BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi manusia.
Bahasa mengalami perkembangan sesuai tingkatan usianya, salah satu unsur bahasa
kalimat. Kalimat digunakan seseorang untuk mengungkap ide, gagasan dan
perasaan. Ada berbagai cara yang dilakukan untuk mendeskripsikan berbagai
kalimat yang ada dalam sebuah bahasa. Karena tidak terbatasnya jumlah kalimat,
cara-cara yang digunakan untuk menentukan struktur sintaktiknya dilakukan melalui
ragam dasar struktur kalimat yang menjadi pola kalimat-kalimat lainnya. Menurut
jumlah klausanya, kalimat tunggal dinyatakan sebagai pola dasar kalimat
majemuk. Ditinjau dari pola-pola yang dimilikinya, kalimat dapat dibagi menjadi
kalimat inti, kalimat luas, dan kalimat transformasional.
Sehubungan dangan hal diatas, dalam makalah ini akan
dibahasa seluk beluk kalimat yang berkenaan dengan pengertian kalimat,
pola-pola dan bagian kalimat, kalimat sederhana dan luas. Istilah-istilah
tersebut sesungguhnya telah kita kenal sejak sekolah. Walaupun demikian, hal
ini tersebut seringkali membuat bingung. Karena itu, dengan bahasan ini
diharapkan kita dapat memiliki konsep yang jelas tentang ragam kalimat
tersebut.
B. Rumusan Masalah
1)
Apa pengertian kalimat?
2)
Sebutkan pola-pola yang terdapat dalam kalimat?
3)
Sebutkan bagian-bagian yang terdapat dalam kalimat?
4)
Jelaskan mengenai kalimat sederhana dan kalimat luas?
5)
Jelaskan macam-macam keterangan kalimat?
6)
Jelaskan kalimat analisis dan sintetis serta variasi susunannya?
C. Tujuan
1)
Mengetahui pengertian kalimat
2)
Memaparkan pola-pola yang terdapat dalam kalimat
3)
Mendiskripsikan bagian-bagian yang terdapat dalam kalimat
4)
Menjelaskan kalimat sederhana dan kalimat luas
5)
Menjelaskan macam-macam keterangan kalimat
6)
Menjelaskan kalimat analisis dan sintetis serta variasi susunannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kalimat
Secara tradisional, kalimat dikonsepsikan secara
sederhana, yaitu rangkaian kata yang mengandung pengertian dan menyatakan
pikiran yang lengkap.[1]
Secara structural, kalimat dikonsepsikan sebagai satuan gramatikal (kata,
frasa, klausa), dapat berdiri sendiri atau bebas, dan dibatasi oleh kesenyapan
awal dan diakhiri dengan kesenyapan akhir, yaitu intonasi final.[2]
Dari sudut pandang tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kalimat merupakan bentuk satuan gramatikal (dapat berupa kata, frasa, klausa)
yang memiliki satu pemikiran utuh yang diawali intonasi awal dan diakhiri
dengan intonasi akhir. Dalam bentuk tulis, harus
diawali denga huruf kapital dan intonasi akhir dapat berupa tanda titil, tanda
Tanya, atau tanda seru. Dalam bentuk lisan, kalimat akan diawali dengan
kesenyapan awal dan diakhiri denga kesenyapan akhir. Keutuhan kalimat dalam
bentuk tulis akan lebih nyata terlihat dan lebih mudah untuk dibuktikan. Namun,
untuk mengetahui kalimat dalam bentuk lisan memerlukan kecermatan, sebab
kesenyapan akhir dapat pula beruba jeda dan masih berlanjut dalam satu kalimat
yang sama. Ide pokok adalah kunci dalam menemukan kalimat yang berbentuk lisan.
B. Pola-pola dan Bagian-bagian Kalimat
a) Pola-pola Kalimat
Kalimat dasar terdiri dari
atas beberapa struktuk kalimat, dengan unsur pembangunnya adalah subjek (S),
predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel.), dan keterangan (Ket.). Struktur
pembangun minimal kalimat yaitu S-P, sedangkan O, Pel., dan Ket. adalah
tambahan yang berfungsi melengkapi dan memperjelas arti kalimat, maka kalimat
sederhana terdiri dari subjek dan predikat, sedangkan kalimat kompleks terdiri
dari subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan.[3]
1.
