HOME

17 Februari, 2023

Pengertian Budaya, Unsur, Wujud, Dan Fungsi Menurut Para Ahli

Pengertian Budaya, Unsur, Wujud & Fungsi Menurut Para Ahli

 

Pengertian Budaya

Budaya adalah kesepakatan bersama suatu masyarakat mengenai suatu prinsip atau tata cara kehidupan secara umum yang tumbuh untuk diikuti, dipertahankan dan atau dikembangkan. Bisa juga dikatakan bahwa kebudayaan adalah segala tingkah laku manusia dalam kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar.

Sering kali kebudayaan hanya dimaknai sebagai sesuatu yang hanya berkaitan dengan bidang seni. Padahal, segala hal yang berkaitan dengan perilaku manusia dalam kehidupannya dikategorikan sebagai kebudayaan. Misalnya, tata cara makan, sopan santun, upacara adat perkawinan, hingga cara memilih pemimpin pun merupakan bentuk kebudayaan.

Sementara itu, definisi kebudayaan dalam antropologi adalah segala tingkah laku manusia yang layak dipandang dari sudut kebudayaan sehingga bisa dikategorikan sebagai kebudayaan. Ruang lingkupnya sendiri sangat luas dan umum, mulai dari norma kehidupan, pencaharian hidup (ekonomi), kesenian, tatanan politik bahkan hingga ke sistem religi. Secara umum banyak ahli sepakat bahwa budaya akan melingkupi setidaknya empat unsur utama, yaitu: norma sosial, sistem ekonomi, lembaga pendidikan, dan organisasi politik.

Dapat disimpulkan bahwa pengertian budaya adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia yang menjadi nilai, asumsi tentang kehidupan, dan kegiatan bertujuan sama yang secara sadar diterima sebagai sesuatu yang benar atau jalan terbaik oleh orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota dari masyarakat tertentu yang telah secara serentak menyepakatinya baik sengaja maupun tidak.

Dari pemaparan di atas, ternyata budaya memiliki makna yang luas dan terdiri dari banyak varian definisi. Lalu sebetulnya yang mana yang benar? Budaya memang tidak dapat diartikan sesederhana itu. Itu sebabnya pengertian budaya harus ditelusuri mulai dari yang paling kecil terlebih dahulu, yaitu secara etimologis.

 

Etimologi Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu: buddhayah. Seperti yang di utarakan oleh Koentjaraningrat (2015: 11) bahwa kebudayaan dari kata dasar budaya berasal dari bahasa sansakerta, yaitu buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Ia melanjutkan bahwa definisi budaya adalah “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu sendiri.

Sementara itu dalam bahasa inggris, budaya disebut dengan culture yang berasal dari bahasa latin colere yang berarti mengolah atau mengerjakan, dan dapat diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Perlu menjadi catatan pula bahwa kata culture terkadang diterjemahkan sebagai “Kultur” dalam bahasa Indonesia.

 

Pengertian Budaya Menurut Para Ahli

Banyak ahli yang memiliki pendapat beragam mengenai apa itu budaya. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut ini.

 

Liliweri

Menurut Liliweri (2002, hlm. 8) kebudayaan merupakan pandangan hidup dari sekelompok orang dalam bentuk perilaku, kepercayaan, nilai, dan simbol-simbol yang mereka terima tanpa sadar yang semuanya diwariskan melalui proses komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya.

 

Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi

Kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat

 

Andreas Eppink

Eppink berpendapat bahwa pengertian budaya mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

 

Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski

Mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism.

 

Sir Edward B. Taylor

Taylor dalam Liliweri (2002, hlm. 62) mendefinisikan kebudayaan tersusun oleh kategori-kategori kesamaan gejala umum yang disebut adat istiadat yang mencakup teknologi, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, estetika, rekreasional dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Dapta disimpulkan bahwa kebudayaan mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat tertentu.

 

Herskovits

Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.

 

Peter Hawkins

Hawkins (2012) mengatakan bahwa budaya adalah suatu kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat.

 

Pengertian budaya memang sedikit membingungkan ketika ditarik suatu definisi pastinya. Selain karena subjek ini adalah subjek yang tidak ringan, definisi budaya juga mudah sekali disalahartikan dan hanya mengerucut pada hal tertentu saja secara sosiolinguistik.

Untuk mengefisiensikan pemahaman kita terhadap serupa, Wiranata (2011, hlm. 96) menjabarkan beberapa poin inti dari banyak pemikiran para ahli tentang apa sesungguhnya kebudayaan itu. Poin-poin tersebut adalah sebagai berikut ini:

1.         Kebudayaan yang terdapat antara umat manusia itu sangat beraneka ragam

2.        Kebudayaan itu didapat dan diteruskan secara sosial melalui proses pembelajaran

3.        Kebudayaan itu terjabarkan dari komponen biologis, sosiologis, dan psikologis dari eksistensi manusia

4.        Kebudayaan itu berstruktur

5.        Kebudayaan itu memuat beberapa aspek

6.        Kebudayaan itu bersifat dinamis

7.        Nilai dalam kebudayaan itu bersifat relatif

 

Unsur – Unsur Budaya

Budaya dibentuk melalui berbagai penopang inti dari kebudayaan tersebut. Berbagai penopang atau dasar dari kebudayaan tersebut adalah unsur-unsur budaya. Para tokoh dan ahli antropolog mengutarakan berbagai pendapat mengenai unsur tersebut. Salah satu pendapat yang terkemuka adalah Bronislaw Malinowski (dalam Ranjabar 2013: 22) yang berpendapat terdapat empat unsur pokok dalam budaya, yaitu:

