HOME

10 Desember, 2021

Pemecahan Masalah (Problem solving)

STRATEGI PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

PENDAHULUAN

            Salah satu kegiatan pendidikan adalah menyelenggarakan proses belajar mengajar. Belajar diartikan sebagai proses memperoleh kompetensi yang dilakukan oleh peserta didik, sedangkan mengajar merupakan  proses yang dilakukan oleh pendidik untuk mengembangkan kompetensi yang dimiliki peserta didik. Secara umum, proses belajar mengajar atau proses pembelajaran dapat diartikan sebagai proses memperoleh dan mengembangkan kompetensi peserta didik yang dilakukan melalui interaksi antara pendidik dan peserta didik.

            Pelaksanaan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan baik yang akan dilaksanakan di dalam maupun di luar kelas memerlukan persiapan yang baik dari pendidik semua mata pelajaran. Persiapan yang dimaksud adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang merupakan skenario dalam pembelajaran. Dalam penyusunan RPP seorang pendidik perlu memperhatikan pendekatan, metode, dan strategi  yang akan dipakai dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pemilihan suatu stratergi pembelajaran tentu harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran dan sifat materi yang akan diajarkan kepada peserta didik. Pada hakikatnya tidak pernah terjadi satu materi pelajaran disajikan dengan menggunakan hanya satu metode. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode akan menunjang pencapaian tujuan pembelajaran yang lebih bermakna. Pembelajaran dengan menggunakan banyak metode dilakukan agar tujuan pembelajaran yang telah disusun dapat tercapai dengan baik karena tidak semua strategi pembelajaran cocok dengan materi pelajaran yang akan diajarkan. Oleh karena itu, pemilihan pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran sangat penting dalam pelaksanaan pembelajaran.

Di dalam dunia pendidikan, strategi pembelajaran diartikan sebagai usaha dalam memperdayakan cara mengajar, sumber belajar, media pembelajaran, sarana dan prasarana, serta lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat banyak strategi pembelajaran, diantaranya strategi pembelajaran diskusi, strategi pembelajaran kooperatif, strategi pembelajaran problem solving, dan lain-lain. Strategi pembelajaran problem solving merupakan strategi pembelajaran yang banyak dikembangkan saat ini, karena sesuai dengan kurikulum saat ini yang menginginkan bahwa siswa yang lebih aktif dalam proses pembelajaran. Strategi pembelajaran problem solving juga dapat melatih kemampuan siswa dalam menganalisis setiap masalah yang diberikan kepada mereka.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami (1) pengertian strategi pembelajaran problem solving, (2) karakteristik strategi pembelajaran problem solving, (3) tahapan (syntax) dari strategi pembelajaran problem-solving, (4) kelebihan dan kekurangan strategi pembelajaran problem solving, dan (5) penerapan strategi pembelajaran problem solving dalam pembelajaran kimia.

Dengan adanya penulisan makalah ini diharapkan bermanfaat dalam membantu pebelajar lebih memahami strategi pembelajaran problem solving, karakteristik strategi pembelajaran problem solving, tahapan dalam strategi pembelajaran problem solving, kekurangan dan kelebihan strategi pembelajaran problem solving, serta penerapan strategi pembelajaran problem solving dalam pembelajaran kimia. Bagi Pendidik, diharapkan makalah ini bermanfaat dalam menerapkan strategi problem solving dalam Pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran kimia.

 

PEMBAHASAN

Pengertian Strategi Pemecahan Masalah (Problem solving)

Sebelum membahas tentang apa itu problem solving (pemecahan masalah), terlebih dahulu harus diketahui terlebih dahulu pengertian masalah. Menurut John Dewey (dalam Killen, 2007) masalah adalah sesuatu yang diragukan atau sesuatu yang belum pasti. Menurut pendapatnya masalah yang perlu dikemukakan memiliki 2 kriteria, yaitu (1) Masalah yang dipelajari harus sesuatu yang penting untuk masyarakat dan perkembangan kebudayaan, (2) Masalah yang dipelajari adalah sesuatu yang penting dan relevan dengan permasalahan yang dihadapi peserta didik. Individu menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga merasakan adanya semacam kesulitan.