Subjek
Subjek (S) adalah pokok bahasan atau pembicaraan.
Subjek adalah bagia dari kalimat yang menunjukkan pelaku, benda, atau masalah
yang menjadi pangkal pembicaraan. Subjek biasanya diisi oleh jenis kata/ frasa
verbal.
Contoh
:
-
Meja direktur besar
-
Adikku sedang melukis
2.
Predikat
Predikat (P) adalah bagian kalimat yang menandai apa
yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek (S). selain menyatakan tindakan
subjek, yang ditandai oleh predikat dapat mulai mengenal sifat, situasi, dan
status. Predikat dapat berupa kata atau frasa.
Contoh:
-
Ibu sedang tidur
siang.
-
Silvia cantik
jelita
3.
Objek
Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi predikat.
Objek adalah hal, perkara, atau orang yang menjadi pokok pembicaraan. Objek
pada umumnya diisi oleh noma, frasa nomina, atau klausa. Letak objek selalu
dibelakang predikat yang berupa verba transitif, yaitu verba yang menuntut
wajib hadirnya objek.
Contoh:
-
Nunik menimang bayi
-
Arsitek merancang bangunan
4.
Pelengkap
Pelengkap (Pel) adalah bagian yang melengkapi
predikat. Letak pelengkap biasanya di belakang verba. Posisi itu juga dimpetai
objek dan jenis kata yang mengisi pelengkap dan objek yang berupa nomina, frasa
nomina atau klausa. Namun antara pelengkap dan objek ada perbedaan.
Contoh:
-
Indonesia berasaskan pancasila
-
Angklung merupakan kesenian
tradisional
Jika dalam kalimat terdapat objek, letak pelengkap
adalah dibelakang objek tersebut sehingga urutan penulisa bagian kalimat
menjadi S-P-O-Pel.
Contoh:
-
Ayah membelikan ibu baju baru
-
Mahasiswa itu mengambilkan dosennya air minum.
5.
Keterangan
Keterangan (Ket) adalah bagian dari kalimat yang
menerangkan berbagai hal tentang bagian kalimat lainnya. Unsur keterangan dapat
berfungsi menerangkan S, P, O, dan Pel. Posisinya bersifat manasuka yang
berarti dapat berada diawal kalimat, ditengah kalimat, diakhir kalimat. Pengisi
keterangan adalah frasa nominal, frasa preposisional, adverbial, atau klausa.
Contoh:
-
Pria itu berjalan dengan
hati-hati. (keterangan cara)
-
Aldi rela berkorban demi orang lain. (keterangan tujuan)[4]
b) Bagian-bagian Kalimat
1.
Bagian Inti dan Bagian Bukan-Inti
Dasar segi bentuk sintaktisnya, bagian-bagian kalimat
dapat dibedakan berdasarkan statusnya sebagai unsur pembentuk yang inti dan bukan-inti. Inti tidak bisa dihilangkan, sedangkan bukan-inti bisa
dihilangkan.
Dalam
kalimat:
-
Kepala-kepala Negara anggota MEE kemarin
menandatangani keputusan untuk menaikkan harga tembakau.
Terdapat
empat bagian, yaitu (1) kepala-kepala
Negara anggota MEE, (2) kemarin, (3) menandatangani, dan (4) keputusan untuk menaikkan harga tembakau.
Bagian (1),(3), dan (4) tidak mungkin bisa dihilangkan karena merupakan bagian
inti, sedangkan (2), kemarin, bisa
dihilangkan karena merupakan bagian bukan-inti.
2.
Bagian Inti dan Kalimat Tunggal
Yang sering disebut orang sebagai kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu kesatuan
bagian inti, baik dengan maupun tanpa bagian yang bukan-inti. Misalnya:
-
Kepala-kepala Negara anggota MEE menandatangani
keputusan untuk menaikkan harga tembakau.
