HOME

09 Desember, 2021

Sejarah Aristoteles dan Realisme Aristoteles

 KATA PENGANTAR

   Alhamduulillah dengan rahmat dan karunia Allah Swt, kami dapat menyusun makalah yang berjudul “Sejarah dan Realisme Aristoteles”. Semua ini tidak terlepas dari Allah Swt serta pertolongan-Nya, sehingga semua hambatan dan kendala dalam penyusunan makalh ini dapat di lalui dengan mudah. Tak lupa shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, ymag telah membimbing umatnya dari kegelapan menuju masa yang terang benerang.

Makalah ini di harapkan mampu memberikan pemahaman kepada para Mahasiswa yang ingin mempelajari materi Filsafat agar lebih mudah dalam belajar. Karena Filsafat merupakan ilmu penting dalam kehidupan manusia.

Semoga makalah ini dapat membantu semua teman mahasiswa dalam mempelajari dan memahami mata kuliyah. Wallahu a’alam bis showam.

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

            Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Mulai dari masalah-masalah yang berhubungan dengan alam semesta hingga masalah manusia dengan segal problematika dan kehidupannya. Filsafat adalah untuk mengetahui hakikat sesuatu. Namun kalau pertanyaan filosofis itu diteruskan akhirnya akan sampai dan berhenti pada sesuatu yang di sebut agama.

            Kelahiran suatu ilmu tidak dapat dipisahkan dari peranan filsafat. Perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari pengaruh aliran-aliran pemikiran filsafat. Kajian ini membahas tentang sejarah dan realisme Aristoteles, sebagai suatu landasan berfikir kita demi mengembangkan ilmu pengetahuan secara luas da mendalamyang akan berimplikasi kepada kehidupan manusia yang lebih baik.

B.     Rumusan Masalah

1.      Jelaskan Sejarah Aristoteles?

2.      Bagaimana Realisme Aristoteles?

3.      Sebutkan ciri-ciri filsafat Helenisme?

C.     Tujuan Masalah

1.      Mengetahui sejarah Aristoteles.

2.      Mengetahui Realisme Aristoteles.

3.      Mengetahui ciri-ciri filsafat Helenisme.


BAB II

PEMBAHASAN 

A.  Sejarah Aristoteles

             Aristoteles, murid dari dan juga teman serta guru Plato adalah orang yang mendapat pendidikan yang baik sebelum menjadi filosof. Keluarganya adalah orang-orang yang tertarik pada ilmu kedokteran. Sifat berfikir saintik ini besar pengaruhnya pada Aristoteles.

            Aristoteles lahir pada tahun 384 SM di Straira, sebuah kota di Thrace. Ayahnya meninggal tatkala ia masih muda. Ia di ambil oleh Proxenus dan orang ini memberikan pendidikan yang istimewa kepadanya. Waktu Aristoteles  berumur 18 tahun ia dikirim ke athena dan si masukkan ke Akademika Plato. Waktu itu memang merupakan kebiasaan orang mengirimkan anaknya ke tempat yang jauh yang merupakan pusat-pusat perkembanga intelektual, disanalah ia belajar tentu saja pada Plato.

            Dalam pergaulan tingkat atas, ia barangkali lebih berhasil ketimbang Plato, ia pernah menjadi tutor (guru) Alexander, putra Philip dari Masedonia, seorang diplomat yang yang ulung dan jendral yang terkenal. Sebagai tutor bagi Alexander, Aristoteles mempunyai pengaruh yang besar terhadap sejarah dunia. Alexander tidak hanya menerima seluruh idea dan rencananya, lebih dari itu juga pola pikirnya. Antara tahun 340-335 SM Aristoteles menekuni riset di Stragia, di bantu oleh Theophrastus yang juga alumunus Athena. Riset yang intensif itu dibiayai oleh Alexander dan menghasilkan kemajuan sains dan filsafat.

            Waktu Alexander berperang di asia pada tahun 334 SM, Aristoteles pergi lagi lagi ke Athena  bukan sebagai murid, melainkan ia mendirikan sekolah yang bernama lyceum. Terjadilah persaingan  hebat antara lyceum dan akademi. Persaingan ini telah mendorong Aristoteles untuk meningkatkan penelitiannya. Hasilnya ia tidak hanya dapat menjelaskan prinsip-prinsip sains, tetapi juga ia mengajarkan politik, retorika, dan dialektia.

