajib hadirnya objek.

Contoh:

-          Nunik menimang bayi

-          Arsitek merancang bangunan

4.      Pelengkap

Pelengkap (Pel) adalah bagian yang melengkapi predikat. Letak pelengkap biasanya di belakang verba. Posisi itu juga dimpetai objek dan jenis kata yang mengisi pelengkap dan objek yang berupa nomina, frasa nomina atau klausa. Namun antara pelengkap dan objek ada perbedaan.

Contoh:

-          Indonesia berasaskan pancasila

-          Angklung merupakan kesenian tradisional

Jika dalam kalimat terdapat objek, letak pelengkap adalah dibelakang objek tersebut sehingga urutan penulisa bagian kalimat menjadi S-P-O-Pel.

Contoh:

-          Ayah membelikan ibu baju baru

-          Mahasiswa itu mengambilkan dosennya air minum.

5.      Keterangan

Keterangan (Ket) adalah bagian dari kalimat yang menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat lainnya. Unsur keterangan dapat berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka yang berarti dapat berada diawal kalimat, ditengah kalimat, diakhir kalimat. Pengisi keterangan adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbial, atau klausa.

Contoh:

-          Pria itu berjalan dengan hati-hati. (keterangan cara)

-          Aldi rela berkorban demi orang lain. (keterangan tujuan)[4]

 

b)     Bagian-bagian Kalimat

1.      Bagian Inti dan Bagian Bukan-Inti

Dasar segi bentuk sintaktisnya, bagian-bagian kalimat dapat dibedakan berdasarkan statusnya sebagai unsur pembentuk yang inti dan bukan-inti. Inti tidak bisa dihilangkan, sedangkan bukan-inti bisa dihilangkan.

Dalam kalimat:

-          Kepala-kepala Negara anggota MEE kemarin menandatangani keputusan untuk menaikkan harga tembakau.

Terdapat empat bagian, yaitu (1) kepala-kepala Negara anggota MEE, (2) kemarin, (3) menandatangani, dan (4) keputusan untuk menaikkan harga tembakau. Bagian (1),(3), dan (4) tidak mungkin bisa dihilangkan karena merupakan bagian inti, sedangkan (2), kemarin, bisa dihilangkan karena merupakan bagian bukan-inti.

2.      Bagian Inti dan Kalimat Tunggal

Yang sering disebut orang sebagai kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu kesatuan bagian inti, baik dengan maupun tanpa bagian yang bukan-inti. Misalnya:

-          Kepala-kepala Negara anggota MEE menandatangani keputusan untuk menaikkan harga tembakau.

3.      Bagian Inti dan Konstituen

Perhatikan kalimat berikut!

-          Kemarin dia duduk disini.

Dia dan duduk adalah bagian inti yang merupakan konstituen-konstituen. Demikian pula kemarin dan disini yang meskipun merupakan bagian bukan-inti.

4.      Bagian Inti, Klausa, dan Kalimat-kalimat Majemuk

Bila suatu kalimat, baik denga bagian inti maupun tanpanya, terdiri atas dua bagian inti atlayak disebut atau lebih, maka kalimat itu disebut kalimat majemuk. Singkatnya, kalimat majemuk dibentuk oleh dua kalimat tunggal atau lebih. Kalimat tunggal pembentuknya dipandang sebagai unsur yang disebut klausa. Contoh:

-          Nana ini pemberani dan Nani itu penakut.

Satuan Nana ini pemberani serta Nani itu penakut  adalah dua klausa yang membentuk kalimat majemuk dengan konjungsi dan. Klausa sering pula dipakai untuk mengacu ke kalimat tunggal biasa, tanpa intonasi (atau tanda baca). Sudah tentu, bila sudah ditandabacai atau diintonasi, maka ia menjadi kalimat.  Contoh:

-          Nani ini pemberani

-          Nani ini pemberani?[5]

 

C.    Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas

1.      Kalimat Sederhana

Menurut Muslich (2010:130),kalimat sederhana adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa (satu subjek, satu predikat) dengan atau tanpa konstituen bukan inti. Unsur inti kalimat sederhana atau kalimat tunggal adalah S dan P. Putrayasa (2006:1) menyatakan bahwa dalam kalimat tunggal, tentu terdapat semua unsur manasuka, seperti keterangan tempat, waktu, dan cara. Oleh karena itu, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek, tetapi dapat pula dalam wujud yang panjang.

