METODE PENYUSUNAN HADIS
A. Pendahuluan
Al-Qur’an
merupakan kitab suci umat Islam yang mereka yakini sebagai pedoman hidup. Ia
diturunkan kepada Rasulullah SAW secara berangsur-angsur. Didalamnya telah
terhimpun seluruh ajaran agama Islam namun, ada sebagian ayatnya yang bersifat
universal sehingga membutuhkan penjelasan. Muhammad sebagai utusan memiliki
otoritas untuk menjelaskan apa yang dimaksud oleh ayat al-Qur’an itu sendiri.
Maka apa yang telah dijelaskan Rasulullah yang disebut dnegan hadis menjadi hal
yang penting. Oleh karenanya telah disepakati bahwa hadis adalah kitab suci
kedua setelah al-Qur’an.
Hadis
atau Sunnah sudah ditulis oleh sebagian sahabat pada masa Rasulullah walaupun
tidak secara keseluruhan. Para sahabat menulis hadis terkadang di atas pelepah
kurma, kulit hewan, batu, atau yang lainnya. Sebagai bukti sejarah, telah
ditemukan beberapa karya tulis dari beberapa sahabat semisal al-Sahifah al-Sadiqah
milik dari Sayyidina Ali r.a. pada masa berikutnya, terjadi perkembangan
keilmuan dalam dunia Islam termasuk dalam bidang hadis. Tidak terelakkan lagi
banyak ulama yang kemudian melakukan pencarian hadis dan menulisnya. Pada
awalnya hadis-hadis ini hanya ditulis oleh perorangan karena belum ada perintah
dari penguasa untuk menghimpun hadis Rasulullah SAW.
Perintah
untuk menulis hadis baru dilakukan secari resmi oleh penguasa pada masa ‘Abd al-‘Azis bin Marwan. Ia
memerintakan kepada Kathir ibn Murrah al-Hadrami untuk menulis hadis dari
sahabat yang ikut perang Badar. Pada masa pemerintahan dipegang oleh ‘Umar bin
‘Abd al-‘Azis, ia memerintahkan Ibn Hazm untuk menulis hadis. selain kepadanya,
khaliah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz juga memerintahkan kepada ulama yang lain untuk
mengumpulkan hadis Nabi. Sayangnya apa yang telah dilakukan Ibn Hazm tidak
sampai kepada khalifah karena ia meninggal terlebih dahulu. Berbeda halnya
dengan Ibn Hazm, Ibn Shihab al-Zuhri berhasil mengumpulkan hadis dan sampai ke
tangan khalifah ‘Umar ibn ‘Abd al-‘Aziz sebelum wafat. Hasil kodifikasi al-Zuhri
inilah yang kemudian oleh khalifah dikirm ke berbagai Negara Islam.[1]
Kodifikasi ini berhenti pada masa
khalifah ‘Umar saja, bahkan ulama-ulama selanjut terus melakukan kajian
terhadap hadis Nabi. Kodifikasi yang berhasil dilakukan oleh ulama dari abad
pertama hingga seterusnya , jika dicermati mengalami perubahan dalam metode
penulisannya mulai dari al-Muwatta’, al-Musannaf, al-Musnad, al-Jami‘ dan
al-Sunan. Ulama pada abad ketiga dan setelahnya dalam menyusun hadis
berbeda dalam metode penulisannya. sebagian ada yang mengikuti jejak ulama
sebelumnya adapula yang menggunakan metode baru semisal mu‘jam. Oleh
karenanya penulis dalam makalah ini akan membahas masalah seputar metode mu‘jam,
bagaimana kriteria penulisan yang menggunakan metode tersebut beserta
beberapa contoh kitab yang menggunakannya.
B. Metode Ma‘ajim
1.
Definisi
ma‘ajim
Kata mu‘jam adalah bentuk masdar
mim dari fi‘il madi أعجم-يعجم-اعحاما-معجما. lafazh mu‘jam
merupakan bentuk mufrad (tunggal)
dari kata ma‘ajim dan mu‘jamat. Orang Arab berkata:
أعجم الكلام او الكتاب اذا أزال عجمته وابهامه بالنقط والشكل[2].
“Seseorang
menjelaskan perkataan atau kitabnya (tulisannya) ketika ia menghilangkan
kesamaran (ketidak jelasan) perkataan atau kitab (tulisan) tersebut dengan
memberi titik dan harakat.”
Adapun menurut ahli Bahasa, mu‘jam adalah sebuah
kitab yang disusun sesuai dengan huruf hijaiyah.[3] Adapun menurut ahli hadis mu’jam
didefinisikan sebagai berikut:
a. ‘Ubaidullah bin Muhammad ‘Abd al-Salam al-Mubarakfuri
dalam kitabnya, Mir‘at al-Mafatih Sharh Mishkat al-Masabih mendefinisakan
metode mu‘jam adalah kitab yang didalamnya terdapat hadis yang disusun
menurut urutan gurunya, baik
berdasarkan tahun wafat, kesamaan huruf hija’iyah, keutamaan, keunggulan dalam
ilmu maupun ketakwan guru tersebut. Sepertinya apa yang dijelaskan oleh al-Mubarakfuri
sama persis dengan apa yang telah didefinisikan oleh al-Qanuji.[4]
b. Al-Sayyid Sadiq Hasan al-Qanuji, al-Hittah fi Dhikr
al-Sihah al-Sittah menjelaskan bahwa
al-Mu’jam dalam istilah ulama hadis adalah kitab hadis yang di dalamnya berisi hadis-hadis
berdasarkan susunan para guru, baik berdasarkan tahun wafat, kesamaan huruf
hija’iyah, keutamaan, keunggulan dalam ilmu maupun ketakwan guru tersebut.
Namun pada umumnya kitab tersebut disusun berdasarkan urutan huruf hija’iyah.[5]
c.
Mahmud al-Tahhan
dalam kitab Usul
al-Takhrij wa Dirasat al-Al-Asanid mendefinisikan
al-mu‘jam merupakan metode penulisan kitab hadis
yang hadis-hadisnya disusun berdasarkan nama para sahabat, guru-gurunya, Negara
atau yang lain. Biasanya kitab-kitab mu’jam ini disususn berdasarkan huruf
mu’jam (alfaabet).[6]
Maka, dalam kitab mu’ajam ini penulis memulai dari gurunya aban, Ibrahim, dan
begitu seterusnya.[7]
d.
Muhammad bin Ja‘far al-Kattani dalam kitabnya al-Risalah
al-Mustatrafah mendefinisikan “Mu‘jam adalah kitab yang di dalamnya
berisi hadis-hadis sesuai dengan urutan para sahabat, guru, daerah atau yang
lainnya dimana pada umumnya susunan sahabat, guru atau daerah tersebut
berdasarkan urutan huruf abjad.”[8]
e.
Penjelasan dari Muhammad Khalaf Salamah lebih rinci
daripada definisi yang telah dikemukakan oleh ulama sebelumnya, yakni mu‘jam
merupakan salahsatu tipologi kodifikasi hadis yang mempunyai dua pengertian.
Pertama adalah al-Musnad yang di dalamnya menyebutkan para sahabat
sesuai dengan urutan huruf abjad, seperti Mu‘jam al-Sahabah yang disusun
oleh al-Baghawi dan Ibn Qani‘, Mu‘jam al-Kabir yang disusun oleh al-Tabrani.
