HOME

13 September, 2022

PROGRAM KERJA EKSTRAKURIKULER BAHASA ARAB

 

PROGRAM  KERJA

JAMI’ATUL AL-LUGHOTUL AL-AROBIYYAH

( ARABIC CLUB )

 

جمعية اللغة العربية

Disusun Oleh:

. . . . . . . . . . . . .  .

 

 

 

MADRASAH TSANAWIYAH . . . . . . . . . . . . . .

Jl. CITRA RAYA NO. . . . . . . .  . . . .

TAHUN PELAJARAN 2022 - 2023

 

BAB  I

PENDAHULUAN

A.       Latar Belakang

Kegiatan ekstrakurikuler Arabic  Club atau Jam’iyatu al-Lughot al-Arobiyah di MTs Negeri 2 . . . . . . . . . merupakan kegiatan tambahan dari materi pokok bahasa Arab yang diberikan di kelas.  Kegiatan ini sangat membantu siswa dan siswi dalam mendalami materi bahasa Arab terutama materi at-Tarkib atau tatabahasa bahasa Arab yang dirasakan memerlukan pendalaman lebih.

Melalui kegiatan ini di harapkan siswa dan siswi lebih mencintai bahasa al-Quran yaitu bahasa Arab.

Melalui kegiatan ini pula diharapkan muncul siswa dan siswi yang mampu memahami tatabahasa bahasa Arab yang diaplikasikan dalam dialog keseharian bahkan lebih dari itu seperti berpidato dengan menggunakan bahasa Arab dengan fasih sesuai dengan kaidah yang berlaku.

Melalui kegiatan ini pula diharapkan mampu mengangkat nama baik sekolah dengan menorehkan prestasi dalam perlombaan baik tingkat kota, provinsi bahkan nasional.

B.        Dasar Hukum

Kegiatan ekstrakurikuler berlandaskan pada pedoman, peraturan dan keputusan menteri pendidikan  nasional RI sebagai berikut:

1. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

2. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang Perubahan Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan

3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 39 tahun 2008 tentang Standar Pembinaan Kesiswaan.

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah.

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan menengah.

6. Program Kerja MTs Negeri 2 . . . . . . . . . Tahun 2021-2022 

C.        Maksud dan Tujuan

Tujuan pembelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah agar siswa memiliki empat keterampilan yaitu keterampilan mendengar ( al- Istima’), berbicara ( al-kalam), membaca (al-Qiraat), dan menulis (al-Kitaabah). Untuk memantapkan empat keterampilan tersebut siswa diharapkan juga memiliki keterampilan pendukungnya berupa unsur kebahasaan, yakni berupa ucapan, tekanan kata, intonasi, kosa kata, frasa, ejaan, tulisan dan tata bahasa.

Dalam pembelajaran bahas arab hendaknya siswa dikenalkan juga tentang budaya Arab, baik budaya lisan ataupun budaya tulisannya, karenanya dalam pembelajaran bahasa Arab guru diharapkan untuk membimbing siswa dalam mempraktikkannya, sehingga pembelajaran bahasa arab dapat menghantarkan siswa sebagaimana orang Arab berbahasa.

Sebagai bagian dari kurikulum yang menekankan pentingnya keseimbangan kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan , maka pembelajaran bahasa Arab dituntut dapat berkontribusi dalam membentuk karakter siswa sengan menginternalisasikan nilai-nilai keislaman, budaya timur Tengah dan budaya universal kontemporer yang tidak bertentangan dengan Islam.

Untuk mewujudkan siswa mampu berbahasa Arab memang tidak mudah, karena dibutuhkan pendalaman tatabahasa Arab yang sangat beragam di banding dengan bahasa yang lainnya. Untuk itu siswa diberi jam tambahan atau ekstrakurikuler untuk membantu percepatan pemahaman bahasa Arab, dan tidak hanya itu siswa di harapkan mempunyai skill lebih dibidang muhaawaroh atau percakapan.

BAB II

PROGRAM KEGIATAN

A.       Waktu dan Tempat Kegiatan

Jami’yatu al-Lughot al-Arobiyyah dilaksanakan di luar jam belajar setiap hari Rabu dimulai jam 15.30 sd 17.00. bertempat dilingkungan MTs Negeri 2 . . . . . . . . ..

B.        Pembina dan Pelatih

Jami’yatu al-Lughot al-Arobiyyah dikelola oleh . . . . . . . . . . . . .  ., selaku pembina dan pelatih yang juga bertugas sebagai guru bahasa Arab dilingkungan MTs Negeri 2 . . . . . . . . ..