1.         Sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya.

2.        Organisasi ekonomi.

3.        Alat- alat dan lembaga atau petugas- petugas untuk pendidikan.

4.        Organisasi kekuatan politik.

 

Sementara itu Melville J. Herkovits mengajukan unsur-unsur kebudayaan yang terangkum dalam empat unsur yang hampir sependapat dengan Malinowski, yaitu:

1.         Alat-alat teknologi

2.        Sistem Ekonomi

3.        Keluarga

4.        Kekuasaan politik

 

Masih sejalan dengan beberapa ahli di atas namun dilengkapi oleh beberapa unsur lain, Koentjaraningrat (2015, hlm. 2) berpendapat bahwa terdapat tujuh unsur kebudayaan, yakni sebagai berikut.

1.         Sistem religi dan upacara keagamaan,

Mencakup segala gagasan, pelajaran, aturan-aturan keagamaan, dongeng suci, riwayat tokoh, tata cara upacara, dsb.

2.        Sistem dan organisasi kemasyarakatan,

Mencakup struktur kasepuhan adat, rapat adat, kelompok janger, sistem perkawinan, dsb.

3.        Sistem pengetahuan,

Merupakan seperangkat unsur yang berkaitan dengan cara mengetahui hal yang perlu diketahui seperti: (a) alam disekitarnya, (b) flora ditempat tinggal masyarakat tertentu, (c) fauna atau binatang, (d) zat-zat mentah yang berada disekitar, (e) tubuh manusia, (f) sifat dan tingkah laku manusia, (g) ruang dan waktu.

4.        Bahasa,

Bahasa dari suatu suku bangsa selalu menunjukan berbagai variasi yang ditentukan oleh letak geografis dan bagaimana lingkungan sosial dalam masyarakat tersebut.

5.        Kesenian,

Seni tari, seni rupa dan berbagai folklore atau karya sastra yang disebarkan melalui komunikasi lisan ataupun dinyanyikan dan didendangkan.

6.        Sistem mata pencaharian hidup,

Misalnya pertanian, peternakan, sistem produksi, sistem distribusi antar bahan baku dan bahan makanan, dsb.

7.        Sistem teknologi dan peralatan,

Pembuatan alat-alat produksi, wadah, senjata, alat pembuat api, dsb.

 

Fungsi Budaya

Fungsi kebudayaan yang dimaksud adalah penerapan nyata dari berbagai kesepakatan bersama yang telah menjadi acuan hidup suatu kaum. Budaya dapat mengatur manusia agar dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak dan berbuat untuk menentukan sikap dalam menghadapi suatu masalah maupun fenomena sosial lainnya. Secara umum, kebudayaan dapat berfungsi sebagai berikut.

1.         Suatu pedoman dalam berhubungan antar manusia atau kelompok.

2.        Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan renungan kehidupan lainnya.

3.        Pembimbing kehidupan manusia secara umum, baik sebagai individu dan kelompok.

4.        Pembeda utama antar manusia sebagai mahluk berakal budi dengan mahluk lain seperti binatang.

5.        Pegangan bersama untuk menjadi acuan serupa yang dapat terus dijalankan dan dikembangkan secara berkelompok pula demi kelanjutan hidup dari generasi ke generasi.

 

Wujud dan Komponen Budaya

Sementara itu wujud nyata budaya sendiri menurut J.J. Hoenigman dibedakan menjadi tiga, yaitu gagasan, aktivitas, dan artefak, berikut adalah penjelasannya.

1.         Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

2.        Aktivitas (Tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

3.     Artefak (Karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

 

Kemudian, berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama, yakni sebagai berikut.

1.         Kebudayaan material

Kebudayaan material mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Termasuk dalam kebudayaan material ini adalah temuan-temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Barang-barang seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci juga termasuk pada kebudayaan material.

2.        Kebudayaan nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan-ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya berupa dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

 

Referensi

1. Liliweri, Alo. (2002). Makna Budaya dalam Komunikasi antar Budaya. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara.

2. Koentjaraningrat. (2015). Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

3. Ranjabar, Jacobus. (2013). Sistem Sosial Budaya Indonesia; Suatu Pengantar. Bandung: Alfabeta.

4. Wiranata, I Gede A.B. (2011). Antropologi Budaya. Bandung: Citra Aditya Bakti.


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Psikologi Perkembangan: Pengertian, Teori, Faktor, Hukum, Dan Sebagainya
  2. Karya Ilmiah: Pengertian, Ciri, Jenis, Dan Struktur (Sistematika)
  3. Musik Tradisional: Pengertian, Ciri, Fungsi, Jenis, Dan Contoh
  4. Tari Tradisional: Keunikan, Pengertian, Ciri, Jenis, Dan Fungsi
  5. Unsur Unsur Budaya, Wujud, Unsur Kebudayaan, Dan Prinsip
  6. Pengertian Budaya, Unsur, Wujud, Dan Fungsi Menurut Para Ahli

16 Februari, 2023

Surat Lamaran Pekerjaan: Pengertian, Sistematika, Dan Cara Membuatnya

Surat Lamaran Pekerjaan: Pengertian, Sistematika, Cara, dsb


Pengertian Surat Lamaran Pekerjaan

Surat lamaran pekerjaan adalah surat yang berisi permohonan untuk bekerja di suatu lembaga, perusahaan, atau perseoran terbatas (PT) yang pada umumnya memiliki bagian-bagian berisi identitas diri, jasa yang dapat dilakukan, pendidikan, hingga keterangan keahlian, dan pengalaman (Kemdikbud, 2017, hlm. 1). Bagian yang berisi identitas diri, pendidikan, keahlian, dan pengalaman disebut juga sebagai kualifikasi pelamar.