Kedua adalah kitab yang menyebutkan nama para guru penyusunnya beserta sebagian
riwayat mereka, terkadang juga menyebutkan biografi mereka. Ketika sistem penyusunan
kitab ini berdasarkan urutan abjad, maka kitab ini disebut dengan Mu‘jam
al-Shuyukh.[9]
Definisi di atas memberi pengertian
adanya korelasi antara definisi mu‘jam secara bahasa dan secara istilah
bahwa ketika seorang penulis yang menggunakan metode mu‘jam berpedoman
pada susunan urutan nama-nama guru mereka sesuai dengan huruf abjad, maka
mereka telah menghilangkan kesamaran nama-nama guru mereka dan memudahkan dalam
meneliti guru-guru mereka yang terdapat dalam kitab mereka.[10]
2.
Macam-macam
kitab mu‘jam dan karakteristiknya
a.
karakteristik
penulisan yang menggunakan metode al-mu‘jam:
1)
Disusun berdasarkan
nama sahabat, guru-guru, negeri-negeri, dan lain-lain.
2)
Nama-nama
tersebut disusun berdasarkan huruf hijaiyah (alphabet)
3)
Kualitas hadis
yang dihimpun bermacam-macam; ada yang sahih, hasan dan dhaif
4)
Susunannya
tidak didasarkan bab-bab fiqhiyah
5)
Juga sulit
digunakan untuk mencari hadis dengan topik tertentu.[11]
b.
macam-macam
kitab mu‘jam
1)
Mu‘jam Abi
Ya‘la al-Mawsili (210-307 H.)
Ia
bernama lengkap Abi Ya‘la al-Mawsili Ahmad bin ‘Ali bin al-Muthanna al-Tamimi
(210-307 H.), Sahib al-Musnad. Sejak kecil ia sudah melakukan perjalanan
untuk berguru kepada ulama hadis pada masanya. Diantara gurunya Ahmad bin Mani‘,
Khalifah bin Khayyat, Abu Khaythamah Zuhayr bin Harb dan tokoh-tokoh besar
lainnya sebagaimana yang ia sebut dalam kitab mu‘jamnya. Adapun ulama
yang meriwayatkan hadis darinya antara lain; al-Nasa’i, Ibn Hibban dan al-Tabrani.
Abu Hatim al-Busti berkata: “Antara ia dan Rasulullah Saw. ada tiga orang.”[12]
Menurut
‘Abd al-Majid al-Ghawri, Abu Ya‘la meriwayatkan hadis dari 335 gurunya didalam kitab mu‘jamnya.
Ia mengambil beberapa riwayat dari setiap gurunya minimal satu riwayat.
Sebelum ia menyebut gurunya sesuai abjad, ia menyebut gurunya yang bernama Muhammad,
hal ini ia lakukan untuk ngamri barokah.[13]
Riwayat
yang dari gurunya yang bernama Muhammad terdapat 67 riwayat. Diantara riwayat
tersebut ada dua riwayat yang ternyata tidak diriwayatkan oleh guru yang
bernama Muhammad melainkan dari Abu Bakar ibn Abi al-Nadar pada riwayat nomer
43, dan diriwayatkan oleh Abu ‘Ubaidah bin Fudail bin ‘Iyad paada riwayat nomer
47. Penulis melampirkan dua riwayat tersebut di bawah ini:
43 - أَخْبَرَنَا
أَبُو
بَكْرِ
بْنُ
أَبِي
النَّضْرِ
،
قَالَ
: حَدَّثَنِي
أَبُو
النَّضْرِ
،
قَالَ
: حَدَّثَنَا
الأَشْجَعِيُّ
،
عُبَيْدُ
اللَّهِ
،
عَنْ
سُفْيَانَ
الثَّوْرِيِّ
،
عَنْ
عَلْقَمَةَ
بْنِ
مَرْثَدٍ
،
عَنِ
ابْنِ
بُرَيْدَةَ
،
عَنْ
عَائِشَةَ
رَحْمَةُ
اللَّهِ
عَلَيْهَا
،
قَالَتْ
: قُلْتُ
: يَا
رَسُولَ
اللَّهِ
،
إِنْ
وَافَقْتُ
لَيْلَةَ
الْقَدْرِ
مَا
أَقُولُ
فِيهَا
؟
قَالَ
: قُولِي
: اللَّهُمَّ
إِنَّكَ
عَفُوٌّ
تُحِبُّ
الْعَفْوَ
فَاعْفُ
عَنِّي.[14]
47- حَدَّثَنَا
أَبُو
عُبَيْدَةَ
بْنُ
فُضَيْلِ
بْنِ
عِيَاضٍ
،
قَالَ
: حَدَّثَنَا
مَالِكُ
بْنُ
سُعَيْرٍ
،
قَالَ
: حَدَّثَنَا
السَّرِيُّ
بْنُ
إِسْمَاعِيلَ
،
عَنِ
الشَّعْبِيِّ
،
عَنْ
مَسْرُوقٍ
،
عَنْ
عَائِشَةَ
رَحْمَةُ
اللَّهِ
عَلَيْهَا
،
قَالَتْ
: كُنَّا
نَضَعُ
سِوَاكَ
رَسُولِ
اللَّهِ
صَلَّى
اللَّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
مَعَ
طَهُورِهِ
،
قُلْتُ
: يَا
رَسُولَ
اللَّهِ
،
مَا
تَدَعُ
السِّوَاكَ
؟
قَالَ
: أَجَلْ
،
لَوْ
أَنِّي
أَقْدِرُ
عَلَى
أَنْ
يَكُونَ
ذَلِكَ
مِنِّي
عِنْدَ
كُلِّ
شَفْعٍ
مِنْ
صَلاتِي
لَفَعَلْتُ.[15]
2)
Mu‘jam al-Sahabah
al-Baghawi (214-317 H.)
Kitab
mu‘jam yang satu ini ditulis oleh ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abd
al-‘Aziz Abu Qasim al-Baghawi. Ia dilahirkan pada hari Senin awal Ramadan 214 H[16]
dan wafat pada malam ‘I<d al-Fitri 317 H.[17] Diantara guru-gurunya adalah Ahmad bin Hanbal,
‘Ali bin al-Madini, ‘Ali bin al-Ja‘d dan lain sebagainya. Adapun muridnya
adalah Yahya bin Sa‘id, Ibn Qani‘, Abu Hatim Ibn Hibban dan Abu Bakr al-Isma‘ili.[18]
Al-Baghawi
didalam kitab mu‘jam nya menyusun berdasarkan nama sahabat sesuai huruf
hijaiyah yang dimulai dari huruf hamzah. Sebelum menyebutkan riwayatnya,
mula-mula ia menjelaskan biografi sahabat namun terkadang dijelaskan secara
rinci terkadang tidak. Setelah itu baru kemudian ia sebutkan riwayat yang ia
ambil dari sahabta tersebut.[19]
Contohnya:
باب
من
روى
عن
النبي
صلى
الله
عليه
وسلم
ممن
اسمه
أبي:
1- أبو
المنذر
ويقال
أبو
الطفيل
أبي
بن
كعب سكن
المدينة
ومات
بها.
1- حدثنا
سعيد
بن
يحيى
الأموي
،
قال
حدثني
أبي
،
عن
محمد
بن إسحاق
: " ممن
شهد
بدرا
مع
رسول
الله
صلى
الله
عليه
وسلم
: أبي
بن
كعب
بن
قيس
بن
[عبيد]
بن
زيد
بن
معاوية
بن
عمرو
بن
[مالك]
بن
النجار.