Data temuan kalimat sederhana pada penelitian ini diklasifikasikan sama dengan data temuan kalimat tunggal karena dalam penelitian ini kalimatsederhana disebut juga sebagai kalimat tunggal. Berikut ini merupakan contoh penggunaan kalimat sederhana. Kini sang Raja Singa sudah semakin tua. Kalimat tersebut terdiri atas satu klausa dan tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian lain yang lebih kecil.     

Alwi, dkk. (2003:315) menyatakan bahwa unsur wajib terdiri atas konstituen kalimat yang tidak dapat dihilangkan, sedangkan unsur tidak wajib (manasuka) terdiri atas konstituen yang dapat dihilangkan. Samsuri (1980:248) menyatakan bahwa unsur manasuka adalah paduan-paduan yang kadang-kadang tidak ada di dalam suatu kalimat, tetapi kadang-kadang juga ada. Unsur manasuka memberikan pengertian tambahan pada kalimat tentang berbagai keterangan mengenai lokasi, waktu, cara, aspek, dan bahkan “sikap” pemakai bahasa itu terhadap pikiran, peristiwa, keadaan, soal atau perasaan yang dinyatakan oleh kalimat itu. Perlu dicatat bahwa pembedaan unsur kalimat atas unsur wajib dan unsur tidak wajib tidak berkaitan langsung dengan bentuk dan fungsi konstituen kalimat (Putrayasa, 2008:22).

Alwi, dkk. (2003:366) menyatakan bahwa perluasan kalimat sederhana itu dapat dilakukan dengan penambahan (1) unsur keterangan, (2) unsur vokatif, dan (3) konstruksi aposisi. Perluasan kalimat sederhana dengan penambahan keterangan itu dapat berupa kata, frasa, maupun klausa. Pada contoh kalimat tersebut, perluasan kalimat sederhana dilakukan dengan menambahkan keterangan yang berupa kata atau frasa, yaitu kini.[6]

2.      Kalimat Luas

Menurut Sumadi (2009:181),kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa. Kalimat luas memiliki struktur yang rumit atau kompleks karena terdiri atas lebih dari satu klausa. Dalam aliran tradisional, kalimat ini disebut kalimat majemuk, yaitu kalimat yang dapat dibagi lagi menjadi kalimat-kalimat lain yang lebih kecil.

Kalimat Luas Setara. Soedjito & Saryono (2012:105) menyatakan bahwa kalimat luas setara (kalimat majemuk setara) adalah kalimat luas yang klausa-klausanya mempunyai kedudukan setara (sederajat) dalam struktur konstituen kalimat. Semua klausa dalam kalimat ini merupakan klausa inti. Dalam aliran tradisional, klausa inti ini disebut induk kalimat (Sumadi, 2009:181). Berikut ini merupakan contoh penggunaan kalimat luas setara. Serigala bimbang, tetapi dia menerima tawaran Singa. Kalimat tersebut terdiri atas dua klausa. Klausa-klausa itu adalah (1) Serigala bimbang, dan (2) dia menerima tawaran Singa. Kedua klausa dalam kalimat tersebut dihubungkan dengan kata penghubung yang menandai hubungan setara, yaitu tetapi.

Pada kalimat luas setara, klausa yang diawali oleh kata penghubung (konjungsi) tidak dapat diletakkan di awal kalimat. Apabila klausa yang diawali oleh kata penghubung diletakkan di awal kalimat, akan mengakibatkan kalimat tersebut tidak berterima. Alwi, dkk. (2003:394) menyatakan bahwa pada umumnya klausa yang diawali oleh koordinator dan, atau, dan tetapi tidak dapat diubah. Apabila posisinya diubah, perubahan ini mengakibatkan munculnya kalimat luas setara yang tidak berterima.