            Lama-lamaan posisinya Athena menjadi tidak aman karena ia orang asing dan teman Alexander. Orang-orang Athena yang anti Macedonia memandang Aristoteles sebagai menyebarkan pengaruh yang bersifat subversif, makanya ia berfikir lebih bijak ia meninggalkan di sana pada tahun 322 SM.

            Banyak karyanya yang hilang, tetapi yang masih ada pun dapat menjelaskan bahwa ia pekerja keras. Karangannya tentang logika berjudul organon yang berisi tentang categories. Bukunya on interpretation, membahas berbagai tipe propoposisi. Buku prior Analytics menkosep induksi. Bukunya Posterior Analytics, memberikan penjelasan ilmiah pengetahuan sains.

            Perkembangan penting dalam filsafat dibantu oleh klasifikasi yang di usulkan oleh Aristoteles. Ia tertarik pada fakta yang spesifik dan juga yang umum (universal). Ia biasanya memulai dari gejala partikular menuju kongklusi universal. Jadi induksi menuju generalisasi. Agak berbeda dari Plato, ia sangat tertarik pada pengetahuan kealaman dalam filsafatnya dan karena itu ia mementingkan observasi.

            Di dalam dunia filsafat Aristoteles terkenal dengan bapak logika. Logikanya disebut logika tradisional karena nantinya berkembang apa yang di sebut logika modern. Logika Aristoteles itu sering disebut log ika formal.

            Bila orang-orang sofis banyak yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebanaran. Salah satu teori metafisika Aristoteles yang penting ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa matter dan form itu bersatu . Ia juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan form akualitas.

             Tuhan menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri. Ia tidak memedulikan alam ini. Ia bukan pesona. Ia tidak memerhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai Tuhan, kita tidak usah berharap ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan tertinggi dan ia mencontoh ke sana untuk perbuatan dan pikiran-pikran kita.

            Pada Aristoteles kita menyaksikan bahwa pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sains diletakkan. Tuhan di capai dengan akal, tetapi ia percaya pada tuhan. Jasanya dalam menolong Plato dan Socrates memerangi orang sofis ialah karena bukunya yang menjelaskan palsunya logika yang digunakan oleh tokoh-tokoh sofisme.

            Aristoteles selesai mengeluarkan pemikirannya. Akan tetapi sifat rasional itu masih digunakan selama beberapa abad sesudah aristoteles pertengahan. Sebelum ke Abad pertengahan mestinya kita melalui pemikiran Helenis terlebih dulu. Pada zaman Helenisme adalah istilah modern yang diambil dari bahasa yunani kuno hellenizein yang berarti berbicara atau berkelakuan seperti orang yunani. Dalam pengertian yang luas Helenisme adalah istilah yang menunjuk kebudayaan yang merupakan gabungan antara budaya yunani dan budaya Asia kecil, siria, mesopotamia, dan mesir yang lebih tua. Gabungan itu terjadi selama tiga abad setelah meninggalnya Alexander yang agung pada tahun 323 SM. Seorang dikatak Hellene bila ia berbicara dan menguunakan bahasa yunani dimanapun ia berada.

            Istilah periode “Hellenistik” mulai digunakan pada abad ke 199 oleh sejarawan jerman, Droysen untuk menunjukkan periode sebagaimana di atas itu. Periode Hellenistik menurut Droysen dimulai dari meninggalnya Alexander yang agung (323 SM) Sampai kira-kira zaman pilo (20 SM – 54 M). Untuk mudahnya periode Hellenistik adalah berkembangnya agam kristen. Lama periode ini kurang-lebih 300 tahun.

B.       Realisme Aristoteles

Istilah realisme berasal dari kata latin yaitu realis yang berarti “sungguh-sungguh,nyata benar”. Sepanjang sejarah, realisme telah memiliki  tema umum yang disebut prinsip atau tesis kemerdekaan. Tema ini menyatakan bahawa realitas, pengetahuan dan di nilai yang ada secara independen dari pikiran manusia. Ini berarti bahwa realisme menolak pandangan idealis bahwa ide-ide hanya nyata. Barang ada bahkan meskipun tidak ada pikiran untuk melihat mereka (ingat pertanyataan klasik tentang pohon tumbang di hutan). Untuk realis hal ini tentu sebuah realitas independen, namun realis juga menganggap ide untuk menjadi bagian dari tesis.

Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip didasarkan pada prinsip bahwa  ide-ide (bentuk) bisa ada tanpa masalah, tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk. Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi memiliki  sifat universal dan khusus. Sebagai contoh, semua orang berbeda dalam sifat-sifat mereka. Kita semua memiliki berbagai bentuk dan ukuran namun tidak ada yang sama. Kami berbagai sesuatu yang universal yang disebut “Kemanusiaan”. Kualitas universal ini tentunyanyata karena itu ada secara mandiri dan terlepas dari satu orang. Aristoteles menyebut kualitas bentuk universal (gagasan atau esensi), yang merupaka aspek non material dari setiap objek materi tunggal yang berhubungan dengan semua benda lain dari grop tersebut.

Pada Aristoteles kita menyakinkan bahwa pemikiran filsafat lebih maju, dasar-dasar sain diletakkan. Tuhan dicapai dengan akal, tetapiia percaya pada Tuhan jasanya dalam menolong plato da Socrates memerangi orang  sofis ialah karena bukunya yang menjelaskan palsunya logikan yang digunakan oleh toko-tokoh sofisme.

Pandangan Aristoteles yang lebih realis dari pada plato, yang di dasarkan pada hal yang konkret. Ini merupakan akibat didikan padsa waktu kecil, yang mengfhadapkannya senantiasa pada kenyaraan. Ia terlebih dahulu memandang kepada yang konkre, yang nyata. Ia bermula dengan mengumpulkan fakta-fakta . Faktafakta itu disusun menurut ragam dan jenisatau sifatnya dalam suatu sistem. Kemudian ditinjaunya persangkutpautkan satu sama lain. Ia ingin menyelidikisebab-sebab yang bekerja dalam kenyataan yang nyata dan menjadi keterangannya.

Pendapat ahli-ahli filosofi yang terdahulu diperhatiksnnys dengan kritis dan dibandingkannya. Dan barulan dikemukakan pendapatnya sendiri dengan alasan dan pertimbangan yang rasional. Cara ia bekerja sudah serupa dan mendahului cara kerja zama ilmiah sekarang. Oleh sebab itu tidak mengherankan, kalau Aristoteles mempelajari terlebih dahulu ilmu terapan dan ilmu pasti, bahkan ia menguasai ilmu yang sifatnya khas bagi kaumilmuan spesialis. Baru sesudah itu, ia meningkat ke bidang filsafat untuk memperoleh kesimpulan tentang yang umum

Aristoteles terkenal sebagai Bapak “ logika”. Itu tidak berarti bahwa sebelum dia tidak ada logika. Itu tidak berarti bahwa sebelem dia, tidak ada logika. Tapi uraian alamiah berdasarkan  logika. Logika tidak lain dari berfikir secara teraturnurutan yang gtepat atau berdasarkan sebab dan akibat. Semua ilmuan dari filosofi sebelum Aristoteles mempergunakan sebaik-baiknya. Pada dasarnya berfikir adalah mempertalikan isi fikiran dalam hubungan yang tepat. Akan tetapi,  Aristoteles yang pertama kali membentengkan cara berfikir yang teratur dari suatu sistem.

Pada pendapat Aristoteles juga membagi logika dalam tiga bagian yaitu: mempertimbangkan, menarik kesimpulan, dan membuktikan atau menerangkan. Uraian tersebut berpegangan pada filsafat socrates yang menyatakan bahwa buah pikiran adalah gambaran dari keadaan yang objektif.

Menurut Aristoteles, realitas yang objektif tidak tertangkap dengan pengertian, tetapi bertepatan dengan dasar metafisika dan logikan yang tinggi. Dasar tersebut dapat dibagi menjadi 3 yaitu:

a.      Semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri tidak mungkin ada kebenaran kalau didalamnya ada pertentangan, hal ini terkenal dengan hukum identika.

b.      Dari dua pernyataan tentang sesuatu, jika satu membenarkan dan yang lain menyalahkan, hanya satu yang benar. Hukum ini di sebut juga penyangkalan (kontradikta). Menurut Aristoteles yang paling penting dari segala prinsip.

c.       Antara dua pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan meniadakantidak mungkin ada pernyataan yang ke tiga. 

C.    Ciri-ciri filsafat Helenisme

1.      mulai dijauhi, perhatian lebih terkonsentrasi pada masalah aplikasi. Perhatian yang Pemisahan antara filsafat dan sains terjadi pada zaman ini belajar seperti pada abad ke-20 ini menjadi lebih terspesialisasi.

2.      Sifat spekulasi lebih besar adalah penemuan mekanika.

3.      Athena kehilangan monopoli dalam pengajaran, dan kita menemukan pusat-pusat pengetahuan yang baru seperi antaknay, Rhodes, perganum, dan Alexandria.

