SHALAT HAJAT
Sholat hajat adalah sholat sunnah yang
dikerjakan dengan maksud khusus memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengabulkan hajat, kebutuhan atau keperluannya.Setiap orang pasti memiliki
hajat, memiliki kebutuhan dan keperluan. Ada kalanya keperluan itu sifatnya
ringan dan tidak banyak disadari. Misalnya kesehatan bagi orang yang sehat dan
kebutuhan sehari-hari.
A.
Keutamaan Sholat Hajat
1.
Dicintai
Allah
Sebab sholat ini merupakan ibadah sunnah. Melakukan
ibadah-ibadah sunnah seperti ini akan mendatangkan kecintaan Allah.
إِنَّ اللهَ تَعَالَـى قَالَ :
مَنْ عَادَى لِـيْ وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْـحَرْبِ ، وَمَا تَقَرَّبَ
عَبْدِيْ بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَـيَّ مِمَّـا افْتَرَضْتُهُ عَلَيْهِ ، وَمَا
يَزَالُ عَبْدِيْ يَتَقَرَّبُ إِلَـيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
“Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang
kepadanya. Tidaklah hamba-Ku mendekat kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Aku
cintai daripada hal-hal yang Aku wajibkan kepadanya. Hamba-Ku tidak
henti-hentinya mendekat kepada-Ku dengan ibadah-ibadah sunnah hingga Aku
mencintainya.” (HR. Bukhari)
2.
Ditinggikan Derajatnya
عَلَيْكَ بِكَثْرَةِ السُّجُودِ
لِلَّهِ فَإِنَّكَ لاَ تَسْجُدُ لِلَّهِ سَجْدَةً إِلاَّ رَفَعَكَ اللَّهُ بِهَا
دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْكَ بِهَا خَطِيئَةً
“Hendaklah engkau memperbanyak sujud (perbanyak shalat) kepada
Allah. Karena tidaklah engkau memperbanyak sujud karena Allah melainkan Allah
akan meninggikan derajatmu dan menghapuskan dosamu” (HR. Muslim)
3.
Diampuni Dosanya
Dengan memperbanyak sholat, seorang hamba juga akan diampuni
dosanya oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mengerjakan sholat ini termasuk
memperbanyak sholat dan memperbanyak sujud sebagaimana hadits di atas.
4.
Hajatnya Dikabulkan
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَسْبَغَ
الْوُضُوءَ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ يُتِمُّهُمَا أَعْطَاهُ اللَّهُ مَا سَأَلَ
مُعَجِّلاً أَوْ مُؤَخِّراً
“Barangsiapa berwudhu dan menyempurnakannya, kemudian
mengerjakan sholat dua rakaat dengan sempurna maka Allah memberi apa saja yang
ia minta, baik segera maupun lambat “. (HR. Ahmad)
B.
Niat Sholat Hajat
Semua ulama sepakat
bahwa tempat niat adalah hati. Melafalkan niat bukanlah suatu syarat. Artinya,
tidak harus melafalkan niat. Syaikh Wahbah menjelaskan, menurut jumhur ulama
selain madzhab Maliki, hukumnya sunnah dalam rangka membantu hati menghadirkan
niat.Sedangkan menurut madzhab Maliki, yang terbaik adalah tidak melafalkan
niat karena tidak ada contohnya dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Bagi yang melafadzkan, lafadz niat sholat hajat adalah sebagai
berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الْحَاجَةِ
رَكْعَتَيْنِ لِلَّهِ تَعَالَى
(Ushollii sunnatal haajati rok’ataini lillahi ta’aalaa), Artinya:
“Aku niat sholat sunnah hajat dua rakaat karena Allah Ta’ala”
Tata cara sholat hajat sama dengan
sholat sunnah pada umumnya,( baik bacaan disetiap gerakan shalat, maupun syarat
dan rukunnya ). Sebelum sholat disyaratkan suci dari hadats kecil dan hadats
besar; suci badan, pakaian dan tempat dari najis; menutup aurat; dan menghadap
kiblat.
D.
Doa Sholat Hajat
Dibaca setelah selesai sholat.
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ
الْحَلِيمُ الْكَرِيمُ سُبْحَانَ اللَّهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ الْحَمْدُ
لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ أَسْأَلُكَ مُوجِبَاتِ رَحْمَتِكَ وَعَزَائِمَ
مَغْفِرَتِكَ وَالْغَنِيمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ إِثْمٍ
لاَ تَدَعْ لِى ذَنْبًا إِلاَّ غَفَرْتَهُ وَلاَ هَمًّا إِلاَّ فَرَّجْتَهُ وَلاَ
حَاجَةً هِىَ لَكَ رِضًا إِلاَّ قَضَيْتَهَا يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ
“Tiada Ilah Tidak kecuali Allah, Yang Maha Santun lagi Maha
Mulia. Maha Suci Allah, Rabb Arsy yang agung. Segala puji bagi Allah, Rabb
semesta alam. Kepada-Mu-lah aku memohon sesuatu yang menyebabkan memperoleh
rahmat-Mu, dan sesuatu yang mendatangkan ampunan-Mu dan memperoleh kebaikan dan
selamat dari segala dosa. Janganlah Engkau biarkan dosa daripada diriku
melainkan Engkau ampuni dan tidak ada sesuatu keperluan melainkan Engkau beri
jalan keluar, dan tidak pula sesuatu hajat yang mendapat kerelaan-Mu, melainkan
Engkau kabulkan. Wahai Tuhan Yang Paling Pengasih dan Penyayang” (HR. Tirmidzi)
اللَّهُمَّ
إِنِّى أَسْأَلُكَ وَأَتَوَجَّهُ إِلَيْكَ بِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ نَبِىِّ
الرَّحْمَةِ يَا مُحَمَّدُ إِنِّى تَوَجَّهْتُ بِكَ إِلَى رَبِّى فِى حَاجَتِى
هَذِهِ فَتُقْضَى لِى اللَّهُمَّ شَفِّعْهُ فِىَّ
(Alloohumma innii as-aluka wa
atawajjahu ilaiku binabiyyika Muhammadin nabiyyir rohmati yaa Muhammad innii
tawajjahta bika ilaa Robbii fii haajatii haadzihi fatuqdlo lii Alloohumma
syafi’hu fiy)
“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepadaMu dan menghadap
kepadaMu dengan Nabiku Muhammad, Nabi (pembawa) rahmat. Wahai Muhammad,
sesungguhnya aku menghadap kepada Tuhanku denganmu dengan kebutuhanku ini agar
dipenuhiNya. Ya Allah, terimalah syafaatnya padaku.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu
Majah)
- Khutbah Jum'at Singkat Tentang Keberkahan Bulan Ramadhan
- Khutbah Jumat Singkat Tentang Keutamaan Bulan Ramadhan
- KHUTBAH IDUL FITRI : BAGAIMANA CARA MERAYAKAN IDUL FITRI
- ETIKA BERMEDIA SOSIAL BAGI GENERASI MUDA DALAM ISLAM
- SHALAT HAJAT, KEUTAMAAN, TATA CARA, NIAT, DAN DO'A
- TA'LIM AL-MUTA'ALLIM TENTANG MENGAGUNGKAN ILMU DAN AHLI ILMU
- TA'LIMUL MUTA'ALLIM TENTANG NIAT DI WAKTU BELAJAR