C.        Materi Ajar

Materi yang diberikan pada kegiatan ini meliputi empat keterampilan:

1. Al- Istima’ (ketrampilan Menyimak)

2. Al-Kalam (keterampilan Berbicara)

3. Al-Qiroah (keterampilan Membaca)

4. Al-Kitabah (keterampilan Menulis)

Namun dalam kegiatan ini yang paling dominan dan ditekankan adalah keterampilan berbicara atau al-Kalam dengan alasan untuk membiasakan peserta melafalkan apa yang telah dipelajari. Al-kalam adalah keterampilan yang lebih menantang karena peserta dituntut untuk mengeksflor kemampuan pemahaman baik tatabahasa maupun bacaanya.

 

D.       Jadwal Materi Pelajaran

BULAN

MINGGU/TANGGAL

MATERI

KETERANGAN

Agustus

( 1 )  03 Agustus 2022

Menjelaskan keutamaaan dan arti pentingnya bahasa arab

 

( 2 )  10 Agustus 2022

Mengajarkan dan mempraktikan cara membuka kamus

 

( 3 )  24 Agustus 2022

Hiwar At-Ta’aruf

 

( 4 )  31 Agustus 2022

Kitabah At-Ta’aruf

 

 

 

 

 

September

( 1 )  07 September 2022

Istima’ Fil Bait

 

( 2 )  14 September 2022

Kalam Fil Bait

 

( 3 )  21 September 2022

Qira’ah Fil Bait

 

( 4 )  28 September 2022

Kitabah Fil Bait

 

 

 

 

 

 

 

 

Oktober

( 1 )  05 Oktober 2022

Istima’ Fil Madrasah

 

( 2 )  12 Oktober 2022

Kalam Fil Madrasah

 

( 3 )  19 Oktober 2022

Qira’ah Fil Madrasah

 

( 4 )  26 Oktober 2022

Kitabah Fil Madrasah

 

 

 

 

 

Nopember

( 1 )  02 Nopember 2022

Istima’ A’malul Yaumiyyah

 

( 2 )  09 Nopember 2022

Kalam A’malul Yaumiyyah

 

( 3 )  16 Nopember 2022

Qira’ah A’malul Yaumiyyah

 

( 4 )  23 Nopember 2022

Kitabah A’malul Yaumiyyah

 

 

 

 

 

Januari

( 1 )  04 Januari 2023

Istima’ Fil Masjid

 

( 2 )  11 Januari 2023

Kalam Fil Masjid

 

( 3 )  18 Januari 2023

Qira’ah Fil Masjid

 

( 4 )  25 Januari 2023

Kitabah Fil Masjid

 

 

 

 

 

Februari

( 1 )  01 Februari 2023

Istima’ Fil ‘Utlah

 

( 2 )  08 Februari 2023

Kalam Fil ‘Utlah

 

( 3 )  15 Februari 2023

Qira’ah Fil ‘Utlah

 

( 4 )  22 Februari 2023

Kitabah Fil ‘Utlah

 

 

 

 

 

Maret

( 1 )  01 Maret 2023

Istima’ Hiwayah

 

( 2 )  08 Maret 2023

Kalam Hiwayah

 

( 3 )  15 Maret 2023

Qira’ah Hiwayah

 

( 4 )  22 Maret 2023

Kitabah Hiwayah

 

( 5 ) 29 Maret 2023

Tadriibat

 

 

 

 

 

April

( 1 )  05 April 2023

Istima’ Fil Mihnah

 

( 2 )  12 April 2023

Kalam Fil Mihnah

 

( 3 )  19 April 2023

Qira’ah Fil Mihnah

 

( 4 )  26 April 2023

Kitabah Fil Mihnah

 

 

 

 

 

Mei

( 1 )  03 Mei 2023

Istima’ Fil Maqshaf

 

( 2 )  10 Mei 2023

Kalam Fil Maqshaf

 

( 3 )  17 Mei 2023

Qira’ah Fil Maqshaf

 

( 4 )  24 Mei 2023

Kitabah Fil Maqshaf

 

( 5 ) 31 Mei 2023

Tadriibat

 

 

 

 

 

Juni

( 1 )  07 Juni 2023

Istima’ Fil Hadiqah

 

( 2 )  14 Juni 2023

Kalam Fil Hadiqah

 

( 3 )  21 Juni 2023

Qira’ah Fil Hadiqah

 

( 4 )  28 Juni 2023

Kitabah Fil Hadiqah

 

BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA YANG TERKAIT;

 

BAB III

PENUTUP

Demikianlah gambaran rencana kerja yang kami susun dengan harapan menjadi acuan dalam pelaksanaan Arabic Club dan menjadi pedoman sehingga dalam pelaksanaanya menjadi lebih terarah dan mencapai target. Kami berharap mudah-mudahan kegiatan ini menjadi bermanfaat bagi para siswa dan siswi baik sekarang atau masa yang akan datang.

