HOME

14 Februari, 2023

Contoh Soal Pendidikan Agama Islam (PAI) Tingkat MI/SD

 Contoh Soal UAS/PAT/PAS Pendidikan Agama Islam (PAI) Tingkat MI/SD dengan Kunci Jawabanya 

1.    Perhatikan beberapa peristiwa berikut ini !

·      Kemungkaran, kemaksiatan, seperti perjudian, perjinahan sudah merajalela

·      Kejahatan, pembegalan, pembunuhan dan pemerkosaan semakin meningkat dan terjadi kapan saja

·      Munculnya binatang yang bicara yang bicara dengan manusia

·      Semakin sedikit orang arif dan sudah banyak orang jahil (bodoh)

peristiwa di atas merupakan tanda-tanda...!

a. Yaumul Mizan

b. Yaumul Hisab

c. Yaumul Qiyamah

d. Yaumul Mahsyar

2.    Taurat, Zabur, Injil, dan Al Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada para nabi. Al Qur’an adalah kitab Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Salah satu fungsi Al Qur’an yaitu sebagai .....

a.    Tiruan kitab-kitab sebelumnya

b.    Lanjutan kitab sebelumnya

c.    Jawaban dari kitab sebelumnya

d.   Sebagai penyempurna kitab sebelumnya

 

3.    Perhatikan pernyatan berikut ini

1.    Ibu Dena meninggal dunia karena sakit

2.    Hancurnya alam semesta dan seisinya

3.    Ani mengalami kecelakaan di jalan raya

4.    Terjadi banjir di Desa tempat tinggal Rina

Dari pernyatan tersebut. Yang merupakan kiamat kubro ditunjukkan oleh nomor ....

a.    1

b.    2

c.    3

d.   4

 

4.    Cahyo mengerjakan soal-soal ujiannya sendiri dengan penuh percaya diri, karena tidak ingin berbohong pada diri sendiri dan pada Guru. Sifat cahya tersebut meneladani sifat Rasulullah Muhammad SAW yang ditunjukkan beliau sejak masih kecil sehingga beliau sukses dalam perdagangan. Sifat yang cahyo teladani adalah...

a.    Rajin

b.    Sabar

c.    Teliti

d.   Jujur

 

 

5.    Bacalah beberapa ketentuan sholat berikut :

1)   Salam

2)   Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri

3)   Membaca surah Al Fatihah setiap rokaat

4)   Membaca takbir setiap beralih dari gerakan 1 ke gerakan lain

Pernyataan diatas yang termasuk Rukun Sholat adalah nomor ...

a.    1 dan 2

b.    3 dan 4

c.    2 dan 3

d.   1 dan 3

 

6.    Dari pernyataan berikut yang termasuk hal yang bisa membatalkan shalat adalah ....

a.    Mengarahkan pandangan ke tempat sujud

b.    Mengangkat kedua tangan sebelum rukuk

c.    Melakukan banyak gerakan selain gerakan shalat

d.   Membaca tasbih sekali sujud/rukuk

 

7.    Salat sunah yang dicontohkan Rasulullah antara lain :

1)   Salat tarawih

2)   Salat dhuha

3)   Salat witir

4)   Salat rawatib

Diantara salat sunnah diatas, salat yang dikerjakan pada malam Bulan Ramadhan ditunjukkan nomor:

a.    1) dan 3)

b.    1) dan 2)

c.    2) dan 3)

d.   2) dan 4)

8.    Perhatikan beberapa ketentuan berikut :

1)   Mengakhiri makan sahur

2)   Niat puasa pada malam hari

3)   Berdoa ketika berbuka

4)   Beragama islam

Hal yang termasuk rukun puasa ditunjukkan oleh nomer....

a.    4

b.    1

c.    3

d.   2

9.    Perhatikan tabel berikut :

No.

Macam zakat

Nisab Zakat

1

Zakat fitrah

3,4 kg

2

Kambing

20-100 ekor

3

Emas

85 gram

4

Rikaz/barang temuan

1/3

Dari tabel diatas pasangan zakat dan nisab yang benar ditunjukkan oleh nomor ...

a.     4

b.    3

c.     2

d.    1

10.    Pernyataan berikut merupakan contoh Takdir Muallaq adalah….

a.    Tina rajin belajar agar menjadi anak pintar

b.    Toni menikah dengan orang Kalimantan

c.    Anak pertama Bu Ria perempuan

d.   Pak Hadi meninggal di usia 40 Tahun

11.    Nabi Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga karena memakan buah khuldi yang dilarang Allah. Ia berdosa karena bujuk rayu syaiton. Kemudian Nabi Adam dan Hawa memohon ampun kepada Allah SWT dengan sunguh-sunguh. Hal terpuji yang dapat diteladani dari kisah nabi Adam adalah...

a.    Jujur

b.    Mandiri

c.    Bertaubat

d.   Bertanggung jawab

12.    Suatu hari bapak Hermawan ikut pengajian di masjid yang ada disekitar rumahnya, materi yang disampaikan oleh Ust Shodiq adalah kandungan surat Al-Ma’un setelah mengikuti pengajian tersebut Hermawan terketuk hatinya untuk menyantuni fakir miskin dan anak yatim yang semata-mata hanya mengharap ridho dari Allah SWT. Dari cerita tersebut dapat disimpulkan bahwa bapak Hermawan termasuk orang yang ….