Senada dengan pendapat di atas, Triyatna (2014, hlm. 95) menyatakan bahwa surat lamaran pekerjaan adalah surat yang dibuat oleh pencari atau pelamar kerja yang dikirimkan kepada perusahaan atau lembaga dengan harapan mendapat jabatan atau pekerjaan sesuai dengan lowongan pekerjaan yang ditawarkan.

Membuat surat lamaran kerja sangatlah tergantung dari jenis lowongan, lembaga, dan bahkan iklan dari lowongan pekerjaan itu sendiri. Meskipun begitu, pada dasarnya surat lamaran pekerjaan memiliki bentuk dasar yang sama berdasarkan sistematika umum yang dapat digunakan untuk melamar pekerjaan apa saja.

Hanya isinya saja yang harus disesuaikan dengan masing-masing lowongan yang tersedia. Sementara itu, bagian bagian surat lamaran pekerjaan atau struktur surat lamaran pekerjaan akan dijelaskan pada pemaparan di bawah ini.


Sistematika Surat Lamaran Pekerjaan

Seperti yang telah diutarakan sebelumnya, lamaran untuk bekerja pada suatu tempat sangat tergantung pada jenis lowongan masing-masing. Namun semua jenis surat lamaran kerja memiliki bentuk dasar, kerangka, sistematika, atau struktur yang sama.

Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 16) sistematika surat lamaran pekerjaan mencakup: Tempat dan tanggal pembuatan surat, lampiran dan hal, alamat surat, salam pembuka, alinea pembuka, isi, penutup, salam penutup, tanda tangan dan nama terang. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing bagian sistematika surat lamaran pekerjaan.


Tempat dan tanggal pembuatan surat

Untuk mengetahui kapan dan di mana surat lamaran dibuat. Bagian ini biasa ditempatkan di pojok kanan atas tanpa titik, karena bukan kalimat.


Lampiran dan hal

Memberitahukan berapa banyak lampiran yang disertakan, misalnya lamaran dilengkapi oleh identitas dan kualifikasi pelamar sebanyak 4 lembar, maka contohnya adalah sebagai berikut:

Lampiran: Empat lembar

Hal          : Pemberitahuan

Agar menjadi surat lamaran yang baik dan benar, jangan menyingkat lampiran menjadi “lamp” atau “lamp.”


Alamat surat

Tentunya yang dimaksud adalah alamat ke mana surat lamaran dikirimkan yang berarti akan memuat nama penerima dan alamat lembaga. Berikut beberapa hal yang harus dicermati saat menulis alamat surat dalam lamaran pekerjaan.

1.    Surat lamaran kerja termasuk surat dinas, artinya kita tidak menyurati seseorang saja, oleh karena itu, surat lamaran pekerjaan yang benar tidak akan menggunakan “Kepada”.

2.    Alamat sebaiknya tidak lebih dari tigas baris untuk mempersingkat isi surat.

3.    Jabatan tidak menggunakan panggilan jenis kelamin seperti Bapak atau Ibu.

4.    Keterangan teks “Jalan” pada alamat tidak boleh disingkat.

5.    Alamat surat bukan kalimat, oleh karena itu jangan menggunakan titik di masing-masing akhir baris.

Contoh:

Yth. Manajemen PT. Sukses Mandiri

Jalan Sukarasa nomor 115, Citereup

Bandung


Salam Pembuka

Merupakan salam atau ucapan hormat yang biasa dimulai dengan “Dengan hormat, “ untuk memulai surat lamaran pekerjaan secara formal.

Contohnya:

Dengan Hormat,

Melalui surat ini, saya mengajukan lamaran menjadi Staf Administrasi pada PT. Sukses Mandiri.


Alinea Pembuka

Merupakan alinea utama untuk menyatakan pernyataan diri. Maksudnya, jika iklan lowongan pekerjaan mencantumkan permintaan untuk pelamar yang merupakan lulusan baru atau fresh graduate, dan kebetulan kita adalah lulusan baru maka kita dapat mencantumkannya secara tidak langsung di sini.

Dengan kata lain, alinea pembuka dapat menjadi jembatan utama dialog antara surat lamaran pekerjaan dengan iklan lowongan pekerjaan. Hal ini penting agar lembaga atau perusahaan yang kita lamar merasa dihargai karena kita tidak hanya membuat surat lamaran yang sama untuk semua perusahaan. Selain itu, kecocokan kebutuhan lowongan pekerjaan dengan profil kita juga akan menambah potensi untuk diterima pada lowongan tersebut.

Sebagai contoh, berikut adalah contoh iklan lowongan pekerjaan dan salam pembuka surat lamaran pekerjaan yang berdialog dengan baik terhadap iklan tersebut.