2- أخبرنا
عبيد
الله
بن
محمد
بن
محمد
بن
بطة
،
أخبرنا
عبد
الله
بن
محمد
البغوي
،
قال
: حدثني
هارون
بن
عبد
الله
أبو
موسى
قال
سمعت
سعد بن
عبد
الحميد
بن
جعفر
فذكر
أن
أبي
بن
كعب
عقبي
بدري
من
بني
مالك
بن
النجار
من
الخزرج.
3- حدثنا
هارون
بن
إسحاق
أخبرنا
محمد
بن
عبد
الوهاب
السكري
عن
سفيان
عن
سعيد
بن
إياس
الجريري
عن
أبي السليل
عن
عبد
الله
بن
رباح
عن
أبي
بن
كعب
أن
النبي
صلى
الله
عليه
وسلم
قال
له
: " أي
[آية
في]
كتاب
الله
أعظم
؟
قال
: قلت
: الله
ورسوله
أعلم
،
حتى
أعادها
عليه
ثلاثا
ثم
قلت
(الله
لا
إله
إلا
هو
الحي
القيوم)
قال
: فضرب
صدري
ثم
قال
: ليهنك
العلم
أبا
المنذر.[20]
3)
Mu‘jam Ibn al-A‘rabi
(w. 340 H.)
Mu‘jam ini ditulis oleh Ahmad bin Muhammad bin Ziyad
bin Bishr. Ia lahir setelah tahun 240 H. Diantara gurunya ialah al-Hasan bin
Muhammad bin al-Sabbah al-Za‘farani, ‘Abdullah bin Ayyub al-Mukharrimi dan yang
lainnya. Adapun murid-muridnya antara lain Abu ‘Abdillah bin Khafif dan Abu
Bakr bin al-Muqri’.[21]
Ia meninggal pada bulan Dhulqa‘dah
340 H di usianya yang ke 94 tahun.[22]
Abu Nu‘aim dalam kitabnya menyebutkan bahwa Ibn al-A‘rabi wafat pada tahun 341
H.[23]
Ibn al-A‘rabi
dalam kitab mu’jamnya telah meriwayatkan dari 336 gurunya yang dari setiap
gurunya ia meriwayatkan beberapa hadis hingga ada yang mencapai 90 riwayat
hadis. ia menyusun kitabnya sesuai dengan huruf abjad hanya saja ia memulainya
dengan gurunya yang bernama Muhammad baru kemudian guru yang namanya diawali
dengan hamzah.[24]
Ia berhasil menghimpun 2395 hadis dari 336 gurunya dalam kitab Kitab Mu‘jam
Ibn al-A‘rabi.[25]
Kitab Mu‘jam
Ibn al-A‘rabi pertama kali diterbitkan dalam dua juz oleh penerbit Maktabah
al-Kawthar Riyad pada tahun 1412 H. dengan ditahqiq oleh al-Shahid Ahmad Mir
al-Bullushi.[26]
Contoh:[27]
1 - حَدَّثَنَا
أَبُو
جَعْفَرٍ
مُحَمَّدُ
بْنُ
الْحُسَيْنِ
بْنِ
إِبْرَاهِيمَ
الزِّبْرِقَانُ
الْعَبْسِيُّ،
وَحُسَيْنٌ
هُوَ
إِشْكَابُ
لَقَبٌ،
أَمْلَى
عَلَيَّ
هَذَا
النَّسَبَ
ابْنُهُ،
حَدَّثَنَا
أَبُو
قَطَنٍ
عَمْرُو
بْنُ
الْهَيْثَمِ
حَدَّثَنَا
هِشَامٌ،
عَنْ
قَتَادَةَ،
عَنْ
سَعِيدِ
بْنِ
الْمُسَيِّبِ،
أَنَّ
أَبَا
هُرَيْرَةَ
تَرَكَ
فُتْيَاهُ
الَّتِي
كَانَ
يُفْتِي:
«مَنْ
أَصْبَحَ
جُنُبًا
فَلَا
يَصُومُ»
2 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ
بْنُ
الْحُسَيْنِ،
حَدَّثَنَا
أَبُو
قَطَنٍ،
حَدَّثَنَا
هِشَامٌ،
[ص:29]
عَنْ
قَتَادَةَ،
عَنِ
الْحَسَنِ،
عَنْ
سَمُرَةَ،
أَنَّ
رَسُولَ
اللَّهِ
صَلَّى
اللَّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
قَالَ:
«أَيُّمَا
امْرَأَةٍ
زَوَّجَهَا
وَلِيَّانِ
فَهِيَ
لِلْأَوَّلِ
مِنْهُمَا،
وَأَيُّمَا
رَجُلٍ
بَاعَ
بَيْعًا
مِنْ
رَجُلَيْنِ
فَهُوَ
لِلْأَوَّلِ
مِنْهُمَا»
3 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ
بْنُ
الْحُسَيْنِ،
حَدَّثَنَا
أَبُو
قَطَنٍ،
حَدَّثَنَا
هِشَامٌ،
عَنْ
يَحْيَى
بْنِ
أَبِي
كَثِيرٍ،
عَنْ
أَبِي
سَلَمَةَ،
عَنْ
أَبِي
هُرَيْرَةَ
قَالَ:
اسْتَفْتَانِي
رَجُلٌ
مِنْ
أَهْلِ
الشَّامِ
فِي
لَحْمِ
صَيْدٍ
أَصَابَهُ
وَهُوَ
مُحْرِمٌ،
فَأَفْتَيْتُهُ
أَنْ
يَأْكُلَهُ،
وَقَدِمْتُ
عَلَى
عُمَرَ
رَضِيَ
اللَّهُ
عَنْهُ
فَقَالَ:
بِمَ
أَفْتَيْتَهُ؟
قُلْتُ:
أَفْتَيْتُهُ
أَنْ
يَأْكُلَهُ
فَقَالَ:
«لَوْ
أَفْتَيْتَهُ
بِغَيْرِ
ذَلِكَ
لَعَلَوْتُكَ
بِالدِّرَّةِ»
4 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ
بْنُ
الْحُسَيْنِ،
حَدَّثَنَا
أَبُو
قَطَنٍ،
حَدَّثَنَا
هِشَامٌ،
عَنْ
أَبِي
الزُّبَيْرِ،
عَنْ
جَابِرٍ،
أَنَّ
رَسُولَ
اللَّهِ
صَلَّى
اللَّهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
قَالَ:
«أَمْسِكُوا
أَمْوَالَكُمْ،
لَا
تُعْمِرُوهَا؛
فَإِنَّهُ
مَنْ
أَعْمَرَ
شَيْئًا
فَهُوَ
لَهُ
حَيَاتَهُ
وَبَعْدَ
مَوْتِهِ»
4)
Mu‘jam Abi Bakr
al-Isma‘ili (277-371 H.)