A. Ikhlas

B. Khauf

C. Riya’

D. Bertaubat

13.    Memberikan pujian kepada Allah dengan cara sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil usaha yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan kurang merupakan pengertian dari ….

a.    Ikhtiar

b.    Sabar

c.    Syukur

d.   Qanaah

14.    Seorang petani jagung ketika ia mencangkul ladangnya lebih dalam ia tak sengaja menemukan harta uang kuno zaman dulu, ketika ditaksir senilai Rp. 125.000.000. Jika Nishab zakat rikaz adalah 20% berapa zakat yang harus dikeluarkan?

a.    30.000.000

b.    45.000.000

c.    25.000.000

d.   20.000.000

15.    البصير (al-bashir) makna asmaul husna disamping adalah…

a.    Maha besar

b.    Maha melihat

c.    Maha mendengar

d.   Maha kekal

 

BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Taksonomi Bloom (Revisi) Dan Kata Kerja Operasional
  2. Evaluasi Pembelajaran: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis
  3. Masa Kemerdekaan Indonesia (1945–1950)
  4. Contoh Teks Cerita Inspiratif Beserta Strukturnya (Berbagai Tema)
  5. Kritik Dan Esai: Pengertian, Sistematika, Kaidah Dan Contoh

Masa Kemerdekaan Indonesia (1945–1950)

Masa Kemerdekaan Indonesia (1945–1950)
Masa kemerdekaan Indonesia adalah puncak perjuangan bangsa dalam menghadapi berbagai ketidakadilan yang telah lama berlangsung di nusantara. Proses kemerdekaan ini tidaklah mudah dan singkat. Berbagai pergolakan terjadi dalam segala bidang. Bagaimana keadaan masa kemerdekaan di Indonesia? Simak berbagai pemaparan dan penjelasannya di bawah ini.

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Kemerdekaan Indonesia tentunya dapat terjadi melalui peristiwa proklamasi kemerdekaan. Teks Proklamasi kemerdekaan dibacakan oleh oleh Ir. Soekarno di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945. Mengapa perlu dilaksanakan proklamasi kemerdekaan? Apa maknanya bagi kehidupan bangsa Indonesia pada masa sekarang? Bagaimana keadaan Indonesia di masa kemerdekaan? dan seperti apa proses untuk mencapai kemerdekaan Indonesia? Berikut adalah pemaparan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan tersebut.

Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Menjelang akhir tahun 1944, posisi Jepang dalam Perang Asia Pasifik semakin terdesak. Satu demi satu daerah jajahannya jatuh ke tangan pasukan Sekutu. Untuk membantu menghadapi Sekutu, Jepang mencari dukungan kepada bangsa-bangsa yang diduduki dengan memberikan janji kemerdekaan.
Pada tanggal 7 September 1944, Perdana Menteri Jenderal Kuniaki Koiso menjanjikan kemerdekaan kepada Indonesia yang dikemukakan di depan Parlemen Jepang, dengan tujuan menarik simpati bangsa Indonesia (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 201). Sebagai pembuktiannya, ia mengizinkan pengibaran bendera merah putih di kantor-kantor Indonesia, asalkan berdampingan dengan bendera Jepang.
Bersamaan dengan janji tersebut, maka Indonesia juga mulai melakukan rangkaian persiapan kemerdekaan, yang di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Pembentukan BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Berkaitan dengan janji yang telah dikemukakan oleh pihak Jepang, pada 1 Maret 1945, diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). BPUPKI terdiri atas 63 orang yang diketuai Dr. K.R.T. Radjiman Wedyodiningrat.
Dalam aktivitasnya, BPUPKI mengadakan sidang sebanyak dua kali. Sidang pertama dilaksanakan pada 29 Mei hingga1 Juni 1945 dan sidang kedua dilaksanakan pada 10 hingga 17 Juli 1945.
Sidang Pertama BPUPKI
Sidang BPUPKI yang pertama membahas tentang rumusan dasar negara Indonesia merdeka. Untuk mendapatkan rumusan dasar negara yang benar-benar tepat, maka acara dalam sidang ini adalah mendengarkan pidato dari tiga tokoh utama pergerakan nasional Indonesia, yaitu Mr. Mohammad Yamin, Mr. Soepomo, dan Ir. Soekarno.
Sampai akhir masa sidang pertama ini, belum ditemukan kesepakatan rumusan dasar negara Republik Indonesia yang dianggap benar-benar tepat. Maka, dibentuklah suatu panitia kecil beranggotakan sembilan orang yang diketuai oleh Ir. Soekarno dan dinamakan panitia Sembilan.
Tugas panitia sembilan adalah mengolah usulan dari anggota BPUPKI mengenai dasar negara Republik Indonesia. Pertemuan Panitia Sembilan menghasilkan rumusan yang disebut Jakarta Charter atau Piagam Jakarta, yang disetujui secara bulat dan ditandatangani pada 22 Juni 1945.
Sidang Kedua BPUPKI
Sidang kedua membahas rencana Undang-Undang Dasar (UUD). Sidang ini juga membicarakan bentuk negara. Mengenai bentuk negara, mayoritas peserta sidang setuju dengan bentuk Republik.
Selanjutnya BPUPKI membentuk panitia kecil yang beranggotakan 19 orang untuk mempercepat kerja sidang. Panitia ini bernama Panitia Perancang UUD yang diketuai Ir. Soekarno.
Panitia ini menyepakati Piagam Jakarta dijadikan sebagai inti pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD). Panitia Perancang UUD juga membentuk panitia lebih kecil beranggotakan 7 orang yang diketuai oleh Soepomo untuk merumuskan batang tubuh UUD.
Pada tanggal 14 Juli 1945 Panitia Perancang UUD yang diketuai Soekarno melaporkan hasil kerja panitia, yaitu:
1.     Pernyataan Indonesia Merdeka;
2.     Pembukaan Undang-Undang Dasar; dan
3.     Batang Tubuh UUD.
Dengan demikian, Panitia Perancang UUD telah selesai melaksanakan tugasnya. Pada tanggal 16 Juli 1945, BPUPKI menerima dengan bulat naskah Undang-Undang Dasar yang dibentuk Panitia Perancang UUD.

2. Pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
Pada 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan karena dianggap telah menyelesaikan tugasnya, yaitu menyusun rancangan Undang-Undang Dasar bagi negara Indonesia. Selanjutnya dibentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Mohammad Hatta, sebagai penasihat diangkat Mr. Achmad Subardjo. Pada awal pembentukannya, jumlah anggota PPKI terdiri atas 21 orang, kemudian ditambah 6 orang, jadi jumlahnya 27 orang.
Tugas utama PPKI adalah mempersiapkan segala sesuatu berkaitan dengan keperluan pergantian kekuasaan dari pihak Jepang kepada bangsa Indonesia. Secara simbolik, PPKI dilantik oleh Jendral Terauchi, pada tanggal 9 Agustus 1945 dengan memanggil tiga tokoh nasional yakni: Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Dr. Radjiman Wiedyodiningrat.
Ketiga tokoh nasional tersebut dipanggil ke Saigon/Dalat di Vietnam untuk menerima informasi tentang kemerdekaan Indonesia. Informasi tersebut tak lain adalah pelaksanaan kemerdekaan akan dapat dilakukan dengan segera dan wilayah Indonesia adalah seluruh wilayah bekas jajahan Hindia Belanda.

Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok diawali oleh peristiwa menyerahnya Jepang tanpa syarat kepada pasukan Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Berita tentang menyerahnya Jepang kepada Sekutu diketahui oleh beberapa tokoh pemuda, terutama Sutan Syahrir.
Kemudian Syahrir dan beberapa tokoh pemuda segera menemui Mohammad Hatta yang saat itu baru pulang dari Dalat, Vietnam. Bersama Mohammad Hatta, Syahrir dan beberapa pemuda menemui Soekarno di rumahnya.
Syahrir mengusulkan Soekarno-Hatta agar secepatnya memproklamasikan kemerdekaan tanpa melalui PPKI karena Sekutu akan menganggap kemerdekaan Indonesia sebagai suatu kemerdekaan hasil pemberian Jepang.
Usulan Syahrir tersebut tidak disetujui oleh Soekarno-Hatta. Mereka berpendapat pelaksanaan proklamasi harus melalui PPKI sesuai dengan prosedur maklumat Jepang, yaitu pada tanggal 24 Agustus 1945. Alasannya, meskipun Jepang telah kalah, kekuatan militernya di Indonesia harus diperhitungkan.
Perbedaan sikap ini mendorong para pemuda kembali berunding pada pukul 24.00 menjelang 16 Agustus 1945. Rapat itu dihadiri oleh Sukarni, Chaerul Saleh, Yusuf Kunto, dr. Muwardi, Syudanco Singgih, dan dr. Sucipto.
Hasil perundingan itu menyepakati untuk membawa Soekarno-Hatta ke luar kota dengan tujuan menjauhkan mereka dari pengaruh Jepang. Selanjutnya, Pada 16 Agustus 1945 pukul 04.30, Soekarno-Hatta dibawa para pemuda ke Rengasdengklok, Karawang, Jawa Barat.
Sesampainya di Rengasdengklok, Soekarno-Hatta dan rombongannya disambut baik oleh pasukan Peta pimpinan Syudanco Subeno. Niat para pemuda untuk mendesak Soekarno-Hatta tidak terlaksana.
Soekarno-Hatta tetap kukuh pada pendiriannya. Mereka tetap tidak ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan sebelum ada pernyataan resmi dari pihak Jepang mengenai kekalahan Jepang kepada Sekutu. Selain itu, kemerdekaan tetap harus dimusyawarahkan dulu dalam sidang PPKI.
Di tengah suasana tersebut, Ahmad Soebardjo datang beserta sekretaris pribadinya, Sudiro pada pukul 17.30 WIB. Ahmad Soebardjo memberitahukan kebenaran menyerahnya Jepang kepada Sekutu. Mendengar berita itu, Soekarno-Hatta akhirnya bersedia memproklamasikan kemerdekaan RI di Jakarta.
Ahmad Soebardjo memberikan jaminan dengan nyawanya sendiri bahwa proklamasi kemerdekaan akan dilaksanakan esok hari selambat-lambatnya pukul 12.00 WIB. Dengan jaminan yang meyakinkan tersebut, Syudanco Subeno pun akhirnya bersedia melepaskan Soekarno-Hatta.

Perumusan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Pada malam hari, 16 Agustus 1945, pukul 20.00 WIB, Soekarno-Hatta beserta rombongan berangkat menuju Jakarta. Mereka tiba di Jakarta pada pukul 23.00, lalu menuju rumah kediaman Laksamana Maeda.
Tempat itu dianggap aman dari ancaman militer Jepang, karena Laksamana Maeda adalah Kepala Kantor Penghubung Angkatan Laut di daerah kekuasaan Angkatan Darat. Di kediaman Laksamana Maeda inilah rumusan teks proklamasi disusun.
Ir. Soekarno menuliskan konsep proklamasi kemerdekaan Indonesia yang akan dibacakan esok harinya. Moh. Hatta dan Ahmad Subardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan. Kalimat pertama dari teks proklamasi merupakan saran Ahmad Subardjo sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan dari Moh. Hatta.
Kalimat pertama berisi pernyataan kehendak Bangsa Indonesia untuk merdeka, dan kalimat kedua berisi pernyataan mengenai pemindahan kekuasaan. Pada pukul 04.00 WIB, Soekarno membacakan hasil rumusan tersebut. Akhirnya, seluruh tokoh yang hadir pada saat itu menyetujui secara bulat konsep proklamasi tersebut.
Permasalahan muncul mengenai siapa yang harus menandatangani teks proklamasi tersebut. Hatta mengusulkan agar teks proklamasi itu ditandatangani oleh seluruh yang hadir sebagai wakil bangsa Indonesia. Sukarni dari golongan muda mengajukan usul bahwa teks proklamasi cukup ditandatangani oleh Soekarno dan Hatta saja atas nama bangsa Indonesia.
Sukarni juga mengusulkan agar Soekarno yang membacakan teks proklamasi tersebut. Usulan dari Sukarni diterima, kemudian Soekarno meminta kepada Sayuti Melik untuk mengetik naskah proklamasi dengan beberapa perubahan yang telah disetujui. Tiga perubahan pada naskah hasil ketikan Sayuti Melik, yaitu:
1.     Kata ”tempoh” diganti menjadi ”tempo”.
2.     Kata ”wakil-wakil bangsa Indonesia” diganti menjadi ”Atas nama bangsa Indonesia”.
3.    Penulisan tanggal yang tertera ”Djakarta, 17-8-05” menjadi ”Djakarta, hari 17 boelan 8 tahoen ‘05”.
Selanjutnya, Sukarni mengusulkan agar pembacaan proklamasi dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta. Usulan itu diterima, dan pertemuan kemudian dibubarkan setelah waktu upacara pembacaan proklamasi kemerdekaan telah ditentukan, yakni tanggal 17 Agustus 1945 pukul 10.00 WIB.

Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945
Sejak pagi tanggal 17 Agustus 1945, persiapan upacara pembacaan proklamasi kemerdekaan dilakukan di Jalan Pegangsaan Timur No. 56. Halaman rumah Soekarno sudah dipadati oleh massa menjelang pembacaan teks proklamasi.
Dr. Muwardi memerintahkan kepada Latief Hendraningrat untuk menjaga keamanan pelaksanaan upacara. Latif dalam melaksanakan pengamanan dibantu oleh Arifin Abdurrahman untuk mengantisipasi gangguan tentara Jepang.
Tepat pukul 10.00 WIB, upacara proklamasi kemerdekaan Indonesia dimulai. Setelah pidato dan pembacaan proklamasi selesai, kemudian dilakukan pengibaran bendera Merah Putih oleh Latief Hendraningrat dan S. Suhud. Rakyat yang hadir serempak menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Upacara proklamasi ditutup oleh sambutan Wali Kota Jakarta, Suwiryo dan dr. Muwardi.
Peristiwa yang sangat bersejarah tersebut berlangsung secara sederhana dan hanya memakan waktu kurang dari satu jam. Meskipun demikian, peristiwa tersebut membawa pengaruh yang luar biasa hebatnya bagi bangsa Indonesia.


Sambutan Rakyat terhadap Proklamasi Kemerdekaan
Puncak perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan dari tangan penjajah adalah dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Sebagian besar rakyat Indonesia dapat dengan cepat menanggapi hakikat dari makna proklamasi itu.
Namun demikian, ada juga yang menanggapi kemerdekaan itu adalah bebas dari segala-galanya, sehingga mereka berusaha melawan kekuatan yang selama ini membelenggunya. Sikap inilah yang pada gilirannya memunculkan perlawanan-perlawanan baik terhadap tentara Jepang maupun kepada penguasa pribumi yang pada zaman kolonial Belanda maupun Jepang berpihak kepada penjajah.

Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
Rakyat Indonesia, baik di pusat maupun di daerah, pada umumnya melakukan aksi-aksi yang mendukung diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Seperti para pemuda yang dipelopori oleh Komite van Aksi Menteng 31.
Mereka menghendaki agar para pemimpin perjuangan kemerdekaan mau bertemu dengan rakyat dan berbicara di hadapan mereka mengenai kemerdekaan Indonesia sebagai puncak perjuangan bangsa. Rencana ini dilaksanakan dengan dua cara, yaitu persiapan pengerahan massa dan menyampaikan rencana itu kepada presiden.
Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Moh. Hatta yang terpilih secara aklamasi oleh PPKI, menyetujui rencana tersebut, demikian juga dengan para menteri yang telah dilantik. Presiden dan wakil presiden serta para menteri kemudian menuju ke Lapangan Ikada.
Ternyata Lapangan Ikada telah dipenuhi oleh massa yang lengkap dengan senjata tajam. Tampak pula tentara Jepang bersiap siaga senjata lengkap dan tank-tanknya.
Melihat kondisi ini tampaknya bentrokan antara pasukan Jepang dengan massa dapat terjadi sewaktu-waktu. Mobil presiden dan wakil presiden diberhentikan sebentar oleh komandan jaga sebelum dipersilahkan masuk ke Lapangan Ikada.
Soekarno menuju panggung dan menyampaikan pidato singkat setelah memasuki Lapangan Ikada. Soekarno meminta dukungan dan kepercayaan kepada seluruh rakyat Indonesia untuk mematuhi kebijaksanaan-kebijaksanaannya, patuh, dan disiplin dalam pidatonya.
Imbauan tersebut ternyata dipatuhi oleh massa yang memadati Lapangan Ikada. Melihat fenomena ini, rapat raksasa di Lapangan Ikada ini adalah manifestasi pertama dari kewibawaan pemerintah Republik Indonesia kepada rakyatnya.

Tanggapan di Berbagai Daerah terhadap Proklamasi
Berita proklamasi segera menyebar ke berbagai daerah di Indonesia. Pekik merdeka mewarnai salam masyarakat Indonesia di setiap gang, pasar, lembaga pendidikan, dan berbagai tempat umum lainnya. Rasa syukur atas kemerdekaan dilakukan dengan berbagai cara.
Doa syukur berkumandang di tempat-tempat ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Rasa syukur terhadap kemerdekaan bukan hanya diucapkan dengan lisan, tetapi juga dibuktikan dengan perbuatan. Semangat kemerdekaan telah membakar keberanian rakyat Indonesia di berbagai daerah.

Terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
Pada saat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia belum memiliki kepala pemerintahan dan sistem administrasi wilayah yang jelas. Oleh karena itu, setelah proklamasi kemerdekaan dilakukan, segera dibentuk kelengkapan pemerintahan dengan tujuan agar pembangunan dapat berlangsung dengan baik.
Para pemimpin segera membentuk lembaga pemerintahan dan kelengkapan negara sehari setelah proklamasi dikumandangkan. PPKI segera menyelenggarakan rapat-rapat yang menghasilkan beberapa keputusan penting sebagai berikut.
1.     Pengesahan UUD 1945,
2.     Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden,
3.     Pembagian Wilayah Indonesia,
4.     Pembentukan Kementerian,
5.     Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP),
6.     Membentuk Kekuatan Pertahanan dan Keamanan,

Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan
Setelah memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia masih harus menghadapi Belanda yang ingin mengembalikan kekuasaannya atas Indonesia. Dalam mempertahankan kemerdekaannya, bangsa Indonesia melakukan berbagai upaya. Upaya apa saja yang dilakukan? Berikut adalah pemaparannya.