Kalimat Luas Tidak Setara. Menurut Sumadi (2009:183), kalimat luas tidak setara adalah kalimat luas yang klausa-klausanya mempunyai kedudukan yang tidak setara/tidak sejajar/tidak sama. Perbedaan antara kalimat luas setara dengan kalimat luas tidak setara terletak pada konjungsi yang digunakan. Konjungsi pada kalimat luas tidak setara digunakan sebagai penanda ketidaksetaraan tersebut dan hubungan antarklausanya. Pada kalimat luas tidak setara, klausa yang satu menjadi “bagian” dari klausa yang lain. Klausa yang menjadi “bagian” dari klausa yang lain itu disebut klausa bukan inti. Dalam aliran tradisional, klausa bukan inti disebut anak kalimat.

Alwi, dkk. (2003:390) menyatakan bahwa konjungsi yang digunakan dalam kalimat luas tidak setara, di antaranya: (a) konjungsi waktu: setelah, sesudah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga; (b) konjungsi syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala; (c) konjungsi pengandaian: andaikan, seandainya, andaikata, sekiranya; (d) konjungsi tujuan: agar, supaya, biar; (e) konjungsi konsesif: biarpun, meski(pun), sungguhpun, sekalipun, walau(pun), kendati(pun); (f) konjungsi pembandingan atau kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada, alih-alih, ibarat; (g) konjungsi sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena; (h) konjungsi hasil atau akibat: sehingga, sampai(-sampai); (i) konjungsi cara: dengan, tanpa; (j) konjungsi alat: dengan, tanpa. Klausa yang diikuti oleh konjungsi ketidaksetaraan tersebut biasanya menjadi anak kalimat.

Posisi klausa yang diawali oleh kata penghubung pada kalimat luas tidak setara bisa diletakkan di awal kalimat. Alwi, dkk. (2003:396) menyatakan bahwa pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh subordinator dapat berubah. Pengubahan posisi urutan klausa itu akan menghasilkan kalimat yang masih berterima.

Alwi, dkk. (2003:391) menyatakan bahwa kalimat luas tidak setara dapat pula disusun dengan memperluas salah satu fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan Ket) dengan klausa. Perluasan itu dilakukan dengan menggunakan yang. Klausa perluasan dengan yang yang disematkan dalam klausa utama disebut klausa relatif dan berfungsi sebagai keterangan bagi fungsi sintaktis tertentu.

Kalimat Luas Campuran. Sumadi (2009:186) menyatakan bahwa kalimat luas campuran adalah kalimat luas yang klausa-klausanya ada yang mempunyai kedudukan yang setara dan ada yang mempunyai kedudukan yang tidak setara. Kalimat luas campuran paling sedikit terdiri atas tiga klausa. Klausa yang setara berupa klausa inti dan dapat pula berupa klausa bukan inti. Berikut ini merupakan contoh penggunaan kalimat luas campuran. Ketika Singa itu mandi, Serigala itu kelaparan dan ia ingin menyantap otaknya. Kalimat tersebut terdiri atas tiga klausa. Klausa-klausa itu adalah (1) Singa itu mandi, (2) Serigala itu kelaparan, dan (3) ia ingin menyantap otaknya.[7]

 

D.    Macam-macam Kalimat

Kalimat dapat dibagi menurut bentuk dan maknanya (nilai komunikatifnya). Dari bentuknya, dikenal ada kalimat tunggal da nada kalimat majemuk. Dari segi jenis predikatnya, kalimat tunggal dapat berfrasa nominal. Adjectival, verbal, atau yang lain, yang menduduki predikat itu.

 

1.      Kalimat Tunggal

Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa (satu subjek, satu predikat) dengan atau tanpa konstituen bukan inti.

a.       Kalimat tunggal berpredikat nomina

Kalimat tunggal berpredikat nomina pasti berkontruksi: frasa nominal + frasa nominal, plus syarat subjek dan predikat mesti dipenuhi.

Contoh:

-          Dialah sahabat saya

b.      Kalimat tunggal berpredikat adjektiva

Kalimat yang berpredikat adjektiva sering disebut sebagai kalimat statif. Kadang-kadang, seperti halnya pada kalimat ekuatif, bila subjek, predikat, atau keduanya panjang, kehadiran adalah dimungkinkan.

Contoh:

-          Pernyataan kedua partai konservatif pimpinan orang kolot adalah penyakitan.

Bisa juga kalimat jenis diatas berpelengkap. Penglengkapnya mungkin berbentuk kata dan mungkin frasa nominal, frasa verbal, atau frasa preposisional.

