HOME

16 Februari, 2023

Resensi Buku & Karya Lain; Pengertian, Struktur, dan Cara Membuatnya

Resensi Buku & Karya Lain; Pengertian, Struktur, Cara, dsb


Pengertian Resensi

Resensi adalah pertimbangan baik-buruknya suatu karya yang harus dilakukan secara objektif, sesuai dengan kualitas isi buku (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 205). Tugas yang menulis resensi adalah untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai suatu karya apakah layak dibaca atau tidak, atau sekedar penilaian umum menilai kualitasnya.

Senada dengan pendapat di atas, Dalman (2015, hlm. 165), mengemukakan bahwa teks resensi adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menilai baik tidaknya sebuah buku. Perlu menjadi catatan bahwa keduanya (baik dan buruk) harus ada agar resensi menjadi suatu kritik yang konstruktif. Artinya, resensi bukan hanya opini mencemooh atau memuji secara subjektif tanpa memberikan kontribusi apa-apa.

Apakah hanya buku yang dapat dibuat resensinya? Tidak, resensi adalah ulasan, penilaian atau pembicaraan mengenai suatu karya baik itu buku, film, atau karya lain. Seperti yang dikemukakan oleh Fanani (2016, hlm. 70) bahwa resensi adalah sebuah penilaian terhadap objek resensi yang bisa berupa buku, film, musik, atau karya seni lainnya.

Sementara itu, dari sudut pandang etimologi, Mursidi (2016, hlm. 50), menyatakan bahwa kata resensi berasal dari bahasa Latin, yakni revidere atau recensere yang berarti melihat kembali, menimbang atau menilai.

Jadi dapat dikatakan bahwa apa itu resensi merupakan memberikan penilaian, membahas, mengungkap kembali hingga mengkritik suatu buku, atau objek resensi lainnya seperti film, musik, drama, dan sebagainya.


Perbedaan Resensi dan Sinopsis

Mengungkapkan kembali apa yang dihadirkan oleh suatu buku sering disebut juga dengan sinopsis bukan? Ya. Dengan demikian, jika ada pertanyaan apa perbedaan resensi dan sinopsis, maka sangatlah mudah untuk menjawabnya; resensi mengungkapkan kembali isi buku untuk menilainya, sementara sinopsis mengungkapkannya saja (tidak menilainya). Untuk lebih jelasnya, berikut ini disampaikan perbedaan resensi dan sinopsi yang lainnya.

Resensi

Sinopsis

1.     Mengungkapkan kembali apa yang dihadirkan dalam buku untuk menilainya

2.     Resensi biasanya mengungkapkan apa adanya, tanpa dibumbui untuk menarik perhatian calon pembeli.

3.     Terkadang kalau dibutuhkan resensi akan memberitahukan mengenai “sesuatu” yang akan merusak pengalaman calon pembaca jika mengetahuinya (spoiler).

1.     Hanya mengungkapkan apa yang dihadirkan dalam buku saja, tidak untuk dinilai.

2.     Sinopsis biasanya dibumbui untuk membuat calon pembeli penasaran agar tertarik membeli buku atau karya.

3.     Sinopsis tidak akan mengungkapkan suatu plot penting yang akan merusak pengalaman pembaca/penonton jika mengetahuinya (tidak akan memuat spoiler).


Struktur Resensi

Seperti apa struktur resensi? jawabannya, struktur resensi sesederhana poin-poin di bawah ini:

1.    identitas karya,

2.    orientasi (pendahuluan),

3.    inti resensi,

4.    analisis (keunggulan karya),

5.    evaluasi (kekurangan karya),

6.    penutup

Namun resensi biasanya memiliki format yang membagi masing-masing bagian struktur dalam sub judul yang berbeda. Hal tersebut membuat resensi memiliki taksonomi atau aturan susunan yang teratur layaknya karya ilmiah. Oleh karena itu, struktur dalam resensi lebih sering disebut sebagai sistematika atau unsur-unsur resensi. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai struktur resensi yang berupa sistematika atau unsur-unsur pembentuknya.


Sistematika Resensi (Unsur)

Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 205; Samad, 2008, hlm. 78) unsur-unsur atau sistematika resensi di antaranya adalah sebagai berikut.

1.    Judul resensi

judul yang baik akan dibuat dengan menarik dan menjiwai karya yang diresensi; terdapat hubungan erat dengan karya yang diresensi.

2.    Identitas buku (atau karya lain) yang diresensi

Berbagai informasi mengenai karya yang diresensi, misalnya jika buku maka meliputi: judul buku, pengarang, penerbit, tahun terbit (termasuk versi cetakan), tebal buku, harga.

3.    Pendahuluan (memperkenalkan pengarang, tujuan pengarang buku, dan lain-lain)

Dapat berisi pengenalan pengarang atau pencipta karya, memamerkan kekhasan pengarang, keunikan utama karya, penerbit/pihak lain yang terkait, kesan, pertanyaan umum, membuka dialog, dsb.

4.    Inti/isi resensi

sinopsis, rumusan kerangka atau unsur objek yang diresensi, tinjauan bahasa/desain, pengecekan kesalahan, dsb.

5.    Keunggulan buku (karya)

Seperti namanya, analisis keunggulan-keunggulan apa saja yang dimiliki oleh buku atau karya.

6.    Kekurangan buku (karya)

Mengungkap kekurangan yang ditemukan serta jika diperlukan, saran untuk membuatnya lebih baik.

7.    Penutup

berisi pernyataan akhir dari peresensi terhadap buku seperti menyatakan karya yang diresensi lebih cocok untuk siapa, dsb.


Kaidah Kebahasaan Resensi

Seperti teks lainnya, resensi memiliki ciri atau kaidah kebahasaan khas yang membedakannya dari jenis teks lain. Dalam buku Bahasa Indonesia untuk SMA kelas XI, Tim Kemdikbud (2017, hlm. 223) ciri kebahasaan resensi adalah sebagai berikut.

1.    Banyak menggunakan konjungsi penerang, seperti: yaitu, yakni, bahwa.

2.    Cenderung menggunakan konjungsi temporal: semenjak, sejak akhirnya, kemudian.

3.    Banyak menggunakan konjungsi penyebababan: sebab, karena.

4.    Menggunakan pernyataan-pernyataan yang berupa saran atau rekomendasi pada bagian akhir teks. Hal tersebut ditandai oleh kata: hendaknya, harus, jangan.


Cara Membuat Resensi

Tentunya untuk membuat resensi kita haruslah menguasai buku atau karya yang akan diulas. Caranya adalah dengan membaca atau mengapresiasinya dengan seksama terlebih dahulu. Untuk menghasilkan resensi yang baik, peresensi harus menggunakan langkah-langkah yang tepat guna dan efektif. Menurut Dalman (2015, hlm. 174) langkah-langkah menulis resensi yang baik adalah sebagai berikut.

1.    Penjajakan atau pengenalan terhadap buku yang akan diulas. Dapat berupa pra-penelitian, mencari tahu informasi penulis buku atau pencipta karya, penerbit, dsb.

2.    Membaca buku atau mengapresiasi karya yang akan diresensi secara komprehensif, cermat, dan teliti.

3.    Menandai bagian-bagian buku atau karya yang diperhatikan secara khusus dan menentukan bagian-bagian yang dikutip untuk dijadikan data.

4.    Membuat sinopsis atau intisari dari buku yang diresensi (membuat deskripsi untu jenis karya lain).

5.    Menentukan sikap dan menilai hal-hal yang berkenaan dengan organisasi penulisan, bobot ide, aspek bahasanya, dan aspek teknisnya.


Contoh Resensi Buku

Menurut Tim kemdikbud (2017, hlm. 208) berikut ini adalah contoh resensi buku pengetahuan beserta unsur/sistematika/strukturnya (dengan penyesuaian).


Judul Resensi

Menulis Gampang Tanpa Membutuhkan Bakat


Identitas Buku

Judul : Agar Menulis-Mengarang Bisa Gampang

Pengarang : Andrias Harefa

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2002

Halaman : i-xi + 103 halaman


Pendahuluan

Aktivitas menulis sering kali dikaitkan dengan bakat seseorang. Padahal, tidak selamanya bakat dapat membuat aktivitas tulis-menulis menjadi selancar dan semudah yang kita bayangkan. Berulang kali para pakar menyatakan bahwa menulis merupakan pelajaran dasar yang sudah kita dapatkan semenjak duduk di bangku sekolah dasar bahkan di taman kanak-kanak. Dengan kata lain, mengarang adalah keterampilan sekolah dasar. Namun, sering kali ketika kita hendak menuangkan ide-ide kita dalam bentuk tulisan, sesuatu yang bernama “bakat” selalu menjadi semacam “kambing hitam” yang harus siap dipersalahkan.


Isi Resensi

Mengarang bukanlah pekerjaan yang mudah. Namun, juga bukan merupakan hal yang sulit jika ada komitmen, janji pada diri sendiri tentu saja, jika komitmen itu diniati untuk benar-benar ditepati. Komitmen, inilah satu lagi kata kunci agar proses menulis dan mengarang menjadi mudah. Komitmen tersebut adalah janji pada diri sendiri bahwa saya akan menjadi penulis. Jadi, menulis itu bukan perlu bakat, sebab bakat tidak lebih dari “minat dan ambisi yang terus-menerus berkembang”.


Keunggulan Buku

Buku ini menggunakan bahasa sederhana yang mudah untuk dicerna. Berbagai cara atau langkah dalam menulis juga terhitung ringan untuk diikuti. Meskipun begitu, buku ini tetap memiliki pembahasan mendalam dalam menulis.