Perjuangan Fisik
Perjuangan yang melibatkan pertumpahan darah masih terjadi di seluruh pelosok Indonesia ketika kemerdekaan telah diproklamasikan. Berikut adalah beberapa pertempuran dan insiden yang terjadi dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
1. Insiden Hotel Yamato
Insiden Hotel Yamato adalah peristiwa perobekan bendera Belanda (merah-putih-biru) menjadi bendera Indonesia (merah-putih). Insiden Hotel Yamato terjadi pada tanggal 19 September 1945 di Hotel Yamato, Surabaya.
2. Pertempuran Surabaya
Pertempuran Surabaya merupakan satu rangkaian peristiwa pertempuran yang terjadi antara tentara Indonesia dan tentara Sekutu yang berlangsung sejak tanggal 27 Oktober sampai 20 November 1945. Pertempuran yang paling besar terjadi pada tanggal 10 November 1945.
3. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran lima hari di Semarang terjadi antara rakyat Indonesia di Semarang dengan tentara Jepang pada pada tanggal 15 sampai dengan 20 Oktober 1945. Peristiwa ini berawal ketika para tawanan veteran angkatan laut Jepang yang dipindahkan dari Cepiring ke Bulu.
4. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa adalah peristiwa perlawanan rakyat Indonesia terhadap tentara Sekutu yang terjadi di Ambarawa, Jawa Tengah. Peristiwa ini diawali dengan kedatangan tentara Sekutu di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Bethel di Semarang pada 20 Oktober 1945.
5. Bandung Lautan Api
Peristiwa Bandung Lautan Api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di kota Bandung, Jawa Barat pada tanggal 23 Maret 1946. Kota Bandung sengaja dibakar oleh Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan rakyat setempat dengan maksud agar tentara Sekutu tidak dapat menggunakan kota Bandung sebagai pos-pos militer.
6. Pertempuran Medan Area
Pertempuran Medan Area adalah sebuah peristiwa perlawanan rakyat terhadap tentara Sekutu yang terjadi di Medan, Sumatra Utara pada tanggal 9 Oktober 1945. Kedatangan tentara Sekutu ini ternyata diboncengi oleh tentara NICA yang bertujuan mengambil alih pemerintahan. Hal ini memicu munculnya perlawanan rakyat di kota Medan.
7. Pertempuran Puputan Margarana
Pertempuran Puputan Margarana merupakan salah satu pertempuran antara Indonesia dan Belanda yang terjadi pada tanggal 20 November 1945. Pertempuran ini diawali dengan kedatangan pasukan Belanda yang berjumlah sekitar 2000 tentara disertai tokoh-tokoh yang bersedia bekerja sama dengan Belanda di Bali.
8. Serangan Umum 1 Maret 1949
Serangan umum 1 Maret 1949 adalah serangan yang dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949. Serangan ini bertujuan menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Republik Indonesia cukup kuat untuk mempertahankan kemerdekaan, meskipun ibu kotanya telah diduduki oleh Belanda.

Perjuangan Diplomasi
Melalui perjuangan diplomasi, bangsa Indonesia berupaya menunjukkan kepada dunia internasional bahwa kemerdekaan dan kedaulatan yang telah diraih bangsa Indonesia pantas untuk dibela dan dipertahankan. Berikut adalah beberapa upaya diplomasi yang dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan.
1. Perundingan Linggajati
Perundingan Linggajati adalah perundingan antara Indonesia dan Belanda yang dilaksanakan di Linggajati, Kuningan, Jawa Barat. Perundingan Linggajati dilaksanakan pada tanggal 10 November 1946. Perundingan ini menghasilkan beberapa kesepakatan yang ditandatangani secara resmi oleh kedua negara pada tanggal 25 Maret 1947.
2. Perundingan Renville
Agresi Militer Belanda I mendapat reaksi keras dari dunia internasional, khususnya dalam forum PBB. Dalam rangka usaha penyelesaian damai, maka Dewan Keamanan PBB membentuk Komisi Tiga Negara (KTN).
3. Perundingan Roem–Royen
Untuk mengatasi agresi militer Belanda, PBB mengadakan sidang pada tanggal 22 Desember 1948 dan menghasilkan sebuah resolusi yang isinya mendesak supaya permusuhan antara Indonesia dan Belanda segera dihentikan dan pemimpin Indonesia yang ditahan segera dibebaskan.
4. Konferensi Meja Bundar
Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah sebuah pertemuan yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda, dari 23Agustus sampai 2 November 1949. Konferensi Meja Bundar merupakan tindak lanjut dari perundingan-perundingan sebelumnya. Konferensi ini merupakan titik terang bagi bangsa Indonesia dalam upaya mempertahankan kemerdekaannya.

Perkembangan Politik Indonesia pada Masa Kemerdekaan
Berbagai pergolakan politik banyak terjadi pada masa kemerdekaan. Mulai dari perubahan bentuk negara, hingga gangguan-gangguan keamanan dalam negeri. Berikut adalah beberapa perkembangan politik Indonesia yang terjadi pada Masa Kemerdekaan.

Republik Indonesia Serikat
Sesuai hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar, bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia berubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). Republik Indonesia Serikat (RIS) berdiri pada tanggal 27 Desember 1949 dengan Undang-Undang Dasar Sementara sebagai konstitusinya.
Yang tergabung dalam federasi Republik Indonesia Serikat adalah sebagai berikut.
1.     Negara bagian yang meliputi: Negara Indonesia Timur, Negara Pasundan, Negara Jawa Timur, Negara Madura, Negara Sumatra Selatan, Negara Sumatra Timur, dan Republik Indonesia.
2.     Satuan-satuan kenegaraan yang meliputi: Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan Tenggara, Banjar, Dayak Besar, Bangka, Belitung, Riau, dan Jawa Tengah.
3.     Daerah Swapraja yang meliputi Kota Waringin, Sabang, dan Padang.
Kembali Menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia
Bentuk negara Republik Indonesia Serikat (RIS) ternyata tidak sesuai dengan cita-cita kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, muncul gerakan-gerakan untuk mengubah bentuk negara kembali menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Rakyat di negara-negara bagian mengadakan demonstrasi untuk membubarkan RIS dan menuntut kembali ke dalam NKRI.