3.
Bagian Inti dan Konstituen
Perhatikan
kalimat berikut!
-
Kemarin dia duduk disini.
Dia dan duduk adalah bagian inti yang merupakan konstituen-konstituen.
Demikian pula kemarin dan disini yang meskipun merupakan bagian
bukan-inti.
4.
Bagian Inti, Klausa, dan Kalimat-kalimat Majemuk
Bila suatu kalimat, baik denga bagian inti maupun
tanpanya, terdiri atas dua bagian inti atlayak disebut atau lebih, maka kalimat
itu disebut kalimat majemuk.
Singkatnya, kalimat majemuk dibentuk oleh dua kalimat tunggal atau lebih.
Kalimat tunggal pembentuknya dipandang sebagai unsur yang disebut klausa. Contoh:
-
Nana ini pemberani dan Nani itu penakut.
Satuan
Nana ini pemberani serta Nani itu penakut adalah dua klausa yang membentuk kalimat
majemuk dengan konjungsi dan. Klausa
sering pula dipakai untuk mengacu ke kalimat tunggal biasa, tanpa intonasi
(atau tanda baca). Sudah tentu, bila sudah ditandabacai atau diintonasi, maka
ia menjadi kalimat. Contoh:
-
Nani ini pemberani
-
Nani ini pemberani?[5]
C. Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas
1.
Kalimat Sederhana
Menurut Muslich (2010:130),kalimat
sederhana adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa (satu subjek, satu predikat)
dengan atau tanpa konstituen bukan inti. Unsur inti kalimat sederhana atau
kalimat tunggal adalah S dan P. Putrayasa (2006:1) menyatakan bahwa dalam kalimat
tunggal, tentu terdapat semua unsur manasuka, seperti keterangan tempat, waktu,
dan cara. Oleh karena itu, kalimat tunggal tidak selalu dalam wujud yang pendek,
tetapi dapat pula dalam wujud yang panjang.
Data temuan kalimat
sederhana pada penelitian ini diklasifikasikan sama dengan data temuan kalimat
tunggal karena dalam penelitian ini kalimatsederhana disebut juga sebagai
kalimat tunggal. Berikut ini merupakan contoh penggunaan kalimat sederhana.
Kini sang Raja Singa sudah semakin tua. Kalimat tersebut terdiri atas satu
klausa dan tidak dapat dibagi lagi menjadi bagian-bagian lain yang lebih kecil.
Alwi, dkk. (2003:315)
menyatakan bahwa unsur wajib terdiri atas konstituen kalimat yang tidak dapat
dihilangkan, sedangkan unsur tidak wajib (manasuka) terdiri atas konstituen
yang dapat dihilangkan. Samsuri (1980:248) menyatakan bahwa unsur manasuka
adalah paduan-paduan yang kadang-kadang tidak ada di dalam suatu kalimat,
tetapi kadang-kadang juga ada. Unsur manasuka memberikan pengertian tambahan
pada kalimat tentang berbagai keterangan mengenai lokasi, waktu, cara, aspek,
dan bahkan “sikap” pemakai bahasa itu terhadap pikiran, peristiwa, keadaan,
soal atau perasaan yang dinyatakan oleh kalimat itu. Perlu dicatat bahwa
pembedaan unsur kalimat atas unsur wajib dan unsur tidak wajib tidak berkaitan
langsung dengan bentuk dan fungsi konstituen kalimat (Putrayasa, 2008:22).
Alwi, dkk. (2003:366)
menyatakan bahwa perluasan kalimat sederhana itu dapat dilakukan dengan
penambahan (1) unsur keterangan, (2) unsur vokatif, dan (3) konstruksi aposisi.
Perluasan kalimat sederhana dengan penambahan keterangan itu dapat berupa kata,
frasa, maupun klausa. Pada contoh kalimat tersebut, perluasan kalimat sederhana
dilakukan dengan menambahkan keterangan yang berupa kata atau frasa, yaitu kini.[6]
2.