Kekurangan Buku

Penulis kurang membahas berbagai teknik yang telah diketahui efektif untuk membantu seseorang dalam menulis. Mungkin hal tersebut dilakukan untuk membuat buku lebih ringan. Namun tetap sangat disayangkan berbagai teknik dan pengetahuan umum menulis tidak di elaborasi untuk melengkapi “kegampangan” buku.


Pentutup

Jadi, jika “bakat” bermakna demikian, segala sesuatu memerlukan bakat, tidak hanya dalam soal tulis-menulis. Masalahnya kemudian, bagaimana agar ambisi tersebut terus dipelihara sampai waktu yang lama? Jawabnya, “komitmen pada diri sendiri”.


Referensi

1.    Dalman. (2015). Menulis karya ilmiah. Depok: Rajagrafindo Persada.

2.    Fanani, B. (2016). Kalimat dan imajinasi. Yogyakarta: Araska.

3. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XI. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

4.    Mursidi. (2016). Tip sukses meresensi buku di koran. Jakarta: Gramedia.


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Taksonomi Bloom (Revisi) Dan Kata Kerja Operasional
  2. Psikologi Perkembangan: Pengertian, Teori, Faktor, Hukum, Dan Sebagainya
  3. Karya Ilmiah: Pengertian, Ciri, Jenis, Dan Struktur (Sistematika)
  4. Artikel: Pengertian, Struktur, Unsur Kebahasaan, Dan Pola Penulisan
  5. Proposal: Pengertian, Struktur, Kaidah, Tujuan, Dan Cara
  6. Resensi Buku & Karya Lain; Pengertian, Struktur, dan Cara Membuatnya
  7. Novel: Pengertian, Unsur Intrinsik, Kebahasaan, Dan Cara Menulis
  8. Surat Lamaran Pekerjaan: Pengertian, Sistematika, Dan Cara Membuatnya

Proposal: Pengertian, Struktur, Kaidah, Tujuan, Dan Cara

Proposal: Pengertian, Struktur, Kaidah, Tujuan, Dan Cara


Pengertian Proposal

Proposal adalah rencana penelitian atau kegiatan yang akan dilaksanakan agar dapat dipertimbangkan untuk disetujui oleh pihak atau lembaga penerima usul. Pengertian tersebut diperkuat oleh pernyataan Kosasih (2017, hlm. 154) yang menyatakan bahwa proposal adalah teks yang berupa permintaan kepada seseorang atau suatu badan untuk melakukan suatu kegiatan atau penelitian ilmiah.

Senada dengan pendapat di atas, Tim Kemdikbud (2017, hlm. 143) menyatakan bahwa proposal digunakan sebagai pengajuan, permohonan, atau penawaran. Melalui proposal, kegiatan yang direncanakan dapat terlaksana dengan baik, karena kita akan mendapat beberapa keuntungan seperti: rencana yang sistematis dan matang, mendapatkan izin pelaksanaan kegiatan, hingga bantuan dana.

Lalu seperti apa format, sistematika, atau struktur dari proposal? Berikut adalah pemaparan lengkapnya.


Struktur Proposal (Sistematika)

Struktur atau sistematika penulisan proposal sangat beragam tergantung dari tujuannya. Misalnya, dalam beberapa aspek, proposal penelitian memiliki beberapa perbedaan dengan proposal kegiatan kemasyarakatan. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada sistematika atau struktur proposal pula.

Contohnya, struktur proposal penelitian dan struktur proposal kegiatan akan memiliki perbedaan yang cukup signifikan seperti pada pemaparan di bawah ini.

Struktur Proposal Penelitian

Struktur Proposal Kegiatan

1.     Latar Belakang Masalah

2.     Perumusan Masalah

3.     Tujuan Penelitian

4.     Manfaat Penelitian

5.     Landasan Teori

6.     Metode Penelitian

7.     Kerangka Penulisan Laporan

1.     Latar Belakang

2.     Masalah dan Tujuan
a. Masalah
b. Tujuan

3.     Ruang Lingkup Kegiatan
a. Objek
b. Jenis-Jenis kegiatan

4.     Kerangka Teoretis dan Hipotesis
a. Kerangka teoretis
b. Hipotesis

5.     Metode

6.     Pelaksana Kegiatan
a. Penanggung jawab
b. Susunan personalia

7.     Fasilitas yang Tersedia
a. Sarana
b. Peralatan

8.     Keuntungan dan Kerugian
a. Keuntungan-Keuntungan
b. Kemungkinan kerugian

9.     Lama Waktu dan Tempat Pelaksanaan
a. Waktu
b. Tempat

10.   Anggaran Biaya

11.   Daftar Pustaka

12.   Lampiran-Lampiran

Namun demikian, secara umum, terdapat beberapa bagian yang sebaiknya harus selalu ada dalam proposal, meliputi: latar belakang, masalah dan tujuan, ruang lingkup kegiatan, kerangka teoretis dan hipotesis, metode, pelaksana kegiatan, fasilitas, keuntungan dan kerugian, lama waktu, pembiayaan (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 154). Masing-masing bagian akan dijelaskan pada penjabaran di bawah ini.


Latar Belakang

Latar belakang proposal adalah berbagai keadaan, kejadian, atau hal lain yang melatarbelakangi pentingnya dilaksanakan suatu penelitian atau kegiatan. Bagian ini akan memuat berbagai alasan mengapa sesuatu yang diajukan dalam proposal penting untuk dilaksanakan.

Karena merupakan alasan yang berarti berupa argumen, latar belakang harus dilandasi data yang menyokongnya, bukan hanya berupa pendapat subjektif. Misalnya, gunakan data statistik dari lembaga penelitian pemerintah atau jurnal penelitian para akademisi dan ilmuwan.

Misalnya, jika penelitian atau kegiatan yang diajukan menyangkut kesehatan, maka latar belakangnya adalah mengenai berjangkitnya suatu penyakit yang dalam taraf mengkhawatirkan berdasarkan data atau statistik dari penelitian lain yang telah diterbitkan.

Latar belakang juga sering disebut sebagai inti dari suatu proposal atau penelitian ilmiah. Hal ini karena semua maksud, alasan, tujuan, metode, hingga kegiatan yang akan dilakukan akan ada pada bagian latar belakang. Struktur lain dalam proposal pada dasarnya hanyalah perincian suatu hal dari latar belakang saja.


Masalah dan Tujuan

Dalam beberapa format proposal, terutama proposal penelitian biasanya dua bagian ini menjadi sub-bab yang terpisah menjadi: rumusan masalah, dan tujuan penelitian. Bagian ini secara rinci dan spesifik menyebutkan masalah apa saja yang ingin diangkat berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan. Bagian ini juga memuat tujuan-tujuan apa yang ingin dicapai dan disampaikan secara rasional dan persuasif sesuai dengan latar belakang yang diangkat.

Masalah sering disebut sebagai Perumusan Masalah pula. Masalah dan tujuan biasanya dipisahkan menjadi dua sturktur yang berbeda. Namun demikian, korelasi masalah dan tujuan ini amatlah kuat. Contohnya, jika rumusan masalahnya adalah “Bagaimana kegiatan penelitian dilakukan?” maka tujuannya adalah “Untuk mengetahui bagaimana kegiatan penelitian dilakukan”.


Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup kegiatan adalah berbagai batasan-batasan penelitian dan kegiatan yang diusulkan. Batasan ini sangat penting untuk ditentukan agar hal yang diajukan tetap pada jalur tujuan utamanya tanpa menyinggung hal lain yang tidak dibutuhkan.

Manfaat penentuan ruang lingkup bagi penerima usul adalah akan lebih mudah dilihat kebaikan dan kelemahannya suatu penelitian atau kegiatan. Sementara itu, bagi penerima usul, masing-masing dapat lebih fokus menguji dan mengkaji masalah dari ruang lingkup dengan bahan-bahan literatur yang spesifik pula dalam mempertimbangkan diterima atau tidaknya suatu usulan yang diajukan.


Kerangka Teoretis dan Hipotesis

Dalam bagian ini dikemukakan telaah terhadap teori hingga hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan masalah yang telah dirumuskan. Telaah dapat berupa perbandingan, pengontrasan, dan peletakan atau penguatan teori terhadap masalah yang akan diteliti.

Misalnya, jika salah satu rumusan masalah proposal adalah menjaga kesehatan, maka teori ilmu kesehatan dapat ditautkan dengan masalah tersebut untuk mencari solusinya. Dari teori-teori yang dikemukakan, penerima usul dapat memahami bobot usulan untuk mengetahui seberapa jauh persiapan pengusul dalam mengusulkan hal yang diajukan.


Metode

Bagian ini mengemukakan metode penelitian atau kegiatan yang akan dilaksanakan. Hal tersebut mencakup teknik-teknik pengumpulan data, langkah yang akan diambil dalam kegiatan, dsb. Contohnya, metode penelitian yang dapat digunakan adalah metode deskriptif (mendeskripsikan) atau metode kualitatif (menghitung pengaruh data terhadap penelitian).

Sementara itu, pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan angket (kuesioner), wawancara, observasi, studi pustaka, atau tes. Dalam metode penelitian atau metode kegiatan, harus dikemukakan juga rencana pengolahan data yang akan dilakukan.


Pelaksana Kegiatan

Salah satu faktor utama yang diperhitungkan oleh penerima proposal adalah susunan personil (personalia) dari badan yang mengajukan proposal tersebut. Oleh karena itu, pastikan untuk merekrut personalia yang ahli dan dapat diandalkan mengerjakan kegiatan yang diajukan.

Proposal haruslah melampirkan daftar pelaksana kegiatan lengkap dengan informasi pendidikan, keahlian, dan bila perlu daftar pengalaman personalia yang akan terlibat di dalamnya.