Contoh:

-          Fatimah sakit kepala.

-          Saya takut akan kemurkaan Tuhan.

 

c.       Kalimat tunggal berpredikat verba

Berdasarkan penggolongan verbanya, kalimat berpredikat verba yang bukan pasif dapat dibagi menjadi empat macam. Selain itu, ada kalimat pasif dan verba ada.

1.      Kalimat taktransitif

Kalimat ini tak berobjek dan tak berpelengkap. Verba yang bisa mengisinya hanyalah verba taktransitif, dengan atau tanpa untur inti.

Contoh:

-          Padinya menguning; (disini) kami (biasanya) berenang (tiap) minggu pagi.

2.      Kalimat ekatransitif

Kalimat ini dari sudut semantisnya menunjukkan perbuatan. Dia berobjek, tetapi tidak berpelengkap. Tiga unsur intinya selalu hadir: subjek, objek, dan predikat. Kalimat macam ini disebut kalimat ekatransitif. Verbanya pasti berprefiks meng-, baik dengan maupun tanpa –I, -kan, per-, dan ber-.

Contoh :

-          Komandan itu membela anak buahnya.

-          Ibu merestui keberangkatan saya.

3.      Kalimat dwitransitif

Verba dwitransitif adalah verba transitif yang secara semantis mengungkapkan hubungan tiga maujud; ketiga maujud itu merupakan subjek, pelengkap,dan objek.

Contoh:

-          Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan

Makna kalimat tersebut adalah makna benefaktif (untuk orang lain).

4.      Kalimat semitransitif

Dalam kalimat botol itu berisi air dan Lina naik sepeda balap, air dan sepeda balap adalah pelengkap masing-masing mengikuti verba semitransitif berisi dan naik.

2.      Kalimat dilihat dari segi maknanya

Dilihat dari segi maknanya (komunikatifnya), kalimat terbagi menjadi lima kelompok: kalimat deklaratif, kalimat imperative, kalimat interogatif, kalimat interjektif, dan kalimat emfatik.

a.       Kalimat berita

Kalimat berita (kalimat deklaratif) adalah kalimat yang isinya memberitahukan sesuatu kepada pembaca/pendengar. Dari segi bentuknya, kita temui kalimat berita inversi (ada kecelakaan kereta api), kalimat berita aktif (polisi telah menangkap penyelundup), kalimat beria pasif (acara ini disiarkan oleh RRI Madiun), dan lain-lain.

b.      Kalimat perintah

Kalimat imperative atau kalimat perintah adalah kalimat uang maknanya memberikan perintah untuk melakukan sesuatu. Hanya kalimat yang berpredikat verbal atau adjectival saja yang memiliki bentuk perintah. Kalimat perintah bermacam-macam wujudnya, yaitu:

1.      Kalimat perintah tarktransitif

      Kaidah pembentukan kalimat perintah taktransitif adalah: (1) hilangkan subjek (pronominal persona kedua); (2) pertahankan bentuk verba; (3) tambahan –lah untuk memperhalus isinya.

Contoh:

-          Naiklah bis kota sekali-kali!

2.      Kalimat perintah transitif aktif

      Kaidah pembentukan ini hampir sama dengan yang taktransitif, dengan menanggalkan meng- dari verbanya; jika pregiksnya dua unsur, maka tetap prefiks pertama (meng) saja yang dihilangkan.

Contoh:

-          Perbaikilah sepeda itu!

3.      Kalimat perintah pasif

      Kalimat ini digunakan dengan maksud meminta orang lain melakukan sesutau untuknya, tetapi tidak secara langsung. Dengan kata lain, bentuk ini memang lebih halus. Yang diperintah seakan-akan tidak merasa diperintah. Maksud ini dalam bahasa lisan diakhiri dengan nada agak naik, dan dalam bahasa tulis diakhiri <!>.

Contoh:

-          Saya ingin dibantu sekarang!

-          Mobilnya dibersihkan, ya!

4.      Penghalusan kalimat perintah

      Dengan maksud memperhalus perintah, orang akan mengawali kalimatnya dengan tolong, silahkan. Bisa juga kata-kata itu ditengah kalimat.

Contoh:

-          Tolong artikel ini digunting!

-          Artikel ini tolong digunting!