Ia
bernama lengkap Abu Bakr Ahmad bin Ibrahim al-Isma‘ili al-Jurjani. Ia lahir
pada tahun 277 H[28]
dan wafat pada tahun 371 H.[29]
Diantara guru-gurunya adalah Abu Khalifah, al-Jamhi, Ibn Khuzaymah, Abu Ya’la,
Ibn Abi Shaybah, al-Firyani dan lain sebagainya.[30]
Adapun murid-muridnya adalah al-Hakim, al-Barqani, Hamzah al-Sahmi dan lain
sebagainya.[31]
Kitab
mu‘jam yang disusun olehnya berdasarkan nama guru-gurunya. Dalam
kitabnya ini, ia berhasil men-takhrij hadis dari 410 gurunya. Ia men-takhrij
hadis dari setiap grunya yang dianggap gharib atau tidak baik, atau
berupa hikayah yang disertai dengan kritiknya. Kitab ini diterbitkan oleh
Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam di Madinah
pada tahun 1410 H. dengan ditahqiq oleh Muhammad Ziyad Mansur.[32]
5)
Al-ma‘ajim li
al-Tabrani (260- 360 H).[33]
Kitab
mu’jam yang terkenal adalah tiga kitab mu’jam karya Abi al-Qasim Sulaiman ibn
Ahmad al-Tabrani (260- 360 H).[34]
ia memiliki tiga kitab al-mu‘jam. Ketiga kitab ini memiliki
karakteristik masing-masing.
a)
Al-mu‘jam
al-kabir disususn berdasarkan nama sahabat tetapi
penulisannya menggunakan urutan huruf hijaiyah. Kitab ini termasuk kitab paling
agung karena lengkap dan sistematis. Jadi, apabila al-Tabrani mengatakan
al-Mu’jam berarti yang ia maksud adalah kitab al-Mu’jam al-Kabir.[35]
Ibn Dahiyyah berkata kitab ini adalah akbar ma‘ajim al-dunya.[36]
Dikatakan bahwa dalam al-Mu‘jam al-Kabir, al-Tabrani menyebutkan
enam puluh ribu hadis dalam dua belas jilid kitab.[37]
Contoh
al-Mu‘jam al-Kabir
نِسْبَةُ
أَبِي
بَكْرٍ
الصِّدِّيقِ
" وَاسْمُهُ
رَضِيَ
اللهُ
عَنْهُ:
أَبُو
بَكْرٍ
عَبْدُ
اللهِ
بْنُ
عُثْمَانَ
بْنِ
عَامِرِ
بْنِ
عَمْرِو
بْنِ
كَعْبِ
بْنِ
سَعْدِ
بْنِ
تَيْمِ
بْنِ
مُرَّةَ
"
1 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ
بْنُ
عَمْرِو
بْنِ
خَالِدٍ
الْحَرَّانِيُّ،
حَدَّثَنِي
أَبِي،
ثنا
ابْنُ
لَهِيعَةَ،
عَنْ
أَبِي
الْأَسْوَدِ،
عَنْ
عُرْوَةَ،
قَالَ:
" أَبُو
بَكْرٍ
الصِّدِّيقُ
اسْمُهُ
عَبْدُ
اللهِ
بْنُ
عُثْمَانَ
بْنِ
عَامِرِ
بْنِ
عَمْرِو
بْنِ
كَعْبِ
بْنِ
سَعْدِ
بْنِ
تَيْمِ
بْنِ
مُرَّةَ،
شَهِدَ
بَدْرًا
مَعَ
رَسُولِ
اللهِ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ،
وَأُمُّ
أَبِي
بَكْرٍ
رَضِيَ
اللهُ
عَنْهُ:
أُمُّ
الْخَيْرِ
سَلْمَى
بِنْتُ
صَخْرِ
بْنِ
عَامِرِ
بْنِ
عَمْرِو
بْنِ
كَعْبِ
بْنِ
سَعْدِ
بْنِ
تَيْمِ
بْنِ
مُرَّةَ
بْنِ
كَعْبِ
بْنِ
لُؤَيِّ
بْنِ
غَالِبِ
بْنِ
فِهْرِ
بْنِ
مَالِكٍ،
وَأُمُّ
أُمِّ
الْخَيْرِ:
دِلَافُ
وَهِي
أُمَيْمَةُ
بِنْتُ
عُبَيْدِ
بْنِ
النَّاقِدِ
الْخُزَاعِيِّ،
وَجَدَّةُ
أَبِي
بَكْرٍ:
أُمُّ
أَبِي
قُحَافَةَ
أَمِينَةُ
بِنْتُ
عَبْدِ
الْعُزَّى
بْنِ
حُرْثَانَ
بْنِ
عَوْفِ
بْنِ
عُبَيْدِ
بْنِ
عُوَيْجِ
بْنِ
عَدِيِّ
بْنِ
كَعْبٍ
"
2 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ
بْنُ
عَلِيٍّ
الْمَدِينِيُّ
الْبَغْدَادِيُّ،
ثنا
دَاوُدُ
بْنُ
رُشَيْدٍ،
عَنِ
الْهَيْثَمِ
بْنِ
عَدِيٍّ،
قَالَ:
" أُمُّ
أَبِي
بَكْرٍ
رَضِيَ
اللهُ
عَنْهُ
يُقَالُ
لَهَا:
أُمُّ
الْخَيْرِ
بِنْتُ
صَخْرِ
بْنِ
عَامِرٍ،
وَهَلَكَ
أَبُو
بَكْرٍ
فَوَرِثَهُ
أَبَوَاهُ
جَمِيعًا،
وَكَانَا
قَدْ
أَسْلَمَا،
وَمَاتَتْ
أُمُّ
أَبِي
بَكْرٍ
قَبْلَ
أَبِيهِ
"[38]
بَابُ
الْأَلِفِ[39]
مَنِ
اسْمُهُ
أُسَامَةُ
أُسَامَةُ
بْنُ
زَيْدِ
بْنِ
حَارِثَةَ
حِبُّ
رَسُولِ
اللهِ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ،
يُكَنَّى
أَبَا
مُحَمَّدٍ
وَيُقَالُ
أَبُو
زَيْدٍ
369 - حَدَّثَنَا
خَلَفُ
بْنُ
عَمْرٍو
الْعُكْبَرِيُّ،
ثنا
مُعَلَّى
بْنُ
مَهْدِيٍّ
الْمَوْصِلِيُّ،
ثنا
أَبُو
عَوَانَةَ،
عَنْ
عُمَرَ
بْنِ
أَبِي
سَلَمَةَ،
عَنْ
أَبِيهِ،
حَدَّثَنِي
أُسَامَةُ
بْنُ
زَيْدٍ،
قَالَ:
مَرَرْتُ
بِالْمَسْجِدِ،
فَإِذَا
عَلِيٌّ
وَالْعَبَّاسُ
رَضِيَ
اللهُ
عَنْهُمَا
قَاعِدَانِ،
فَقَالَا:
يَا
أُسَامَةُ،
اسْتَأْذِنْ
لَنَا
عَلَى
رَسُولِ
اللهِ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ،
فَقُلْتُ:
يَا
رَسُولَ
اللهِ،
هَذَا
عَلِيٌّ،
وَالْعَبَّاسُ
بِالْبَابِ،
يُرِيدَانِ
الدُّخُولَ
عَلَيْكَ،
قَالَ:
«تَدْرِي
مَا
جَاءَ
بِهِمَا؟»
قُلْتُ:
لَا
وَاللهِ
يَا
رَسُولَ
اللهِ
مَا
أَدْرِي
وَمَا
جَاءَ
بِهِمَا.