Secara umum, masalah dipisahkan menjadi 3 kategori, yaitu : masalah dalam kegiatan sehari-hari (routine problem), masalah yang bukan merupakan kegiatan sehari-hari (non-routine problem), dan Open-ended problem (Killen, 2007). Routine problem adalah masalah yang dapat diselesaikan dengan penerapan proses yang sudah diketahui sebelumnya. Banyak soal matematika sederhana tergabung dalam kategori ini, dan mungkin disebut yang terbaik untuk latihan. (Sebagai contoh, untuk kebayakan anak-anak umur 7 tahun, ini menjadi sebuah routine problem : jika Ani menghabiskan Rp.10.000  di suatu toko dan Rp.5.000 di toko yang lain, berapa banyak uang yang dihabiskan Ani?). Non-routine problem adalah permasalahan yang mana metode pemecahan masalah harus ditemukan sebagai bagian dari proses pemecahan masalah. (Contoh sebelumnya dapat menjadi non-routine problem untuk anak umur 5 tahun). Open-ended problem adalah permasalahan yang dapat dipecahkan dengan beberapa metode yang berbeda dan terdapat lebih dari satu jawaban tergantung pada asumsi yang dibuat. (sebagai contoh, Bagaimana pemakaian petrol di Australia dapat berkurang? Atau dalam pelajaran matematika  10+5 =…? Jawabannya dapat bermacam macam, seperti : 10+5 = 15, 10+5 = 30-15, 10+5 = 5x3, 10+5 = 16-1, dan masih banyak lagi).

Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini peserta didik belajar merumuskan pemecahan masalah, memberikan respon terhadap rangsangan yang menggambarkan atau membangkitkan situasi problematika, yang menggunakan semua kaidah yang dikuasainya. Pemecahan masalah adalah suatu  proses kompleks yang menuntut seseorang untuk mengkoordinasikan pengalaman, pengetahuan, pemahaman, dan intuisi dalam rangka memenuhi tuntutan dari suatu situasi.

Menurut Mayo, Donnelly, Nash, & Schwartz (dalam Killen, 2007) strategi pemecahan masalah adalah sebuah strategi pendidikan untuk mengemukakan situasi-situasi dunia nyata, bermakna, dan kontekstual, serta menyediakan sumber daya, bimbingan, dan pengajaran kepada siswa ketika mereka mengembangkan pengetahuan konten dan keterampilan-keterampilan memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah lebih dari sekedar pengumpulan pengetahuan dan aturan-aturan. Kemampuan memecahkan masalah merupakan pengembangan strategi-strategi kognitif fleksibel yang membantu menganalisis situasi-situasi yang belum terdefinisi secara jelas dan  tidak terantisipasi sebelumnya yang kemudian  menghasilkan jawaban yang jelas.

Berdasarkan beberapa konsep tentang pemecahan masalah (problem solving) seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud strategi pembelajaran  problem solving adalah suatu strategi pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan dapat melatih siswa untuk menghadapi berbagai masalah serta dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang ada tersebut.

Mengajar memecahkan masalah berbeda dengan penggunaan pemecahan masalah sebagai suatu strategi pembelajaran. Mengajar memecahkan masalah adalah mengajar bagaimana siswa memecahkan suatu permasalahan. Sedangkan strategi pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) adalah teknik mengajar melalui pemecahan masalah. Dengan demikian perbedaan keduanya terletak pada kedudukan pemecahan masalah itu  sendiri. Mengajar memecahkan masalah berarti, pemecahan masalah itu sebagai isi atau content dari pelajaran, sedangkan pemecahan masalah sebagai suatu strategiberar kedudukan pemecahan masalah itu hanya sebagai suatu alat saja untuk memahami materi pengajaran. Untuk menggunakan problem solving sebagai sebuah strategi pembelajaran, pendidik perlu melalukan kerja lebih banyak dibandingkan hanya memberikan beberapa permasalahan di papan tulis, kemudian membiarkan peserta didik berlatih dengan mengerjakan permasalahan tersebut. Pendidik perlu menjelaskan kepada peserta didik apa yang pendidik inginkan untuk dipelajari oleh peserta didik, mengapa pendidik menggunakan pemecahan masalah untuk mengajar, dan harapan pendidik tentang interaksi antara peserta didik dan peserta didik, serta interaksi antara peserta didik dan peserta didik lainnya. Melalui proses pembelajaran ini, fokus pendidik adalah membantu peserta didik untuk mengembangkan pemahaman mereka mengenai konsep-konsep penting (bukan hanya prosedur  pemecahan masalah). Pencapaian terbaik didapatkan  dengan permasalahan yang nyata dan menggunakan waktu lama  untuk memecahkannya serta mampu mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman secara mendalam dibandingkan permasalahan yang membutuhkan waktu yang singkat untuk dipecahkan. 