5.      Bentuk ingkar pada kalimat perintah

      Hanya ada satu kata untuk pembentukan perintah ingkar: jangan. Pemerhalusan “larangan” ditempuh dengan menambahkan –lah padanya.

Contoh:

-          Jangan dirobek surat itu!

-          Janganlah surat itu dirobek!

6.      Kalimat imperative-deklaratif dan imperative-interogatif

Dari nadanya, atau kalau ditulis, kalimat yang pertama tergolong deklaratif. Tapi, maksud penuturnya bukan memberitahu, melainkan memerintah.

Kalimat pertama (“O, sudah malam”) disebut kalimat imperative-deklaratif dan kalimat kedua (“Apa Erni ada, pak?”) dinamakan kalimat imperative-interogatif.

c.       Kalimat Tanya

      Kalimat Tanya (kalimat interogatif) adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu , seseorang, keadaan, atau masalah.

Contoh:

-          Apa buah apel ini kesukaan ibu?

-          Bisakah Nina mengerjakan soal ini?

-          Kapan kita ke JatimPark?

d.      Kalimat seru

Kalimat seru (kalimat interjektif) adalah kalimat yang mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum selalu berkaitan dengan sifat, maka kalimat seru hanya bisa berbentuk dari kalimat berita yang berpredikat adjektif, dengan kaidah sebagai berikut:

-          Balikkan urutan kalimat dari S-P menadi P-S!

-          Tambahkan partikel –nya pada P yang telah ditempatkan dimuka!

-          Tambahkan kata seru alangkah atau bukan main dimuka P!

Contoh:

-          Alangkah artistiknya gambar itu!

-          Bukan main pemberaninya anak Pak Rahim itu![8]

 

E.     Kalimat Analisis dan Sintesis serta Variasi Susunannya

1.      Kalimat Analitis.

Kalimat Analitis Adalah kalimat yang di dalamnya terkandung kebenaran yang umum dan berlaku di mana-mana.

Contoh Kalimat Analitis:

a.       Kucing adalah binatang.

b.      Semua orang kikir pasti pelit.

c.       Hitam adalah warna gelap.

2.      Kalimat Sintesis

Kalimat Sintesis Adalah kalimat yang kebenarannya didasarkan pada hasil observasi dan pengamatan.

Contoh Kalimat Sintesis:

a.       Semua orang kikir harus dikasihani.

b.      Semua orang jawa pintar.

c.       Makhluk Tuhan pasti beriman.

d.      Untuk menentukan kalimat analitis dan sintesis harus mendefinisikan dahulu kata kunci dari sebuah kalimat.

3.      Menggunakan Kalimat Yang Bervariasi Susunannya.

Sebagai mana kita ketahui bahwa setiap kalimat mempunyai bagian – bagian yang membentuknya. Unsur – unsur pembentuk tersebut berupa gatra . Gatra pangkal/gatra diterangkan/gatra digolongkan, ketiganya lazim disebut predikatPola kalimat mantap, urutan gatra-gatranya:

a)      S – P

b)      S – P – O

c)      S – P – O1 – O2

Bila kita hendak menambahkan K, maka letaknya pada akhir kalimat, sehingga urutannya menjadi :

a)      S – P – K

b)      S – P – O – K

c)      S – P – O – K – K

d)     S – P – O1 – O2 – K

Contoh kalimat mantap: Ia mengajak ayah . S P O bila urutan gatra-gatranya diubah: Ayah mengajak ia S P O (makna kalimat berubah) Jadi dalam kalimat mantap kedudukan tiap gatra tidak dapat dipindahkan tempatnya, sebab jika dipindahkan akan mengubah makna kalimat. Kalimat bervariasi adalah kebalikan dari kalimat mantap. Sebuah kalimat yang urutan gatra-gatranya diubah terjadilah variasi susunan tanpa mengubah makna kalimat tersebut, kalimat demikian disebut kalimat bervariasi

 

Perhatikan contoh dibawah ini:

Kalimat asal : nalayan menjaring ikan dilaut. (S – P – O – K) Kalimat bervariasi :

-          Di laut nelayan menjaring ikan. (K – S – P – O)

-          Nelayan di laut menjaring ikan. (S – K – P – O)

-          Menjaring ikan nelayan di laut. (P – O – S – K)

Kalimat diatas bervariasi susunan gatranya, tetapi tidak berubah makna kalimatnya kendatipun intonasinya berubah. Dari contoh di atas maka kini jelaslah bahwa kalimat bervariasi ialah kalimat mantap (berpola dasar subjek-predikat) yang telah mangalami perubahan pola.