قَالَ:
«وَلَكِنِّي
قَدْ
عَلِمْتُ
مَا
جَاءَ
بِهِمَا،
ائْذَنْ
لَهُمَا»
فَدَخَلَا
عَلَيْهِ،
فَقَالَ
لَهُ
عَلِيٌّ:
يَا
رَسُولَ
اللهِ
جِئْنَا
نَسْأَلُكَ:
أَيُّ
أَهْلِكَ
أَحَبُّ
إِلَيْكَ؟
قَالَ:
«فَاطِمَةُ
بِنْتُ
مُحَمَّدٍ»
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ.
قَالَ
عَلِيٌّ:
وَاللهِ
يَا
رَسُولَ
اللهِ
مَا
عَنْ
أَهْلِكَ
أَسْأَلُكَ.
قَالَ:
" فَأَحَبُّ
أَهْلِي
إِلَيَّ
مَنْ
أَنْعَمَ
اللهُ
عَلَيْهِ
وَأَنْعَمْتُ
عَلَيْهِ:
أُسَامَةُ
". قَالَ:
ثُمَّ
مَنْ
يَا
رَسُولَ
اللهِ؟
قَالَ:
«ثُمَّ
أَنْتَ»
. قَالَ
الْعَبَّاسُ:
أَجَعَلْتَ
عَمَّكَ
آخِرَهُمْ؟
قَالَ:
«إِنَّ
عَلِيًّا
سَبَقَكَ
بِالْهِجْرَةِ»
370 - حَدَّثَنَا
أَبُو
خَلِيفَةَ،
ثنا
مُسْلِمُ
بْنُ
إِبْرَاهِيمَ،
ثنا
قُرَّةُ
بْنُ
خَالِدٍ،
حَدَّثَنِي
مُحَمَّدُ
بْنُ
سِيرِينَ،
قَالَ:
بَلَغَتِ
النَّخْلَةُ
عَلَى
عَهْدِ
عُثْمَانَ
بْنِ
عَفَّانَ
رَضِيَ
اللهُ
عَنْهُ
أَلْفَ
دِرْهَمٍ،
قَالَ:
فَعَمَدَ
أُسَامَةُ
إِلَى
نَخْلَةٍ
فَنَقَرَهَا
وَأَخْرَجَ
جُمَّارَهَا،
فَأَطْعَمَها
أُمَّهُ،
فَقَالُوا
لَهُ:
مَا
حَمَلَكَ
عَلَى
هَذَا،
وَأَنْتَ
تَرَى
النَّخْلَةَ
قَدْ
بَلَغَتْ
أَلْفًا؟
فَقَالَ:
«إِنَّ
أُمِّي
سَأَلَتْنِيهِ،
وَلَا
تَسْأَلُنِي
شَيْئًا
أَقْدِرُ
عَلَيْهِ
إِلَّا
أَعْطَيتُهَا»
b)
Kitab al-mu‘jam
al-ausat disusun berdasarkan nama guru sesuai huruf hijaiyah. Didalamnya
ada sekitar dua ribu perawi dan terdapat tiga puluh ribu hadis yang telah
berhasil dihimpun di dalam kitab ini.
Contoh al-Mu‘jam al-Ausat[40]
مَنِ
اسْمُهُ
أَحْمَدُ
1 - حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ
بْنُ
عَبْدِ
الْوَهَّابِ
بْنِ
نَجْدَةَ
الْحَوْطِيُّ
قَالَ:
نا
يَحْيَى
بْنُ
صَالِحٍ
الْوُحَاظِيُّ
قَالَ:
نا
سَعِيدُ
بْنُ
يَزِيدَ
بْنِ
ذِي
عَصْوَانَ،
عَنْ
عَبْدِ
الْمَلِكِ
بْنِ
عُمَيْرٍ،
عَنْ
أَبِي
بُرْدَةَ،
عَنْ
أَبِي
مُوسَى
قَالَ:
قَالَ
رَسُولُ
اللَّهِ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ:
«أُمَّتِي
أَمَةٌ
مَرْحُومَةٌ،
لَا
عَذَابَ
عَلَيْهَا
فِي
الْآخِرَةِ،
فَإِذَا
كَانَ
يَوْمُ
الْقِيَامَةِ،
دُفِعَ
إِلَى
كُلِّ
رَجُلٍ
مِنَ
الْمُسْلِمِينَ
رَجُلٌ
مِنْ
أَهْلِ
الْكِتَابَيْنِ،
فَيُقَالَ:
يَا
مُسْلِمُ،
هَذَا
فِدَاؤُكَ
مِنَ
النَّارِ»
لَمْ
يَرْوِ
هَذَا
الْحَدِيثَ
عَنْ
عَبْدِ
الْمَلِكِ
إِلَّا
سَعِيدُ
بْنُ
يَزِيدَ،
وَلَا
عَنْ
سَعِيدِ
بْنِ
يَزِيدَ
إِلَّا
يَحْيَى
بْنُ
صَالِحٍ
الْوُحَاظِيُّ
2 - حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ
بْنُ
عَبْدِ
الْوَهَّابِ
بْنِ
نَجْدَةَ
الْحَوْطِيُّ
قَالَ:
نا
أَبُو
الْمُغِيرَةِ
قَالَ:
نا
الضَّحَّاكُ
بْنُ
حُمْرَةَ
قَالَ:
نا
قَتَادَةُ،
أَنَّ
أَبَا
مِجْلَزٍ،
أَخْبَرَهُ
عَنْ
أَبِي
بُرْدَةَ
بْنِ
أَبِي
مُوسَى،
عَنْ
أَبِي
مُوسَى،
«أَنَّ
رَجُلَيْنِ،
اخْتَصَمَا
إِلَى
النَّبِيِّ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
فِي
بَعِيرٍ،
ادَّعَاهُ
كِلَاهُمَا
أَنَّهُ
لَهُ،
فَجَاءَ
مَعَ
كُلِّ
وَاحِدٍ
مِنْهُمَا
شَاهِدَانِ
يَشْهَدَانِ
أَنَّ
الْبَعِيرَ
لَهُ،
فَقَضَى
النَّبِيُّ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
أَنَّهُ
بَيْنَهُمَا
نِصْفَيْنِ»
لَمْ
يَرْوِ
هَذَا
الْحَدِيثَ
عَنْ
قَتَادَةَ،
عَنْ
أَبِي
مِجْلَزٍ
إِلَّا
الضَّحَّاكُ،
تَفَرَّدَ
بِهِ:
أَبُو
الْمُغِيرَةِ
3 - حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ
بْنُ
عَبْدِ
الْوَهَّابِ
قَالَ:
نا
أَبُو
الْمُغِيرَةِ
قَالَ:
نا
مُبَشِّرُ
بْنُ
عُبَيْدٍ،
عَنِ
الْحَجَّاجِ
بْنِ
أَرْطَاةَ،
عَنْ
عَطَاءٍ،
وَعَمْرِو
بْنِ
دِينَارٍ،
عَنْ
جَابِرٍ
قَالَ:
قَالَ
النَّبِيُّ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ:
«لَا
تُنْكِحُوا
النِّسَاءَ
إِلَّا
الْأَكْفَاءَ،
وَلَا
يُزَوِّجُهُنَّ
إِلَّا
الْأَوْلِيَاءُ،
وَلَا
مَهْرَ
دُونَ
عَشَرَةِ
دَرَاهِمَ»
لَمْ يَرْوِ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ عَمْرٍو إِلَّا الْحَجَّاجُ، تَفَرَّدَ بِهِ: مُبَشِّرُ بْنُ عُبَيْد
c)
kitab al-mu‘jam
al-saghir juga disusun berdasarkan nama guru. Al-Tabrani di dalam kitabnya
menulis dari seribu guru yang ia hanya menerima satu riwayat dari para gurunya
ini.[41]
Al-mu‘jam al-ausat
dan al-mu‘jam al-saghir disusun sesuai nama gurunya. Namun kedua kitab
ini memiliki perbedaan meskipun sama-sama disusun berdasarkan nama gurunya.