Dalam proposal penelitian seperti skripsi, tesis, atau jurnal ilmiah pelaksana kegiatan tidak perlu dikemukakan karena penulis atau peneliti sendirilah yang menjadi pelaksana kegiatan.


Fasilitas

Bagian ini menerangkan berbagai kebutuhan fasilitas untuk mengadakan kegiatan. Pengusul proposal harus menggambarkan bermacam-macam fasilitas yang akan digunakan. Selain untuk memberikan informasi mengenai fasilitas yang menaungi kegiatan, hal ini juga akan menujukan pengusul benar-benar serius dan telah memperhitungkan fasilitas yang akan dihadirkan dalam kegiatan pula.


Keuntungan dan Kerugian

Mencantumkan keuntungan dari kegiatan tentunya cukup masuk akal untuk dilakukan. Hal ini tentunya dilakukan untuk meyakinkan kembali bahwa manfaat dari kegiatan ini benar-benar ada dan tidak akan sia-sia untuk dilakukan. Keuntungan dapat digambarkan melalui: keuntungan langsung (seperti penjualan), keuntungan sampingan (membangun citra merek), hingga penghematan, dsb.

Lalu mengapa kita harus mencantumkan kerugian? Tentunya karena apa pun yang kita lakukan akan memiliki konsekuensi negatif juga. Namun, apakah konsekuensi tersebut cukup sepadan dengan apa yang akan didapatkan? Itulah pertanyaan utamanya. Dalam jangka pendek mungkin kegiatan yang kita ajukan akan membebani keuangan penerima proposal, tapi jangka panjangnya tentu adalah hal yang berbeda. Selain itu, apakah kegiatan kita akan menyebabkan kemacetan, dsb? Kerugian yang dimaksud juga dapat berupa hambatan yang akan dihadapi ketika melaksanakan kegiatan.


Lama Waktu

Bagian ini mencantumkan perkiraan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan yang akan dilaksanakan. Jika kegiatan terdiri dari banyak pekerjaan yang memiliki tahap cukup rumit, sebaiknya berikan perincian juga terhadap berbagai tahap tersebut. Lama waktu pengerjaan kegiatan atau penelitian ini biasa disajikan melalui Gantt chart.


Pembiayaan

Tentunya pembiayaan adalah salah satu perhatian utama dari penerima usul. Oleh karena itu, perincian biaya harus benar-benar digarap dengan baik dalam proposal. Meskipun begitu, bagi badan penerima usul yang memiliki reputasi baik biasanya kualitas adalah hal yang lebih diutamakan dibandingkan dengan masuk atau tidak biaya yang diminta.


Kaidah Kebahasaan Proposal

Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 169) kaidah, ciri, atau unsur kebahasaan yang menjadi penanda proposal adalah sebagai berikut.

1.    Menggunakan banyak istilah ilmiah, baik berkenaan dengan kegiatan itu sendiri ataupun tentang istilah-istilah berkaitan dengan bidang keilmuannya. Contohnya, dalam ilmu pendidikan, istilah tersebut mencakup: afektif, kompetensi, minat baca, psikologis.

2.    Banyak menggunakan kata kerja tindakan yang menyatakan langkah-langkah kegiatan (metode penelitian). Kata-kata yang dimaksud, meliputi: mengamati, mendokumentasikan, melakukan, berlatih, mengisi, membaca, mencampurkan.

3.    Menggunakan kata-kata yang menyatakan pendefinisan, yang ditandai oleh penggunaan kata: yakni, yaitu, merupakan, adalah.

4.    Kaya akan kata-kata yang bermakna perincian, seperti selain itu, petama, kedua, ketiga.

5.    Menggunakan kata-kata yang bersifat “keakanan”, seperti: akan, diharapkan, direncakan. Hal tersebut sesuai dengan sifat proposal sendiri sebagai suatu usulan, rencana, atau rancangan program kegiatan.

6.    Banyak menggunakan kata-kata bermakna lugas atau denotatif (bukan kiasan). Hal ini penting untuk menghindari kesalahpahaman antara pihak pengusul dengan pihak penerima proposal.


Tujuan Pengajuan Proposal

Tentunya tujuan utama pengajuan proposal adalah untuk mendapatkan persetujuan, pengesahan, bahkan pembiayaan dari pihak penerima usulan dalam menggarap hal yang diajukan. Selain itu, menurut Happy (2008 dalam Dalman 2016, hlm. 179) tujuan pengajuan proposal pada umumnya adalah sebagai berikut.

1.    Disetujui untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan agama, sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dan budaya.

2.    Mendirikan usaha kecil, menengah, atau besar.

3.    Mengajukan tender dari lembaga-lembaga pemerintahan atau swasta.

4.    Untuk mengajukan kredit kepada bank.

5.    Mengadakan acara berupa seminar, diskusi, dan pelatihan.


Cara Menyusun Proposal

Menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 172) menyusun atau merancang proposal dapat dilakukan dengan beberapa tahap di bawah ini.

1.    Lakukanlah observasi terhadap lingkungan di sekitar, baik itu melalui pengamatan langsung ataupun melalui wawancara dengan tokoh setempat, berkenaan dengan permasalahan kesehatan, keamanan, moralitas, kelestarian lingkungan hidup, dan persoalan-persoalan lainnya. Observasi dapat dilakukan pula melalui cara daring atau studi pustaka di perpustakaan.

2.    Pilihlah salah satu dari berbagai persoalan yang telah terkumpul dengan cara memilih yang dianggap paling penting dan mendesak untuk dicari penyebab atau pemecahan masalahnya.

3.    Rumuskanlah bentuk penelitian atau kegiatan penelitian yang relevan dengan persoalan yang telah ditentuka.

4.    Cari pula referensi yang dapat memperkuat dan memperjelas persoalan yang akan melatarbelakangi penelitian atau kegiatan yang akan dilakukan.

5.    Diskusikan kembali persoalan serta penelitian atau kegiatan tersebut dengan kolega atau bandingkan dengan penelitian lain yang relevan.

6.    Mulai curahkan semua hasil pra penelitian dengan menulis latar belakang terlebih dahulu yang sebetulnya akan memuat rumusan masalah, tujuan, dan metode penelitian pula.

7.    Perhatikan kelengkapan, kejelasan, dan kemenarikan proposal dengan cara memastikan seluruh bagian struktur ada, kaidah kebahasaan sesuai dengan penanda proposal, dan menggunakan bahasa persuasif serta tata letak dan gambar yang baik agar menarik.


Referensi

1.    Dalman. (2016). Menulis Karya Ilmiah. Depok: Rajagrafindo Persada.

2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XI. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3.    Kosasih, Engkos. (2017). Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Taksonomi Bloom (Revisi) Dan Kata Kerja Operasional
  2. Psikologi Perkembangan: Pengertian, Teori, Faktor, Hukum, Dan Sebagainya
  3. Karya Ilmiah: Pengertian, Ciri, Jenis, Dan Struktur (Sistematika)
  4. Artikel: Pengertian, Struktur, Unsur Kebahasaan, Dan Pola Penulisan
  5. Proposal: Pengertian, Struktur, Kaidah, Tujuan, Dan Cara
  6. Resensi Buku & Karya Lain; Pengertian, Struktur, dan Cara Membuatnya
  7. Novel: Pengertian, Unsur Intrinsik, Kebahasaan, Dan Cara Menulis
  8. Surat Lamaran Pekerjaan: Pengertian, Sistematika, Dan Cara Membuatnya

Artikel: Pengertian, Struktur, Unsur Kebahasaan, Dan Pola Penulisan

Artikel: Pengertian, Struktur, Unsur Kebahasaan & Pola Penulisan


Pengertian Artikel

Artikel adalah jenis tulisan yang berisi pendapat, gagasan, pikiran, hingga kritik terhadap suatu persoalan yang tengah berkembang di masyarakat dan biasanya ditulis menggunakan bahasa ilmiah populer (Tim Kemdikbud, 2017, hlm. 131). Artinya, apa itu artikel adalah tulisan yang berisi pendapat mengenai fakta, fenomena, data, hingga kejadian tertentu yang ditulis menggunakan bahasa ilmiah namun tetap ringkas dan ringan untuk dibaca di surat kabar, majalah, hingga media online.

Dalam perkembangannya, terdapat dua jenis artikel yang paling populer, yakni artikel opini, dan artikel fakta, atau campuran dari keduanya. Pada dasarnya, artikel merupakan genre teks eksposisi, dan seperti eksposisi yang lainnya, suatu argumen itu terbagi menjadi dua jenis, yakni: fakta, dan opini.

Untuk itu, sangatlah penting untuk menyadari perbedaan antara keduanya. Terkadang sangatlah mudah bagi seseorang terjerumus oleh opini yang sebetulnya tidak terbukti. Sementara itu, berbagai fakta yang disajikan justru tidak digubris dan ditelaah karena sudah terlanjur menyetujui opininya yang kebetulan sama dengan pendapat pribadi pembacanya. Di bawah ini adalah penjelasan mengenai perbedaan fakta dan opini.


Perbedaan Fakta dan Opini

Fakta adalah kenyataan atau peristiwa yang benar-benar ada atau terjadi dan telah dibuktikan oleh data yang konkret dan mencukupi. Fakta dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan apa, siapa, kapan, di mana, atau berapa. Fakta bersifat objektif dan tidak dapat diada-ada, artinya hal ini merupakan kenyataan yang terjadi dan bukan hanya sekedar pendapat.

Fakta memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1.    merupakan suatu kebenaran umum;

2.    menyertakan bukti berupa data-data yang akurat;

3.    mengungkapkan peristiwa yang benar-benar terjadi.