Bagaimana cara menggunakan kalimat yang bervariasi susunannya?
Kita tampilkan sebuah kalimat asal, misalnnya:

Ia membeli buku ditoko kemarin.Pola kalimatnya S – P – O – K – K Kalimat asal tersebut kita ubah urutan gatranya secara bebas asal tidak mengubah makna kalimat. Kita tidak boleh mendahulukan predikatnya sehingga susunan kalimat bervariasi menjadi:

Membeli buku di toko ia kemarin. (P – O – K – S – K)

Bila kita hendak mendahulukan salah satu keterangan, maka kalimat tersebut susunannya bervariasi menjadi:

Kemarin ia membeli buku di toko (K – S – P – O – K).

Demikianlah seterusnya kita dapat mendahulukan salah satu bagian kalimat yang lain sehingga memungkinkan terjadinya variasi susunan kalimat yang lain pula.

 

 

BAB III

PENUTUP 

A.    Kesimpulan

Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Bagian-bagian kalimat adalah unsur kalimat yang menduduki salah satu fungsi dalam sebuah kalimat yang terdiri atas subyek (S), predikat (P), obyek (O) dan keterangan (K). Kalimat sederhana merupakan kalimat yang strukturnya menjadi dasar struktur kalimat suatu bahasa . Kalimat itu ditandai oleh faktor kesesuaian bentuk makna, fungsi, kesederhanaan unsur, dan posisi atau urutan unsur. Menurut kesesuain bentuk maknanya., kalimat sederhana memiliki bentuk yang utuh atau legkap. Menurut fungsinya, kalimat sederhana adalah kalimat berita.

Kalimat luas adalah kalimat yang merupakan bentuk perluasan dari kalimat sederhana. Perluasan ini ada yang mencapai batas struktur kalimat tunggal, dan ada pula yang mencapai batas struktur kalimat majemuk. Pengertian istilah kalimat tunggal lebih luas daripada istilah kalimat sederhana. Kedua-duanya merupakan satuan sintaktik yang hanya terdiri atas sebuah satuan gatra. Karena itu, pengertian kalimat sederhana dipertentangkan dengan pengertian kalimat luas, sedangkan pengertian kalimat tunggal dipertentangkan dengan kalimat majemuk.

Kalimat analitis adalah kalimat yang didalamnya terkandung kebenaran yang umum dan berlaku dimana-mana.Sedangkan kalimat sintesis adalah kalimat yang kebenarannya didasarkan pada hasil observasi dan pengamatan.

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Makalah Ayat-Ayat Yang Berkaitan Dengan Dasar Umum Bisnis Islam
  2. Makalah Tafsir Ayat Tentang Penjualan Jasa (Ijarah)
  3. Makalah Seluk Beluk Kalimat
  4. Makalah Ayat Dasar Qard, Konsep Hutang Piutang Dalam Islam
  5. Makalah Perintah Bisnis Dalam Islam
  6. Contoh Strategi Penanganan Perkara Pidana
  7. Makalah Perbuatan Melawan Hukum
  8. al-Arabiyyah fil Mu'amalah

DAFTAR PUSTAKA

Fairuzul Mumtaz, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: PT. Putaka Baru)

Masnur Muslich, Garis-garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010)

https://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC80D8E30FD1107C40D430B307A55CD94


[1] Alisjahbana, Mees, Hadidjaja melalui Suhardi, 2013: 47

[2] Hockett, Keraf, Kridalaksana dkk. Melalui Suhardi, 2013: 47

[3] Fairuzul Mumtaz, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: PT. Putaka Baru) hlm 64

[4] Ibid, hlm 61-63

[5] Masnur Muslich, Garis-garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010) hlm 124-126

[6] https://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC80D8E30FD1107C40D430B307A55CD94.pdf hlm 7

[7] Ibid, hlm 7-9

[8]   Masnur Muslich, Garis-garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010) hlm130-146

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...