Iklan Lowongan:

1.    Sukses Mandiri membuka lowongan pekerjaan untuk mengisi posisi staf administrasi junior. Diutamakan baru lulus (fresh graduate), pekerja keras, dan memiliki latar belakang pendidikan manajemen bisnis, administrasi perkantoran, atau informatika.

Contoh Alinea Pembuka (kalimat pembuka surat lamaran yang benar):

Dengan Hormat,

Berdasarkan kebutuhan yang tercantum dalam lowongan pekerjaan yang saya peroleh melalui internet, saya siap untuk bekerja keras dan memiliki kualifikasi yang relevan, karena saya baru saja lulus dari SMK bidang keahlian Administrasi Perkantoran.


Isi

Isi surat lamaran pekerjaan terdiri dari hal-hal berikut ini.

1.    Identitas diri

berupa nama, tempat tanggal lahir, alamat, pendidikan terakhir dan dapat ditambah hal lainnya sesuai dengan keperluan melamar. Dalam menuliskan keterangan tersebut, huruf awal kata menggunakan huruf kecil, contohnya adalah sebagai berikut.

nama                         : Nitriana Safitri

tempat tanggal lahir : Bandung, 25 Januari 1999

pendidikan terakhir  : S-1 Pendidikan Biologi

alamat                       : Jl. Kancil 32, Coblong, Bandung, 40257

2.    Maksud dan tujuan

merupakan keterangan mengenai alasan pengirim atau pelamar untuk menulis surat.

3.    Menyatakan lampiran

lowongan pekerjaan akan meminta beberapa dokumen persyaratan meliputi ijazah, kartu tanda penduduk, hingga pasfoto, dsb.


Penutup

Dalam penutup, sebaiknya pelamar pekerjaan harus menunjukkan keantusiasan atau harapan terhadap pekerjaan yang dituju.

Contoh:

Demikian surat lamaran pekerjaan ini saya buat. Besar harapan saya untuk dapat bergabung dan menjadi bagian dari perusahaan .


Salam Penutup

Jika di awal terdapat salam pembuka tentunya di bagian akhir surat harus dilengkapi menggunakan salam penutup. Salam penutup dapat sesederhana:

Hormat saya,


Tanda tangan dan nama terang

Hal ini berguna untuk menginformasikan bahwa pelamar benar-benar menulis lamaran tersebut atas keinginan dirinya sendiri. Bagian ini dibubuhkan tepat di bawah salam penutup. Contohnya:

Hormat saya,


(tanda tangan)

Nitrina Safitri


Unsur Kebahasaan Surat Lamaran Pekerjaan

Tim Kemendikbud (2017, hlm. 30) menyatakan bahwa surat lamaran pekerjaan yang benar akan mengikuti beberapa ketentuan-ketentuan unsur kebahasaan yang meliputi beberapa poin di bawah ini.

1.    Menggunakan bahasa yang baik dan benar

2.    Memakai kata-kata yang sopan

3.    Menggunakan kata pengantar yang jelas, singkat dan padat/informatif, dan tepat sasaran.

4.    Jaga agar tulisan bersih, mudah dibaca, sesuai dengak kaidah ejaan.

5. Melengkapi bagian-bagian surat dengan norma bahasa surat, seperti: penulisan unsur hal, tempat/tanggal, alamat, salam pembuka, isi surat, salam penutup, tanda tangan, dan nama terang).

Dengan demikian, secara umum dapat dikatakan bahwa ciri atau kaidah kebahasaan surat lamaran pekerjaan adalah sebagai berikut.

1.    Pilihan kata sapaan bersifat formal.

2.    Bahasa ragam baku.

3.    Kata yang dipilih mengandung makna sebenarnya atau denotatif (bukan kiasan).

4.    Menggunakan kalimat pernyataan umum, contohnya:

Berdasarkan informasi yang saya peroleh dari bursa kerja Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Karawang, perusahaan Bapak/Ibu membuka lowongan kerja untuk beberapa posisi.

5.    Memakai kalimat pernyataan argumentasi, contohnya:

untuk melengkapi beberapa data yang diperlukan dan sebagai bahan pertimbangan Bapak/Ibu pimpinan di waktu yang akan datang, saya lampirkan juga kelengkapan data diri sebagai berikut.

6.    Menggunakan pernyataan penegasan, contohnya:

Demikian permohonan surat lamaran kerja ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan sejujur-jujurnya. Atas perhatian serta kerja sama dari Bapak/Ibu pimpinan saya ucapkan terima kasih.


Jenis Lamaran Pekerjaan

Tim Kemendikbud (2018, hlm. 30) memaparkan bahwa berdasarkan jenis pembuatannya, ada dua jenis surat lamaran pekerjaan. Dua jenis lamran pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut.

1.    Surat lamaran pekerjaan yang digabungkan dengan riwayat hidup (curriculum vitae). Dalam cara ini, riwayat hidup termasuk isi surat karena isinya berupa gabungan. Cara ini juga disebut dengan model gabungan.

2.   Surat lamaran yang dipisahkan dari riwayat hidup. Dalam cara ini, riwayat hidup merupakan lampiran dan cara ini disebut model terpisah.


Cara Membuat Surat Lamaran Pekerjaan

Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 30) cara membuat surat lamaran pekerjaan yang benar adalah dengan memperhatikan hal-hal berikut ini.