Contoh fakta:

1.    Tasikmalaya adalah salah satu kota yang berada di Jawa Barat.

2.    Kepala BPS Suhariyanto mengatakan secara kuartalan atau dibandingkan dengan kuartal IV/2019, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus 2,41 persen.

3.    Indeks kebahagiaan Kota Bandung pada tahun 2017 adalah sebesar 73,42 yang berarti sangat bahagia dan naik sebanyak 0,15 dari tahun sebelumnya berdasarkan survei yang dilaksanakan oleh BPS.

Sementara itu, opini merupakan pendapat, pemikiran, atau pendirian seseorang terhadap suatu hal. Biasanya, opini digunakan untuk menjawab bagaimana dan mengapa. Tentunya opini bersifat sangat subjektif dan bukan berdasarkan fakta. Namun beberapa opini juga biasa diperkuat oleh data atau fakta kalau memang tersedia bukti konkretnya.

Contoh opini:

1.    Pendidikan Indonesia rasanya belum mengalami pertumbuhan juga.

2.    Seharusnya Bandung dapat menjadi salah satu tujuan wisata yang menarik untuk dikunjungi oleh wisatawan asing.

3.    Majalengka tampaknya akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat dengan didirikannya bandar udara internasional Kertajati.

Lalu seperti apa bentuk atau struktur dari teks yang berbentuk artikel? Di bawah ini adalah penjabarannya.


Struktur Artikel

Artikel kebanyakan disampaikan melalui opini yang diperkuat oleh fakta. Oleh karena itu, strukturnya akan banyak memuat unsur-unsur yang terdapat pada teks eksposisi. Struktur artikel setidaknya akan memuat beberapa bagian di bawah ini.

1.    Tesis

Merupakan pendapat dan opini umum yang meliputi pengenalan isu, masalah, ataupun pandangan penulis secara umum mengenai topik yang akan dibahas dalam artikel.

2.    Rangkaian argumen

Berupa sejumlah pendapat, opini, atau argumen penulis sebagai penjelasan atas tesis yang telah dikemukakan. Bagian ini juga biasanya diperkuat oleh fakta dan data yang digunakan untuk memvalidasi argumen.

3.    Penegasan ulang

Merupakan perumusan kembali secara ringkas mengenai tesis dan fakta yang telah disampaikan. Bagian ini juga dapat memuat rekomendasi berupa solusi konkret dari penulis.

Biasanya suatu artikel akan memiliki banyak rangkaian argumen untuk memperkuat tesis atau pendapat umum dan opini yang disajikan. Rangkaian argumen tersebut berupa berbagai opini mendetail dan spesifik dari pendapat umum yang telah disampaikan. Rangkaian argumen tersebut juga penting untuk disusun sekoheren (seterhubung dan sepadu) mungkin sehingga tidak mengaburkan inti dari opini yang disampaikan.


Unsur Kebahasaan Artikel

Unsur kebahasaan yang terdapat dalam artikel dan karya ilmiah memiliki persamaan karena penyajian isinya berdasarkan fakta yang dibeberkan melalui opini, bukan fiksi atau imajinasi. Berikut adalah unsur kebahasaan teks artikel yang harus dicermati menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 156).


Adverbia

Merupakan satuan bahasa yang dapat mengekspresikan sikap eksposisi. Agar artikel dapat lebih meyakinkan pembaca, diperlukan ekspresi kepastian, yang dapat dipertegas dengan penggunaan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, seperti:  selalu, sering, kadang-kadang, biasanya, sebagian besar, dan jarang.


Konjungsi

Konjungsi atau kata sambung adalah kata atau ungkapan yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, yaitu kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, serta kalimat dengan kalimat. Jenis konjungsi yang digunakan haruslah tepat guna agar memperkuat kebahasaan yang digunakan dalam artikel. Berikut adalah beberapa jenis konjungsi yang sering dijumpai pada artikel.

1.    konjungsi untuk menata argumentasi, meliputi: pertama, kedua, berikutnya;

2.    konjungsi yang digunakan untuk memperkuat argumentasi, selain itu, misalnya, seperti, padahal, justru, sebagai contoh;

3.    konjungsi yang menyatakan hubungan sebab-akibat, seperti: sejak, sebelumnya, dan sebagainya;

4.    konjungsi yang menyatakan harapan, contohnya: supaya, dan sebagainya.


Kosakata

Kosakata yang dimaksud adalah perbendaharaan kata. Agar teks artikel mampu menarik perhatian pembaca, diperlukan kosakata yang luas dan menarik. Biasanya konten teks yang menarik akan mencakup dan mempertimbangkan hal-hal berikut ini.

1.    Aktual, topik yang dibahas sedang menjadi pembicaraan orang banyak atau baru saja terjadi.

2.    Fenomenal, yakni megah, besar, luar biasa, hebat, dan dapat dirasakan pancaindra.

3.    Editorial, artikel dalam surat kabar yang mengungkapkan pendirian editor atau pemimpin surat kabar.

4.    Imajinasi, memberikan dan memancing daya pikir untuk membayangkan suatu peristiwa terhadap pembacanya.

5.    Modalitas, cara pembicara atau penulis menyatakan sikap terhadap suatu imajinasi dalam komunikasi antarpribadi dibuat berkarakter atau menarik. (barangkali, harus, dan sebagainya).

6.    Nukilan, kutipan atau tulisan yang dicantumkan pada suatu benda.

7.    Tajuk rencana, karangan pokok dalam suatu kumpulan berita dan konten surat kabar.

8.    Teks opini, yang berarti teks yang menjadi wadah untuk mengemukakan berbagai pendapat atau pikiran.

9.    Keterangan aposisi, keterangan yang memberi penjelasan kata benda. Jika ditulis, keterangan ini diapit tanda koma atau tanda pisah atau tanda kurung.


Kaidah Kebahasaan Artikel

Selain unsur kebahasaan yang harus diperhatikan, teks artikel juga memiliki kaidah kebahasaan penanda yang menjadikan suatu teks menjadi artikel. Ciri-ciri kebahasaan tersebut meliputi beberapa poin di bawah ini.

1.    Menggunakan kata-kata denotatif, yakni kata yang bermakna sebenarnya. Kata itu tidak bermakna hal lain ataupun dilebihkan maknanya seperti kata konotatif. Namun sebagian artikel juga akan menggunakan kata konotatif untuk memperindah dan mempopulerkan tulisannya.

2.    Menggunakan kata peristilahan atau kata teknis yang berkenaan dengan topik pembahasan. Contohnya, jika topik yang dibawakan mengenai kesehatan maka istilah teknis yang digunakan adalah: virus, bakteri, pola makan, suhu tubuh, dsb.

3.    Banyak menggunakan konjungsi yang menunjukkan hubungan argumentasi atau kausalitas. contohnya: sebab, karena, jika, dengan demikian, oleh karena itu, akibatnya.

4.    Dapat pula menggunakan konjungsi yang menyatakan hubungan keterangan waktu atau kronologis, seperti: sebelum itu, kemudian, pada akhirnya.

5.    Dalam artikel pola perbandingan, banyak memuat konjungsi yang menyatakan perbandingan/pertentangan seperti: sebaliknya, berbeda halnya, namun.

6.    Menggunakan kata-kata kerja mental (mental verba), seperti: diharapkan, memperkirakan, memprihatinkan, menduga, menyimpulkan, berpendapat, berasumsi, dan mengagumkan.

7.    Banyak menggunakan kata-kata perujukan: menurut pendapat, berdasarkan data, merujuk pada pendapat.

8.    Menggunakan kata-kata persuasif, seperti: sebaiknya, hendaklah, sebaiknya, harus, perlu. Selain itu.


Pola Penyajian Artikel

Menurut tim Kemdikbud (2017, hlm. 181) terdapat beberapa pola penyajian artikel yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan penulisan artikel, yakni:

1.    Pola pemecahan topik

Artikel memecah topik yang masih berada dalam lingkup pembicaraan yang ditemakan menjadi beberapa subbagian atau subtopik yang lebih mengerucut agar dapat dianalisis dengan lebih fokus terhadap masing-masing bagian yang telah dipecah.

2.    Pola masalah dan pemecahannya

Pola ini lebih dahulu mengemukakan masalah yang di bahas, baik itu masalah pokok maupun beberapa masalah turunannya yang masih berada dalam lingkup pokok bahasan utama. Selanjutnya, penulis akan menganalisis sesuai dengan pendapat ahli atau pakar terkait dengan bidang ilmu yang berkaitan dengan topik yang dibahas.

3.    Pola kronologi

Pola kronologi akan menyajikan artikel sesuai dengan urutan waktu, kejadian, kebersinambungan, keberlanjutan bagaimana sesuatu itu terjadi yang dipaparkan secara runut dan runtut.

4.    Pola pendapat dan alasan pemikiran

Pola ini baru dipakai jika penulis artikel ingin menyampaikan pendapat, gagasannya sendiri. Argumen langsung disampaikan dengan jelas dan bila perlu dapat ditambahkan perbandingan, atau bukti yang menguatkannya.

5.    Pola pembandingan

Pembanding atau gaya penulisan komparatif membandingkan dua aspek atau lebih dari satu topik untuk menunjukkan persamaan atau perbedaannya, sehingga dapat menarik kesimpulan untuk suatu solusi atau gambaran yang lebih baik dari hal yang dibahas.