Contoh riwayat dalam al-Mu‘jam
al-Saghir[42]
مَنِ
اسْمُهُ
أَحْمَدُ
1
- حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ
بْنُ
عَبْدِ
الْوَهَّابِ
بْنِ
نَجْدَةَ
الْحَوْطِيُّ
أَبُو
عَبْدِ
اللَّهِ
بِمَدِينَةِ
جَبَلَةَ
سَنَةَ
تِسْعٍ
وَسَبْعِينَ
وَمِائَتَيْنِ
, حَدَّثَنَا
جُنَادَةُ
بْنُ
مَرْوَانَ
الْأَزْدِيُّ
الْحِمْصِيُّ،
حَدَّثَنَا
مُبَارَكُ
بْنُ
فَضَالَةَ،
عَنِ
الْحَسَنِ،
عَنْ
أَنَسِ
بْنِ
مَالِكٍ
رَضِيَ
اللَّهُ
عَنْهُ
قَالَ:
قَالَ
رَسُولُ
اللَّهِ
صَلَّى
اللَّهُ
عَلَيْهِ
وَآلِهِ
وَسَلَّمَ:
«سَأَلْتُ
رَبِّي
عَزَّ
وَجَلَّ
ثَلَاثَ
خِصَالٍ
فَأَعْطَانِي
اثْنَتَيْنِ
وَمَنَعَنِي
وَاحِدَةً
سَأَلْتُهُ
أَنْ
لَا
يُسَلِّطَ
عَلَى
أُمَّتِي
عَدُوًّا
مِنْ
غَيْرِهِمْ
فَأَعْطَانِيهَا
, وَسَأَلْتُهُ
أَنْ
لَا
يَقْتُلَ
أُمَّتِي
بِالسَّنَةِ
فَأَعْطَانِيهَا
, وَسَأَلْتُهُ
أَنْ
لَا
يَلْبِسَهُمْ
شِيَعًا
فَأَبَى
عَلَيَّ»
لَمْ
يَرْوِهِ
عَنْ
مُبَارَكِ
بْنِ
فَضَالَةَ
إِلَّا
جُنَادَةُ
2 - حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ
بْنُ
عَبْدِ
الرَّحِيمِ
أَبُو
زَيْدٍ
الْحَوْطِيُّ،
بِجَبَلَةَ
سَنَةَ
تِسْعٍ
وَسَبْعِينَ
وَمِائَتَيْنِ
, حَدَّثَنَا
عَلِيُّ
بْنُ
عَيَّاشٍ
الحِمْصِيُّ،
حَدَّثَنَا
مُعَاوِيَةُ
بْنُ
يَحْيَى
الْأَطْرَابُلُسِيُّ،
حَدَّثَنَا
إِبْرَاهِيمُ
بْنُ
عَبْدِ
الْحَمِيدِ
بْنِ
ذِي
حِمَايَةَ،
عَنْ
غَيْلَانَ
بْنِ
جَامِعٍ،
عَنْ
حَمَّادِ
بْنِ
أَبِي
سُلَيْمَانَ،
عَنْ
إِبْرَاهِيمَ
النَّخَعِيِّ،
عَنْ
عَلْقَمَةَ
بْنِ
قَيْسٍ،
عَنْ
عَبْدِ
اللَّهِ
بْنِ
مَسْعُودٍ
رَضِيَ
اللَّهُ
عَنْهُ
أَنَّ
النَّبِيَّ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
قَالَ
لِرَجُلٍ:
«أَنْتَ
وَمَالُكَ
لِأَبِيكَ»
لَا
يُرْوَى
عَنِ
ابْنِ
مَسْعُودٍ
إِلَّا
بِهَذَا
الْإِسْنَادِ
تَفَرَّدَ
بِهِ
ابْنُ
ذِي
حِمَايَةَ
, وَكَانَ
مِنْ
ثِقَاتِ
الْمُسْلِمِينَ
3 - حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ
بْنُ
مُحَمَّدِ
بْنِ
يَحْيَى
بْنِ
حَمْزَةَ
الدِّمَشْقِيُّ
أَبُو
عَبْدِ
اللَّهِ،
حَدَّثَنَا
أَبِي،
عَنْ
أَبِيهِ،
عَنْ
ثَوْرِ
بْنِ
يَزِيدَ،
عَنْ
عَمْرِو
بْنِ
قَيْسٍ
الْمُلَائِيِّ،
عَنْ
أَبِي
إِسْحَاقَ،
عَنِ
الْبَرَاءِ
بْنِ
عَازِبٍ
أَنَّ
النَّبِيَّ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
عَلَّمَ
رَجُلًا
أَنْ
يَقُولَ
إِذَا
أَخَذَ
مَضْجَعَهُ:
«اللَّهُمَّ
, وَجَّهْتُ
وَجْهِي
إِلَيْكَ
, وَأَلْجَأْتُ
ظَهْرِي
إِلَيْكَ
, وَفَوَّضْتُ
أَمْرِي
إِلَيْكَ
, وَأَسْلَمْتُ
نَفْسِي
إِلَيْكَ؛
رَهْبَةً
مِنْكَ
وَرَغْبَةً
إِلَيْكَ
, لَا
مَلْجَأَ
وَلَا
مَنْجَا
مِنْكَ
إِلَّا
إِلَيْكَ
, آمَنْتُ
بِكِتَابِكَ
الَّذِي
أَنْزَلْتَ
, وَنَبِيِّكَ
الَّذِي
أَرْسَلْتَ
, فَإِنْ
مَاتَ
مِنْ
لَيْلَتِهِ
غُفِرَ
لَهُ»
لَمْ
يَرْوِهِ
عَنْ
عَمْرِو
بْنِ
قَيْسٍ
إِلَّا
ثَوْرٌ
, وَلَا
عَنْ
ثَوْرٍ
إِلَّا
يَحْيَى
تَفَرَّدَ
بِهِ
وَلَدُهُ
عَنْهُ
4 - حَدَّثَنَا
أَحْمَدُ
بْنُ
إِبْرَاهِيمَ
أَبُو
عَبْدِ
الْمَلِكِ
الْقُرَشِيُّ
الْبُسْرِيُّ
الدِّمَشْقِيُّ
بِدِمَشْقَ
سَنَةَ
تِسْعٍ
وَسَبْعِينَ
وَمِائَتَيْنِ
, حَدَّثَنَا
سُلَيْمَانُ
بْنُ
عَبْدِ
الرَّحْمَنِ
الدِّمَشْقِيُّ،
حَدَّثَنَا
الصَّلْتُ
بْنُ
عَبْدِ
الرَّحْمَنِ
الزُّبَيْدِيُّ،
عَنْ
سُفْيَانَ
الثَّوْرِيِّ،
عَنِ
ابْنِ
عَوْنٍ،
عَنِ
الْحَسَنِ،
عَنْ
عِمْرَانَ
بْنِ
حُصَيْنٍ
رَضِيَ
اللَّهُ
عَنْهُ
أَنَّ
عِيَاضَ
بْنَ
حِمَارٍ
الْمُجَاشِعِيَّ
ثُمَّ
النَّهْشَلِيَّ
رَضِيَ
اللَّهُ
عَنْهُ
أَهْدَى
لِرَسُولِ
اللَّهِ
صَلَّى
اللهُ
عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ
فَرَسًا
قَبْلَ
أَنْ
يُسْلِمَ
فَقَالَ:
«إِنِّي
أَكْرَهُ
زَبْدَ
الْمُشْرِكِينَ»
لَمْ
يَرْوِهِ
عَنْ
سُفْيَانَ
إِلَّا
الصَّلْتُ
بْنُ
عَبْدِ
الرَّحْمَنِ
تَفَرَّدَ
بِهِ
سُلَيْمَانُ
بْنُ
عَبْدِ
الرَّحْمَنِ
Selain kitab-kitab yang disebut di
atas, masih banyak lagi kitab yang penyusunannya menggunakan metode mu’jam.