Karakteristik Strategi Pemecahan Masalah (Problem solving)

Ciri-ciri strategi pembelajaran problem solving secara umum adalah sebagai berikut:

a.       Diawali dari sebuah masalah

b.      Adanya tuntutan dari peserta didik untuk berpikir dan bertindak kreatif

c.       Adanya tuntutan bagi peserta didik untuk memecahkan masalah

d.   Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat

e.       Peserta didik bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil

f.  Pengajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan dan lebih disukai persoalan yang banyak kemungkinan cara pemecahannya (open-minded problem)

g.      Peserta didik menggunakan banyak pendekatan dalam belajar

h.      Hasil dari pemecahan masalah adalah tukar pendapat (sharing) diantara semua peserta didik.

Pemilihan pemasalahan yang sesuai merupakan hal terpenting dalam strategi pembelajaran problem solving. Pedoman yang berguna untuk memilih permasalahan adalah bahwa permasalahan tersebut harus memenuhi ketiga kriteria dasar, yaitu : permasalahan tersebut harus relevan, komperhensif (menyeluruh),  dan memiliki kerumitan yang sesuai.

1)             Permasalahan tersebut harus relevan,  artinya permasalahan tersebut dapat menjaga ketertarikan peserta didik dalam jangka waktu yang lama yang memungkinkan peserta didik untuk memindahkan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang baru diperoleh keluar ruang kelas, sehingga pengalaman tersebut dapat menambah kemampuan mereka dalam memecahkan permasalahan dunia nyata dan peserta didik dapat melihat bagaimana professional menganalisis dan memecahkan permasalahan.

2)             Untuk menjadi komperhensif, permasalahan harus mengijinkan peserta didik untuk menjelajah konsep yang luas dan mengembangkan keterampilan yang khusus. Saat merancang permasalahan, sangat berguna untuk memulai dari pemikiran dasar atau konsep utama, lalu mengidentifikasi fakta dasar, konsep, atau ide yang pendidik inginkan untuk peserta didik temukan ketika mereka memecahkan permasalahan. Selanjutnya, pendidik harus menyusun proses pembelajaran sehingga dapat menyelidiki isu tersebut.

3)             Kerumitan dari suatu permasalahan harus merefleksikan kerumitan dari permasalahan dunia nyata. Hal ini akan menjamin ada lebih dari satu jawaban untuk suatu permasalahan, hal itu mengijinkan perspektif yang berbeda dan pemecahan yang diekplorasi. Permsalahan yang rumit juga mendorong peserta didik untuk memasukkan pendekatan multidisiplin ke dalam pemecahan masalah.

Hal lain yang terpenting dalam strategi pembelajaran problem solving adalah peran guru (pendidik) dan siswa (peserta didik) karena, pendidik dan peserta didik merupakan subjek dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran hanya akan berlangsung ketika adanya interaksi antara pendidik dan peserta didik, serta interaksi antar peserta didik.

1.             Peran guru

a)             Sebagai manajer, guru mengatur jalannya kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir, sehingga jalannya kegiatan pembelajaran akan berjalan lancar sesuai dengan yang sudah dirancangkan.

b)             Sebagai desainer, Guru sebagai desainer bertugas merancang kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh peserta didik. Guru merancang kegiatan pembelajaran dari awal hingga akhir, yang meliputi: pembukaan pembelajaran, inti pembelajaran, dan penutupan pembelajaran.

c)             Sebagai fasilitator, guru harus mampu memfasilitasi segala keperluan yang dibutuhkan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Yang meliputi : sumber belajar, media pembelajaran, dan alat-alat yang digunakan dalam proses pembelajaran

d)            Sebagai observer, guru mengamati jalannya kegiatan pembelajaran, yang meliputi: kegiatan peserta didik dalam merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, dan mencari pemecahan masalah.

e)             Sebagai motivator, guru memberi dorongan agar peserta didik dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Guru memberi dorongan dalam bentuk mendorong peserta didik untuk berpartisipasi dalam pembelajaran, mendorong peserta didik untuk berpikir, dan mendorong peserta didik untuk saling membantu.