Referensi

1. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Taksonomi Bloom (Revisi) Dan Kata Kerja Operasional
  2. Psikologi Perkembangan: Pengertian, Teori, Faktor, Hukum, Dan Sebagainya
  3. Karya Ilmiah: Pengertian, Ciri, Jenis, Dan Struktur (Sistematika)
  4. Artikel: Pengertian, Struktur, Unsur Kebahasaan, Dan Pola Penulisan
  5. Proposal: Pengertian, Struktur, Kaidah, Tujuan, Dan Cara
  6. Resensi Buku & Karya Lain; Pengertian, Struktur, dan Cara Membuatnya
  7. Novel: Pengertian, Unsur Intrinsik, Kebahasaan, Dan Cara Menulis
  8. Surat Lamaran Pekerjaan: Pengertian, Sistematika, Dan Cara Membuatnya

Karya Ilmiah: Pengertian, Ciri, Jenis, Dan Struktur (Sistematika)

Karya Ilmiah: Pengertian, Ciri, Jenis & Struktur (Sistematika)


Pengertian Karya Ilmiah

Karya ilmiah adalah karya tulis yang isinya berusaha memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah yang dilakukan oleh seorang penulis atau peneliti (Dalman, 2016, hlm. 5). Tujuannya untuk memberitahukan sesuatu hal secara logis dan sistematis untuk memberikan fakta yang seakurat mungkin tanpa kebiasan opini dan logika semata kepada para pembacanya.

Artinya, apa itu karya ilmiah merupakan tulisan yang didasarkan atas penelitian ilmiah, bukan opini atau rasionalisasi yang terdengar logis semata. Suatu karya tulis dapat dikatakan ilmiah apabila tulisan tersebut berdasarkan fakta dan data, baik secara teoritis maupun empirik yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya melalui eksperimen, survei, dan berbagai sumber bukti kuat lainnya.

Sementara itu, menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 175) karya ilmiah atau karya tulis ilmiah adalah tulisan yang berisi mengenai fenomena atau peristiwa yang ditulis berdasarkan kenyataan (bukan fiksi). Contohnya meliputi tulisan tentang ilmu pengetahuan, alam, teknologi, dan seni yang diperoleh melalui studi kepustakaan, penelitian, atau pengalaman di lapangan, dan pengetahuan orang lain sebelumnya.

Sedangkan Kosasih (2017, hlm. 184) mengungkapkan bahwa karya ilmiah merupakan tulisan yang disusun dengan metode ilmiah, yakni metode yang berdasarkan cara berpikir yang sistematis dan logis. Sistematis berarti prosedur atau langkah yang dilakukan untuk menulisnya runut dan sesuai berdasarkan metode ilmiah yang digunakan.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karya ilmiah merupakan karya tulis yang memaparkan suatu pembahasan secara ilmiah, sistematis, dan seakurat mungkin berdasarkan metode penelitian yang mengumpulkan kenyataan dan data empiris (teralami dan memiliki bukti) dalam berbagai bidang seperti ilmu pengetahuan, teknologi, maupun fakta sosial dan budaya seperti seni.


Ciri Ciri Karya Ilmiah

Berdasarkan pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa karya ilmiah akan memiliki ciri pembeda yang menjadikan tulisan ilmiah berbeda jika dibandingkan dengan teks yang lain. Menurut Dalman (2016, hlm. 12) ciri ciri karya ilmiah adalah sebagai berikut.

1. Objektif

Fakta dan data yang diungkapkan berdasarkan kenyataan yang sebenarnya adalah cerminan dari keobjektifan. Objektif juga berarti setiap pernyataan dan simpulan yang disampaikan berdasarkan bukti yang bisa dipertanggungjawabkan, bukan sekedar opini pribadi. Dengan menjunjung objektivitas, siapa pun dapat memverifikasi kebenaran dan keabsahannya dengan adil karena karya tulis dalam spektrum yang sama.

2. Netral

Kenetralan karya ilmiah dapat terlihat pada setiap pernyataan tulisan ilmiah yang tidak melibatkan kepentingan yang mengunggulkan pihak tertentu. Oleh karena itu, karya ilmiah biasanya tidak banyak menggunakan bahasa persuasif seperti pada artikel populer.

3. Sistematis

Uraian yang dihadirkan dalam karya ilmiah dapat dikatakan sistematis jika mengikuti pola pengembangan tertentu yang dirancang khusus agar efektif untuk kebutuhan tertentu pula. Misalnya pola kausalitas untuk menjelaskan sebab akibat, kronologis untuk urutan perkembangan sesuatu, dsb. Dengan begitu, pembaca dapat mengikuti tulisan dengan lebih mudah.

4. Logis

Maksudnya, pola nalar yang digunakan tepat sesuai dengan kebutuhan. Misalnya, pola nalar induktif (khusus ke umum) digunakan untuk menyimpulkan suatu fakta atau data, sebaliknya jika ingin membuktikan suatu hipotesis atau teori digunakan pola deduktif (umum ke khusus).

5. Menyajikan fakta (bukan perasaan atau emosi)

Karya tulis ilmiah harus faktual, yakni hal yang benar-benar terjadi dan dapat dipertanggungjawabkan. Perasaan menggebu-gebu namun tidak dapat dibuktikan seperti kampanye bukanlah karya ilmiah. Menyukai sesuatu lalu mengelu-elukannya tanpa alasan jelas dan nyata tidaklah ilmiah.

6. Tidak Leonastis

Maksudnya, cara penyampaian menggunakan kalimat efektif, tidak boros kata atau berbelit-belit tetapi langsung menuju sasaran.

7. Bahasa ragam formal

Bahasa baku harus digunakan untuk mencegah kesalahpahaman. Bahasa santai terlalu cepat berubah dari masa ke masa, dan memiliki ciri khas makna yang berbeda antardaerah. Oleh karena itu, bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah pilihan utama dalam menulis karya ilmiah.

Ciri karya tulis ilmiah di atas harus diperhatikan dalam menyusun karya ilmiah. Tingkat keobjektifan karya ilmiah sangatlah tinggi dan harus disampaikan dengan seefektif mungkin. Sehingga, karya ilmiah haruslah disusun dengan struktur atau sistematika yang utuh agar dapat diikuti dengan mudah. Lalu seperti apa struktur atau sistematika penulisan karya ilmiah? Di bawah ini adalah penjelasannya.


Jenis Jenis Karya Ilmiah

Sebelum membahas struktur, karya ilmiah dapat ditulis dalam berbagai bentuk penyajian. Setiap bentuk berbeda jenis dalam hal kelengkapan strukturnya. Secara umum, menurut Tim Kemdikbud (2017, hlm. 177) bentuk penyajian karya ilmiah terbagi ke dalam tiga jenis, yaitu bentuk populer, bentuk semiformal, dan bentuk formal. Di bawah ini adalah penjelasan masing-masing jenisnya.

1. Bentuk Populer

Karya ilmiah bentuk populer atau sering disebut  karya ilmiah populer memiliki bentuk manasuka. Artinya, karya ilmiah bentuk ini dapat diungkapkan dalam bentuk karya ringkas berupa paragraf bebas tanpa sub judul. Ragam bahasanya biasanya bersifat santai (populer). Karya ilmiah populer umumnya dijumpai dalam media massa, seperti koran atau majalah.

Istilah populer di sini digunakan untuk menyatakan topik yang akrab, menyenangkan bagi populus (rakyat), bukan hanya terkenal. Topik yang dibawakan bentuk ini disukai oleh sebagian besar orang karena gayanya yang menarik dan bahasanya mudah dipahami. Kalimat-kalimatnya sederhana, lancar, namun tetap tidak pula bersifat fantasi (rekaan).

2. Bentuk Semiformal

Secara garis besar, struktur karya ilmiah semiformal terdiri atas:

1.)    halaman judul,

2.)    kata pengantar,

3.)    daftar isi,

4.)    pendahuluan,

5.)    pembahasan,

6.)    simpulan,

7.)    daftar pustaka.

Bentuk karya ilmiah semiformal, umumnya digunakan dalam berbagai jenis laporan biasa dan makalah dalam tugas akademis sehari-hari.

3. Bentuk Formal

Karya ilmiah bentuk formal disusun dengan memenuhi unsur-unsur kelengkapan akademis secara lengkap. Biasanya bentuk ini digunakan dalam skripsi, tesis, atau disertasi. Struktur atau unsur karya ilmiah bentuk formal, meliputi hal-hal sebagai berikut.

1.Judul

2.Tim pembimbing

3.Kata pengantar

4.Abstrak

5.Daftar isi

6.Bab Pendahuluan

7.Bab Telaah kepustakaan/kerangka teoretis

8.Bab Metode penelitian

9.Bab Pembahasan hasil penelitian

10.Bab Simpulan dan rekomendasi

11.Daftar pustaka

12.Lampiran-lampiran

13.Riwayat hidup


Struktur Karya Ilmiah

Meskipun sistematika karya ilmiah berbeda-beda untuk setiap jenisnya, pada umumnya terdapat beberapa hal yang harus ada di dalamnya. Beberapa bagian penting dalam sistematika penulisan karya ilmiah tersebut akan dijelaskan pada bagian di bawah ini.

Judul

Judul dalam karya ilmiah dirumuskan dalam satu frasa yang jelas dan lengkap. Judul mencerminkan hubungan antarvariabel. Maksudnya, judul juga mencerminkan dan konsistensi dengan ruang lingkup variabel-variabel yang meliputi masalah penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, subjek penelitian, dan metode penelitian.