                                                                                              Surabaya, 31 Juli 2022

 

Mengetahui,

Wakamad Kesiswaan

 

  

. . . . . . . . . . . . .  .

     . . . . . . . . . . . . .  .

 

 

Pembina Arabic Club

 

 

. . . . . . . . . . . . .  .

           NIP. -

 

 

 

                                                      

Menyetujui,

 Kepala Madrasah

 

. . . . . . . . . . . . .  .

. . . . . . . . . . . . .  .

03 Juli, 2022

Teori-Teori Belajar Menurut Para Ahli

 Teori-Teori Belajar Menurut Para Ahli

Teori belajar merupakan upaya untuk menjelaskan dan mendeskripsikan bagaimana manusia belajar, sehingga dapat membantu kita semua memahami proses yang kompleks dari belajar. Tentunya setelah mengetahui dan memahami bagaimana proses belajar terjadi, kita dapat memanfaatkan berbagai celah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efikasi dan efisiensinya dalam pembelajaran.

Tentunya untuk menelusuri teori belajar, kita harus mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana belajar yang dimaksud tersebut. Pemahaman terhadap pengertian dan komponen-komponen lainnya dari belajar akan memperluas ruang gerak dalam menyelaminya. Oleh karena itu, berikut adalah beberapa uraian mengenai belajar sebelum kita menyelami dunia teori belajar.


Pengertian Belajar

Pengertian belajar menurut Winkel dalam (Purwanto, 2016, hlm. 39) adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam diri seseorang dan proses interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Dengan kata lain, belajar merupakan upaya dari seseorang agar dapat berubah menjadi berwawasan, berketerampilan, dan bersikap lebih baik. Perubahan selalu menjadi kata kunci dari belajar, karena perubahan adalah yang dituju, bukan hanya mendapatkan atau ditransferi ilmu.

Sementara itu menurut Slameto dalam (Nurjaman, 2016, hlm. 14) belajar adalah suatu proses usaha yang dikerjakan seorang untuk memperoleh sebuah perubahan tingkah laku yang baru dengan cara menyeluruh, sebagai akibat dari pengalaman yang dirasakan seseorang itu sendiri saat berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, masih senada dengan Winkel, belajar juga bisa ditafsirkan sebagai kegiatan yang berlangsung disebabkan hadirnya interaksi secara aktif antara individu dengan lingkungan sekelilingnya.

Selanjutnya, menurut Sardiman dalam (Nurjaman, 2016, hlm. 15) belajar adalah suatu perubahan perilaku atau tampilan, dengan rangkaian aktivitas seperti membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lainnya. Perubahan tersebut dibuktikan dari seluruh tingkah laku dari individu yang belajar, dan aktivitas pembelajaran seperti membaca dan mengamati menjadi cara konkret untuk meraihnya.

Berdasarkan definisi para ahli mengenai belajar yang sudah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu runutan aktivitas yang dilakukan dengan interaksi terhadap suatu lingkungan yang akan membawa perubahan terhadap seseorang, baik itu pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.


Ciri/Karakteristik Belajar

Selain definisi, tentunya akan lebih mempertegas pemahaman belajar lagi, jika kita mengetahui karakteristik atau ciri yang dapat mendefinisikan sesuatu dianggap sebagai belajar. Menurut Baharrudin dan Wahyuni (2015, hlm. 18-19) ciri atau karakteristik belajar adalah sebagai berikut.

  • Belajar dibuktikan dengan terdapat perubahan tingkah laku (change behavior).
  • Perubahan tingkah laku relatif permanen pada diri individu.
  • Perubahan tingkah laku tidak selalu cepat diperhatikan di waktu proses pembelajaran sedang berlangsung, karena perubahan tingkah laku tersebut memiliki sifat potensial
  • Perubahan tingkah laku adalah hasil dari sebuah latihan dan pengalaman.
  • Pengalaman atau latihan itu menghasilkan penguatan pada diri individu.