4.      Filsafat di populerkan sehingga memikat peminatyang lebih luas. Ada tendensi kekurang pedulian terhadap metafisika, diganti dengan perhatian yang lebih besar pada masalah-masalah sosial.

5.      Etika dijadikan perhatian yang dominan. Sekarang yang dipersoalkan ialah bagaimana manusia dapat mencapai kehidupan yang terbaik.

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Jadi dapat disimpulkan bahwa Aristoteles juga dikenal sebagai bapak logika dimana logika tidak lain berfikir secara teratur menurut urutan yang tepat atau berdasarkan hubungan sebab akibat yang pada dasarnya berfikir adalah mempertalikan isi pikiran dalamhubungan yang tepat akan tetapi Aristoteles yang pertama kali membentangkan cara berfikir yang teratur dari suatu sistem.

      Realisme Aristoteles didasarkan pada prinsip bahwa ide-ide atau bentuk bisa tanpa da masalah tapi tidak peduli bisa eksis tanpa bentuk Aristoteles menyatakan bahwa setiap bagian materi yang memiliki sifat universal dan khusus.

B.     Saran

 

Dari uraian di atas maka penulis menyadari bahwa terdapat kesalahan dan kekurangan untuk itu pemakalah mohon kritikan dan saranyang sifatnya konstruktif dan kesempurnaan makala ini.

 

DAFTAR ISI

JUDUL ……………………………………………………..………………................………1

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang...........................................................................................................3

B.     Rumusan Masalah.........................................................................................................3

C.     Tujuan Masalah.........................................................................................................3

 

BAB II PEMBAHASAN

A.      Sejarah Aristoteles..........................................................................................................4

B.     Realisme Aristoteles.....................................................................................................6

C.       Ciri-ciri Filsafat Helenisme............................................................................................7

 

BAB III PENUTUP

A.      Kesimpulan............................................................................................................8

B.       Saran........................................................................................................................8

 

DAFTAR PUSTAKA


DAFTAR PUSTAKA

Harun, Hadiwijono. 1980. Sari. Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta : Yayasan Kamisius

Tafsir, Ahmad. 2005. Filsafat Umum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Waris 2019. Pengantar Filsafat Ponorogo : Stain Po Press

Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, filsafat umum, Bandung:Pustaka Setia, 2008

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Kesetaraan Gender


Gender merupakan perbedaan jenis kelamin yang bukan disebabkan oleh perbedaan biologis dan bukan kodrat Tuhan, melainkan diciptakan baik oleh laki-laki maupun perempuan melalui proses sosial budaya yang panjang. Perbedaan perilaku antara pria dan wanita, selain disebabkan oleh faktor biologis, juga sebagian besar justru terbentuk melalui proses sosial dan budaya.

Masyarakat memposisikan perempuan sebagai seorang yang lemah lembut, berperan  sebagai  ibu  rumah  tangga  yang  membesarkan  anak-anaknya,  menjadi pelayan  yang  baik  kepada  suami  (laki-laki)  mulai  melayani  makan,  minum  dan di tempat  tidur.  Sebaliknya  laki-laki  berperan  sebagai  kepala  rumah  tangga  yang kuat, melindungi keluarga serta memiliki banyak hak istimewa dalam keluarga. Padahal pandangan tersebut merupakan situasi yang berkaitan dengan apa yang disebut dengan Gender.

Dalam beberapa situasi, masih ada orang  yang  masih  berpikir bahwa  membicarakan kesetaraan gender adalah  sesuatu  yang  mengada-ada atau hal  yang  terlalu dibesar-besarkan. Kelompok orang yang berpikir seperti ini menganggap bahwa kedudukan perempuan dan laki-laki dalam keluarga maupun dalam masyarakat memang harus berbeda. Misalnya saja anggapan bahwa “Perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi, toh nantinya akan kembali juga masuk dapur”. Dari  ungkapan tersebut sudah dapat kita lihat ada dua hal yang mencerminkan tidak adanya kesetaraan Gender dimana perempuan tidak diberikan kesempatan yang sama dengan laki-laki untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang berguna bagi dirinya.