1.    Menggunakan bahasa yang baik dan benar

2.    Format penulisan tersusun rapi dengan bahasa yang jelas

3.  Surat lamaran pekerjaan sebaiknya ditulis tangan (secara manual) untuk beberapa lembaga yang memintanya (lamaran calon pegawai negeri sipil biasanya harus ditulis manual).

4.    Lengkapi dengan berbagai data yang dibutuhkan oleh perusahaan atau lembaga yang menawarkan lowongan pekerjaan

5.    Lampirkan surat pendukung seperti sertifikat, surat keterangan pernah bekerja, dsb.


Langkah-langkah menulis surat lamaran pekerjaan

Selain itu, terdapat langkah-langkah yang digunakan untuk mempermudah dan memastikan sistematika, isi, dan bahasa yang digunakan menjadi baik dan tepat guna. Berikut adalah langkah-langkah tersebut.

1.    Menulis struktur atau unsur-unsur surat lamaran pekerjaan sesuai dengan sistematikanya terlebih dahulu. Masing-masing bagian dapat diisi oleh satu kalimat pokok terlebih dahulu.

2.    Kembangkan seluruh bagian yang telah ditulis sebelumnya, kembangkan kalimat pokok menjadi alinea atau paragraf penuh dengan deskripsinya. Abaikan berbagai hal yang tampaknya salah seperti ejaan, kalimat tidak efektif, dsb. Tumpahkan seluruh idemu terlebih dahulu tanpa keraguan sedikit pun.

3.    Baca ulang dan perhatikan berbagai unsur dan kebahasaan yang ada lalu perbaiki, seperti bahasa baku, ejaan, kalimat efektif, dsb.


Contoh Surat Lamaran Pekerjaan

Contoh Surat Lamaran Jenis Gabungan

Berikut adalah contoh surat lamaran pekerjaan model gabungan dalam Finoza (2010, hlm. 280).

Jakarta, 11 Maret 2000

Yth. Manager Personalia PT Astra Graphia

Jln. Kramat Raya 147 Jakarta Pusat

Hal: Lamaran Pekerjaan

Dengan hormat,

Sudah lama saya mengagumi bidang usaha yang digeluti oleh PT Astra Graphia. Saya ingin sekali mengembangkan karier pada perusahaan ini. Saya sudah terbiasa melihat dan mengetahui sedikit tentang mesin-mesin kantor, termasuk yang diageni oleh PT Astra Graphia. Atas dasar iti, dengan ini saya mengajukan lamaran kerja sebagai karyawan pada bagian penjualan PT Astra Graphia.

Sebagai bahan pertimbangan manajemen personalia, di bawah ini saya cantumkan riwayat hidup.

1. Data Pribadi

Nama : Firman Setiabudi

Kelahiran : Jakarta, 14 Juni 1985

Status : Belum menikah

Alamat : Jln. Kebon Melati 11/5, Jakarta Barat

2. Pendidikan

Tahun 2006 tamat SMA Muhammadiyah VIII Jakarta

Tahun 2009 D-3 Teknik Komputer dari STIK Bina Informatika, Jakarta

Tahun 2008 tamat Kursus Bahasa Inggris Tingkat Intermediate

Tahun 2005 tamat Kursus Marketing, Pusat Pelatihan SDM Usaha Mulia, Jakarta

3. Pengalaman Bekerja

Belum ada

4. Keterangan Lain

1.    Kegemaran: olahraga (tenis lapangan) dan membaca buku fiksi

2.    Menguasai bahasa Mandarin (lisan) secara aktif

3.    Memiliki SIM A dan C

5. Referensi

1.    Joni Putra, S.E., M.M., Wakil Ketua II STIE Kampus Ungu, Jln. Pacuan Kuda 1-5 Jakarta Timur,

2.    Untung Darwadi, S.H., Kantor Rektorat UI, Depok

Untuk melengkapi lamaran ini saya lampirkan fotokopi ijazah dan surat surat penting yang diperlukan beserta pasfoto saya yang terbaru.

Atas pertimbangannya, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Firman Setiabudi

Lampiran:

1.    Fotokopi Ijazah SMA dan D-3 Teknik Komputer

2.    Fotokopi Ijazah Kursus Bahasa Inggris

3.    Fotokopi Ijazah Kursus Marketing

4.    Fotokopi Surat Keterangan Kesehatan

5.    Fotokopi Surat Keterangan Berkelakuan Baik

6.    Pasfoto ukuran 4 x 6 cm (2 lbr).

Contoh Surat Lamaran Pekerjaan Model Terpisah

Berikut ini contoh surat lamaran pekerjaan model terpisah dalam Finoza (2010, hlm. 282).

Perumahan Taman Pasundan

Jln. Cimelati Raya No. 91 Bogor 12550

11 Januari 2004

Yth. Manajemen PT Agung Senada

PO Box 461/JKBKJ Jakarta Selatan

Hal            : Lamaran

Lampiran   : 5 lembar

Dengan hormat,

Setelah membaca iklan Bapak dalam harian Kompas tanggal 9 Januari 2004. Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

nama : Ratih Elfina Purnamasari

tempat tanggal lahir : Bogor, 30 Agustus 1994

jenis kelamin : Perempuan

agama : Islam

pendidikan/jurusan : D-3 Administrasi Perkantoran dan Sekretaris FISIP UI

alamat : Jalan Cimelati Raya No. 91 Bogor 12550

nomor telepon : +628123456789

Dengan ini mengajukan lamaran sebagai asisten manager pemasaran pada perusahaan yang Bapak pimpin. Saya mampu berbahasa Inggris aktif (lisan maupun tulis), berbahasa Prancis secara pasif, dan dapat mengoperasikan komputer. Sebagai orang yang baru menamatkan pendidikan, saya belum mempunyai pengalaman kerja. Namun, dengan bekal ilmu yang saya miliki, beberapa pelatihan yang saya ikuti, beserta pengalaman magang di PT Bata, saya yakin akan mampu menangani tugas perkantoran dengan baik.