Hasil Belajar

Sebagai suatu upaya atau aktivitas, tentunya belajar diharapkan agar bisa mendapatkan hasil. Menurut Gagne & Briggs (dalam buku Suprihatiningrum 2016, hlm. 37) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki peserta didik sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati melalui penampilan peserta didik. Artinya, diharapkan pembelajaran memberikan perubahan positif yang dapat diamati atau diukur seberapa jauh dampaknya. Hal tersebut karena sesuatu yang “tampil” dapat dapat diamati atau diukur adalah bukti konkret dari keberhasilan suatu pembelajaran.

Sementara itu, Winkel dalam (Purwanto, 2016, hlm. 45) mengartikan hasil belajar sebagai perubahan yang mempengaruhi manusia dalam bersikap dan bertingkah laku. Perubahan sikap dan tingkah laku yang dimaksud mencakup tiga aspek yaitu, aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

Ranah kognitif merupakan tujuan belajar yang berhubungan dengan perkembangan pemahaman, pengetahuan intelektual dan keterampilan. Ranah afektif merupakan tujuan belajar yang menjelaskan pada minat, emosi, nilai-nilai, dan sikap. Sementara itu, ramah psikomotorik diartikan sebagai kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, karena psikomotorik berkaitan keterampilan dan kemampuan bertindak setelah mendapatkan pengalaman belajar.

Sebagai tambahan, menurut Anderson dan Krathwohl dalam (Rusmono, 2017, hlm. 8) mengungkapkan bahwa ranah kognitif dalam taksonomi Bloom merevisi ranah kognitif menjadi dua dimensi, yaitu proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi kognitif terdiri atas 6 tingkatan yang meliputi ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, evaluasi dan menciptakan, sedangkan dimensi pengetahuan terdiri dari empat tingkatan yang terdiri atas pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif.

Setiap aspek dari hasil belajar haruslah dapat terukur. Oleh karena itu, dalam suatu butir pembelajaran, setiap aktivitas yang dilakukan oleh siswa harus dapat dievaluasi. Caranya adalah dengan mengaplikasikan kata kerja operasional. Contohnya, daripada meminta peserta didik untuk “memahami” lebih baik gunakan situasi “jelaskan” karena hal yang dijelaskan dapat diamati dan diukur tingkatnya.


Faktor yang Memengaruhi Belajar

Terdapat bermacam faktor yang dapat memengaruhi belajar. Menurut Baharrudin dan Wahyuni (2015, hlm. 19) berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut.

  • Faktor internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Beberapa faktor internal dalam belajar meliputi kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, sikap kebiasaan belajar serta kondisi fisik dan kesehatan.

  • Faktor lingkungan/eksternal/sosial

Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan peserta didik. Seorang peserta didik yang memiliki intelegensi yang baik, dari keluarga yang baik, bersekolah di sekolah yang bagus, dan fasilitasnya baik belum tentu dapat belajar yang baik. Ada faktor yang mempengaruhi hasil belajarnya, seperti kelelahan karena jarak rumah dan sekolah cukup jauh, dan pengaruh lingkungan yang buruk yang terjadi di luar kemampuannya.

  • Faktor instrumental

Faktor instrumental adalah faktor-faktor yang diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Beberapa faktor instrumental meliputi: 1) kurikulum yang merupakan rencana belajar dan merupakan unsur substansial dalam pendidikan, 2) sarana dan fasilitas seperti ruang belajar dan laboratorium, dan 3) guru yang harus mengorganisir semua komponen pembelajaran sedemikian rupa sehingga antara komponen yang satu dengan yang lainnya dapat berinteraksi secara harmonis.


Pengertian Teori Belajar

Berbagai pengertian dan konsep belajar yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukkan bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks, di mana komponen-komponen saling berinteraksi satu sama lain. Dalam menunjang proses belajar yang kompleks tersebut, teori belajar menjadi hal krusial untuk dipahami agar pendidikan dapat memberikan stimulus atau aktivitas yang tepat dalam memberikan dampak positif pada proses belajar dan pembelajaran peserta didik.

Berdasarkan berbagai pemaparan mengenai belajar sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa teori belajar merupakan kumpulan prinsip dan komponen-komponennya yang disusun secara sistematis mengenai bagaikan seorang individu belajar. Teori belajar adalah upaya untuk menjelaskan serta menggambarkan bagaimana seorang individu belajar, sehingga dapat membantu kita memahami proses kompleks inheren pembelajaran.