Pemikiran  seperti  ini  umumnya  muncul  terutama  pada  kelompok masyarakat yang masih menganggap bahwa sudah kodratnya perempuan untuk melakukan pekerjaan di dapur. Kita perlu ingat bahwa bukan kodratnya perempuan  untuk  masuk  dapur,  karena  kegiatan  memasak  di  dapur tidak ada kaitannya dengan ciri-ciri biologis yang ada pada perempuan. Kegiatan  memasak  di  dapur  (atau  kegiatan  rumah tangga lainnya)  adalah suatu bentuk pilihan pekerjaan dari sekian banyak jenis pekerjaan yang bisa dilakukan oleh  perempuan  ataupun  laki-laki (misalnya guru, dokter, pegawai negeri, sopir, pedagang, dan lainnya).

    Baca juga tentang:

Pada prinsipnya bahwa kesetaraan gender merupakan anggapan terhadap semua orang pada kedudukan yang sama dan sejajar (adil), baik itu laki-laki maupun perempuan. Dengan mempunyai kedudukan yang sama, maka setiap individu mempunyai hak-hak yang sama, menghargai fungsi dan tugas masing-masing, sehingga tidak ada salah satu pihak yang mereka berkuasa, merasa lebih baik atau lebih tinggi kedudukannya dari pihak lainnya.

Kesetaraan gender, atau kesetaraan antara laki-laki dan perempuan, mengacu pada kesetaraan hak, tanggung-jawab, kesempatan, perlakuan dan penilaian atas perempuan dan laki-laki, anak perempuan dan anak laki-laki dalam kehidupan maupun di tempat kerja.  Kesetaraan Gender adalah  kebebasan  memilih peluang-peluang  yang  diinginkan  tanpa  ada  tekanan  dari  pihak  lain, kedudukan dan kesempatan yang sama di dalam pengambilan keputusan dan  di  dalam  memperoleh  manfaat  dari  lingkungan. Dalam situasi yang setara ini tidak adanya diskriminasi berdasarkan jenis kelamin seseorang dalam memperoleh kesempatan dan alokasi sumber daya, manfaat atau dalam mengakses pelayanan.

06 Desember, 2021

Kenaikan Kelas, Kelulusan, dan Mutasi Siswa

Kenaikan Kelas

Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila memenuhi syarat sebagai berikut :

  1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran pada dua semester di kelas yang telah diikuti.
  2. Tidak terdapat nilai di bawah KKM.
  3. Memiliki nilai minimal baik untuk aspek kepribadian, kelakuan, dan kerajinan pada semester yang telah diikuti.
  4. Ketidakhadiran tanpa ijin (alpa) maksimal 10% dari jumlah hari efektif.

Kelulusan

Berdasarkan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang SNP Pasal 72 Ayat 1 dan  Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan Butif F Nomor 10, peserta didik dapat dinyatakan lulus dari sekolah apabila:

  1. Menyelesaikan seluruh program pembelajaran (mulai dari kelas VII sampai dengan kelas IX yang dibuktikan dengan nilai rata-rata untuk semua mata pelajaran dan muatan lokal dalam rapor);
  2. Memperoleh nilai sikap/perilaku minimal baik;
  3. Lulus ujian sekolah;

Mutasi Siswa

a. Mutasi Masuk

    Syarat mutasi masuk adalah sebagai berikut:

  1. Surat pernyataan kesediaan menerima dari kepala sekolah;
  2. Siswa berasal dari sekolah di luar kecamatan dalam satu kota, luar kota/kabupaten, luar provinsi, dan/atau luar negeri;
  3. Siswa memiliki buku LHBS/rapor;
  4. Menyerahkan menyerahkan foto kopi ijazah SD, daftar NUASBN/NUS, pas foto hitam putih, dan persyaratan lainnya sesuai dengan kebutuhan sekolah.
  5. Surat keterangan pindah sekolah dari kepala sekolah yang diketahui oleh:

  • Kepala dinas pendidikan kota, jika berasal dari dalam kota yang sama;
  • Kepala dinas kota/kabupaten yang bersangkutan dan yang dituju, jika berasal dari luar kota;
  • Kepala dinas kota/kabupaten dan provinsi yang bersangkutan dan yang dituju, jika berasal dari luar provinsi; 

b. Mutasi Keluar

Syarat mutasi keluar adalah sebagai berikut:

  1. Orangtua/wali siswa membuat surat pernyataan pengunduran diri dari sekolah dan bersedia menaati segala ketentuan dan peraturan yang berlaku;
  2. Menyelesaikan persyaratan admistrasi dan persyaratan lainnya sesuai dengan keperluan sekolah.
  3. Menyerahkan surat keterangan dari kepala sekolah asal yang diketahui oleh:

  • Kepala dinas pendidikan kota, jika berasal dari dalam kota yang sama;
  • Kepala dinas kota/kabupaten yang bersangkutan dan yang dituju, jika berasal dari luar kota;
  • Kepala dinas kota/kabupaten dan provinsi yang bersangkutan dan yang dituju, jika berasal dari luar provinsi; 

    Baca Juga tentang ;

Pengaturan Beban Belajar di Sekolah dan Ketuntasan Belajar

Pengaturan Beban Belajar
Pembelajaran dilaksanakan dengan sistem paket. Beban belajar sebanyak 34 jam dan 40 jam pelajaran per minggu, tiap satu jam pelajaran selama 40 menit. Kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan: 
  • Tatap muka, yaitu peristiwa interaktif anatara peserta didik dan guru, narasumber, bahan/alat pelajaran untuk mencapai ketuntasan KD dalam periode waktu tertentu, 
  • Tugas terstruktur, yaitu tugas sebagai pengembangan, pendalaman, atau pencapaian kompetensi yang bahan/topik, prosedur pengerjaan, dan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya ditentukan oleh guru, dan 
  • Tugas mandiri takterstrukur, yaitu tugas sebagai pengembangan, pendalaman, atau pencapaian kompetensi yang bahan/topik dan prosedur pengerjaannya ditentukan oleh guru, sedang waktu yang diperlukan untuk menyelesaikannya ditentukan oleh siswa. Alokasi waktu untuk penugasan terstruktur dan mandiri takterstruktur sebanyak 50% dari alokasi waktu tatap muka KD atau mata pelajaran yang bersangkutan.

Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar didasarkan pada beberapa pertimbangan, di antaranya intake peserta didik, tingkat esensial dari masing-¬masing KD/mata pelajaran dan kompleksitas tiap-tiap mata pelajaran dan kemampuan daya dukung sekolah (sarana prasarana, guru, dsb). Berdasarkan pertimbangan tersebut ketuntasan belajar untuk seluruh mata pelajaran minimal 70%. Peserta didik yang belum dapat mencapai ketuntasan belajar, (dibawah KKM) harus mengikuti program perbaikan (remedial) sampai mencapai ketuntasan belajar yang dipersyaratkan. Siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar di atas KKBM dapat mengikuti program pengayaan.


Baca Juga tentang ;

Pengertian Kurikulum dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006

Jika Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Maka makna Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau kurikulum 2006 adalah sebuah kurikulum operasional pendidikan yang disusun oleh, dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan di Indonesia. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum yang disusun oleh Satuan sekolah untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.  Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional.


TUJUAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Badan Standar Nasional Pendidikan memberikan panduan dalam pengembangan kurikulum, yaitu disusun antara lain agar dapat memberi kesempatan peserta didik untuk : (a) belajar untuk beriman dan bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, (b) belajar untuk memahami dan menghayati, (c) belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif, (d) belajar untuk hidup bersama dan berguna untuk orang lain, dan (e) belajar untuk membangun dan menemukan jati diri melalui proses belajar yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

Berdasarkan panduan tersebut tujuan Kurikulum disusun dan dikembangkan oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan mengakomodasi potensi yang ada di daerah, serta untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan baik dalam bidang Akademis maupun Non-akademis. Untuk mendukung pencapaian tersebut kurikulum disusun untuk mengembangkan kompetensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu; cakap, kreatif, inovatif, mandiri mengikuti perkembangan IPTEK dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung-jawab untuk mengemban fungsi tersebut.


PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut:

  • Agama

Memperhatikan berkembangnya potensi peserta didik  agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  • Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya

Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada peserta didik.  

  • Beragam dan terpadu

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

  • Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman belajar peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

  • Relevan dengan kebutuhan kehidupan Pengembangan

kurikulum dilakukan dengan  melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan  kemasyarakatan, dunia usaha dan  dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,  keterampilan  berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.

  • Menyeluruh dan berkesinambungan

Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi,  bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.

  • Belajar sepanjang hayat

Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan peserta didik agar mampu dan mau belajar yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan informal  dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.

  • Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah 

Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). 

    Baca Juga tentang ;

05 Desember, 2021

Pengayaan dalam Penilaian Pembelajaran

Pengayaan merupakan program pembelajaran yang diberikan kepada peserta didik yang telah mencapai dan/atau melampaui KKM. Fokus pengayaan adalah pendalaman dan perluasan dari kompetensi yang dipelajari. Pengayaan biasanya diberikan segera setelah peserta didik diketahui telah mencapai KKM berdasarkan hasil penilaian harian.