Adapun aktivitas khusus guru dalam strategi pembelajaran adalah sebagai berikut :

a.       Membantu peserta didik untuk menganalisis dan mengklarifikasi permasalahan

b.      Membantu peserta didik untuk menghasilkan gagasan

c.       Membantu peserta didik untuk menilai gagasan

2.             Peran Siswa

Peran siswa dalam pembelajaran problem solving yaitu siswa sebagai pemecah masalah yang mereka rumuskan atau temui (problem solver). Kegiatan siswa meliputi menganalisis masalah yang diberikan, merumuskan hipotesis, mencari data yang mendukung hipotesis, hingga mencari pemecahan masalah untuk permasalahan yang diberikan. 

Langkah-langkah Pembelajaran Pemecahan Masalah (Problem solving)

Di dalam Jurnal of physics education (2008), dinyatakan bahwa dasar dari pemecahan masalah adalah sebuah proses yang sistematis. Setiap tahap adalah hasil dari tahap yang sebelumnya dan berlanjut hingga tahap berikutnya. Metode yang terkenal adalah pemecahan masalah dalam pengajaran yang menggunakan model bertahap. Pembahasan mengenai pemecahan masalah ini tidak bisa lepas dari tokoh utamanya yaitu G. Polya. Pemikiran Polya (dalam Rohmah, 2011) mengenai pemecahan masalah terdiri dari 4 tahap, yakni:

1.             Memahami masalah

Contoh tindakan yang kita lakukan adalah seperti “Apa yang kita lihat?” atau “informasi apa yang diberikan dari suatu permasalahan tersebut?”

2.             Merencanakan pemecahan masalah

“Apa saja cara penyelesaian yang saya tahu?”

3.             Menerapkan rencana pemecahan masalah

4.              Memeriksa kembali hasil pemecahan masalah

Menurut (Djamarah, 2006) langkah-langkah dalam memecahkan masalah adalah sebagai berikut:

1.             Merumuskan masalah dan menegaskan masalah

Individu melokalisasi letak sumber kesulitan untuk memungkinkan mencari jalan pemecahannya. Beliau menandai aspek mana yang mungkin dipecahkan menggunakan prinsip atau dalil serta kaidah yang diketahuinya.

2.             Mencari fakta pendukung dan merumuskan hipotesis

Individu menghimpun berbagai informasi yang relevan termasuk pengalaman orang lain dalam menghadapi pemecahan masalah yang serupa. Kemudian mengidentifikasi berbagi alternative kemungkinan pemecahannya yang dapat dirumuskan sebagai pertanyaan jawaban sementara yang memerlukan pembuktian.

3.             Mengevaluasi alternatif pemecahan masalah yang dikembangkan

Setiap alternatif pemecahan masalah ditimbang dari segi untung ruginya. Selanjutnya dilakukan pengambilan keputusan memilih alternatif yang dipandang paling mungkin dan menguntungkan.

4.             Mengadakan pengujian atau verifikasi

Mengadakan pengujian atau verifikasi secara eksperimental alternatif pemecahan yang dipilih, dipratikan, atau dilaksanakan. Dari hasil pelaksanaan itu diperoleh informasi untuk membuktikan benar atau tidaknya yang telah dirumuskan.

            Sedangkan (Arifin, 2000) menyatakan bahwa langkah-langkah dalam memecahkan masalah adalah sama halnya dengan memecahkan masalah dalam penelitian, untuk memecahkan masalah tertentu seseorang perlu menggunakan tahap yang dilakukan peneliti yaitu melewati 6 tahap seperti yang tertera pada tabel berikut:

No

Tahapan Penelitian

Tahapan Pemecahan Masalah

        1

Perumusan Masalah

Apa yang ditanyakan

        2

Membuat hipotesis

Menuliskan alternatif cara menjawab

         3

Studi pustaka

Mencari teori, rumus-rumus aturan yang berkaitan dengan yang ditanyakan

        4

Melakukan penelitian untuk mendapatkan data

Menganalisa soal untuk mendapatkan data yang diketahui

         5

Menganalisis data

Menjelaskan soal berdasarkan data

         6

Kesimpulan

Menyimpulkan data

    Namun tahapan-tahapan pemecahan masalah di sekolah oleh pelajar dalam hal ini yang dimaksud adalah pemecahan soal. Menurut Melters (dalam Rohmah, 2011) tahap-tahap pemecahan masalah tersebut adalah:

a.              Tahap analisis masalah untuk mendapatkan rumusan masalah dan menyimpulkan data yang ada.

b.             Tahap perencanaan pemecahan masalah. Dari data-data yang ada, peserta didik mencoba merencanakan suatu pemecahan dengan tahapan sebagai beikut:

1)             Memecahkan rumus standar

2)             Meneliti hubungan antar konsep

3)             Membuat transformasi atau membuat suatu pengubahan bentuk yang dapat mendukung proses pemecahan masalah

c.              Tahap pengecekan

Kelebihan dan Kekurangan Startegi Pembelajaran Problem Solving

A.           Kelebihan

Bila digunakan secara efektif, pemecahan masalah memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan instruksi langsung atau kerja kelompok sederhana. (Killen, 2007) Beberapa alasan khusus untuk menggunakan problem solving sebagai strategi pengajaran (keuntungan strategi pembelajaran problem solving) adalah :

1.             Pemecahan melibatkan peserta didik secara aktif dan sengaja belajar masalah, mengembangkan pemikiran mereka dan penalaran mereka serta keterampilan mereka yaitu, berupa kemampuan mereka untuk menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan mereka yang sudah ada dengan situasi baru, untuk mengenali perubahannya antara fakta dan opini, dan untuk membuat penilaian objektif.

2.             Ketika masalah menarik dan sulit, tingkat yang lebih tinggi dari pemahaman dan pengembangan keterampilan terjadi dari dalam instruksi langsung. Mengembangkan solusi yang berarti untuk masalah yang menyebabkan pemahaman yang lebih dalam materi pelajaran tersebut.

3.             Pemecahan membantu membuat peserta didik bertanggung jawab untuk membentuk dan mengarahkan pembelajaran  mereka sendiri. Hal tersebut bermanfaat bagi mereka untuk melihat bahwa pembelajaran mereka adalah hasil dari usaha mereka sendiri. Ketika mereka mengembangkan pengetahuan baru untuk diri mereka sendiri dan merasa bertanggung jawab untuk pembelajaran mereka sendiri, mereka didorong untuk mengevaluasi pembelajaran mereka sendiri dan proses-belajar yang mereka lakukan menjadi metakognitif.

4.             Pemecahan masalah dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik dan kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan situasi belajar yang baru, tetapi hanya apabila mereka telah belajar untuk sadar apa yang mereka lakukan.

5.             Pemecahan masalah dapat menunjukkan kepada peserta didik bahwa masing-masing mata pelajaran mereka (Sains, Matematika, Sejarah, dll) merupakan  cara berpikir dan melakukan hal-hal yang harus masuk akal bagi mereka, tidak hanya untuk pendidik atau penulis buku teks.

6.             Problem solving, utamanya dalam kelompok, mendorong peserta didik untuk berbicara tentang konsep yang mereka coba untuk pahami. Ini membantu mereka untuk mengevaluasi pemahaman mereka sendiri dan mengidentifikasi celah dalam pemikiran mereka. Ini juga dapat mengembangkan keterampilan berbahasa mereka.

7.             Problem solving dapat membantu peserta didik mengembangkan kualitas, seperti akal, rasa percaya diri, kesabaran, dan ketekunan.

B.            Kekurangan Probem Solving

Terdapat beberapa kekurangan dalam strategi pembelajaran problem solving, antara lain (Killen, 2007):

1)             Suksesnya pelajaran pemecahan masalah membutuhkan banyak persiapan. Masalah yang tepat membutuhkan waktu untuk berkembang karena setiap masalah harus terstruktur untuk menghasilkan hasil belajar peserta didik yang baik.

2)             Kecuali peserta didik memahami mengapa mereka sedang berusaha untuk memecahkan masalah tertentu, mereka mungkin tidak belajar apa yang menjadi tema belajarnya. Misalnya, mereka fokus pada strategi dan bukan pada prinsip-prinsip yang pendidik ingin mereka temukan.