Macam-Macam Teori Belajar

Terdapat beberapa teori belajar yang telah dikembangkan oleh para ahli psikolog dalam proses perkembangan bidang ini. Tiga pandangan utama dari ranah psikologi ini meliputi teori belajar behavioristik, kognitif, dan konstruktivisme. Beberapa teori belajar lainnya meliputi teori belajar humanistik, sosial, dan sibernetik. Berikut adalah penjelasan dari masing-masing teori belajar.

Teori Belajar Behavioristik

Teori belajar behavioristik adalah teori belajar yang fokus terhadap perubahan tingkah laku individu sebagai perolehan dari pengalaman yang diakibatkan adanya stimulus dan respons. Pengertian tersebut sejalan dengan pendapat Thobroni (2015, hlm. 55) yang mengungkapkan bahwa teori belajar behavioristik merupakan suatu teori perihal perubahan perilaku sebagai perolehan dari pengalaman.

Teori Belajar Kognitif

Teori belajar kognitif adalah teori belajar yang lebih menekankan pada suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia secara utuh dalam semua situasi dan kondisi pembelajaran yang sedang dilakukan. Al-Hasan (2012, hlm. 10) mengemukakan bahwa kemampuan kognitif adalah kemampuan untuk berpikir secara lebih kompleks dan melakukan penalaran serta pemecahan masalah. Semakin berkembangnya kemampuan kognitif maka akan mempermudah seseorang untuk menguasai pengetahuan umum yang lebih luas.

Sehingga dapat dikatakan bahwa teori belajar kognitif adalah teori belajar yang ingin menekankan kemampuan berpikir lebih kompleks serta melakukan pemecahan masalah dibandingkan dengan hanya sekedar menguasai pengetahuan umum lewat hafalan atau latihan saja.

Teori Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah teori belajar yang mengusung pembangunan kompetensi, pengetahuan, atau keterampilan secara mandiri oleh peserta didik yang difasilitasi oleh pendidik melalui berbagai rancangan pembelajaran dan tindakan yang diperlukan untuk menghasilkan perubahan yang dibutuhkan pada peserta didik.

Menurut Thobroni (2015, hlm. 107) Teori konstruktivisme memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau teknologi, dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya. Artinya, belajar dalam pandangan konstruktivisme betul-betul menjadi usaha aktif individu dalam mengonstruksi makna tentang sesuatu yang dipelajari.

Teori Belajar Humanistik

Teori pembelajaran humanistik adalah teori belajar yang tergerak dari dalam diri manusia berdasarkan keinginan dan kebutuhannya sendiri dalam berbagai proses pemenuhan, aktualisasi, pemeliharaan, hingga peningkatan diri. Menurut Arbayah (2013, hlm. 207) teori belajar humanistis adalah teori belajar yang menempatkan individu pembelajar sebagai pelaku dan sebab tujuan secara sekaligus, sehingga individu dapat mengaktualisasikan segenap potensi dirinya tidak hanya dalam bentuk yang terasing dari sebab-sebab di luar, tetapi bahkan juga dalam posisi yang mengemban tujuan dari perwujudan dirinya, dan individu ini sepenuhnya bertumpu pada dirinya sendiri dalam proses aktualisasi diri, pemeliharaan diri, dan peningkatan diri.

Teori Belajar Sosial

Teori belajar sosial adalah pembelajaran yang tercipta ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain melalui peniruan (imitation) atau pemodelan (modeling). Dengan kata lain, informasi yang didapatkan dari cara memperhatikan kejadian-kejadian yang ada di lingkungan sekitar atau lingkungan sosial.

Teori belajar sosial, atau dikenal juga dengan teori pembelajaran observasional. Bandura (1963) mengemukakan bahwa individu belajar banyak tentang perilaku melalui peniruan (modeling) bahkan tanpa adanya penguat (reinforcement) yang diterimanya dan proses belajar semacam ini disebut observational learning atau pembelajaran melalui pengamatan.

Davidoff dalam (Purwanto, 2016, hlm. 28) juga menyebutkan bahwa modeling disebut juga observation learning, imitation atau social learning. Jadi pembelajaran observasional merupakan komponen utama dari pembelajaran sosial Bandura, oleh karena itu teori belajar observasional berkaitan erat dengan teori belajar sosial.

Teori Belajar Sibernetik

Dalam teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Proses belajar memegang peranan penting, namun yang lebih penting lagi adalah pengolahan sistem informasi. Dengan kata lain, sistem informasi dipandang sangat memegang peranan penting dalam memudahkan penyampaian materi pembelajaran yang akan disajikan kepada siswa.