Pembelajaran pengayaan biasanya hanya diberikan satu kali, tidak berulangkali sebagaimana pembelajaran remedial. Pembelajaran pengayaan umumnya tidak diakhiri dengan penilaian. Jadi dalam hal ini berbeda perlakuannya dengan remedial.

Bentuk pelaksanaan pembelajaran pengayaan dapat dilakukan melalui:

a.  Belajar kelompok, yaitu sekelompok peserta didik yang memiliki minat tertentu diberi tugas untuk memecahkan permasalahan, membaca di perpustakaan terkait dengan KD yang dipelajari pada jam pelajaran sekolah atau di luar jam pelajaran sekolah. Pemecahan masalah yang diberikan kepada peserta didik berupa pemecahan masalah nyata. Selain itu, secara kelompok peserta didik dapat diminta untuk menyelesaikan sebuah proyek atau penelitian ilmiah.

b. Belajar mandiri, yaitu secara mandiri peserta didik belajar mengenai sesuatu yang diminati, menjadi tutor bagi teman yang membutuhkan. Kegiatan pemecahan masalah nyata, tugas proyek, ataupun penelitian ilmiah juga dapat dilakukan oleh peserta didik secara mandiri jika kegiatan tersebut diminati secara individu.

c.  Pembelajaran berbasis tema, yaitu pembelajatan terpadu yang memadukan kurikulum di bawah tema besar sehingga peserta didik dapat mempelajari hubungan antara berbagai disiplin ilmu. Melalui pembelajaran tematik dapat mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna bagi peserta didik. Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, peserta didik akan memahami konsep-konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dipahaminya. Cara menganalisa ulangan harian dan program pengayaan serta remedial di sini.

Baca Juga tentang ;

Remidial

 Remedial merupakan program pembelajaran yang diperuntukkan bagi peserta didik yang belum mencapai KKM dalam satu KD tertentu. Pembelajaran remedial diberikan segera setelah peserta didik diketahui belum mencapai KKM. Pembelajaran remedial dilakukan untuk memenuhi kebutuhan/hak peserta didik. Dalam pembelajaran remedial, pendidik membantu peserta didik untuk memahami kesulitan belajar yang dihadapi secara mandiri, mengatasi kesulitan dengan memperbaiki sendiri cara belajar dan sikap belajarnya yang dapat mendorong tercapainya hasil belajar yang optimal. Dalam hal ini, penilaian merupakan assessment as learning.

Metode yang digunakan pendidik dalam pembelajaran remedial juga dapat bervariasi sesuai dengan sifat, jenis, dan latar belakang kesulitan belajar yang dialami peserta didik. Tujuan pembelajaran juga dirumuskan sesuai dengan kesulitan yang dialami peserta didik. Pada pelaksanaan pembelajaran remedial, media pembelajaran juga harus betul-betul disiapkan pendidik agar dapat mempermudah peserta didik dalam memahami KD yang dirasa sulit. Dalam hal ini, penilaian tersebut merupakan assessment for learning. Jadi remedial bukan kegiatan tes ulang atau mengulang tes bagi peserta didik yang belum mencapai KKM namun merupakan pembelajaran remedial ketika peserta didik teridentifikasi oleh pendidik mengalami kesulitan terhadap penguasaan materi pada KD tertentu yang sedang berlangsung.

 

Alur Pembelajaran Remedial

Hasil penilaian dilakukan analisis kemudian diklasifikasi mana siswa yang sudah tuntas dan mana yang belum tuntas. Hasil klasifikasi siswa yang belum tuntas, selanjutnya diidentifikasi kesulitannya dalam menjawab soal dan diberikan remedi sesuai dengan kesulitan tersebut. Pembelajaran remedial dapat dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan analisa baik jenis maupun tingkat kesulitan, diantaranya bimbingan secara individu, bimbingan secara berkelompok, pembelajaran ulang, pemberian tugas, atau pemanfaatan tutor sebaya. Pembelajaran remedi diberikan langsung setelah suatu penilaian (harian).

Berikut penjelasan strategi pelaksanaan pembelajaran remedial yang dapat disesuaikan dengan jenis dan tingkat kesulitan.