Sebagai bahan pertimbangan Bapak/Ibu, bersama ini saya lampirkan:

1.    Riwayat hidup;

2.    Fotokopi ijazah; dan

3.    Keterangan surat penting lainnya.

Atas perhatian dan pertimbangan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih.

Hormat saya,

Ratih Elfina Purnamasari


Referensi

  1. Finoza, Lamuddin. (2010). Aneka surat sekretaris & bisnis Indonesia. Bandung: Diksi Insan Mulia.
  2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
  3. Triyatna, S. (2014). Korespondensi Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Mediatera.

Novel: Pengertian, Unsur Intrinsik, Kebahasaan, Dan Cara Menulis

Novel: Pengertian, Unsur Intrinsik, Kebahasaan & Cara Menulis


Pengertian Novel

Novel adalah karya prosa fiksi dengan runtutan peristiwa atau kisah kehidupan seseorang serta orang-orang disekitarnya yang panjang dan kompleks dengan menonjolkan watak dan sifat setiap tokoh atau pelaku (Kemdikbud, 2017, hlm. 109). Bukan hanya jumlah kata atau halamannya saja yang panjang, namun jangkauan penceritaan kisahnya juga luas dan rumit. Hal tersebutlah yang menjadi perbedaan mendasar jika novel dibandingkan dengan cerpen yang memiliki jangkauan kisah sempit dalam jumlah kata yang lebih sedikit.

Novel termasuk ke dalam genre teks narasi yang berarti teks yang menceritakan atau mengisahkan suatu kisah atau peristiwa. Cerita yang disampaikan bersifat fiksi atau rekaan. Namun, bukan berarti novel tidak dapat memberikan suatu isi yang bermanfaat, karena novel tetap dapat menyimpan cerminan nilai-nilai kehidupan nyata bahkan hingga menyelipkan fakta-fakta sejarah.

Hanya saja, sejarah yang termuat tidak secara spesifik ditujuan untuk menceritakan kebenaran yang pernah terjadi. Contohnya adalah bagaimana novel “Ronggeng Dukuh Paruk” dapat memberikan gambaran umum mengenai bagaimana kondisi atau keadaan politik Indonesia pada tahun 1940-an.

Hal tersebut menjadikan novel menjadi salah satu media kuatyang dapat menyajikan cerminan kehidupan masyarakat di kala hal yang ingin disampaikan tidak mungkin disampaikan secara langsung. Contohnya bagaimana Novel “Saman” karya Ayu Utami mampu menyampaikan beragam isu dan pergolakan politik di zaman Orde Baru.


Pengertian Novel Menurut Para Ahli

Untuk memperluas khazanah pengetahuan dan memastikan kesahihan pengertian novel, berikut adalah beberapa pengertian novel menurut para ahli.

Tarigan

Tarigan (2011) menyatakan bahwa Novel adalah suatu cerita dengan alur yang cukup panjang mengisi satu buku atau lebih yang menggarap kehidupan pria dan wanita yang bersifat imajinatif.

Nurgiyantoro

Novel merupakan karya fiksi yang dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yakni unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik (Nurgiyantoro, 2019, hlm. 10).

H.B. Jassin

Novel adalah suatu kejadian yang luar biasa dari kehidupan orangorang luar biasa karena kejadian ini terlahir suatu konflik, suatu pertikaian, yang mengalihkan jurusan nasib mereka (H. B Jassin, dalam Suroto, 1989, hlm. 19).

Semi

Novel adalahsuatu jenis karya sastra yang berbentuk naratif dan berkesinambungan ditandai oleh adanya aksi dan reaksi antar tokoh, khususnya antara antagonis dan protagonist  (Semi, 1988, hlm. 36).

Abrams

Secara harfiah, mulanya novel berasal dari kata novella berarti sebuah barang baru yang kecil, dan kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa (Abrams dalam dalam Nurgiyantoro, 2019, hlm. 11).


Unsur Intrinsik Novel

Lalu apa yang membuat novel menjadi novel? Tentunya adalah bahwa suatu karya teks mengandung bermacam unsur-unsur khas yang menjadikannya sebuah teks novel. Unsur utama yang menentukan novel adalah unsur-unsur yang berdiri di dalam karyanya sendiri yang disebut sebagai unsur intrinsik novel.

Unsur-unsur tersebut, menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 118) terdiri dari: tokoh, alur, latar, sudut pandang, dan tema. Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing unsur intrinsik novel.


Tokoh & Penokohan

Tokoh adalah para pelaku atau orang-orang yang dikisahkan dalam suatu cerita. Melanjutkan penjelasan tersebut, Nurgiyantoro (2012, hlm. 165 dalam Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 118) menyatakan bahwa tokoh cerita ialah orang-orang yang ditampilkan dalam suatu karya prosa fiksi yang memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.