Teori belajar sibernatik adalah teori belajar yang menganggap bahwa teori komputasi tidak hanya dapat digunakan untuk mengolah data, database, presentasi, dan alat komunikasi, tetapi dapat juga digunakan sebagai suatu alat untuk memancing dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah pada peserta didik untuk menciptakan dan membangun pengetahuan baru peserta didik (Thobroni, 2015, 168).


Teori Belajar Menurut Para Ahli

Selain dapat diklasifikasikan berdasarkan alirannya, teori belajar juga dapat dibagi berdasarkan tokoh pencetusnya. Beberapa teori belajar menurut para ahli yang memberikan pengaruh besar terhadap teori belajar meliputi:

  • Teori Belajar Ausubel,
  • Teori Belajar Gagne,
  • Teori Belajar Bruner, dan
  • Teori Belajar Piaget.

Seluruh pembahasan lengkap mengenai masing-masing teori belajar menurut para ahli tersebut dapat disimak pada masing-masing tautan di atas.

BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA YANG TERKAIT;

Referensi

Al-hasan, Yusuf. (2012). Pendidikan anak dalam islam. Jakarta: Darul Haq.

Baharuddin & Wahyuni, E.N. (2015). Teori belajar dan pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Nurjaman, Syarifan. (2016). Psikologi Belajar. Ponorogo: Wade Group.

Purwanto. (2016). Evaluasi hasil belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rusmono. (2017). Strategi pembelajaran dengan Problem Based Learning itu perlu : untuk meningkatkan profesionalitas guru. Bogor: Ghalia Indonesia.

Suprihatiningrum, Jamil. (2016). Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Thobroni. (2015). Belajar & Pembelajaran, Teori dan Praktik. Yogyakarta: ArRuzz Media.

Belajar – Pengertian, Proses, Sistem, Ciri, Hasil & Prinsip

 Belajar – Pengertian, Proses, Sistem, Ciri, Hasil & Prinsip

Belajar

Belajar merupakan aktivitas yang dapat mengubah dan mengembangkan seluruh potensi manusia, meliputi pengetahuan, sikap, keterampilan, perasaan, dan sebagainya. Kegiatan belajar dapat dilakukan di mana saja, baik secara sengaja yang selanjutnya disebut sebagai pembelajaran atau pendidikan seperti di sekolah, maupun secara tidak sengaja seperti di lingkungan masyarakat.

Hal tersebut dapat terjadi karena belajar merupakan salah satu gejala jiwa atau proses mental manusia. Bahkan saat kita belum mampu memahami konsep belajar sendiri atau saat baru saja terlahir di dunia, secara otomatis sejatinya telah mulai belajar agar bisa dapat bertahan hidup dan menjalani kehidupan.

Oleh karena itu, tidak mengherankan jika persoalan mengenai belajar ini menjadi perhatian banyak orang. Bahkan belajar juga dianggap sebagai hak mendasar dari setiap manusia yang menjadi alasan mengapa sekolah cenderung diberikan secara gratis atau setidaknya tidak boleh komersial, karena harus dijangkau oleh siapa saja.

Berikut adalah berbagai pemaparan mengenai belajar sebagai salah satu gejala jiwa mendasar yang sangat penting dan mendapatkan banyak sorotan ahli baik di bidang psikologi maupun di bidang lainnya seperti pendidikan, manajemen sumber daya manusia, dan sebagainya.


Pengertian Belajar

Menurut Skinner (dalam Saleh, 2018, hlm. 94) Belajar adalah suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif. Artinya, sebagai akibat dari tindakan belajar maka kita akan mengalami adaptasi progresif yang berarti memiliki tendesi berubah ke arah yang lebih sesuai atau lebih sempurna dari keadaan sebelumnya.

Sementara itu menurut Hilgrad & Bower (dalam Asrori, 2020, hlm. 128) pengertian belajar adalah memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, menguasai pengalaman, dan mendapatkan informasi atau menemukan. Dengan demikian, belajar juga berkaitan dengan suatu aktivitas atau kegiatan untuk menguasai suatu hal yang dapat termasuk pengetahuan dan keterampilan.

Dalam perspektif psikologis, belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan dalam perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Nurjan, 2016). Dengan demikian, belajar juga berarti suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Selanjutnya Asrori (2020, hlm. 128) menyimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses kegiatan yang disengaja dari individu, di mana kegiatan tersebut merupakan interaksi yang dilakukan individu. Belajar memang sejatinya merupakan istilah sehari-hari yang seakan sudah diketahui dan dimengerti oleh semua orang. Akan tetapi, saat dipertanyakan kembali akan menimbulkan banyak persepsi dan interpretasi dari masing-masing orang.