Kalimat Luas
Menurut Sumadi (2009:181),kalimat
luas adalah kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa. Kalimat luas memiliki
struktur yang rumit atau kompleks karena terdiri atas lebih dari satu klausa.
Dalam aliran tradisional, kalimat ini disebut kalimat majemuk, yaitu kalimat
yang dapat dibagi lagi menjadi kalimat-kalimat lain yang lebih kecil.
Kalimat Luas Setara.
Soedjito & Saryono (2012:105) menyatakan bahwa kalimat luas setara (kalimat
majemuk setara) adalah kalimat luas yang klausa-klausanya mempunyai kedudukan
setara (sederajat) dalam struktur konstituen kalimat. Semua klausa dalam
kalimat ini merupakan klausa inti. Dalam aliran tradisional, klausa inti ini
disebut induk kalimat (Sumadi, 2009:181). Berikut ini merupakan contoh
penggunaan kalimat luas setara. Serigala bimbang, tetapi dia menerima tawaran
Singa. Kalimat tersebut terdiri atas dua klausa. Klausa-klausa itu adalah (1) Serigala bimbang, dan (2) dia menerima tawaran Singa. Kedua klausa
dalam kalimat tersebut dihubungkan dengan kata penghubung yang menandai
hubungan setara, yaitu tetapi.
Pada kalimat luas setara, klausa yang
diawali oleh kata penghubung (konjungsi) tidak dapat diletakkan di awal
kalimat. Apabila klausa yang diawali oleh kata penghubung diletakkan di awal
kalimat, akan mengakibatkan kalimat tersebut tidak berterima. Alwi, dkk.
(2003:394) menyatakan bahwa pada umumnya klausa yang diawali oleh koordinator dan, atau,
dan tetapi tidak dapat diubah.
Apabila posisinya diubah, perubahan ini mengakibatkan munculnya kalimat luas
setara yang tidak berterima.
Kalimat Luas Tidak Setara. Menurut
Sumadi (2009:183), kalimat luas tidak setara adalah kalimat luas yang
klausa-klausanya mempunyai kedudukan yang tidak setara/tidak sejajar/tidak
sama. Perbedaan antara kalimat luas setara dengan kalimat luas tidak setara
terletak pada konjungsi yang digunakan. Konjungsi pada kalimat luas tidak
setara digunakan sebagai penanda ketidaksetaraan tersebut dan hubungan
antarklausanya. Pada kalimat luas tidak setara, klausa yang satu menjadi
“bagian” dari klausa yang lain. Klausa yang menjadi “bagian” dari klausa yang
lain itu disebut klausa bukan inti. Dalam aliran tradisional, klausa bukan inti
disebut anak kalimat.
Alwi, dkk. (2003:390) menyatakan bahwa
konjungsi yang digunakan dalam kalimat luas tidak setara, di antaranya: (a)
konjungsi waktu: setelah, sesudah,
sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil,
seraya, selagi, selama, sehingga; (b) konjungsi syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila,
manakala; (c) konjungsi pengandaian: andaikan,
seandainya, andaikata, sekiranya;
(d) konjungsi tujuan: agar, supaya, biar;
(e) konjungsi konsesif: biarpun,
meski(pun), sungguhpun, sekalipun, walau(pun), kendati(pun); (f) konjungsi
pembandingan atau kemiripan: seakan-akan,
seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, bagaikan, laksana, daripada,
alih-alih, ibarat; (g) konjungsi sebab atau alasan: sebab, karena, oleh karena; (h) konjungsi hasil atau akibat: sehingga, sampai(-sampai); (i) konjungsi
cara: dengan, tanpa; (j) konjungsi
alat: dengan, tanpa. Klausa yang
diikuti oleh konjungsi ketidaksetaraan tersebut biasanya menjadi anak kalimat.
Posisi klausa yang diawali oleh kata penghubung
pada kalimat luas tidak setara bisa diletakkan di awal kalimat. Alwi, dkk.