Selanjutnya, Nurgiyantoro (2000, hlm. 176 dalam Tim Kemdikbud 2017, hlm. 188) juga membedakan tokoh dari tingkat penting atau tidaknya tokoh tersebut dan peranannya dalam plot/cerita, yakni sebagai berikut:

1.    Tokoh Utama,

merupakan tokoh sentral atau tokoh yang paling penting peranannya dalam suatu cerita.

2.    Tokoh tambahan,

adalah tokoh bawah atau tokoh yang tidak selalu diceritakan namun masih memiliki hubungan dan peran dengan tokoh utama.

Sementara itu, dilihat dari peran tokoh di dalam plotnya, tokoh terbagi menjadi:

1.    Tokoh protagonis,

yang biasanya diset untuk disukai oleh pembaca karena kepentingannya dalam plot serta memiliki sifat-sifat yang menarik dan positif.

2.    Tokoh antagonis,

yakni tokoh yang cenderung kurang disukai pembaca karena memiliki konflik dengan tokoh protagonis, tokoh ini biasanya bersifat jahat, pengecut, atau sifat negatif lainnya.


Penokohan

Unsur tokoh dalam novel juga mengandung penokohan atau teknik dan cara-cara tokoh diberi watak, dikembangkan, dan ditampilkan berdasarkan perannya. Terdapat dua cara untuk melakukan penokohan, yakni cara analitik dan cara dramatik. Penokohan cara analitik menampilkan langsung watak tokoh dalam bentuk perincian oleh pengarang. Sedangkan cara dramatik menyampaikan watak atau sifat tokoh melalui dialog, pikiran, perasaan, hingga perbuatan dan komentar tokoh terhadap tokoh lain dalam cerita.


Alur (Plot)

Alur atau plot adalah rangkaian peristiwa yang disusun untuk mengisahkan suatu sebab dan akibat suatu kisah yang diceritakan dalam novel. Hal tersebut senada dengan apa yang dikemukakan oleh Tim Kemdikbud (2017, hlm. 118) yang menyatakan bahwa alur adalah rangkaian peristiwa yang disusun berdasarkan hubungan kausalitas (sebab akibat).

Alur adalah bagian yang dapat membangun rasa penasaran (suspense) yang mampu menyihir pembaca untuk terus membaca. Di dalam alur terdapat peristiwa yang saling bertautan atau berelasi antar peran, baik sebagai sebab maupun sebagai akibat hingga akhirnya menciptakan konflik. Di dalam alur terkandung peristiwa, konflik, dan klimaks. Berikut adalah penjelasannya.

1.    Peristiwa

Peristiwa adalah peralihan satu situasi ke situasi yang lain. terdapat dua jenis peristiwa, yakni peristiwa fungsional yang berarti peristiwa penentu bagi perkembangan alur, peristiwa kaitan yang digunakan untuk membuat peristiwa lain masuk akal, dan peristiwa acuan yang diacu oleh tokoh.

2.    Konflik

Konflik merupakan peristiwa yang memunculkan berbagai kejadian penting yang disebabkan oleh adanya interaksi antartokoh meliputi tokoh dengan masyarakat, tokoh dengan dirinya sendiri, hingga tokoh dengan tokoh lain yang memiliki perbedaan pandangan.

3.    Klimaks

Klimaks adalah konflik yang telah mencapai puncaknya dan tidak dapat terhindarkan. Berbagai orientasi dan konflik yang telah terbangun akan dihadapkan pada puncak masalah atau klimaks. Dapat dikatakan bahwa klimaks merupakan bagian akhir dari alur yang terdiri dari tiga bagian, yakni: awal, tengah, dan akhir.

Alur memiliki beberapa kaidah yang dapat dimanfaatkan untuk menciptakan alur yang baik dan menarik. Beberapa kaidah tersebut meliputi:

1.    Kemasukakalan (plausability),

merupakan diterima atau tidaknya alur yang disusun oleh pembaca. Untuk mencapai kemasukakalan, setiap peristiwa dapat diperkuat oleh peristiwa kaitan.

2.    Kejutan (surprise),

merujuk pada peristiwa-peristiwa yang tiba-tiba dan tidak terduga yang dialami tokoh dengan penuh ketidakpastian sehingga pembaca tergelitik, terdorong, dan termotivasi untuk membaca terhadap dampak shock yang diberikannya.

3.    Misteri (suspense),

adalah suatu hal yang ditunda-tunda dan hanya diberikan sedikit bagian saja untuk memancing rasa penasaran pembaca.

4.    Keutuhan (unity),

merupakan keterhubungan secara keseluruhan dari alur yang disusun. Tanpa keutuhan, suatu alur tidak akan tampak seragam dan menyatu sehingga dapat mengaburkan maksud yang dituju.


Latar atau Setting

Latar merupakan gambaran yang digunakan untuk menempatkan peristiwa dalam suatu cerita. Latar terbagi menjadi tiga bagian yang meliputi:

1.    Latar tempat,

yang mengacu pada kondisi geografis atau tempat terjadi peristiwa/cerita. contohnya: Bandung, desa, perkantoran, sekolah, rumah, pasar, dsb;

2.    Latar waktu,

yang berarti kapan cerita berlangsung, acuannya dapat meliputi: jam, bulan, tahun, zaman, abad, dsb;

3.    Latar sosial,

yang berkaitan dengan budaya dan adat istiadat masyarakat yang menaungi kisah, hingga bagaimana cara berpikir masyarakat pada masa tertentu.