Contoh judul:

AKTIVITAS PERGAULAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA (Studi Deskriptif tentang Kecerdasan Emosi dan Intelektual) Siswa SMA Labschool UPI Bandung

Dari judul di atas, dapat diketahui bahwa:

1. masalah yang diteliti : aktivitas pergaulan dan prestasi belajar siswa

2. ruang lingkup penelitian : kecerdasan emosi dan intelektual siswa

3. tujuan penelitian : mengetahui ada tidaknya hubungan antara aktivitas pergaulan dengan prestasi belajar siswa

4. subjek penelitian : siswa SMA Labschool UPI Bandung

5. metode penelitian : deskriptif-komparatif

Penulisan judul dapat dilakukan dua cara. Pertama, dengan menggunakan huruf kapital semua kecuali pada anak judulnya; kedua, dengan menggunakan huruf kecil kecuali huruf-huruf pertamanya. Cara kedua umumnya lebih banyak digunakan.

Jika cara kedua yang akan digunakan, maka kata-kata penggabung, seperti dengan dan tentang serta kata-kata depan seperti di, dari, dan ke huruf pertamanya tidak boleh menggunakan huruf kapital. Di akhir judul tidak boleh menggunakan tanda baca apa pun, termasuk titik ataupun koma.


Pendahuluan

Dalam karya ilmiah formal, bagian pendahuluan mencakup: latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat atau kegunaan penelitian. Selain itu, dapat pula dilengkapi dengan definisi operasional dan sistematika penulisan. Berikut adalah penjelasannya.

1.    Latar Belakang Masalah

Bagian ini berisi penjelasan dan alasan mengapa suatu hal yang dibahas dalam karya tulis ilmiah harus dibahas atau diteliti. Isinya dapat berupa penjelasan timbulnya masalah dan pentingnya untuk dibahas, baik dari segi pengembangan ilmu, situasi sosial masyarakat, seni, dsb.

2.    Perumusan Masalah

Masalah merupakan segala sesuatu yang perlu dipecahkan oleh penulis. Latar belakang masalah belum menjabarkan secara jelas poin-poin apa saja yang akan menjadi fokus pembahasan dalam karya ilmiah. Oleh karena itu, bagian ini menjabarkan masalah-masalah utama yang ingin dibahas dalam bentuk pertanyaan seperti: mengapa atau bagaimana.

3.    Tujuan (Penulisan Karya Ilmiah)

Tujuan adalah hal yang ingin dicapai dalam pembahasan karya ilmiah berdasarkan masalah yang telah dirumuskan. Oleh karena itu, tujuan harus sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan.

4.    Manfaat

Manfaat membicarakan kegunaan dari penulisan karya ilmiah. Misalnya untuk mengembangkan suatu bidang ilmu pengetahuan atau manfaat nyata terhadap kehidupan masyarakat.


Kerangka Teoretis

Terkadang disebut juga sebagai kajian pustaka atau landasan teori. Bagian ini mengidentifikasi dan mengkaji berbagai teori relevan dengan hal yang dibahas dalam karya ilmiah. Kerangka teoretis diakhiri oleh hipotesis yang akan dibuktikan atau dibandingkan dalam penelitian.

Selain itu, kerangka teoretis juga harus mengkaji berbagai penelitian-penelitian relevan yang telah dilakukan oleh penulis terdahulu. Langkah ini dilakukan untuk memperoleh wawasan adu pengetahuan baru yang telah ada sebelumnya. Agar hal yang akan kita teliti tidak hanya menjadi duplikasi yang sia-sia.


Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian atau metode penelitian mencantumkan prosedur atau tahap-tahap penelitian yang akan digunakan. Mulai dari persiapan, penentuan sumber data, cara pengolahan data, hingga teknis pelaporannya.

Penelitian dapat menggunakan bermacam metode penelitian yang disesuaikan dengan tujuannya sendiri. Metode penelitian yang dimaksud misalnya:

1.    Metode deskriptif,

merupakan metode penelitian yang bertujuan hanya menggambarkan atau mendeskripsikan fakta-fakta secara apa adanya, tanpa adanya perlakukan apa pun. Data yang dimaksud dapat berupa fakta yang bersifat kuantitatif (statistika) ataupun fakta kualitatif.

2.    Metode eksperimen,

yakni metode penelitian dengan tujuan untuk memperoleh gambaran atas suatu gejala setelah mendapatkan perlakuan. Artinya, terdapat percobaan yang dilakukan dalam metode ini yang kemudian dipaparkan hasilnya dalam laporan penelitian.

3.    Metode penelitian tindakan kelas,

yakni metode penelitian dengan tujuan untuk memperbaiki atau mengembangkan pengajaran yang dilaksanakan di kelas, misalnya tentang motivasi belajar dan prestasi belajar siswa dalam kompetensi dasar tertentu. Tentunya, metode ini akan melibatkan suatu pembelajaran di kelas dan dapat melibatkan lembar observasi dan tes.


Pembahasan

Bagian ini berisikan paparan mengenai isi pokok karya ilmiah, terkait dengan rumusan masalah dan tujuan penulisan yang telah dikemukakan sebelumnya. Data yang telah diperoleh dalam penelitian seperti hasil wawancara, survei, atau pengamatan dibahas dengan berbagai sudut pandang dan diperkuat oleh teori-teori yang telah dikemukakan sebelumnya.

Jika diperlukan, pembahasan juga dapat dilengkapi berbagai sarana pembantu seperti tabel dan grafik. Karena tabel dan grafik merupakan cara efektif untuk menyajikan data dan informasi. Penulis juga harus menggunakan berbagai argumen yang telah dikemukakan dalam kerangka teoretis. Hal ini juga dapat mendiskusikan hasil alternatif yang dapat diraih dalam penelitian.


Simpulan dan Saran

Simpulan adalah pemaknaan kembali atau sintesis (gabungan) dari seluruh unsur penulisan karya ilmiah. Oleh karena itu, perlu diuraikan kembali secara ringkas pernyataan-pernyataan pokok dalam kerangka pikir yang mengarah pada simpulan. Kemudian, dilakukan kajian terpadu dengan meletakkan unsur-unsur penelitian secara menyeluruh terhadap apa yang dihasilkan dari penelitian.

Setelah itu, peneliti harus menganalisis dan menyimpulkan berbagai implikasi yang ditimbulkan oleh simpulan penelitian. Kemudian, memberikan saran yang dapat bersifat praktis terhadap permasalahannya langsung atau kepada peneliti selanjutnya. Hal tersebut dituangkan dalam saran atau rekomendasi setelah simpulan dari penelitian telah diketahui.


Daftar Pustaka

Daftar pustaka memuat semua kepustakaan yang digunakan sebagai landasan dalam karya ilmiah yang terdapat dari sumber tertulis, baik itu berupa buku, artikel jurnal, karya ilmiah lain, dokumen resmi, maupun sumber-sumber lain dari internet.

Format penulisan daftar pustaka disusun berurutan secara alfabetis, tanpa menggunakan nomor urut. Sumber tertulis  yang memerlukan tempat lebih dari satu baris ditulis dengan jarak satu spasi, sedangkan jarak antara sumber yang satu dengan yang lainnya adalah dua spasi.

Susunan penulisan daftar pustaka meliputi: nama penulis yang disusun balik; tahun terbit; judul pustaka; kota terbit; dan penerbit.


Referensi

1.Dalman. (2016). Menulis Karya Ilmiah. Depok: Rajagrafindo Persada.

2.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2017). Buku Siswa Bahasa Indonesia SMA/MA/SMK/MAN Kelas XI. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

3.Kosasih, Engkos. (2017). Cerdas Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.


BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Taksonomi Bloom (Revisi) Dan Kata Kerja Operasional
  2. Psikologi Perkembangan: Pengertian, Teori, Faktor, Hukum, Dan Sebagainya
  3. Karya Ilmiah: Pengertian, Ciri, Jenis, Dan Struktur (Sistematika)
  4. Artikel: Pengertian, Struktur, Unsur Kebahasaan, Dan Pola Penulisan
  5. Proposal: Pengertian, Struktur, Kaidah, Tujuan, Dan Cara
  6. Resensi Buku & Karya Lain; Pengertian, Struktur, dan Cara Membuatnya
  7. Novel: Pengertian, Unsur Intrinsik, Kebahasaan, Dan Cara Menulis
  8. Surat Lamaran Pekerjaan: Pengertian, Sistematika, Dan Cara Membuatnya

15 Februari, 2023

Psikologi Perkembangan: Pengertian, Teori, Faktor, Hukum, Dan Sebagainya


Psikologi Perkembangan: Pengertian, Teori, Faktor, Hukum, dsb

Psikologi perkembangan merupakan bidang kajian yang melibatkan banyak pihak dari berbagai bidang studi. Dibutuhkan dialog dari berbagai ide dan konsep-konsep intelektual yang diperkuat oleh eksperimen dan penelitian untuk mengumpulkan sumber valid dan ilmiah untuk menyusunnya. Hal ini juga dilakukan karena psikologi perkembangan memiliki urgensi yang sangat universal terhadap berbagai ilmu pengetahuan, baik itu psikologi secara umum, pendidikan, ilmu kesehatan, hingga kesejahteraan mental keluarga, dan sebagainya.

Ambil contoh dengan memahami perkembangan individu dan mengetahui fase-fasenya dalam dunia pendidikan maka kita dapat menyusun kurikulum, pendekatan, model, materi serta sarana dan alat-alat yang sesuai dengan situasi dan kondisi anak yang akan dididik. Sementara itu  bagi orangtua dengan mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak mereka akan mengetahui pendekatan atau cara asuh seperti apa yang baik untuk diterapkan pada fase perkembangan anaknya.

Para psikolog, bimbingan konseling, psikiatris, atau terapis mental lainnya akan mampu memberikan berbagai model pelayanan pada anak secara psikologis sampai usia remaja, dan umur-umur lainnya, sehingga setiap individu diharapkan dapat menjalani tugas perkembangan dengan baik dalam setiap tahapnya. Secara keilmuan baik untuk para pendidik maupun peneliti psikologi perkembangan juga dapat membuka Horison baru untuk memperluas khazanah pengetahuan mengenai manusia untuk manusia itu sendiri.