Diantaranya:
a) Mu‘jam al-Shuyukh karya Abi al-Qasim ‘Ali al-Hasan ibn Hibbah
Allah al-Shafi‘i Ibnu ‘Asakir yang diterbitkan pertamakali di Damaskus
oleh Dar al-Basha’ir pada tahun 2000M
b) Al-Mu‘jam li Ibn al-Muqri’ karya Abu Bakar Muhammad ibn Ibrahim ibn ‘Li
ibn ‘Asm ibn zadhan al-Asbahani (w. 381 H). diterbitkan pertamakali di Riyadh
oleh Maktabah al-Rushd tahun 1998 H/ 1419 H.
c) Mu‘jam al-Shuyukh karya Taj al-Din ‘Abd al-Wahhab ibn Taqiyu
al-Din al-Subki (w. 771 H) diterbitkan pertama oleh Dar al-Gharb al-Islami
tahun 2004 M dan sudah di tahqiq oleh Shams al-Din Abi ‘Abd Allah ibn Sa‘d al-Salihi
al-Hanbali.
d) Mu‘jam al-Shuyukh al-Kabir li al-Dhahabi karya Shamsu al-Din Abu
‘Abd Allah Muhammad ibn Ahmad al-Dhahabi (w. 748 H) terbit pertama di Saudi
Arabia diterbitkan oleh Maktabah al-Sadiq pada tahun 1988 M/ 1408 H. dan telah
ditahqiq oleh Muhammad al-Habib al-Hilah.
e) Mu‘jam al-Shuyukh karya Abu al-Husain Muhammad ibn Ahmad ibn
‘Abd al-Rahman al-Saydawi (w. 402 H) diterbitkan pertama di Beirut oleh
Mu’assasah al-Risalah pada tahun 1405 H yang ditahqiq oleh ‘Umar ‘Abd al-Salam.
f) dan masih banyak lagi
kitab-kitab yang menggunakan metode mu’jam.
BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:
- PANDANGAN ISLAM DALAM MENGUCAPKAN SELAMAT NATAL DAN MENGHADIRINYA
- MENYEKOLAHKAN ANAK DI SEKOLAH NON ISLAM
- BOM BUNUH DIRI ATAU BOM MATI SYAHID
- RAMALAN CUACA MENURUT ISLAM
- HADIS-HADIS TENTANG NIKAH MUT'AH
- HADIS TENTANG SIKSA DAN NIKMAT KUBUR
- METODE MA‘AJIM DALAM ILMU HADIS
- MUSALSAL HADIST
C. KESIMPULAN
al-ma‘ajim
adalah
bentuk jamak dari al-mu‘jam yang
merupakan masdar mim dari kata a‘jama-yu‘jimu-i‘jaman-wa mu‘jaman.
Ia
salahsatu tipologi metode penulisan kitab hadis, dan kitab yang paling besar
dan sistematis yang menggunakan metode ini adalah al-mu‘jam al-kabir karya
al-Tabrani.
Metode al-mu‘jam secara istilah menurut salahsatu ulma hadis adalah kitab yang didalamnya terdapat hadis yang disusun menurut urutan gurunya, baik berdasarkan tahun wafat, kesamaan huruf hija’iyah, keutamaan, keunggulan dalam ilmu maupun ketakwan guru tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Asbahani (al), Abu Nu‘aym Ahmad bin ‘Abdillah. Hilyat al-Awliya’ wa Tabaqat al-Asfiya’, vol. 10. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1405 H.
Athir (al), Majd al-Din Abu al-Sa‘adat
al-Mubarak ibn Muhammad al-Shaibani al-Jazari ibn. al-Nihayah fi Gharib al-Hadith
wa al-Athar, juz. 3. Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, 1979.
Baghawi (al), Abu al-Qasim Mu‘jam al-Sahabah, vol. 1. Kuwait: Dar al-Bayan, 2000.
Basri (al), Ahmad bin Muhammad bin Ziyad bin Bishr. Mu‘jam Ibn al-A‘rabi. t.t.: t.p., t.th.
Dhahabi (al), Muhammad bin Ahmad. Siyar A‘lam al-Nubala‘, vol. 27. Beirut: Mu’assasah al-Risalah, t.th.
………., Siyar A‘lam al-Nubala‘, juz. 11. Kairo: Dar al-Hadith, 2006.
……….., Tadhkirat al-Huffaz, vol. 3. Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1998.
Ghawri (al), Sayyid ‘Abd al-Majid. Mawsu‘ah ‘Ulum al-Hadith wa Fununih, vol. 3. Damaskus: Dar Ibn Kathir, 2007.
Harawi (al), Muhammad ibn Ahmad ibn al-Azhari. Tahdhib al-Lughah, juz. 1. Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, 2001.
‘Isma‘ili (al), Abu Bakr. Muqaddimah al-Mu‘jam fi Asami Suyukh Abi Bakr al-‘Isma‘ili, vol. 1. Madinah: Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam, 1990.
‘Itr, Nur al-Din. Manhaj al-Naqd fi ‘Ulum al-Hadith. Damaskus: Dar al-Fikr, 1981.
Janki (al), Muhammad al-Amin bin Muhammad. Muqaddimah Mu‘jam al-Sahabah. Kuwait: Dar al-Bayan, 2000.
Kattani (al), Muhammad bin Ja‘far. al-Risalah al-Mustatrafah li Bayan Mashhur Kutub al-Sunnah al-Musannafah. Beirut: Dar Basha’ir al-Islamiyyah, 1986.
Mawsili (al), Abi Ya‘la. al-Mu‘jam. Faisal A<bad: Idarah al-‘Ulu al-Athariyyah, 1407 H.
Mubarakfuri (al), ‘Ubaidullah bin Muhammad ‘Abd al-Salam. Mir‘at al-Mafatih Sharh Mishkat al-Masabih, vol. 1. Banaras: Idarah al-Buhuth al-‘Ilmiyyah wa al-Da‘wah wa al-Ifta’, 1984.
Qanuji (al), Al-Sayyid Sadiq Hasan. al-Hittah fi Dhikr al-Sihah al-Sittah. Beirut: Dar al-Kutub al-Ta‘limiyyah, 1985.
Tahhan, (al) Mahmud. Usul al-Takhrij wa Dirasat al-Al-Asanid. Beirut: Dar al-Qur’an al-Karim, 1979.