Gangguan Keamanan
Selain pergolakan bentuk negara dan pemerintahan, dalam masa kemerdekaan Indonesia juga mengalami beberapa gangguan keamanan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
1.     Pemberontakan PKI Madiun 1948
2.     Pemberontakan DI/TII (Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia)

Perkembangan Ekonomi Indonesia pada Masa Kemerdekaan
Pada masa kemerdekaan keadaan ekonomi bangsa Indonesia masih belum stabil. Hal ini disebabkan oleh masalah-masalah ekonomi yang terjadi saat itu. Masalah-masalah tersebut antara lain sebagai berikut.
1.     Permasalahan Inflasi
2.     Blokade Laut

Kehidupan Masyarakat Indonesia pada Masa Kemerdekaan
Kemerdekaan telah membawa perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan-perubahan tersebut adalah sebagai berikut.
1.     Kehidupan Sosial
2.     Pendidikan
3.     Kebudayaan

Referensi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/MTs Kelas IX. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

13 Februari, 2023

Evaluasi Pembelajaran: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis

Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam menentukan sejauh mana dan bagaimana pembelajaran yang telah berjalan agar dapat membuat penilaian (judgement) dan perbaikan yang dibutuhkan untuk memaksimalkan hasilnya.

Definisi di atas didasari oleh pendapat Mahrens & Lehmann (1978 dalam Purwnto, 2013, hlm. 3) yang menyatakan bahwa evaluasi adalah suatu proses merencanakan, memperoleh dan menyediakan informasi yang sangat diperlukan untuk membuat alternatif-alternatif keputusan.

Istilah evaluasi pembelajaran sering disamaartikan dengan ujian. Meskipun sangat berkaitan, akan tetapi tidak mencakup keseluruhan makna evaluasi pembelajaran yang sebenarnya. Ujian atau tes hanyalah salah satu jalan yang dapat ditempuh untuk menjalankan proses evaluasi.

 

Beberapa Istilah Evaluasi Pendidikan

Untuk menghindari berbagai mispersepsi yang biasa terjadi dalam evaluasi, berikut adalah pengertian istilah atau terminologi yang biasa digunakan dalam evaluasi dan pengukuran, meliputi: tes, pengukuran (measurement), evaluasi, dan asesmen (assesment) menurut Mohrens (1984 dalam Asrul dkk, 2015, hlm. 3).

1.     Tes,

adalah istilah yang paling sempit pengertiannya dari keempat istilah lainnya, yaitu membuat dan mengajukan sejumlah pertanyaan yang harus dijawab. Sebagai hasil jawabannya diperoleh sebuah ukuran (nilai angka) dari seseorang.

2.     Pengukuran,

pengertiannya menjadi lebih luas, yakni dengan menggunakan observasi skala rating atau alat lain yang membuat kita dapat memperoleh informasi dalam bentuk kuantitas. Juga berarti pengukuran dengan berdasarkan pada skor yang diperoleh.

3.     Evaluasi,

adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif. Evaluasi bisa mencakup arti tes dan pengukuran dan bisa juga berarti di luar keduanya. Hasil Evaluasi bisa memberi keputusan yang profesional. Seseorang dapat mengevaluasi baik dengan data kuantitatif maupun kualitatif.

4.     Asesmen,

bisa digunakan untuk memberikan diagnosa terhadap problema seseorang. Dalam pengertian ia adalah sinonim dengan evaluasi. Namun yang perlu ditekankan di sini bahwa yang dapat dinilai atau dievaluasi adalah karakter dari seseorang, termasuk kemampuan akademik, kejujuran, kemampuan untuk mengejar, dsb.

Selain suatu proses untuk melihat kinerja pembelajaran, evaluasi juga berfungsi sebagai pembuat keputusan. Proses evaluasi bukan sekedar mengukur sejauh mana tujuan tercapai, tetapi digunakan untuk membuat keputusan (Cornbach dan Stufflebeam dalam Arikunto, 2016, hlm. 3).

 

Pengertian Evaluasi Pembelajaran Menurut Para Ahli

Lalu sebetulnya apa evaluasi itu? Berikut adalah beberapa pendapat ahli mengenai pengertian evaluasi pembelajaran.

Arikunto

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan dapat tercapai (Arikunto, 2016, hlm. 3).

Rina Febriana

Evaluasi pembelajaran adalah suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi, dalam menilai (assessment) keputusan yang dibuat untuk merancang suatu sistem pembelajaran  (Febriana, 2019, hlm. 1).

Zainal Arifin

Menurut Arifin (2017, hlm. 2) evaluasi adalah suatu komponen penting dan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan pembelajaran.

Ralph Tyler

Tyler dalam Arikunto (2016, hlm. 3) mendefinisikan bahwa evaluasi pembelajaran merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menemukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai.

Norman E. Gronlund

Menurut Gronlund (1976) dalam (Purwanto, 2013, hlm. 3) evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran telah dicapai oleh siswa.

Wringth

Wringht dkk berpendapat evaluasi pendidikan adalah penaksiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan siswa ke arah tujuan-tujuan atau nilai-nilai yang telah ditetapkan di dalam kurikulum (Wringth dkk dalam Purwanto, 2013, hlm. 3).

 

Kedudukan Evaluasi Dalam Pembelajaran

Lalu apa dan bagaimana sebetulnya kedudukan evaluasi dalam pembelajaran? Untuk mengetahuinya, kita dapat merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat 1 yang menyatakan bahwa “evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak berkepentingan, di antaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan”.

Sehingga kedudukan evaluasi pendidikan mencakup semua komponen, proses pelaksanaan dan produk pendidikan secara total, dan di dalamnya setidaknya terakomodir tiga konsep, yakni: memberikan pertimbangan (judgement), nilai (value), dan arti (worth).

 

Tujuan Penilaian Hasil Belajar

Tujuan dari penilaian hasil belajar tentunya sama bersinggungan dengan tujuan evaluasi belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan. Evaluasi merupakan faktor penting yang menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sangat penting untuk benar-benar mengetahui tujuan evaluasi, agar hal yang ingin dicapai dalam proses evaluasi dapat terjadi. Tujuan evaluasi hasil belajar menurut Arifin (2017, hlm. 15) adalah sebagai berikut.