Pengertian Belajar Menurut Para Ahli

Untuk melengkapi dan meluruskan batasan pemahaman kita mengenai belajar, ada baiknya kita juga mengetahui pendapat-pendapat dari para ahli lain yang telah mendefinisikan belajar. Berikut adalah beberapa pengertian belajar menurut para ahli.

Menurut Hamalik, (1992) belajar mengandung pengertian terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku, termasuk juga perbaikan perilaku, misalnya pemuasan kebutuhan masyarakat dan pribadi secara lebih lengkap.

Sardiman (1990: 22) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan seperti dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.

Barlow (1996: 61-63) menyatakan bahwa belajar adalah a process of progressive behavior adaptation (proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.

Hintzman (1978) berpendapat bahwa belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme, manusia atau hewan, disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.

Reber (1989) membatasi belajar dengan dua macam definisi. Pertama, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan (the process of acquiring knowlegde).Kedua, belajar adalah suatu perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat (A relatively permanent change in respons potentiality which occurs as a result of reinforced practice) (Nurjan, 2016, hlm. 15-16).

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas untuk beradaptasi atau mengubah perilaku baik secara sengaja maupun tidak sengaja ke arah yang lebih sesuai terhadap tujuan belajar atau lebih baik dan lebih potensial dari keadaan sebelumnya. Selain itu, terdapat titik pertemuan utama pula antara berbagai pendapat para ahli mengenai apa itu hakikat atau esensi dari perbuatan belajar, yaitu perubahan perilaku dan pribadi, dengan mempertimbangkan kondisi psikis individu akibat konstruksi sosialnya.


Hasil Belajar

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa hasil atau output yang diinginkan dalam aktivitas belajar adalah perubahan. Namun tentunya perubahan seperti apa yang dapat diberikan oleh belajar perlu menjadi perhatian pula. Berdasarkan berbagai uraian mengenai pengertian belajar, dapat kita simpulkan bahwa hasil belajar di antaranya adalah sebagai berikut:

  • Pertambahan materi pengetahuan yang berupa fakta, informasi, prinsip, hukum atau, kaidah, dan sebagainya;
  • Penguasaan pola-pola perilaku kognitif (pengamatan) proses berpikir, mengingat atau mengenal kembali, perilaku afektif (sikap-sikap apresiasi, penghayatan, dan sebagainya) perilaku psikomotorik termasuk yang bersifat ekspresif; dan
  • Menyebabkan perubahan dalam sifat-sifat kepribadian (Nurjan, 2016, hlm. 24).


Ciri-Ciri Belajar

Berdasarkan berbagai uraian pengertian dan ouput yang diberikannya pula, kita dapat menarik batasan karakteristik apa saja yang dapat mengonstruksi sesuatu hal menjadi kegiatan atau aktivitas belajar. Karakteristik atau ciri-ciri dari belajar tersebut adalah sebagai berikut.

  1. Belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, yang berpengaruh pada proses belajar selanjutnya.
  2. Belajar hanya terjadi melalui pengalaman yang bersifat individual.
  3. Belajar merupakan kegiatan yang bertujuan, yaitu arah yang ingin dicapai melalui proses belajar.
  4. Belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan keseluruhan tingkah laku secara, integral.
  5. Belajar adalah proses interaksi.
  6. Belajar berlangsung dari yang paling sederhana ke yang paling kompleks.
  7. Belajar adalah membentuk inklusifitas sosial dan gender sebagai konstruktsi sosial di masyakat (Nurjan, 2016, hlm. 24).

Belajar sebagai Suatu Proses

Dari bermacam-macam definisi yang telah dipaparkan sebelumnya, dapat dikemukakan bahwa pada umumnya para ahli melihat belajar itu sebagai suatu proses. Prosesnya sendiri tidak menampak, yang tampak adalah hasil dari proses. Karena belajar merupakan suatu proses, maka dalam belajar ada yang namanya masukan, yaitu akan diproses dan adanya hasil dari proses tersebut.

Belajar merupakan suatu yang terjadi dalam diri individu yang disebabkan dari latihan atau pengalaman, dan hal ini menimbulkan perubahan dalam perilaku. Ini berarti bahwa proses belajar merupakan intervening variable yang merupakan penghubung atau pengkait antara independent variable dengan dependent variable. Seperti yang digambarkan oleh Hergenhahn dan Olson (1997, hlm. 3 dalam Saleh, 2018, hlm. 98).