Oleh karena itu tak heran rasanya apabila psikologi perkembangan merupakan bidang kajian penting yang dipelajari baik untuk para pakar psikologi, pendidikan, maupun ilmu kesehatan. Berikut adalah berbagai konsep dasar, materi, dan teori psikologi perkembangan, dimulai dari hakikat dan pengertiannya sendiri.


Pengertian Psikologi Perkembangan

Psikologi berasal dari kata psyche dan logos yang berarti “jiwa” dan “ilmu”. Dengan demikian psikologi dapat diartikan sebagai ilmu kejiwaan atau proses mental manusia. Sedangkan perkembangan mengacu pada serangkaian perubahan bertahap yang terjadi sebagai akibat dari proses pematangan dan pengalaman (Harlock, 1980). Dapat dikatakan bahwa psikologi perkembangan adalah ilmu kejiwaan atau proses mental manusia dari sisi serangkaian perubahan bertahap yang terjadi sebagai akibat dari proses pematangan dan pengalaman hidupnya.

Sementara itu menurut Aljuhari (2019, hlm. 6) Psikologi perkembangan adalah suatu cabang dari psikologi yang membahas tentang gejala jiwa seseorang baik menyangkut perkembangan atau kemunduran perilaku seseorang sejak masa konsepsi hingga dewasa. Dengan demikian psikologi perkembangan juga dapat diartikan sebagi suatu ilmu psikologi yang membahas tentang masalah masalah perkembangan manusia mulai dari usia awal pembentukan sampai usia akhir.

Selanjutnya para ahli psikologi, pendidikan, dan ilmu kesehatan lainnya juga tentu memiliki berbagai pandangan berbeda yang mungkin bisa jadi mengacu ke arah yang sama. Beberapa pendapat tersebut dapat memberikan makna lebih bagi pemahaman mengenai psikologi perkembangan.


Psikologi Perkembangan menurut Para Ahli

Beberapa definisi psikologi perkembangan menurut para ahli tersebut adalah sebagai berikut.

1.     Menurut Prof. Dr. F.J. Monks, Prof. Dr. A.M.P. Knoers, dan Prof. Dr. Siti Rahayu Haditoro, psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang mempersoalkan faktor-faktor umum yang mempengaruhi proses perkembangan yang terjadi dalam diri pribadi seseorang dengan menitikberatkan pada relasi antara kepribadian dan perkembangan”.

2.     Menurut Dra. Kartini Kartono, psikologi perkembangan adalah suatu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang dimulai dengan priode masa bayi, anak pemain, anak sekolah, masa remaja, sampai periode adolesen menjelang dewasa.

3.     Carter V. Good dalam dictionary of education berpendapat bahwa psikologi perkembangan adalah cabang dari psikologi yang membahas tentang arah atau tahapan kemajuan dari prilaku dengan mempertimbangkan phylogenetic dan ontogenetic, termasuk semua fase pertumbuhan dan penurunan. Hal ini berarti adanya pembatasan yang lebih luas dari pengertian ilmu jiwa keturunan, walaupun bentuk dan polanya ada persamaanya serta dapat dipertukarkan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa psikologi perkembangan adalah cabang ilmu psikologi yang secara spesifik mengkaji gejala jiwa atau proses mental manusia baik menyangkut pertumbuhan, perkembangan, atau kenaikan dan kemunduran perilaku manusia sepanjang rentang kehidupannya.


Ruang Lingkup Psikologi Perkembangan

Ruang lingkup dari pembahasan ilmu psikologi perkembangan dapat ditarik dari berbagai pengertiannya sendiri yang telah diuraikan sebelumnya. Dari berbagai uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup psikologi perkembangan menyangkut:

1.     cabang ilmu psikologi itu sendiri,

2.     objek pembahasannya adalah perilaku atau gejala jiwa seseorang, dan

3.     tahapannya dimulai dari masa konsepsi hingga masa dewasa (Aljuhari, 2019, hlm. 7).


Secara spesifik beberapa tujuan atau berbagai hal yang ingin dikuak melalui kajian dan penelitian psikologi perkembangan dapat mencakup:

1.     Untuk memahami dasar, pola umum perkembangan, dan pertumbuhan anak pada tiap-tiap fasenya;

2.   Bagaimana untuk mengarahkan seseorang untuk berbuat dan berperilaku yang selaras dengan tingkat perkembangan orang lain;

3.    Bagaimana cara memunculkan sikap senang bergaul dengan orang lain terutama anak-anak, remaja, dengan penuh perhatian kepada mereka baik dalam lingkungan keluarga, sekolah ataupun masyarakat;

4.  Dalam bidang pendidikan, bagaimana pendidik dapat memahami dan memberikan bimbingan kepada anak, sejalan dengan taraf perkembangan anak didiknya, sehingga proses pendidikan anak berjalan dengan sukses dalam pencapai tujuannya.


Secara struktural, berbagai konsepsi yang akan dibahas pada psikologi perkembangan manusia berdasarkan fase atau periode dari pranatal hingga dewasa akhir yang dijabarkan sebagai berikut.

1.     Perkembangan manusia pranatal (fisik ibu hamil dan janin).

2.     Periode usia 0-2 tahun.

3.     Periode pra-sekolah.

4.     Periode sekolah dasar.

5.     Periode remaja (aspek fisik dan psikologis).

6.     Permasalahan periode remaja.

7.     Periode usia dewasa awal.

8.     Periode usia dewasa madya.

9.     Periode usia dewasa akhir.

Selain itu, psikologi perkembangan juga akan membahas perkembangan intelegensi, metode penelitian psikologi perkembangan, dan teori-teori yang menyangkut bagaimana perkembangan manusia terjadi (nativisme, empirisme, dan gabungannya/konvergensi).


Teori Perkembangan

Bagaimana suatu perkembangan atau pertumbuhan dalam suatu individu terjadi? Apa saja yang mempengaruhi serta meningkatkan dan menyebabkan kemunduran perkembangan manusia? Terdapat beberapa teori yang menyokong permasalahan ini yang berujung pada fusi, sintesis, atau penggabungan dari gagasan keseluruhannya. Beberapa teori perkembangan tersebut adalah sebagai berikut.

1.     Teori Nativisme

Pelapor teori nativisme adalah Arthur Schopenhaur yang berpendapat bahwa manusia memiliki sifat-sifat tertentu sejak dilahirkan yang mempengaruhi dan menentukan keadaan individu yang bersangkutan. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh natives atau faktor-faktor bawaanmanusia sejak dilahirkan. Singkatnya, menurutnya apabila dari keturunan baik maka akan baik dan apa bila dari keturunan jahat maka akan menjadi jahat.

2.     Teori Empirisme

Teori ini dikemukakan oleh Jonh Locke. Teori ini menyatakan bahwa perkembangan seseorang akan ditentukan oleh empirinya atau pengalaman-pengalamannya yang diperoleh selama perkembangan individu itu. Dalam pengertian pengalaman termasuk juga pendidikan yang diterima oleh individu yang bersangkutan. Menurut teori ini individu yang dilahirkan itu sebagai kertas atau meja yang putih bersih yang belum ada tulisan-tulisannya, apa pun dan siapa pun dapat mengisinya dengan berbagai sifat, sikap, dan perilaku yang akan mempengaruhi perkembangan individu tersebut.

3.     Teori Konvergensi

Teori ini merupakan teori gabungan (konvergen) dari nativisme dan empirisme yang dikemukakan oleh Willian Stern. Menurut W. Stern, baik pembawaan maupun pengalaman atau lingkungan mempunyai peranan yang penting dalam perkembangan individu. Perkembangan individu akan ditentukan baik oleh faktor yang dibawa sejak lahir (faktor endogen) maupun faktor lingkungan (termasuk pengalaman dan pendidikan) yang merupakan faktor eksogen.


Perkembangan Masa Hidup (Life Span Development)

Perkembangan tidak melulu membicarakan permasalahan perkembangan anak atau pada usia tertentu saja. Nyatanya perkembangan akan terjadi terhadap manusia tanpa henti, fase-fase yang menyelubunginya hanyalah batasan untuk alat bantu analisis saja. Lamanya hidup manusia (Life Span Development) itu dimulai dari kehamilan dan berlanjut melalui bayi baru lahir, anak-anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia hingga kematian. Oleh karena itu, terdapat dialog besar mengenai teori perkembangan masa hidup atau life span development dalam psikologi perkembangan.

Perkembangan masa hidup atau pendekatan psikologi perkembangan sepanjang rentang kehidupan ini menganggap bahwa setiap orang di dunia juga pasti melalui aktivitas perkembangan pada suatu saat dalam hidupnya. Setiap tugas pengembangan harus diselesaikan sesuai dengan persyaratan fase pengembangan dan tidak boleh diabaikan. Hal ini karena jika suatu tugas perkembangan tidak diselesaikan pada suatu tahap tertentu, maka akan sulit bagi individu untuk menyelesaikan tugas perkembangan berikutnya.


8 Prinsip Perkembangan Masa Hidup

Berdasarkan dialog pendekatan Perkembangan Masa Hidup (life pan development) terdapat beberapa perubahan penting yang dialami individu terjadi selama masa kanak-kanak hingga dewasa. Teori Perkembangan Masa Hidup memiliki 8 sudut pandang atau prinsip terkait perkembangan individu tersebut yang di antaranya adalah sebagai berikut.

1.  Perkembangan adalah perubahan yang tidak terbatas, bebagai dimensi, multidireksional, multidisiplin, kontekstual, plastis dan melekat secara kesejarahan (Paul Baltes,1987).