(2003:396) menyatakan bahwa pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh
subordinator dapat berubah. Pengubahan posisi urutan klausa itu akan
menghasilkan kalimat yang masih berterima.
Alwi, dkk. (2003:391) menyatakan bahwa
kalimat luas tidak setara dapat pula disusun dengan memperluas salah satu
fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan Ket) dengan klausa. Perluasan itu
dilakukan dengan menggunakan yang. Klausa perluasan dengan yang yang disematkan
dalam klausa utama disebut klausa relatif dan berfungsi sebagai keterangan bagi
fungsi sintaktis tertentu.
Kalimat Luas Campuran. Sumadi (2009:186)
menyatakan bahwa kalimat luas campuran adalah kalimat luas yang
klausa-klausanya ada yang mempunyai kedudukan yang setara dan ada yang
mempunyai kedudukan yang tidak setara. Kalimat luas campuran paling sedikit
terdiri atas tiga klausa. Klausa yang setara berupa klausa inti dan dapat pula
berupa klausa bukan inti. Berikut ini merupakan contoh penggunaan kalimat luas
campuran. Ketika Singa itu mandi, Serigala itu kelaparan dan ia ingin menyantap
otaknya. Kalimat tersebut terdiri atas tiga klausa. Klausa-klausa itu adalah
(1) Singa itu mandi, (2) Serigala itu
kelaparan, dan (3) ia ingin menyantap
otaknya.[7]
D. Macam-macam Kalimat
Kalimat dapat dibagi menurut
bentuk dan maknanya (nilai komunikatifnya). Dari bentuknya, dikenal ada kalimat
tunggal da nada kalimat majemuk. Dari segi jenis predikatnya, kalimat tunggal
dapat berfrasa nominal. Adjectival, verbal, atau yang lain, yang menduduki
predikat itu.
1.
Kalimat Tunggal
Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa (satu subjek, satu predikat) dengan atau tanpa konstituen bukan inti.
a.
Kalimat tunggal berpredikat nomina
Kalimat tunggal berpredikat nomina pasti berkontruksi:
frasa nominal + frasa nominal, plus syarat subjek dan predikat mesti dipenuhi.
Contoh:
-
Dialah
sahabat saya
b.
Kalimat tunggal berpredikat adjektiva
Kalimat yang berpredikat
adjektiva sering disebut sebagai kalimat statif. Kadang-kadang, seperti halnya
pada kalimat ekuatif, bila subjek, predikat, atau keduanya panjang, kehadiran adalah dimungkinkan.
Contoh:
-
Pernyataan kedua partai konservatif pimpinan orang
kolot adalah penyakitan.
Bisa juga kalimat jenis diatas berpelengkap.
Penglengkapnya mungkin berbentuk kata dan mungkin frasa nominal, frasa verbal,
atau frasa preposisional.
Contoh:
-
Fatimah sakit kepala.
-
Saya takut akan kemurkaan
Tuhan.
c.
Kalimat tunggal berpredikat verba
Berdasarkan penggolongan verbanya, kalimat berpredikat
verba yang bukan pasif dapat dibagi menjadi empat macam. Selain itu, ada
kalimat pasif dan verba ada.
1.
Kalimat taktransitif
Kalimat ini tak berobjek dan tak berpelengkap. Verba
yang bisa mengisinya hanyalah verba taktransitif, dengan atau tanpa untur inti.
Contoh:
-
Padinya menguning; (disini) kami (biasanya) berenang
(tiap) minggu pagi.
2.
Kalimat ekatransitif
Kalimat ini dari sudut semantisnya menunjukkan
perbuatan. Dia berobjek, tetapi tidak berpelengkap. Tiga unsur intinya selalu
hadir: subjek, objek, dan predikat. Kalimat macam ini disebut kalimat
ekatransitif. Verbanya pasti berprefiks meng-,
baik dengan maupun tanpa –I, -kan, per-,
dan ber-.
Contoh
:
-
Komandan itu membela
anak buahnya.
-
Ibu merestui
keberangkatan saya.