3)             Kecuali para peserta didik melihat masalah yang relevan, mereka mungkin menganggap masalah tersebut hanya sebagai kesibukan, dalam hal ini mereka tidak mungkin untuk belajar banyak.

4)             Kecuali peserta didik percaya bahwa mereka mampu memecahkan masalah, mereka mungkin enggan untuk terlibat dengan masalah tersebut.

5)             Karena peserta didik bekerja relatif tidak bergantung dari pendidik, mereka mungkin tidak 'menemukan' semua hal yang pendidik ingin mereka untuk pelajari. Peserta didik yang menggunakan strategi yang tidak pantas bisa berpikir mencapai kesimpulan yang tidak pantas. Kecuali pendidik memantau peserta didik secara dekat, pendidik mungkin tidak menyadari bahwa hal-hal ini terjadi.

6)             Peserta didik yang terbiasa menjadikan pendidik mereka sumber utama pengetahuan mungkin merasa tidak nyaman dengan diri yang diarahkan belajar untuk memecahkan masalah.

7)             Beberapa peserta didik mungkin memiliki gaya belajar yang tidak melengkapi penggunaan pemecahan masalah.

8)             Ketika peserta didik bekerja dalam kelompok, bagi peserta didik kurang mampu atau kurang percaya diri mudah didominasi oleh peserta didik yang percaya diri dan mampu.

Penerapan Strategi Pembelajaran Problem solving dalam Pembelajaran Kimia

A.    Materi pokok
Asam-Basa

B.     Kompetensi Dasar (KD)
Memahami konsep asam-basa untuk diaplikasikan dalam kehidupan

C.     Langkah pembelajaran

1)        Pembukaan

a.         Guru menyampaikan tujuan pembelajaran asam basa

b.        Guru menyampaikan review materi asam basa (menjelaskan konsep-konsep dasar dan teori-teori yang diperlukan dalam memecahkan permasalahan asam basa).

c.         Guru memberi masalah pada peserta didik untuk dipecahkan. Misalnya permasalahan berikut: Tanah yang subur adalah tanah yang memiliki rentang pH 5,5 – 6,5. Tidak semua tanah yang ada di Indonesia adalah tanah yang subur. Salah satunya adalah daerah Bukit Jimbaran, Bali. Kurang suburnya tanah di daerah tersebut dikarenakan tanah yang ada berasal dari pelapukan batu kapur. Menurut Anda bagaimana caranya agar tanah di daerah tersebut menjadi subur ?

2)        Isi
Siswa memecahkan masalah yang diberikan oleh guru melalui tahapan berikut:

a.         Tahap analisis
Setelah membaca permasalahan dengan seksama, peserta didik membuat skema yang menunjukkan gambaran dari yang diketahui dan ditanyakan dalam suatu permasalahan tersebut. Siswa diharapkan mencari sumber (mengumpulkan data) yang terkait dengan masalah yang diberikan guru.

b.        Tahap perencanaan
Pada tahap ini siswa diharapkan berpikir ke arah:

a)        Tanah berkapur artinya tanah bersifat basa.

b)        Menentukan cara menyuburkan tanah yang bersifat basa, yaitu dengan menambahkan zat yang bersifat asam agar dapat menurunkan pH tanah. Contohnya pemupukan pada tanah.

c)        Pupuk terdiri atas 2 jenis yaitu pupuk alami dan pupuk buatan

Jika siswa tidak berpikir ke arah jawaban penyelesaian masalah maka guru harus memfasilitasi siswa ke arah jawaban penyelesaian masalah.

c.         Tahap pengecekan

Tahap pengecekan ini dilakukan untuk memastikan jawaban dari siswa, agar kemungkinan kesalahan jawaban dari siswa dapat diminimalisir. Pada kegiatan inti peran siswa adalah sebagai problem solver sedangkan guru mengamati cara siswa memecahkan permasalah serta menfasilitasi kebutuhan peserta didik dalam proses pemecahan masalah.