1.       Pemberian bimbingan secara individu. Hal ini dilakukan apabila ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan yang berbeda-beda, sehingga memerlukan bimbingan secara individual. Bimbingan yang diberikan disesuaikan dengan tingkat kesulitan yang dialami oleh peserta didik. Pemberian bimbingan secara khusus, misalnya bimbingan perorangan. Dalam hal pembelajaran klasikal peserta didik tertentu mengalami kesulitan, perlu dipilih alternatif tindak lanjut berupa pemberian bimbingan secara individual/perorangan. Pemberian bimbingan perorangan merupakan implikasi peran guru sebagai tutor. Sistem tutorial dilaksanakan bilamana terdapat satu atau beberapa orang peserta didik yang belum berhasil mencapai ketuntasan

2.      Pemberian bimbingan secara kelompok. Hal ini dilakukan apabila dalam pembelajaran klasikal ada beberapa peserta didik yang mengalami kesulitan sama.

3.   Pemberian pembelajaran ulang dengan metode dan media yang berbeda. Pembelajaran ulang dapat disampaikan dengan variasi cara penyajian dan penyederhanaan tes/pertanyaan. Pembelajaran ulang dilakukan bilamana sebagian besar atau semua peserta didik belum mencapai ketuntasan belajar atau mengalami kesulitan belajar. Guru perlu memberikan penjelasan kembali dengan menggunakan metode dan/atau media yang lebih tepat.

4.   Pemberian tugas-tugas latihan secara khusus. Dalam rangka pelaksanaan remedial, tugas-tugas latihan perlu diperbanyak agar peserta didik tidak mengalami kesulitan dalam mengerjakan tes ulang. Peserta didik perlu diberi pelatihan intensif untuk membantu menguasai kompetensi yang ditetapkan.

5.        Pelaksanaan pembelajaran remedial dilakukan di luar jam pelajaran. Hal ini dilakukan agar hak peserta didik yang sudah tuntas untuk mengikuti pembelajaran tidak terganggu. Oleh karena itu pembelajaran remedial dapat dilakukan sebelum pembelajaran pertama dimulai, setelah pembelajaran selesai, atau pada selang waktu tertentu yang tidak menggangu kegiatan pembelajaran peserta didik yang lain disesuaikan dengan kondisi sekolah. Selanjutnya setelah melakukan pembelajaran remedial diakhiri dengan penilaian untuk melihat pencapaian peserta didik pada KD yang diremedial. Pembelajaran remedial pada dasarnya difokuskan pada KD yang belum tuntas dan dapat diberikan berulang-ulang sampai mencapai KKM dengan waktu hingga batas akhir semester. Apabila hingga akhir semester pembelajaran remedial belum bisa membantu peserta didik mencapai KKM, pembelajaran remedial bagi peserta didik tersebut dapat dihentikan. Pendidik tidak dianjurkan memaksakan untuk memberi nilai tuntas (sesuai KKM) kepada peserta didik yang belum mencapai KKM.

6.   Pemberian nilai KD bagi peserta didik yang mengikuti pembelajaran remedial yang dimasukkan sebagai hasil penilaian harian sebagai berikut. Peserta didik diberi nilai sesuai capaian yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti remedial pembelajaran. Misalnya, suatu matapelajaran (Fisika) memiliki KKM 70. Seorang peserta didik bernama Iwan memperoleh nilai harian-1 (KD 3.1) sebesar 50, karena ada beberapa butir soal yang tidak dapat dijawab dengan benar. Karena Iwan belum mencapai KKM, maka Iwan mengikuti remedial untuk KD 3.1. Setelah Iwan mengikuti remedial dan diakhiri dengan penilaian, Iwan memperoleh hasil penilaian 80. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka nilai harian-1 (KD 3.1) yang diperoleh Iwan adalah 80.

7.    Pemanfaatan tutor sebaya. Tutor sebaya adalah teman sekelas atau kakak kelas yang memiliki kecepatan belajar lebih. Mereka perlu dimanfaatkan untuk memberikan tutorial kepada rekan atau adik kelas yang mengalami kesulitan belajar. Melalui tutor sebaya diharapkan hubungan antar peserta didik akan lebih akrab dan terbuka, sehingga peserta didik yang mengalami kesulitan belajar akan lebih mudah memahami materi atau kompetensi yang harus dicapai.

                Manfaat dari ketentuan di atas adalah:

a.  Meningkatkan motivasi peserta didik selama mengikuti pembelajaran remedial karena peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh nilai yang maksimal.

b.  Sesuai dengan prinsip belajar tuntas (mastery learning), sehingga setiap peserta didik berhak untuk mendapatkan capaian kompetensi terbaiknya.


Baca Juga tentang ;

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...