3.
Kalimat dwitransitif
Verba dwitransitif adalah verba transitif yang secara semantis
mengungkapkan hubungan tiga maujud; ketiga maujud itu merupakan subjek,
pelengkap,dan objek.
Contoh:
-
Ida sedang mencarikan
adiknya pekerjaan
Makna
kalimat tersebut adalah makna benefaktif (untuk orang lain).
4.
Kalimat semitransitif
Dalam
kalimat botol itu berisi air dan Lina naik sepeda balap, air dan sepeda balap adalah
pelengkap masing-masing mengikuti verba semitransitif berisi dan naik.
2.
Kalimat dilihat dari segi maknanya
Dilihat dari segi maknanya (komunikatifnya), kalimat
terbagi menjadi lima kelompok: kalimat deklaratif, kalimat imperative, kalimat
interogatif, kalimat interjektif, dan kalimat emfatik.
a.
Kalimat berita
Kalimat berita (kalimat deklaratif) adalah kalimat
yang isinya memberitahukan sesuatu kepada pembaca/pendengar. Dari segi
bentuknya, kita temui kalimat berita inversi (ada kecelakaan kereta api),
kalimat berita aktif (polisi telah menangkap penyelundup), kalimat beria pasif
(acara ini disiarkan oleh RRI Madiun), dan lain-lain.
b.
Kalimat perintah
Kalimat imperative atau
kalimat perintah adalah kalimat uang maknanya memberikan perintah untuk
melakukan sesuatu. Hanya kalimat yang berpredikat verbal atau adjectival saja
yang memiliki bentuk perintah. Kalimat perintah bermacam-macam wujudnya, yaitu:
1.
Kalimat perintah tarktransitif
Kaidah
pembentukan kalimat perintah taktransitif adalah: (1) hilangkan subjek
(pronominal persona kedua); (2) pertahankan bentuk verba; (3) tambahan –lah untuk memperhalus isinya.
Contoh:
-
Naiklah bis
kota sekali-kali!
2.
Kalimat perintah transitif aktif
Kaidah
pembentukan ini hampir sama dengan yang taktransitif, dengan menanggalkan meng-
dari verbanya; jika pregiksnya dua unsur, maka tetap prefiks pertama (meng)
saja yang dihilangkan.
Contoh:
-
Perbaikilah sepeda
itu!
3.
Kalimat perintah pasif
Kalimat ini
digunakan dengan maksud meminta orang lain melakukan sesutau untuknya, tetapi
tidak secara langsung. Dengan kata lain, bentuk ini memang lebih halus. Yang
diperintah seakan-akan tidak merasa diperintah. Maksud ini dalam bahasa lisan
diakhiri dengan nada agak naik, dan dalam bahasa tulis diakhiri <!>.
Contoh:
-
Saya ingin dibantu sekarang!
-
Mobilnya dibersihkan, ya!
4.
Penghalusan kalimat perintah
Dengan
maksud memperhalus perintah, orang akan mengawali kalimatnya dengan tolong, silahkan. Bisa juga kata-kata itu ditengah kalimat.
Contoh:
-
Tolong artikel ini digunting!
-
Artikel ini tolong
digunting!
5.
Bentuk ingkar pada kalimat perintah
Hanya ada
satu kata untuk pembentukan perintah ingkar: jangan. Pemerhalusan “larangan” ditempuh dengan menambahkan –lah padanya.
Contoh:
-
Jangan dirobek surat itu!
-
Janganlah surat
itu dirobek!
6.
Kalimat imperative-deklaratif dan
imperative-interogatif
Dari nadanya, atau kalau ditulis, kalimat yang pertama
tergolong deklaratif. Tapi, maksud penuturnya bukan memberitahu, melainkan
memerintah.
Kalimat pertama (“O, sudah malam”) disebut kalimat
imperative-deklaratif dan kalimat kedua (“Apa Erni ada, pak?”) dinamakan
kalimat imperative-interogatif.
c.