2.     Perkembangan tidak dibatasi oleh usia, perkembangan menggabungkan keuntungan dan kerugian, yang berkomunikasi dengan kuat melalui tahap-tahap pembentukan.

3.     Perkembangan merupakan perubahan yang kompleks; meliputi aspek organik, mental dan sosial. Misalnya: ada sejumlah bagian intelegensi: abstrak, nonverbal, sosial.

4.   Perkembangan bersifat multi arah; beberapa aspek atau bagian dari suatu aspek mungkin meningkat dalam perkembangan, sementara aspek atau bagian yang berbeda menurun. Misalnya: orang dewasa semakin pintar dengan berbagai pengalaman, tetapi untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut kecepatan dalam menangani masalah lebih buruk.

5.   Perkembangan dapat dilihat dari sudut pandang berbagai disiplin ilmu; berkonsentrasi pada kemajuan manusia dari berbagai disiplin ilmu.

6.     Perkembangan itu logis; orang-orang secara konsisten bereaksi dan bertindak berdasarkan latar yang menggabungkan organik, sosial, iklim aktual, latar sosial, sejarah.

7.     Perkembangan bersifat plastis (dapat beradaptasi); pemikiran dewasa dapat dikembangkan melalui pelatihan.

8.     perkembangan umumnya bawaan atau dipengaruhi oleh keadaan yang tercatat; misalnya pada wanita dewasa berusia 30 tahun pandangan arah pekerjaannya berbeda pada tahun 60-an dan 90-an (pada tahun 60-an wanita lebih banyak hanya ingin menjadi ibu rumah tangga, tahun 90-an mereka mulai lebih memperhatikan karir).


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Individu

Perkembangan manusia tidak berlangsung secara mekanis-otomatis, sebab perkembangan yang terjadi sangatlah bergantung pada beberapa faktor secara simultan. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan individu tersebut antara lain adalah:

1.     faktor herediter (warisan sejak lahir/bawaan),

2.     faktor lingkungan yang menguntungkan atau merugikan,

3.     kematangan fungsi-fungsi organis dan psikis,

4.     aktivitas individu sebagai subyek bebas yang berkemauan, kapanpun seleksi, bisa menolak, atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri.


Faktor Turunan (Warisan)

Turunan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia lahir ke dunia ini membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau nenek dan kakek. Warisan (turunan atau pembawaan) tersebut yang terpenting, antara lain bentuk tubuh, raut muka, warna kulit, inteligensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan penyakitnya. Beberapa faktor keturunan yang berpengaruh pada perkembangan anak atau individu meliputi:

1.     Bentuk tubuh, warna kulit dan rambut adalah salah satu warisan yang dibawa oleh anak sejak lahir.

2.     Sifat-sifat yang dimiliki oleh seseorang adalah salah satu aspek yang diwarisi dari ibu, ayah, nenek atau kakek.

3.     Intelegensi, yaitu kemampuan umum yang dimiliki seseorang untuk penyesuaian terhadap situasi atau masalah.

4.     Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki seseorang. Kemampuan khusus ini biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olah raga matematika, bahasa, ekonomi, teknik, keguruan, sosia, agama, dan sebangainya (Aljuhari, 2019, hlm. 12).


Faktor Lingkungan

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Contoh dari lingkungan misalnya adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora,dan sebagainya.

Besar kecilnya pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangan bergantung pada keadaan lingkungan serta keadaan jasmani dan rohaninya sendiri. Beberapa lingkungan utama yang akan mempengaruhi perkembangan individu adalah sebagai berikut.

1.     Keluarga

Keluarga merupakan tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan perkembangannya. Keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orang tua dalam merawat sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Kemampuan orang tua tentunya bersinggungan dengan kompetensinya sebagai manusia secara umum, oleh karena itu tingkat pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama kepribadian dan kemajuan pendidikannya.

2.     Sekolah

Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak terutama untuk kecerdasannya. Anak yang tidak pernah sekolah akan tertinggal dalam berbagai hal. Sekolah sangat berperan dalam meningkatkan pola pikir anak karena di sekolah mereka dapat belajar bermacam-macam ilmu pengetahuan. Tinggi rendahnya pendidikan dan jenis sekolahnya turut menentukan pola pikir serta kepribadian anak.

3.     Masyarakat

Dapat ditebak bahwa masyarakat sekitar individu turut mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang. Mereka juga termasuk juga teman-teman anak di luar sekolah. Kondisi orang-orang di desa atau kota tempat tinggal ia juga turut mempengaruhi perkembangan jiwanya. Contoh : dalam sebuah keluarga saling menghormati dan menyayangi, maka anggota keluarganya akan bersifat seperti itu.

4.     Keadaan alam sekitar

Keadaan alam yang berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan dan tingkah laku seseorang. Contoh mudahnya adalah seseorang yang hidup di desa akan berbeda perilakunya dengan orang yang tumbuh di kota (Ajhuri, 2019, hlm. 14).


Hukum-Hukum Pertumbuhan dan Perkembangan

Terdapat bermacam hukum atau suatu generalisasi yang memiliki hubungan kontinu dan dapat dikaitkan dengan berbagai hal yang akan terjadi dalam masa pertumbuhan dan perkembangan individu. Hal tersebut disebut sebagai hukum yang menjadi suatu keniscayaan yang akan relatif mengiringi perkembangan individu yang di antaranya adalah sebagai berikut.

1.     Hukum Cephalocaudal

Hukum ini berlaku pada pertumbuhan fisik yang menyatakan bahwa pertumbuhan fisik dimulai dari kepala ke arah kaki. Bagian-bagian pada kepala tumbuh lebih dulu dari pada bagian-bagian yang lain. Hal ini sudah terlihat pada pertumbuhan pranatal, yaitu pada janin. Hal ini juga terlihat pada kenyataan bahwa bayi bisa menggunakan mulut dan matanya lebih cepat dari pada anggota badan lainnya.

2.     Hukum Proximodistal

Proximodistal adalah hukum yang berlaku pada pertumbuhan fisik, dan menurut hukum ini, pertumbuhan fisik berpusat pada sumbu dan mengarah ke tepi. Alat-alat tubuh yang ada di pusat, seperti jantung, hati, dan alat-alat pencernaan lebih dahulu berfungsi dari pada anggota tubuh yang ada di tepi. Hal ini karena alat-alat tubuh yang ada di pusat lebih vital daripada anggota tubuh yang lain. Misalnya, seorang anak masih bisa melangsungkan kehidupannya bila terjadi kelainan sedikit saja pada jantung atau ginjal bisa berakibat fatal.

3.     Hukum Tempo dan Ritme

Tahapan perkembangan berlangsung secara berurutan, dan dalam tempo perkembangan yang relatif tetap serta bisa berlaku umum. Semakin lambat masa-masa perkembangan dibandingkan dengan norma-norma umum yang berlaku, semakin menunjukkan adanya tanda-tanda gangguan atau hambatan dalam perkembangan. Adanya hubungan antara satu aspek dengan aspek yang lain yang saling mempengaruhi, menunjukkan bila satu aspek mengalami kelambatan, maka aspek-aspek yang lain juga mengalami hal yang sama. Sebaliknya kalau tidak, maka ada faktor-faktor khusus yang mempengaruhi perkembangan itu.

4.     Hukum Masa Peka

Hukum masa peka diperkenalkan dalam dunia pendidikan oleh Maria Montessori (seorang pendidik wanita berkebangsaan Italia). Menurutnya, masa peka adalah merupakan masa pertumbuhan ketika suatu fungsi jiwa mudah sekali di pengaruhi dan dikembangkan. Masa peka untuk suatu fungsi itu hanya sekali saja datangnya pada tiap individu. Jadi masa peka itu merupakan masa di mana perkembangan suatu fungsi adalah maksimal besarnya, misalnya masa peka untuk menggambar usia 5 tahun, dan masa peka untuk berjalan 2 tahun, dan sebagainya. Hukum masa peka berhubungan langsung dengan irama dan tempo perkembangan (Ajhuri, 2019, hlm. 17-20).


Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia

Salah satu yang menjadi bahasan utama dalam psikologi perkembangan adalah mengenai tahapan perkembangan dan pertumbuhan itu sendiri. Tahap perkembangan yang dimaksud dibahas dari masa prenatal (sebelum dilahirkan) hingga kematian manusia. Pemaparan mengenai tahap-tahap perkembangan individu ini dapat disimak pada artikel di bawah ini.


Referensi

1.     Ajhuri, K.F. (2019). Psikologi perkembangan pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Yogyakarta: Penebar Media Pustaka.


 BACA ARTIKEL LAINNYA YANG BERKAITAN:

  1. Taksonomi Bloom (Revisi) Dan Kata Kerja Operasional
  2. Evaluasi Pembelajaran: Pengertian, Tujuan, Fungsi, Jenis
  3. Psikologi Perkembangan: Pengertian, Teori, Faktor, Hukum, Dan Sebagainya
  4. Psikologi Pendidikan: Pengertian, Latar, Metode, Dan Manfaat
  5. Psikologi Belajar: Pengertian, Tujuan, Ruang Lingkup, Fungsi, Dan Manfaat
  6. Psikologi Sosial – Pengertian, Ruang Lingkup Dan Teori Menurut Para Ahli
  7. Psikologi Komunikasi: Pengertian, Ruang Lingkup, Pendekatan, Ciri-Ciri

MAKALAH HADIST TENTANG HIJAB

  A.   Latar Belakang Telah disepakati oleh seluruh umat Islam bahwa al-Qur’an menjadi pedoman hidup baik tentang syariah maupun dalam keh...