3)        Penutup

a)      Guru dan siswa mendiskusikan jawaban dari pemecahan masalah siswa.

b)      Guru dan siswa menarik kesimpulan jawaban yang tepat dari hasil pemecahan masalah asam basa yang diberikan guru.

c)      Pada permasalahan tersebut jawaban yang diharapkan yaitu:
Cara yang dapat dilakukan agar tanah di daerah tersebut menjadi subur diantaranya: Melakukan pemupukan menggunakan pupuk alami atau buatan seperti pupuk kandang dan pupuk kompos yang bersifat asam untuk menurunkan pH tanah di daerah tersebut.

d)     Guru mengevaluasi pembelajaran melalui pemberian tes kecil pada siswa.

Pebelajaran materi asam basa dengan kompetensi dasar memahami konsep asam basa untuk diaplikasikan dalam kehidupan cocok dengan strategi belajar problem solving, karena materi dengan KD tersebut bisa dibuatkan masalah yang relevan, komprehensif, dan memiliki kerumitan serta open ended problem seperti contoh masalah dalam rancangan pembelaran diatas. Materi yang bisa dibuatkan masalah yang relevan, komprehensif, dan memiliki kerumitan serta open-ended problem ditujukan agar memenuhi karakteristik dari strategi pembelajaran problem solving yang mana menuntut siswa untuk berpikir dan bertindak kreatif.

Baca juga artikel yang lain :

 

PENUTUP

Strategi pembelajaran  problem solving adalah suatu strategi pembelajaran yang mengaktifkan peserta didik yang dapat melatih peserta didik untuk menghadapi berbagai masalah serta dapat mencari pemecahan masalah atau solusi dari permasalahan yang ada tersebut. Dalam bidang Kimia, strategi pemecahan masalah ditujukan untuk para pengajar bidang studi Kimia sebagai alternatif dalam menerapkan dan mengembangkan proses dan aktivitas pembelajaran di kelas yang lebih produktif dan bermakna.

Adapun karakteristik dari strategi pembelajaran problem solving adalah (1) Diawali dari sebuah masalah, (2) Adanya tuntutan dari peserta didik untuk berpikir dan bertindak kreatif, (3) Adanya tuntutan bagi peserta didik untuk memecahkan masalah, (4) Merangsang perkembangan kemajuan berpikir peserta didik untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat, (5) Peserta didik bekerja secara individual atau bekerja dalam kelompok kecil, (6) Pengajaran ditekankan kepada materi pelajaran yang mengandung persoalan-persoalan untuk dipecahkan.

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari strategi pembelajaran problem solving. Salah satu kelebihan dari strategi ini adalah pemecahan melibatkan peserta didik secara aktif dan sengaja belajar masalah, mengembangkan pemikiran mereka dan penalaran mereka serta keterampilan mereka yaitu berupa, kemampuan mereka untuk menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan mereka yang sudah ada dengan situasi baru, untuk mengenali perubahannya antara fakta dan opini, dan untuk membuat penilaian objektif. Sedangkan salah satu kekurangannya adalah kecuali peserta didik memahami mengapa mereka sedang berusaha untuk memecahkan masalah tertentu, mereka mungkin tidak belajar apa yang menjadi tema belajarnya. Misalnya, mereka fokus pada strategi dan bukan pada prinsip-prinsip yang pendidik ingin mereka temukan.

            Adapun tahapan-tahapan dalam strategi pembelajaran problem solving yaitu, Tahap analisis masalah untuk mendapatkan rumusan masalah dan menyimpulkan data yang ada, Tahap perencanaan pemecahan masalah, Tahap melakukan perhitungan,Tahap pengecekan. Strategi ini dapat diterapkan dalam pembelajaran kimia, contohnya dalam pokok bahasan asam basa dengan memberikan contoh permasalahan yang relevan dengan kehidupan nyata.

 

DAFTAR PUSTAKA

         Arifin, Mulyati. 2000. Strategi Belajar Mengajar Kimia: Prinsip dan Aplikasinya. Bandung: UPI.

Djamarah, S.Bahari dan Zain.A. 2006. Strategi Belajara Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gamze Sezgin Selcuk, September 2008, “The Effects of Problem Solving Instruction of Physics Achievement, Problem Solving Performance and Strategy Use”. Jurnal of Physics Education. Volume 2, No. 3.

Killen, Roy. 2007. Efective Teaching Strategy (4th Ed). Australia: Cengage.

Rohmah, Siti. 2011. "Penerapan Pendekatan Problem Solving dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Peserta didik Terhadap Konsep Mol dalam Stoikiometri". Jakarta: Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

 

 

 

 

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...