Kalimat Tanya
Kalimat
Tanya (kalimat interogatif) adalah kalimat yang isinya menanyakan sesuatu ,
seseorang, keadaan, atau masalah.
Contoh:
-
Apa buah apel ini kesukaan ibu?
-
Bisakah Nina mengerjakan soal ini?
-
Kapan kita ke JatimPark?
d.
Kalimat seru
Kalimat seru (kalimat interjektif) adalah kalimat yang
mengungkapkan perasaan kagum. Karena rasa kagum selalu berkaitan dengan sifat, maka
kalimat seru hanya bisa berbentuk dari kalimat berita yang berpredikat
adjektif, dengan kaidah sebagai berikut:
-
Balikkan urutan kalimat dari S-P menadi P-S!
-
Tambahkan partikel –nya
pada P yang telah ditempatkan dimuka!
-
Tambahkan kata seru alangkah atau bukan main
dimuka P!
Contoh:
-
Alangkah artistiknya gambar itu!
-
Bukan main pemberaninya anak Pak Rahim
itu![8]
E. Kalimat Analisis dan Sintesis serta Variasi Susunannya
1.
Kalimat Analitis.
Kalimat Analitis Adalah kalimat yang di dalamnya
terkandung kebenaran yang umum dan berlaku di mana-mana.
Contoh
Kalimat Analitis:
a.
Kucing adalah binatang.
b.
Semua orang kikir pasti pelit.
c.
Hitam adalah warna gelap.
2.
Kalimat Sintesis
Kalimat Sintesis Adalah kalimat yang kebenarannya
didasarkan pada hasil observasi dan pengamatan.
Contoh
Kalimat Sintesis:
a.
Semua orang kikir harus dikasihani.
b.
Semua orang jawa pintar.
c.
Makhluk Tuhan pasti beriman.
d.
Untuk menentukan kalimat analitis dan sintesis harus
mendefinisikan dahulu kata kunci dari sebuah kalimat.
3.
Menggunakan Kalimat Yang Bervariasi Susunannya.
Sebagai mana kita ketahui bahwa setiap kalimat
mempunyai bagian – bagian yang membentuknya. Unsur – unsur pembentuk tersebut
berupa gatra . Gatra pangkal/gatra diterangkan/gatra digolongkan, ketiganya
lazim disebut predikatPola kalimat mantap, urutan gatra-gatranya:
a)
S – P
b)
S – P – O
c)
S – P – O1 – O2
Bila kita hendak menambahkan K, maka letaknya pada
akhir kalimat, sehingga urutannya menjadi :
a)
S – P – K
b)
S – P – O – K
c)
S – P – O – K – K
d)
S – P – O1 – O2 – K
Contoh kalimat mantap: Ia mengajak ayah . S P O bila
urutan gatra-gatranya diubah: Ayah mengajak ia S P O (makna kalimat berubah) Jadi
dalam kalimat mantap kedudukan tiap gatra tidak dapat dipindahkan tempatnya,
sebab jika dipindahkan akan mengubah makna kalimat. Kalimat bervariasi adalah
kebalikan dari kalimat mantap. Sebuah kalimat yang urutan gatra-gatranya diubah
terjadilah variasi susunan tanpa mengubah makna kalimat tersebut, kalimat
demikian disebut kalimat bervariasi
Perhatikan
contoh dibawah ini:
Kalimat
asal : nalayan menjaring ikan dilaut. (S – P – O – K) Kalimat bervariasi :
-
Di laut nelayan menjaring ikan. (K – S – P – O)
-
Nelayan di laut menjaring ikan. (S – K – P – O)
-
Menjaring ikan nelayan di laut. (P – O – S – K)
Kalimat diatas bervariasi
susunan gatranya, tetapi tidak berubah makna kalimatnya kendatipun intonasinya
berubah. Dari contoh di atas maka kini jelaslah bahwa kalimat bervariasi ialah
kalimat mantap (berpola dasar subjek-predikat) yang telah mangalami perubahan
pola.
Bagaimana cara menggunakan
kalimat yang bervariasi susunannya?