1.     Mengetahui tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang telah diberikan.

2.     Mengetahui kecakapan, motivasi, bakat, minat dan sikap peserta didik terhadap program pembelajaran.

3.     Mengetahui tingkat kemajuan dan kesesuaian hasil belajar peserta didik dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

4.     Mendiagnosis keunggulan dan kelemahan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.

5.     Seleksi, yaitu memilih dan menentukan peserta didik yang sesuai dengan jenis pendidikan tertentu.

6.     Menentukan kenaikan kelas.

7.     Menempatkan peserta didik sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

 

Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Selain itu, tujuan evaluasi dalam pembelajaran menurut  Nana Sudjana (2017, hlm. 4) adalah sebagai berikut.

1.     Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya.

2.     Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan.

3.     Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya.

4.     Memberikan pertanggungjawaban dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

 

Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Selain berbagai tujuan di atas, pentingnya evaluasi dalam pembelajaran dapat dilihat dari fungsi atau kegunaan yang dimilikinya. Menurut Arifin (2017, hlm. 15) fungsi atau kegunaan yang dimiliki oleh evaluasi pembelajaran adalah sebagai berikut.

1.     Fungsi formatif,

yakni untuk memberikan umpan balik kepada guru sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran dan mengadakan program remedial jika diperlukan bagi peserta didik.

2.     Fungsi sumatif,

yaitu menentukan nilai kemajuan atau hasil belajar peserta didik dalam mata pelajaran tertentu, sebagai bahan untuk memberikan laporan kepada berbagai pihak, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan lulus tidaknya peserta didik.

3.     Fungsi diagnostik,

yakni untuk memahami latar belakang meliputi latar psikologis, fisik, dan lingkungan peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, yang hasilnya dapat digunakan sebagai dasar dalam memecahkan kesulitan-kesulitan tersebut.

4.     Fungsi penempatan,

yaitu menempatkan peserta didik dalam situasi pembelajaran yang tepat (misalnya dalam menentukan program spesialisasi) sesuai dengan tingkat kemampuan peserta didik.

 

Sementara itu fungsi evaluasi menurut Sudjana (2017, hlm. 3) dikelompokkan menjadi tiga fungsi, yakni sebagai berikut.

1.     Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan instruksional.

2.     Umpan balik bagi perbaikan proses belajar-mengajar.

3.     Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada para orang tuanya.

 

Prinsip Evaluasi

Dalam Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan pasal 5, dijelaskan bahwa prinsip evaluasi atau penilaian hasil belajar antara lain adalah sebagai berikut.

1.     Sahih, yang berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

2.     Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3.     Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4.     Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

5.     Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak yang berkepentingan.

6.     Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau dan menilai perkembangan kemampuan peserta didik.

7.     Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8.     Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9.     Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segimekanisme, prosedur, teknik, teknik, maupun hasilnya.

 

Pendekatan Evaluasi Pembelajaran

Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dapat dibagi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem.

Pendekatan Tradisional

Menurut Arifin (2017, hlm. 85-86) pendekatan evaluasi tradisional berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini di sekolah yang ditujukan pada perkembangan aspek intelektual peserta didik. Aspek-aspek keterampilan dan pengembangan sikap kurang mendapatkan perhatian yang serius.

Dengan kata lain, peserta didik hanya dituntut untuk menguasai mata pelajaran. Kegiatan-kegiatan evaluasi juga lebih difokuskan pada komponen produk saja, sementara komponen proses cenderung diabaikan. Hasil kajian Spencer cukup memberikan gambaran betapa pentingnya evaluasi pembelajaran.

Pendekatan Sistem

Evaluasi pendekatan sistem adalah evaluasi yang dilakukan melalui sistem atau totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan ketergantungan. Komponen evaluasi yang dimaksud meliputi komponen kebutuhan dan feasibility, komponen input, komponen proses, dan komponen produk  (Arifin, 2017, hlm. 86).

Stuffebeam menyingkatnya sebagai CIPP, yakni context, input, process, product. Komponen-komponen ini harus menjadi landasan pertimbangan dalam evaluasi pembelajaran secara sistematis. Berbeda dengan pendekatan tradisional yang hanya menyentuh komponen produk saja.

Mudahnya pendekatan ini tidak hanya mempertimbangkan penilaian kognitif atau penguasaan mata pelajaran saja. Namun melibatkan seluruh komponen yang ada, misalnya keaktifan, afeksi, karakter, atau berbagai komponen lain yang dibutuhkan dalam suatu pembelajaran.

 

Jenis Evaluasi dalam Pembelajaran

Membicarakan jenis evaluasi sebetulnya sangatlah bergantung dari pembeda atau dikotomi apa yang digunakan dalam membedakan jenisnya. Namun, pada umumnya evaluasi dalam pembelajaran biasa dibagi dari segi teknik terlebih dahulu. Kemudian, masing-masing teknik akan memiliki penilaian dan alat penilaian yang berbeda pula.

Menurut (Arikunto, 2016, hlm. 41) Teknik evaluasi dibagi menjadi dua, yakni teknik tes dan teknik non-tes. Berikut adalah penjelasannya.

Evaluasi Tes

Tes merupakan suatu alat pengumpul informasi, tetapi jika dibandingkan dengan alat-alat yang lain, tes bersifat lebih resmi karena penuh dengan batasanbatasan. Tes mempunyai fungsi ganda, yaitu untuk mengukur peserta didik dan untuk mengukur keberhasilan program pengajaran.

Menurut Heaton (dalam Arifin, 2017, hlm. 118) membagi tes menjadi empat bagian, yakni tes prestasi belajar, tes penguasaan, tes bakat, dan tes diagnostik. Untuk melengkapi pembagian jenis tes tersebut, Brown menambahkan satu jenis tes lagi yang disebut tes penempatan. Masing-masing penjelasan mengenai jenis tes tersebut sama saja dengan penjelasan fungsi evaluasi yang telah dijelaskan sebelumnya di atas.