Sudut Pandang

Sudut pandang berarti “siapa” dan bagaimana cara penyampaian yang bercerita. Terdapat dua jenis sudut pandang, yakni:

1.    sudut pandang orang pertama,

adalah penyampaian cerita yang dilakukan oleh seorang tokoh aku/saya secara langsung;

2.    sudut pandang orang ketiga,

yakni penyampaiannya dilakukan oleh penulis (narator) yang berada di luar cerita, sehingga menggunakan: dia, mereka, nama tokoh, dsb.


Tema

Tema adalah dasar atau pokok pikiran utama dari suatu cerita. Umumnya, tema yang diangkat dalam novel meliputi berbagai kaitan kehidupan seperti: makna kehidupan, cinta, nilai sosial, agama (religius), keluarga, sejarah, psikologis, dsb.

Tema dapat memiliki sub tema atau biasa disebut dengan tema turunan.

1.    Tema utama merupakan pokok cerita yang menjadi fondasi utama penceritaan, sedangkan

2.    Tema turunan menjadi penguatnya saja. Contohnya: tema religius yang diiringi oleh tema turunan cinta dalam novel “Ayat-Ayat Cinta”.


Unsur Kebahasaan Novel

Unsur atau kaidah kebahasaan novel tentunya akan banyak mengadopsi teks narasi, karena novel merupakan salah satu turunannya. Berikut adalah beberapa ciri atau unsur kebahasaan dalam novel.

1.    Karena sifatnya bercerita, maka novel akan banyak menggunakan kalimat yang bermakna lampau.

2.    Urutan peristiwa dan alur akan membuat novel cenderung menggunakan kata yang menyatakan urutan waktu atau biasa disebut dengan konjungsi kronologis seperti: kemudian, selanjutnya, akhirnya.

3.    Menggunakan kata kerja yang menggambarkan suatu tindakan.

4.    Banyak menggunakan kata kerja yang menunjukkan kalimat tidak langsung sebagai cara menceritakan tuturan seorang tokoh yang dibawakan oleh penulis.

5.    Penggambaran tokoh dalam novel akan memuat banyak kata kerja yang menyatakan sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan oleh tokoh (kata kerja mental).

6.    Novel dengan sudut pandang orang pertama akan banyak menggunakan kata orang pertama dalam menyampaikan ceritanya, seperti: aku, saya dan kami.

7.    Namun, dalam sudut pandang orang ketiga, novel akan banyak menggunakan kata ganti orang ketiga seperti: dia, mereka


Cara Membuat Novel (Merancang Novel)

Sebetulnya, cara terbaik membuat novel adalah dengan mencurahkan ide awal yang kita miliki terlebih dahulu. Bisa jadi kita memiliki pengalaman menarik yang sepertinya cocok untuk dijadikan novel. Boleh juga dimulai juga dengan perancangan tokoh utama yang terinspirasi dari idola kita.

Curahkan dan tulis saja terlebih dahulu apapun yang kita miliki, seperti bagaimana seorang pelukis akan memulai karyanya melalui sketsa ekspresif yang tidak memikirkan benar atau salahnya guratan terlebih dahulu. Setelah itu, ikutilah langkah-langkah membuat novel menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 126) di bawah ini.

1.    Tentukan tema apa yang akan diangkat dalam novel, misalnya: pendidikan, persahabatan, atau politik.

2.    Mulai rancang tokoh-tokoh yang akan dilibatkan dalam kisahnya. Tentukan peran tokoh meliputi tokoh protagonis, antagonis, dan jika diperlukan tritagonis.

3.    Susun alur yang akan disajikan, misalnya alur maju (sederhana) meliputi: orientasi, konflik, klimaks, dan resolusi. Bisa juga dilakukan alur yang rumit yang justru menampilkan konflik terlebih dahulu untuk memberikan dampak kejutan dan membuat penasaran pembaca melalui orientasi yang memberikan suspense menuju klimaks.

4.    Tentukan latar tempat, waktu, dan keadaan sosial yang akan menyelimuti kisah dalam novel.

5.    Pastikan apa amanat atau nilai positif utama yang ingin dibawakan dalam novel agar hal tersebut dapat dibawakan dengan baik lewat novel.


Referensi

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

2.    Nurgiyantoro, Burhan. (2019). Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: UGM Press.

3.    Semi, Atar. (1988). Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Jaya.

4.   Suroto (1989). Teori dan Bimbingan Apresiasi Sastra INDONESIA untuk SMTA. Jakarta: Erlangga.

5.    Tarigan, H.G. (2011). Prinsip-Prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa Thahar.


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Taksonomi Bloom (Revisi) Dan Kata Kerja Operasional
  2. Psikologi Perkembangan: Pengertian, Teori, Faktor, Hukum, Dan Sebagainya
  3. Karya Ilmiah: Pengertian, Ciri, Jenis, Dan Struktur (Sistematika)
  4. Artikel: Pengertian, Struktur, Unsur Kebahasaan, Dan Pola Penulisan
  5. Proposal: Pengertian, Struktur, Kaidah, Tujuan, Dan Cara
  6. Resensi Buku & Karya Lain; Pengertian, Struktur, dan Cara Membuatnya
  7. Novel: Pengertian, Unsur Intrinsik, Kebahasaan, Dan Cara Menulis
  8. Surat Lamaran Pekerjaan: Pengertian, Sistematika, Dan Cara Membuatnya

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...