Kita tampilkan sebuah kalimat asal, misalnnya:
Ia membeli buku ditoko
kemarin.Pola kalimatnya S – P – O – K – K Kalimat asal tersebut kita ubah
urutan gatranya secara bebas asal tidak mengubah makna kalimat. Kita tidak
boleh mendahulukan predikatnya sehingga susunan kalimat bervariasi menjadi:
Membeli buku di toko ia
kemarin. (P – O – K – S – K)
Bila kita hendak
mendahulukan salah satu keterangan, maka kalimat tersebut susunannya bervariasi
menjadi:
Kemarin ia membeli buku di
toko (K – S – P – O – K).
Demikianlah
seterusnya kita dapat mendahulukan salah satu bagian kalimat yang lain sehingga
memungkinkan terjadinya variasi susunan kalimat yang lain pula.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud
lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Bagian-bagian kalimat
adalah unsur kalimat yang menduduki salah satu fungsi dalam sebuah kalimat yang
terdiri atas subyek (S), predikat (P), obyek (O) dan keterangan (K). Kalimat
sederhana merupakan kalimat yang strukturnya menjadi dasar struktur kalimat
suatu bahasa . Kalimat itu ditandai oleh faktor kesesuaian bentuk makna,
fungsi, kesederhanaan unsur, dan posisi atau urutan unsur. Menurut kesesuain
bentuk maknanya., kalimat sederhana memiliki bentuk yang utuh atau legkap.
Menurut fungsinya, kalimat sederhana adalah kalimat berita.
Kalimat luas adalah kalimat yang merupakan bentuk
perluasan dari kalimat sederhana. Perluasan ini ada yang mencapai batas
struktur kalimat tunggal, dan ada pula yang mencapai batas struktur kalimat
majemuk. Pengertian istilah kalimat tunggal lebih luas daripada istilah kalimat
sederhana. Kedua-duanya merupakan satuan sintaktik yang hanya terdiri atas
sebuah satuan gatra. Karena itu, pengertian kalimat sederhana dipertentangkan dengan
pengertian kalimat luas, sedangkan pengertian kalimat tunggal dipertentangkan
dengan kalimat majemuk.
Kalimat analitis adalah kalimat yang didalamnya
terkandung kebenaran yang umum dan berlaku dimana-mana.Sedangkan kalimat
sintesis adalah kalimat yang kebenarannya didasarkan pada hasil observasi dan
pengamatan.
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:
- Makalah Ayat-Ayat Yang Berkaitan Dengan Dasar Umum Bisnis Islam
- Makalah Tafsir Ayat Tentang Penjualan Jasa (Ijarah)
- Makalah Seluk Beluk Kalimat
- Makalah Ayat Dasar Qard, Konsep Hutang Piutang Dalam Islam
- Makalah Perintah Bisnis Dalam Islam
- Contoh Strategi Penanganan Perkara Pidana
- Makalah Perbuatan Melawan Hukum
- al-Arabiyyah fil Mu'amalah
DAFTAR PUSTAKA
Fairuzul Mumtaz, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta: PT. Putaka Baru)
Masnur Muslich, Garis-garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Refika Aditama, 2010)
https://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC80D8E30FD1107C40D430B307A55CD94
[1]
Alisjahbana, Mees, Hadidjaja
melalui Suhardi, 2013: 47
[2]
Hockett, Keraf, Kridalaksana
dkk. Melalui Suhardi, 2013: 47
[3]
Fairuzul Mumtaz, Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta:
PT. Putaka Baru) hlm 64
[4] Ibid, hlm 61-63
[5] Masnur Muslich,
Garis-garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Bandung: PT Refika
Aditama, 2010) hlm 124-126
[6]
https://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikelC80D8E30FD1107C40D430B307A55CD94.pdf hlm 7
[7]
Ibid, hlm 7-9
[8] Masnur
Muslich, Garis-garis Besar Tatabahasa Baku Bahasa Indonesia, (Bandung: PT
Refika Aditama, 2010) hlm130-146