Evaluasi jenis tes sendiri dapat dibagi setidaknya menjadi dua jenis, yakni: tes uraian (esai), dan tes objektif. Berikut adalah pemaparannya.

Tes Bentuk Uraian (Esai)

Disebut bentuk uraian, karena menuntut peserta didik untuk menguraikan, mengorganisasikan dan menyatakan jawaban dengan kata-katanya sendiri dalam bentuk, teknik, dan gaya yang berbeda satu dengan lainnya. Dilihat dari luas atau sempitnya materi yang dinyatakan, bentuk tes uraian dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni sebagai berikut.

Uraian Terbatas

Dalam menjawab soal bentuk uraian terbatas ini, peserta didik harus mengemukakan hal-hal tertentu sebagai batas-batasnya. Walaupun kalimat jawaban peserta didik itu beraneka ragam, tetap harus ada pokok-pokok penting yang terdapat dalam sistematika jawabannya sesuai dengan batas-batas yang telah ditentukan dan dikehendaki dalam soalnya.

Uraian Bebas

Peserta didik bebas untuk menjawab soal dengan cara dan sistematika sendiri. Peserta didik bebas mengemukakan pendapat sesuai dengan kemampuannya. Oleh karena itu, setiap peserta didik mempunyai cara dan sistematika yang berbeda-beda. Namun, guru tetap harus mempunyai acuan dan patokan dalam mengoreksi jawaban peserta didik nanti.

Tes Objektif

Tes objektif adalah pengukuran yang berdasarkan pada penilaian atas kemampuan siswa dengan soal menjelaskan jawaban yang benar atau yang salah soal dengan bobot nilai yang tetap. Dalam tes ini subjektivitas guru ketika melakukan pemberian nilai tidak ikut ambil bagian atau ikut berpengaruh. Terdapat beragam macam tes objektif meliputi beberapa jenis di bawah ini.

1.     Tes Pilihan Alternatif

Bentuk tes pilihan alternatif ditandai oleh butir soal yang diikuti oleh dua penilaian. Dari dua pilihan siswa diminta memilih salah satu yang dianggap paling tepat.

2.     Tes Pilihan Ganda

Tes jenis pilihan ganda adalah suatu bentuk tes dengan jawaban tersedia atas 3 atau 4 serta option pilihannya dan hanya satu jawaban yang tepat.

3.     Tes Objektif Menjodohkan

Soal bentuk menjodohkan atau memasangkan terdiri dari suatu premis, suatu daftar kemungkinan jawaban, dan suatu petunjuk untuk menjodohkan masing-masing premis itu dengan suatu kemungkinan jawaban. Biasanya nama, tanggal/tahun, istilah, frase, pernyataan, bagian dari diagram, dan sejenisnya digunakan sebagai premis.

4.     Tes Bentuk Benar atau Salah

Benar Tes benar salah ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam pernyataan yang hendak dinilai peserta didik. Peseta didik menjawab dengan menetapkan apakah pernyataan yang disajikan itu salah atau benar dalam arti mengandung atau tidak mengandung kebenaran.

 

Evaluasi Non Tes

Menurut Hasyim (dalam Zein & Darto, 2012, hlm.47) evaluasi non test adalah penilaian yang mengukur kemampuan peserta didik secara langsung dengan tugas-tugas yang riil. Evaluasi non tes memiliki sifat yang lebih komprehensif, artinya dapat digunakan untuk menilai berbagai aspek dari individu sehingga tidak hanya untuk menilai aspek kognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotorik, yang dinilai saat proses pelajaran berlangsung (Sudjana. 2017, hlm. 67).

Beberapa jenis evaluasi non tes menurut Arikunto (2016, hlm. 41) adalah sebagai berikut.

1.     Skala Bertingkat

Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan. Seperti Oppenheim mengatakan “Rating gives a numerical value to some kind of judgement” maka suatu skala selalu disajikan dalam bentuk angka.

2.     Angket

Angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Angket merupakan instrumen evaluasi nontes yang berupaya mengukur diranah afektif di dalam kelas maupun diluar kelas.

3.     Daftar Cocok

Yakni deretan pernyataan (yang biasanya singkat-singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok (√ ) ditempat yang sudah disediakan.

4.     Wawancara

Merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan cara tanya-jawab sepihak. Dikatakan sepihak karena dalam wawancara ini responden tidak diberi kesempatan sama sekali untuk mengajukan pertanyaan.

5.     Pengamatan atau Observasi

Pengamatan atau observasi adalah teknik penilaian yang dilakukan oleh pendidik dengan menggunakan indra secara langsung. Pengamatan atau observasi merupaka suatu kegiatan yang dilakukan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan suatu tindakan telah dilaksanakan dan untuk mengevaluasi ketepatan tindakan yang dilakukan. Pengamatan dilakukan dengan cara menggunakan instrumen (formulir) yang sudah dirancang sebelumnya.

 

Referensi

1.     Arifin, Zainal. (2017). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2.     Asrul, Ananda, R., Rosnita. (2015). Evaluasi Pembelajaran. Medan: Citapustaka Media.

3.     Febriana, Rina. (2019). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

4.     Arikunto, Suharsimi. (2016). Dasar-dasar Evaluasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

5.     Nana Sudjana. (2017). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

6.     Purwanto, Ngalim. (2013). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

7.     Zein mas’ud dan Darto. (2012). Evaluasi Pembelajaran Matematika. Riau: Daulat Riau.


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Taksonomi Bloom (Revisi) Dan Kata Kerja Operasional
  2. Masa Kemerdekaan Indonesia (1945–1950)
  3. Contoh Soal Pendidikan Agama Islam (PAI) Tingkat MI/SD
  4. Contoh Teks Cerita Inspiratif Beserta Strukturnya (Berbagai Tema)
  5. Kritik Dan Esai: Pengertian, Sistematika, Kaidah Dan Contoh

Materi Akidah Akhlak Kelas VII Semester Genap BAB II : Iman Kepada Para Malaikat

  Materi Akidah Akhlak Kelas VII Semester Genap BAB II : Iman Kepada Para Malaikat dan Makhluk Ghaib PEMBAHASAN 1.        Malaikat Pengertia...