Dengan demikian akan jelas bahwa proses belajar itu sendiri terdapat dalam diri individu yang belajar, yang kemudian menghasilkan perubahan dalam perilakunya.


Belajar sebagai Suatu Sistem

Banyak faktor yang mempengaruhi proses belajar. Masukan apabila dianalisis lebih lanjut, akan didapati beberapa jenis masukan, yaitu masukan mentah (raw input), masukan instrumen (instrumental input) dan lingkungan (enviromental input). Semua ini berinteraksi dalam proses belajar, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar.

Apabila salah satu faktor terganggu, maka proses akan terganggu dan hasil juga akan terganggu. Masing-masing faktor tersebut saling kait-mengait satu dengan yang lain, karenanya belajar itu merupakan suatu sistem. Apabila masukan instrumental terganggu, maka proses akan terganggu, hasil akan terganggu. Oleh karena itu, sebagian ahli psikologi berpendapat bahwa belajar merupakan sebuah sistem, bukan hanya proses.

Belajar sebagai suatu sistem dapat digambarkan dengan skematik sebagai berikut.

Dengan keterangan:

  • Masukan mentah adalah individu atau organisme yang akan belajar. Misalnya siswa, mahasiswa atau individu yang akan belajar seperti siswa atau mahasiswa.
  • Masukan instrumental adalah masukan yang berkaitan dengan alat-alat atau instrumen yang digunakan dalam proses belajar. Misalnya rumah, kamar, gedung, peraturan-peraturan. Peraturan merupakan masukan instrumen yang lunak, sedangkan kamar, rumah, gedung merupakan masukan instrumen yang keras.
  • Masukan lingkungan merupakan masukan dari yang belajar, dapat merupakan masukan lingkungan fisik maupun non-fisik. Misalnya tempat belajar yang gaduh atau ramai merupakan merupakan hal yang kurang menguntungkan untuk proses belajar.
  • Hasil merupakan ouput yang ditimbulkan setelah belajar dilakukan. Persoalan belajar biasanya ditentukan oleh hasil. Apabila hasil belajar baik, maka pada umumnya tidak akan menimbulkan masalah. Akan tetapi, apabila hasil belajar tidak memuaskan, persoalan akan segera timbul. Setelah hasil belajar tampak, kita dapat mencermati atau melihat bagaimana prosesnya dan kemudian bagaimana masukannya.


Prinsip Belajar

Persoalan mengenai bagaimana sesungguhnya belajar dapat dilakukan secara efektif dan efisien menjadi salah satu sorotan utama ihwal gejala jiwa belajar ini. Misalnya, beberapa ahli telah mengemas beberapa prinsip-prinsip atau asas yang dipegang untuk memaksimalkan potensi belajar. Menurut Nurjan (2016, hlm. 28) terdapat tujuh prinsip belajar yang harus diperhatikan, yang di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Perhatian dan motivasi terkait dengan minat.
  • Keaktifan terkait dengan fisik dan psikologis.
  • Keterlibatan langsung (berpengaIaman) dialami sendiri oleh pembelajar, seperti: mengamati, menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, bertanggung jawab terhadap hasilnya (keterlibatan fisik dan mental-emosional).
  • Pengulangan seperti mengerjakan latihan dan menjawab pertanyaan merupakan salah satu cara belajar yang akan ditemui pada metode atau model apa pun.
  • Tantangan seperti bahan belajar yang menantang dan inklusif gender membuat siswa/siswi bergairah untuk mengatasinya
  • Balikan dan penguatan berupa ujian atau penguatan positif dan negatif.
  • Perbedaan individual misalnya: karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifat yang berbeda karena perbedaan-perbedaan rasial dan gender.


Teori Belajar

Tentunya prinsip di atas merupakan salah satu hasil dari bermacam teori-teori belajar lainnya yang telah dihasilkan oleh para ahli psikologi dan pendidikan. Teori belajar biasanya sejalan dengan perkembangan psikologi pula karena sejatinya dapat dikatakan bahwa bidang pendidikan sejatinya adalah cabang ilmu psikologi berupa ilmu terapan. Beberapa teori-teori belajar dapat disimak pada link di bawah ini.

BACA JUGA ARTIKEL LAINNYA YANG TERKAIT;

Referensi

Asrori. (2020). Psikologi pendidikan pendekatan multidisipliner. Banyumas: Pena Persada.

Nurjan, Syarifan. (2016). Psikologi Belajar. Ponorogo: Wade Group.

Saleh, A.A. (2018). Pengantar psikologi. Makassar: Penerbit Aksara Timur.

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...