Tabrani, (al) Sulaiman ibn Ahmad ibn Ayyub. al-Raud al-Dani (al-Mu‘jam al-Saghir), Juz. 1. Beirut: al-Maktab al-Islami, 1985.
………., al-Mu‘jam al-Ausat. Kairo: Dar al-Haramain, t.th.
………..., al-Mu‘jam al-Kabir, Juz. 1. Kairo: Maktabah Ibn Taimiyah, 1994.
‘Umari (al), Akram Diya’. Buhuth fi Tarikh al-Sunnah al-Musharrafah. Madinah: Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam, t.th.
Yaqub, Ali Mustafa. Kritik Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008.
Salamah, Muhammad Khalaf. Lisan al-Muhaddithin, vol. 5. t.t.: t.p., t.th.
[1] Akram Diya’ al-‘Umari, Buhuth fi Tarikh al-Sunnah al-Musharrafah (Madinah: Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam, t.th.), 298-299.
[2] Abu Bakar Ahmad ibn Ibrahim ibn Isma‘il al-Isma‘ili, al-Mu‘jam fi Asami Suyukh Abi Bakr al-‘Isma‘ili, juz. 1 (Madinah: Maktabah al-‘Ulum wa al-Hikam, 1990), 223. Lhat juga Muhammad ibn Ahmad ibn al-Azhari al-Harawi, Tahdhib al-Lughah, juz. 1 (Beirut: Dar Ihya’ al-Turath al-‘Arabi, 2001), 250. Lihat pula Majd al-Din Abu al-Sa‘adat al-Mubarak ibn Muhammad al-Shaibani al-Jazari ibn al-Athir, al-Nihayah fi Gharib al-Hadith wa al-Athar, juz. 3 (Beirut: al-Maktabah al-‘Ilmiyah, 1979), 187.
[3] al-Isma‘ili, al-Mu‘jam fi Asami…, 223.
[4] ‘Ubaidullah bin Muhammad ‘Abd al-Salam al-Mubarakfuri, Mir‘at al-Mafatih Sharh Mishkat al-Masabih, vol. 1 (Banaras: Idarah al-Buhuth al-‘Ilmiyyah wa al-Da‘wah wa al-Ifta’, 1984), 407.
[5] Al-Sayyid Sadiq Hasan al-Qanuji, al-Hittah fi Dhikr al-Sihah al-Sittah (Beirut: Dar al-Kutub al-Ta‘limiyyah, 1985), 68.
[6] Ali Mustafa Yaqub, Kritik Hadis (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2008), 79. Lihat pula Mahmud al-Tahhan, Usul al-Takhrij wa Dirasat al-Al-Asanid (Beirut: Dar al-Qur’an al-Karim, 1979), 45.
[7] Nur al-Din ‘Itr, Manhaj al-Naqd fi ‘Ulum al-Hadith (Damaskus: Dar al-Fikr, 1981), 203.
[8] Muhammad bin Ja‘far al-Kattani, al-Risalah al-Mustatrafah li Bayan Mashhur Kutub al-Sunnah al-Musannafah (t.t : Dar Basha’ir al-Islamiyyah, 2000), 135.
[9] Muhammad Khalaf Salamah, Lisan al-Muhaddithin, vol. 5 (t.t.: t.p., t.th.), 133
[10] al-Isma‘ili, al-Mu‘jam fi Asami…, 223-224.
[11] Idri, studi hadis ( Jakarta: kencana, 2013),
[12] Shamsu al-Din Muhammad ibn Ahmad ibn ‘Uthman al-Dhahabi, Siyaru A‘lam al-Nubula’, juz. 11 (Kairo: Dar al-Hadith, 2006), 107.
[13] Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghawri, Mawsu‘ah ‘Ulum al-Hadith wa Fununih, 353.
[14] Abi Ya‘la al-Mawsili, al-Mu‘jam (Faisal A<bad: Idarah al-‘Ulu al-Athariyyah, 1407 H.), 66.
[15] Ibid., 69.
[16] Muhammad bin Ahmad al-Dhahabi, Siyar A‘lam, al-Nubala‘, vol. 14 (t.t: Mu’assasah al-Risalah, 1985.), 441.
[17] Ibid., 455.
[18] Ibid., 441-442.
[19] Muhammad al-Amin bin Muhammad al-Janki, Muqaddimah Mu‘jam al-Sahabah (Kuwait: Dar al-Bayan, 2000), 43.
[20] Abu al-Qasim al-Baghawi, Mu‘jam al-Sahabah, vol. 1(Kuwait: Dar al-Bayan, 2000), 3-6.
[21] al-Dhahabi, Siyar A‘lam, vol. 15…, 407-408. Abu Nu‘aym Ahmad bin ‘Abdillah al-Asbahani, Hilyat al-Awliya’ wa Tabaqat al-Asfiya’, vol. 13 (Beirut: Dar al-Kitab al-‘Ilmiyah, 1409 H.), 375.
[22] Ibid.
[23] al-Asbahani, Hilyat al-Awliya’…, 375.
[24] al-Ghawri, Mawsu‘ah ‘Ulum…, 354.
[25] Ahmad bin Muhammad bin Ziyad bin Bishr al-Basri, Mu‘jam Ibn al-A‘rabi (Saudi Arabia: Dar Ibn al-Jauzi, 1997), 17-27.
[26] al-Ghawri, Mawsu‘ah ‘Ulum…, 354.
[27] al-Basri, Mu‘jam Ibn al-A‘rabi …, 28-29.
[28] Muhammad bin Ahmad al-Dhahabi, Tadhkirat al-Huffaz, vol. 3 (Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1998), 106.
[29] Ibid., 108.
[30] Ibid., 106. Abu Jamil al-Hasan al-‘Ilmi, Ummahat Kutub al-Hadith wa Manahij al-Tasnif ‘Inda al-Muhaddithin, 53.
[31] Ibid.
[32] Sayyid ‘Abd al-Majid al-Ghawri, Mawsu‘ah ‘Ulum al-Hadith wa Fununih, 355-356.
[33] al-Tahhan, Usul al-Takhrij…, 45. ‘Itr, Manhaj al-Naqd fi…, 203.
[34] al-Tahhan, Usul al-Takhrij…, 45. ‘Itr, Manhaj al-Naqd fi…, 203.
[35] ‘Itr, Manhaj al-Naqd fi…, 203.
[36] al-Tahhan, Usul al-Takhrij…, 45.
[37] Muhammad bin Ja‘far al-Kattani, al-Risalah al-Mustatrafah li Bayan Mashhur Kutub al-Sunnah al-Musannafah, 90.
[38] Sulaiman ibn Ahmad ibn Ayyub al-Tabrani, al-Mu‘jam al-Kabir, Juz. 1 (Kairo: Maktabah Ibn Taimiyah, 1994), 51-52.
[39] Ibid., 158-159.
[40] Sulaiman ibn Ahmad ibn Ayyub al-Tabrani, al-Mu‘jam al-Ausat, (Kairo: Dar al-Haramain, t.th), 5-6.
[41] al-Tahhan, Usul al-Takhrij…, 45-46.
[42] Sulaiman ibn
Ahmad ibn Ayyub al-Tabrani, al-Raud al-Dani (al-Mu‘jam al-Saghir),
Juz. 1 (Beirut: al-Maktab al-Islami, 1985), 23-24.